Вы находитесь на странице: 1из 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru
dengan sumber penularan adalah pasien TB paru Basil Tahan Asam (BTA)
positif (Amin dan Bahar, 2009). Sampai saat ini TB paru masih menjadi
masalah kesehatan yang utama di berbagai negara di dunia. Berdasarkan
Global Tuberculosis Report tahun 2015, TB sekarang berada pada peringkat
yang sama dengan penyakit akibat Human Immunodeficiency Virus (HIV)
sebagai penyakit infeksi paling mematikan di dunia.
Laporan dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2015
menyebutkan terdapat 9,6 juta kasus TB paru di dunia dan 58% kasus terjadi
di daerah Asia Tenggara dan Afrika. Tiga negara dengan insidensi kasus
terbanyak tahun 2015 yaitu India (23%), Indonesia (10%), dan China (10%).
Indonesia sekarang berada pada ranking kedua negara dengan beban TB
tertinggi di dunia.
Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif sebanyak
176.677 kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA positif yang
ditemukan tahun 2013 yang sebesar 196.310 kasus. Estimasi prevalensi TB
semua kasus adalah sebesar 272 per 100.000 penduduk dan estimasi insidensi
berjumlah 183 per 100.000 penduduk. Jumlah kematian akibat TB
diperkirakan 25 per 100.000 kematian (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2014).
Oleh sebab itu salah satu hal yang harus diperhatikan oleh petugas
pelayanan kesehatan adalah proses terjadinya TBC dan konsep asuhan
keperawatan pada pasien gangguan pernafasan (TBC). Dengan mengetahui
bagaimana konsep asuhan keperawatan maka data-data pasien yang akan
dirawat akan mudah diidentifikasi dan masalah pasien pun akan segera
teratasi.

1|TUBERKULOSIS
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem pernafasan ?
2. Apa anatomi fisiologi pada sisitem pernafasan ?
3. Apa pengertian Tuberkulosis paru ?
4. Apa etiologi Tuberkulosis paru ?
5. Apa klasifikasi pada Tuberkulosis paru ?
6. Apa saja manifestasi klinis Tuberculosis ?
7. Bagaimana patofisiologi Tuberculosis ?
8. Bagaimana cara penularan pada penyakit tuberkulosis ?
9. Apa tanda dan gejala Tuberculosis ?
10. Bagaimana cara pengobatan pada penyakit tuberkulosis ?
11. Bagimana cara pencegahan tuberkulosis ?
12. Apa saja komplikasi yang muncul pada penyakit tuberkulosis ?
13. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada Tuberkulosis ?

C. Tujuan
Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikan konsep asuhan
keperawatan pada Tuberkulosis

Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa memahami dan mengerti pengertian sistem pernafasan
2. Agar mahasiswa memahami dan mengerti anatomi fisiologi pada sisitem
pernafasan
3. Agar mahasiswa memahami dan mengerti pengertian Tuberkulosis paru
4. Agar mahasiswa memahami dan mengerti etiologi Tuberkulosis paru
5. Agar mahasiswa memahami dan mengerti klasifikasi pada Tuberkulosis
paru
6. Agar mahasiswa memahami dan mengerti manifestasi klinis Tuberculosis
7. Agar mahasiswa memahami dan mengerti patofisiologi Tuberculosis
8. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengerti cara penularan pada
penyakit tuberkulosis

2|TUBERKULOSIS
9. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tanda dan gejala
Tuberculosis
10. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui cara pengobatan pada
penyakit tuberkulosis
11. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui cara pencegahan
tuberkulosis
12. Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui komplikasi yang
muncul pada penyakit tuberkulosis

3|TUBERKULOSIS
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pernapasan
1. Pengertian
Pernapasan adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan
tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan
dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Respirasi atau pernapasan merupakan pertukaran Oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2) antara sel-sel tubuh serta lingkungan. Semua sel
mengambil Oksigen yang akan digunakan dalam bereaksi dengan
senyawa-senyawa sederhana dalam mitokondria sel untuk menghasilkan
senyawa-senyawa kaya energi, air dan karbondioksida. Jadi, pernapasan
juga dapat di artikan sebagai proses untuk menghasilkan energi.
Pernapasan meliputi dua proses, yaitu:
a. Inspirasi, yaitu pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat
pernapasan
b. Ekspirasi, yaitu pengeluaran udara pernapasan ke luar tubuh melalui
alat pernapasan.

Berdasarkan tempatnya, respirasi terbagi atas:

a. Repirasi eksternal, yaitu pertukaran gas (O2 dan CO2) dari udara luar
masuk ke aliran darah melalui alveolus (alat pernapasan)
b. Respirasi internal, yaitu pertukaran gas O2 dan CO2 yang terjadi di
dalam sel-sel tubuh.

Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil Oksigen dari


atmosfer kedalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida
yang dihasilkan sel-sel tubuh kembali ke atmosfer.Sistem pernapasan
terdiri atas saluran atau organ yang berhubungan dengan pernapasan.
Oksigen dari udara diambil dan dimasukan ke darah, kemudian di angkut
ke jaringan. Karbondioksida (CO2) di angkut oleh darah dari jaringan
tubuh ke paru-paru dan dinapaskan ke luar udara.

4|TUBERKULOSIS
2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Sistem respirasi (pernapasan) pada manusia disusun oleh organ-organ


yang terdiri atas:

A. Hidung
Pada rongga hidung terdapat kelenjar mukus dan rambut hidung
yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk kerongga
hidung.Kelenjar mukus menghasilkan lapisan lendir yang berfungsi
untuk menangkap kotoran halus agar udara yang masuk ke tenggorokan
menjadi lebih bersih. Fungsi rongga hidung, yaitu:
 Tempat masuknya udara
 Penyaring udara melalui rambut-rambut halus dan lendir di dalam
hidung.
 Sebagai indra penciuman

5|TUBERKULOSIS
B. Faring (Tekak)
Faring merupakan persimpangan antara saluran pernapasan
(tenggorokan) dan saluran pencernaan (kerongkongan) yang berfungsi
untuk meneruskan udara yang masuk menuju pangkal tenggorokan.

C. Laring (Pangkal Tenggorokan)


Laring merupakan daerah pangkal tenggorokan, berfungsi sebagai
tempat melekatnya selaput atau pita suara.Pada laring terdapat katup
epiglotis yang otomatis tertutup saat menelan makanan hingga tidak
masuk ke saluran pernapasan.Laringtis (infeksi laring) terjadi bila udara
kotor masuk.Gejala yang lebih parah menyebabkan pembengkakan pita
suara hingga suara serak.

D. Trakea (Batang Tenggorokan)


Trakea terletak di depan kerongkongan dan tersusun atas tulang-
tulang rawan berbentuk cincin. Dinding bagian dalam trakea dilapisi
oleh jaringan epitel berambut (bersilia), yang berfungsi menahan dan
mengeluarkan kotoran yang terbawa oleh udara agar tidak masuk ke
paru-paru dan dikeluarkan melalui bersin.

E. Bronkus dan Bronkiolus


Bronkus merupakan percabangan trakea yang berfungsi untuk
membawa udara menuju paru-paru kiri dan kanan. Percabangan
bronkus di dalam paru-paru disebut Bronkiolus

6|TUBERKULOSIS
F. Paru-Paru (Pulmo)
Paru-paru merupakan organ pernapasan yang terletak di dalam
rongga dada dan terdiri atas dua bagian, yaitu paru-paru kanan (terdiri
atas tiga lobus) dan paru-paru kiri (terdiri atas dua lobus).Pada paru-
paru terdapat bronkus dan bronkiolus.Bronkiolus mengalami
percabangan yang diujungnya terdapat gelembung alveolus.Alveolus
adalah gelembung-gelembung udara yang sangat kecil dan banyak, dan
berfungsi sebagai alat pertukaran udara pernapasan CO2 dengan O2 di
dalam paru-paru

7|TUBERKULOSIS
B. Tuberculosis Paru
1. Pengertian Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis), sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetap dapat juga mengenai organ tubuhlainnya (Manaf,
Abdul, dkk, 2006). Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang
berbahaya. Setiap penderita tuberkulosis dapat menularkan penyakitnya
pada orang lain yang berada disekelilingnya dan atau yang berhubungan
erat dengan penderita (Amiruddin, Jaorana, dkk:2009). TB atau TBC
adalah penyakit menular disebabkan oleh kuman tuberkulosis
(Mycobacterium Tuberculosis). Umumnya menyerang paru, tetapibisa
juga menyerang bagian tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening,
selaput otak, kulit, tulang dan persendian, usus, ginjal dan organ tubuh
lainnya (PPTI, 2010).
Penelitian lain menurut Smeltzer dan Bare (2001) menyatakan
bahwa Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya,
termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agens infeksius utama
mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobic tahan asam yang
tumbuh dengan lambat dan sensitif, terhadap panas dan sinar ultraviolet.
Orang yang terkena tuberkulosis merupakan sumber stres biologis,
karena orang yang terkena tuberkulosis akan berdampak pada
psikologisnya khususnya pada saat didiagnosis BTA (+).

Gambar 1.1 gambar paru-paru normal dan paru-paru yang terkena


TBC

8|TUBERKULOSIS
2. Etiologi Tuberculosis Paru
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-
0,6/Um. Kuman TB terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih
tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman
dapat tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman
berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormantini kuman dapat bangkit
kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Didalam jaringan, kuman
hidup sebagai parasit intraseluler yakni dalam sitoplasmamakrofag.
Makrofag yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya
karena banyak mengandung lipid. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat
ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggikandungan oksigennya (Azril Bahar. 2001).
Menurut Depkes RI tahun 2002 penyebab dari penyakit Tuberkulosis
paru adalah terinfeksinya paru oleh Micobacterium Tuberculosis yang
merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran sampai 4 mikron dan
bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman lebih menyenangi
jaringan yang tinggi kandungan oksigennya, sehingga paru-paru
merupakan tempat prediksi penyakit tuberkulosis. Kuman ini juga terdiri
dari asal lemak (lipid) yang membuat kuman lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik. Penyebaran kuman TB ini melalui droplet
nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi.
Menurut Wim de Jong dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase :
1) Fase 1 (Fase tuberculosis primer )
Masuk kedalam paru dan berkembangbiak tnpa menimbulkan reaksi
pertahanan tubuh
2) Fase 2
3) Fase 3 (Fase laten)

9|TUBERKULOSIS
Fase dengan kuman yang tidur ( bertahun-tahun/ seumuur hidup ) dan
rektifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh, dan
bisa terdapat ditulang panjang, vertebra, tuba falopi, otak, kelenjar
limfe hilus, leher dan ginjal
4) Fase 4
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke
organ yang lain dan yag kedua keginjal setelah paru

3. Klasifikasi Tuberculosis
a. Pembagian secara patologis
 Tuberkolusis primer (childhood tuberkolusis)
 Tuberkolusis post-primer (adult tuberkolusis)
b. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkolusis paru (koch
pulmonum) aktif, nonaktif dan quiescent (bentuk aktif yang
menyembuh)
c. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
 Tuberkolusis minimal
 Moderately advanced tuberkolusis
 Var advanced tuberkolusis

Klasifikasi menurut American Thoracic Society


a. Kategori 0: tidak pernah terpajan,dan tidak terinfeksi,riwayat kontak
negative,tes tuberculin begstive
b. Kategori 1: terpajan tuberkolisis,tapi tidak terbukti ada infeksi,
disisni
riwayat kontak positif,tes tuberculin negative
c. Kategori 2: terinfeksi tuberkolusis,tetapi tidak sakit. Tes tuberculin
positif,radiologis dan sputum negative
d. Kategori 3: terinfeksi tubrkolusis dan tidak sakit

10 | T U B E R K U L O S I S
Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu:
a. Kategori 1, ditunjukkan terhadap:
 Kasus batu dengan sputum positif
 Kasus baru dengan bentuk TB berat
b. Kategori 2, ditunjukan terhadap:
 Kasus kambuh
 Kasus gagal dengan sputum BTA positif
c. Kategori 3,ditunjukkan terhadap:
 Kasus BTA negative dengan kelainan paru yang luas
 Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori
d. Kategori 4,ditunjukanterhadap: TB kronik(sudoyo aru)

4. Manifestasi Klinis
Gejala klinik tuberculosis dapat dibagi dalam dua golongan yaitu gejala
respiratorik dan gejala sistemik.
a. Gejala respiratorik
 Batuk lebih dari 3 minggu
 Batuk darah
 Nyeri dada

b. Gejala sistemik
 Demam
Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun.

5. Patofisiologi Tuberkulosis
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi
jaringan yang aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah
terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di sekitar lesi oleh
jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel.
Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot
pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas
vital, berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi yang

11 | T U B E R K U L O S I S
menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif dan rasio
ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi
oksigenasi darah.
Penularan penyakit ini disebabkan karena kontak dengan dahak atau
menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi
kuman tuberculosis, anak-anak sering mendapatkan penularan dari orang
dewasa di sekitar rumah maupun saat berada di fasilitas umum seperti
kendaraan umum, rumah sakit dan dari lingkungan sekitar rumah. Oleh
sebab inilah masyarakat di Indonesia perlu sadar bila dirinya terdiagnosis
tuberculosis maka hati hati saat berinteraksi dengan orang lain agar tidak
batuk sembarangan , tidak membuang ludah sembarangan dan sangat
dianjurkan untuk bersedia memakai masker atau setidaknya sapu tangan
atau tissue.

12 | T U B E R K U L O S I S
13 | T U B E R K U L O S I S
6. Cara penularan Tuberkulosis
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui
udara. Individu terinfeksi, melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa, atau
bernyanyi melepaskan droplet besar, lebih besar dari 100µdan kecil 1-5µ
(Smeltzer dan Bare, 2001). Setiap orang bisa saja tertular dan terinfeksi
kuman TB. Keadaan yang memudahkan penularan kuman TBseperti
tinggal bersama pasien TB menular dalam waktu yang lama, seperti
tinggal serumah, dipenjara, rumah sakit, dan ditempat-tempat
pengungsian. Berperilaku hidup tidak sehat, seperti meludah disembarang
tempat. rumah dan lingkungan tidak sehat, seperti tidak ada ventilasi
rumah (Amiruddin, Jaorana, 2009).

Menurut Manaf, Abdul, dkk, 2006 cara penularan TB meliputi:

a) Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.


b) Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
c) Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sementara sinar matahari langsungdapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selamabeberapa jam dalam keadaan yang
gelap dan lembab.
d) Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
e) Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.

14 | T U B E R K U L O S I S
7. Tanda dan gejala Tuberkulosis
Sebagian besar pasienmenunjukkan demam tingkat rendah, keletihan,
anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri dada dan
batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin non produktif, tetapi dapat
berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen dengan
hemoptisis. Tuberculosis dapat mempunyai manifestasi adpikal pada
lansia, seperti perilaku tidak biasa dan perubahan status mental, demam,
anoreksia, dan penurunan berat badan (Smeltzer dan Bare, 2001). Pasien
yang tidak diobati, setelah 5 tahun, 50% akanmeninggal, 25% akan
sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh yang tinggi, 25% menjadi kasus
kronis yang menular (Manaf, Abdul, dkk, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak pasienditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali
dalam pemeriksaan kesehatan (Azril Bahar, 2001), yakni:
a. Demam
Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian
dapat timbul kembali. Kadang-kadang panas badan dapat mencapai
40-41ºC. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien
dan berat ringannya infeksi kuman TB yang masuk.
b. Batuk/Batuk darah
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.

15 | T U B E R K U L O S I S
d. Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
e. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot,
keringat malam. Gejala malaiseini makin lama makin berat dan terjadi
hilang timbul secara tidak teratur.
f. Pemeriksaan labratorium
Diagnosis pasti tuberkulosis ditegakkan terutama dengan dilakukan
pemeriksaan dahak. Seseorang dipastikan TB jika di dalam
pemeriksaan mikroskopis, dahaknya mengandung kuman TB. Kriteria
sputum BTA (+) adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang
kuman BTA (+) pada satu sediaan. Bila hasil pemeriksaan dahak
kurang mendukung, sedangkan gejalanya mengarah ke TB, dokter
mungkin akan memerlukan pemeriksaan tambahan yaitu pemeriksaan
dengan sinar Rotgen (Ro). Pada pemeriksaan dengan sinar Rotgen
lokasi lesi tuberkulosis umumnya didaerah apeks paru (Azril Bahar,
2001).

8. Pengobatan Tuberkulosis
Waktu pengobatan pasien TB paru baru dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
1) Tahap intensif/tahap awal (2-4 bulan) obat anti tuberkulosa (OAT)
diberikan setiap hari dengan pengawasan untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
2) Tahap berikutnya yaitu tahap lanjutan, merupakan tahap setelah tahap
intensif dengan cara minum obat OAT 3 kali seminggu selama 4 bulan.

Lama pengobatan pasien TB yang sebelumnya sudah pernah diobati


sebelumnya, sekitar 8-9 bulan. Pada tahap awal, pasien minum OAT setiap

16 | T U B E R K U L O S I S
hari selama 3-4 bulan. Pada tahap lanjutan, pasien minum obat 3 kali
seminggu selama 5 bulan (Amiruddin, Jaorana, 2009).

Bila pengobatan pada tahap awal diberikan secara tepat biasanya


pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu,
sebagian besar pasien tuberkulosis BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat
lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap yang
penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan (Depkes, 2008)

Tahap sisipan dilakukan apabila pada akhir tahap awal pengobatan


penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif
pengobatan ulang dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA
positif, maka diberikan obat sisipan (HRZE ) setiaphari selama 1 bulan
(Depkes RI, 2002).

Jenis obat yang digunakan dalam pemberantasan tuberkulosis paru antara


lain :

a. Isoniazid (H) dikenal dengan INH, bersifat bakteriasid dapat


membunuh 90% populasi kuman dalam beberapa hari pertama
pengobatan.
b. Rifamisin (R), bersifatbakteriasid dapat membunuh kuman semi
dormant (persisten) yang tidak dapat dibuluh oleh INH.
c. Pirasinamid (Z), bersifat bakteriasid dapat membunuh kuman yang
berada
dalam sel suasana asam.
d. Streptomisin (S), bersifat bakteriasid.
e. Etambuthol (E), bersifat bakteriotatik
(Depkes, RI 2006)

17 | T U B E R K U L O S I S
9. Pencegahan Tuberkulosis
Berperilaku hidup bersihdan sehat dapat mengurangi angka kejadian TB
(PPTI, 2010) yakni:
1) Makanmakanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan tubuh
meningkat untuk membunuh kuman TB, tidur dan istirahat yang
cukup, tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba,
lingkungan yang bersih baik tempat tinggal dan disekitarnya,
membuka jendela agar masuk sinar matahari di semua ruangan rumah
karena kuman TB akan mati bila terkena sinar matahari, imunisasi
BCG bagi balita, yang tujuannya untuk mencegah agar kondisibalita
tidak lebih parah bila terinfeksi TB.
2) Bagi pasien TB, yang harus dilakukan agar tidak menularkan kepada
orang lain yaitu seorang pasien TB sebaiknya sadar dan berupaya
tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain, antara lain dengan
tidak meludah di sembarang tempat, menutup mulut saat batuk atau
bersin, berperilaku hidup bersihdan sehat, berobat sesuaiaturan
sampai sembuh, memeriksakan balita yang tinggal serumah.

10. Komplikasi Tuberkulosis


Penyakit TB paru bila tidak ditangani denganbenar akan menimbulkan
komplikasi (Azril Bahar, 2001). Komplikasi dibagi atas komplikasi dini
(pleuritis, efusi pleura, laryngitis, menjalar ke organ lain seperti usus) dan
komplikasi lanjut (kerusakan parenkim berat, karsinoma paru).
Komplikasi psikologis juga dapat di timbulkan dari penyakit tuberkulosis
yakni bahwa setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda ketika
dihadapkan dengan suatu penyakit, reaksiperilaku dan emosi tersebut
tergantung pada penyakit,sikap orang tersebut dalam menghadapi suatu
penyakit, reaksi orang lainterhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-
lain. Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam
kehidupan hanya sedikit menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam
fungsi orang tersebut dan keluarga, sedangkan penyakit berat seperti
tuberkulosis paru yang dapat mengancam kehidupan dapat menimbulkan

18 | T U B E R K U L O S I S
perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok,
penolakan, marah, dan menarik diri (Perry & Potter, 2005).

11. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru


1) Pengkajian
1. Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah,
jumlah keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada
tempat- tempat kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub
mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
 Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
 Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan
bebas, menarik diri.
 Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk
sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak.Tidak
bersemangat dan putus harapan.
 Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang
padat, ventilasi rumah yang kurang sehingga pertukaran udara
kurang, daerah di dalam rumah lembab, tidak cukup sinar
matahari, jumlah anggota keluarga yang banyak.

19 | T U B E R K U L O S I S
6. Pola fungsi kesehatan.
a. Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah
anggota keluarga banyak, lingkungan dalam rumah lembab,
jendela jarang dibuka sehingga sinar matahari tidak dapat
masuk, ventilasi minim menybabkan pertukaran udara kurang,
sejak kecil anggita keluarga tidak dibiasakan imunisasi.
b. Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit
jelek, kulit kering dan kehilangan lemak sub kutan, sulit dan
sakit menelan.
c. Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada
kuadran kanan atas dan hepatomegali, nyeri tekan
pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
d. Pola aktifitas – latihan
Pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami penurunan
karena sesak nafas, mudah lelah, tachicardia, jika
melakukan aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
e. Pola tidur dan istirahat
sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, sering
berkeringat pada malam hari.
f. Pola kognitif – perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang
umum, sedangkan dalam hal daya panca indera (perciuman,
perabaan, rasa, penglihatan dan pendengaran) jarang ditemukan
adanya gangguan
g. Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu
Ketakutan dan kecemasan akan muncul pada penderita TB
paru dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang pernyakitnya
yang akhirnya membuat kondisi penderita menjadi perasaan

20 | T U B E R K U L O S I S
tak berbedanya dan tak ada harapan. (Marilyn. E. Doenges,
2000)
h. Pola peran – hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan
dalam hal hubungan dan peran yang dikarenakan adanya
isolasi untuk menghindari penularan terhadap anggota keluarga
yang lain.
 Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan dan kelelahan
Tanda : Kesulitan tidur pada malam atau demam
malam hari dan berkeringat pada malam hari
 Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Tanda : Penurunan BB
 Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk, gangguan
tidur pada malam hari
Tanda : pasien meringis, tidur tidak nyenyak
 Pernapasan
Gejala : batuk berdarah, Batuk produktif, Sesak nafas,
Takipnea
 Cardiovaskuler
Gejala : takikardia (Doengoes, 2000)

7. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/
berat badan menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit
terlihat agak tertinggal dalam pernapasan.
b. Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat
kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara
21 | T U B E R K U L O S I S
hipersonar dan timpani. Bila mengenai pleura, perkusi
memberikan suara pekak.
c. Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas
tambahan berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila
infiltrasi ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi
vesikuler melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar,
auskultasi memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura,
auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak
terdengar sama sekali.
d. Palpasi
Badan teraba hangat (demam)

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
 Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium
tuberculosis pada tahap aktif penyakit
 Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca
untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-
cepat.
 Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif
(area indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam
setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi
masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada
pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif
tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh
mikobakterium yang berbeda.
 Anemia bila penyakit berjalan menahun
 Leukosit ringan dengan predominasi limfosit

22 | T U B E R K U L O S I S
 LED meningkat terutama pada fase akut umumnya
nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
 GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan
sisa kerusakan paru.
 Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk
granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.
 Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan
beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh
tak normalnya retensi
 air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.

b. Radiologi
 Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas
simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan
perubahan menunjukan lebih luas
 TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan
mengindikasikan
 TB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan
fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit
bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
 Bronchografi : merupakan pemeriksaan
khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau
kerusakan paru karena TB.
 Gambaran radiologi lain yang sering
menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi
pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan
hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).

c. Pemeriksaan fungsi paru


Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan
rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
23 | T U B E R K U L O S I S
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural.

i. Data Subyektif
 Pasien mengeluh panas
 Batuk/batuk berdarah
 Sesak bernafas
 Nyeri dada
 Malaise dan kelelahan

j. Data Obyektif
 Ronchi basah, kasar dan nyaring.
 Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup
dan pada auskultasi memberi suara limforik.
 Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan
fibrosis.
 Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
memberikan suara pekak)
 Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
 Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
inguinal dan sub mandibula.
 Kadang terjadi abses.

2) Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret
kental atau sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya
keefektifan permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran
alveolar kapiler, sekret yang kental, edema bronchial.

24 | T U B E R K U L O S I S
c. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi
sputum, dispnea, anoreksia, penurunan kemampuan finansial.
d. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
e. Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi
berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, fungsi silia
menurun/ statis sekret, kerusakan jaringan akibat infeksi yang
menyebar, malnutrisi, terkontaminasi oleh lingkungan, kurang
informasi tentang infeksi kuman.

3) Intervensi Keperawatan
No DX Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan Setelah diberikan a. Kaji ulang a. Penurunan bunyi napas
napas tidak tindakan fungsi indikasi atelektasis, ronki
efektif keperawatan pernapasan: indikasi akumulasi
berhubungan kebersihan jalan bunyi napas, secret/ketidakmampuan
dengan sekret napas efektif, kecepatan, irama, membersihkan jalan
kental atau sekret dengan criteria kedalaman dan napas sehingga otot
darah, hasil: penggunaan otot aksesori digunakan dan
kelemahan, upaya a. Mempertahan aksesori. kerja pernapasan
batuk buruk, kan jalan b. Catat meningkat.
edema napas pasien. kemampuan b. Pengeluaran sulit bila
trakeal/faringeal. b. Mengeluarkan untuk sekret tebal, sputum
sekret tanpa mengeluarkan berdarah akibat kerusakan
bantuan. secret atau batuk paru atau luka bronchial
c. Menunjukkan efektif, catat yang memerlukan
prilaku untuk karakter, jumlah evaluasi/intervensi lanjut
memperbaiki sputum, adanya c. Meningkatkan ekspansi
bersihan jalan hemoptisis. paru, ventilasi maksimal
napas. c. Berikan pasien membuka area atelektasis
d. Berpartisipasi posisi semi atau dan peningkatan gerakan
dalam Fowler, sekret agar mudah

25 | T U B E R K U L O S I S
program Bantu/ajarkan dikeluarkan.
pengobatan batuk efektif dan d. Mencegah
sesuai kondisi. latihan napas obstruksi/aspirasi.
dalam. Suction dilakukan bila
d. Bersihkan sekret pasien tidak mampu
dari mulut dan mengeluarkan sekret.
trakea, suction e. Membantu mengencerkan
bila perlu. secret sehingga mudah
e. Pertahankan dikeluarkan.
intake cairan f. Mencegah pengeringan
minimal 2500 membran mukosa.
ml/hari kecuali g. Menurunkan kekentalan
kontraindikasi. sekret, lingkaran ukuran
f. Lembabkan lumen trakeabronkial,
udara/oksigen berguna jika terjadi
inspirasi. hipoksemia pada kavitas
yang luas.
2 Gangguan Setelah diberikan a. Kaji dispnea, a. Tuberkulosis paru dapat
pertukaran gas tindakan takipnea, bunyi rnenyebabkan meluasnya
berhubungan keperawatan pernapasan jangkauan dalam paru-
dengan pertukaran gas abnormal. pani yang berasal dari
berkurangnya efektif, dengan Peningkatan bronkopneumonia yang
keefektifan kriteria hasil: upaya respirasi, meluas menjadi inflamasi,
permukaan paru, a. Melaporkan keterbatasan nekrosis, pleural effusion
atelektasis, tidak terjadi ekspansi dada dan meluasnya fibrosis
kerusakan dispnea. dan kelemahan. dengan gejala-gejala
membran alveolar b. Menunjukkan b. Evaluasi respirasi distress.
kapiler, sekret perbaikan perubahan- b. Akumulasi secret dapat
yang kental, ventilasi dan tingkat menggangp oksigenasi di
edema bronchial. oksigenasi kesadaran, catat organ vital dan jaringan.
jaringan tanda-tanda c. Meningkatnya resistensi
adekuat sianosis dan aliran udara untuk

26 | T U B E R K U L O S I S
dengan GDA perubahan warna mencegah kolapsnya
dalam rentang kulit, membran jalan napas.
normal. mukosa, dan d. Mengurangi konsumsi
c. Bebas dari warna kuku. oksigen pada periode
gejala distress c. Demonstrasikan/ respirasi.
pernapasan. anjurkan untuk e. Menurunnya saturasi
mengeluarkan oksigen (PaO2) atau
napas dengan meningkatnya PaC02
bibir disiutkan, menunjukkan perlunya
terutama pada penanganan yang lebih.
pasien dengan adekuat atau perubahan
fibrosis atau terapi.
kerusakan f. Membantu mengoreksi
parenkim. hipoksemia yang terjadi
d. Anjurkan untuk sekunder hipoventilasi
bedrest, batasi dan penurunan
dan bantu permukaan alveolar paru.
aktivitas sesuai
kebutuhan.
e. Monitor GDA.
f. Kolaborasi:
Berikan oksigen
sesuai indikasi.
3 Gangguan Setelah diberikan a. Catat status a. Berguna dalam
keseimbangan tindakan nutrisi paasien: mendefinisikan derajat
nutrisi,kurangdari keperawatan turgor kulit, masalah dan intervensi
kebutuhan diharapkan timbang berat yang tepat.
berhubungan kebutuhan nutrisi badan, integritas b. Membantu intervensi
dengan kelelahan, adekuat, dengan mukosa mulut, kebutuhan yang spesifik,
batuk yang kriteria hasil: kemampuan meningkatkan intake diet
sering, adanya a. Menunjukkan menelan, adanya pasien.
produksi sputum, berat badan bising usus, c. Mengukur keefektifan

27 | T U B E R K U L O S I S
dispnea, meningkat riwayat nutrisi dan cairan.
anoreksia, mencapai mual/rnuntah d. Dapat menentukan jenis
penurunan tujuan dengan atau diare. diet dan mengidentifikasi
kemampuan nilai b. Kaji ulang pola pemecahan masalah
finansial. laboratoriurn diet pasien yang untuk meningkatkan
normal dan disukai/tidak intake nutrisi.
bebas tanda disukai. e. Membantu menghemat
malnutrisi. c. Monitor intake energi khusus saat demam
b. Melakukan dan output secara terjadi peningkatan
perubahan periodik. metabolik.
pola hidup d. Catat adanya f. Mengurangi rasa tidak
untuk anoreksia, mual, enak dari sputum atau
meningkatkan muntah, dan obat-obat yang digunakan
dan tetapkan jika ada yang dapat merangsang
mempertahan hubungannya muntah.
kan berat dengan medikasi. g. Memaksimalkan intake
badan yang Awasi frekuensi, nutrisi dan menurunkan
tepat. volume, iritasi gaster.
konsistensi h. Memberikan bantuan
Buang Air Besar dalarn perencaaan diet
(BAB). dengan nutrisi adekuat
e. Anjurkan unruk kebutuhan
bedrest. metabolik dan diet.
f. Lakukan i. Nilai rendah
perawatan mulut menunjukkan malnutrisi
sebelum dan dan perubahan program
sesudah tindakan terapi.
pernapasan.
g. Anjurkan makan
sedikit dan
sering dengan
makanan tinggi

28 | T U B E R K U L O S I S
protein dan
karbohidrat.
4 Hipertermi Setelah diberikan a. Kaji suhu tubuh a. Mengetahui peningkatan
berhubungan tindakan pasien suhu tubuh, memudahkan
dengan proses keperawatan b. Beri kompres air intervensi
inflamasi aktif. diharapkan suhu hangat b. Mengurangi panas
tubuh kembali c. Berikan/anjurkan dengan pemindahan
normal dengan pasien untuk panas secara konduksi.
kriteria hasil: banyak minum Air hangat mengontrol
1500-2000 pemindahan panas secara
 Suhu tubuh
cc/hari (sesuai perlahan tanpa
36°C-37°C
toleransi) menyebabkan hipotermi
d. Anjurkan pasien atau menggigil.
untuk c. Untuk mengganti cairan
menggunakan tubuh yang hilang akibat
pakaian yang evaporasi
tipis dan mudah d. Memberikan rasa nyaman
menyerap dan pakaian yang tipis
keringat mudah menyerap keringat
e. Observasi intake dan tidak merangsang
dan output, tanda peningkatan suhu tubuh.
vital (suhu, nadi, e. Mendeteksi dini
tekanan darah) kekurangan cairan serta
tiap 3 jam sekali mengetahui
atau sesuai keseimbangan cairan dan
indikasi elektrolit dalam tubuh.
Tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien.
f. Pemberian cairan sangat
penting bagi pasien
dengan suhu tubuh yang

29 | T U B E R K U L O S I S
tinggi. Obat khususnya
untuk menurunkan panas
tubuh pasien.

5 Risiko tinggi Setelah diberikan a. Review patologi 1) Membantu pasien agar


infeksi tindakan penyakit fase mau mengerti dan
penyebaran / keperawatan tidak aktif/tidak aktif, menerima terapi yang
aktivitas ulang terjadi penyebaran diberikan untuk
infeksi penyebaran/ infeksi melalui mencegah komplikasi.
berhubungan aktivitas ulang bronkus pada 2) Orang-orang yang
dengan infeksi, dengan jaringan beresiko perlu program
pertahanan primer kriteria hasil: sekitarnya atau terapi obat untuk
tidak adekuat, a. Mengidentifik aliran darah atau mencegah penyebaran
fungsi silia asi intervensi sistem limfe dan infeksi.
menurun/ statis untuk resiko infeksi 3) Kebiasaan ini untuk
sekret, malnutrisi, mencegah/me melalui batuk, mencegah terjadinya
terkontaminasi nurunkan bersin, meludah, penularan infeksi.
oleh lingkungan, resiko tertawa., ciuman 4) Mengurangi risilio
kurang informasi penyebaran atau menyanyi. penyebaran infeksi.
tentang infeksi infeksi. b. Identifikasi 5) Febris merupakan
kuman. b. Menunjukkan/ orang-orang indikasi terjadinya
melakukan yang beresiko infeksi.
perubahan terkena infeksi 6) Pengetahuan tentang
pola hidup seperti anggota faktor-faktor ini
untuk keluarga, teman, membantu pasien untuk
meningkatkan orang dalam satu mengubah gaya hidup
lingkungan perkumpulan. dan
yangaman. c. Anjurkan pasien menghindari/mengurangi
menutup mulut keadaan yang lebih
dan membuang buruk.
dahak di tempat 7) Periode menular dapat
penampungan terjadi hanya 2-3 hari

30 | T U B E R K U L O S I S
yang tertutup setelah permulaan
jika batuk. kemoterapi jika sudah
d. Gunakan masker terjadi kavitas, resiko,
setiap melakukan penyebaran infeksi dapat
tindakan. berlanjut sampai 3 bulan.
e. Monitor 8) INH adalah obat pilihan
temperatur. bagi penyakit
f. Identifikasi Tuberkulosis primer
individu yang dikombinasikan dengan
berisiko tinggi obat-obat lainnya.
untuk terinfeksi Pengobatan jangka
ulang pendek INH dan
Tuberkulosis Rifampisin selama 9
paru, seperti: bulan dan Etambutol
alkoholisme, untuk 2 bulan pertama.
malnutrisi, 9) Obat-obat sekunder
operasi bypass diberikan jika obat-obat
intestinal, primer sudah resisten
menggunakan 10) Untuk mengawasi
obat penekan keefektifan obat dan
imun/ efeknya serta respon
kortikosteroid, pasien terhadap
adanya diabetes
melitus, kanker.
g. Tekankan untuk
tidak
menghentikan
terapi yang
dijalani.

31 | T U B E R K U L O S I S
4) Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan komponen dari proses
keperawatan yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang
diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Implementasi mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja
aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan sesuai
dengan intervensi yang telah dibuat.

5) Evaluasi Keperawatan

No. Hari/tgl/jam Diagnosa Evaluasi


1. Bersihan jalan napas tidak S: Diharapkan pasien mengatakan
efektif berhubungan dengan tidak mengalami susah dalam
sekret kental atau sekret darah, bernapas
kelemahan, upaya batuk buruk, O: Diharapkan pasien dapat
edema trakeal/faringeal mengeluarkan sputum tanpa
hambatan
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien

2. Gangguan pertukaran gas S : Diharapkan pasien mengatakan


berhubungan dengan lebih mudah untuk bernafas
berkurangnya keefektifan O : Diharapkan tidak ada tanda-
permukaan paru, atelektasis, tanda distress pernapasan
kerusakan membran alveolar A : Masalah teratasi
kapiler, sekret yang kental, P : Pertahankan kondisi klien
edema bronchial.
3. Gangguan keseimbangan S :Diharapkan pasien mengatakan
nutrisi, kurang dari kebutuhan nafsu makannya sudah kembali
berhubungan dengan normal

32 | T U B E R K U L O S I S
kelelahan, batuk yang sering, O: Diharapkan pasien bisa makan
adanya produksi sputum, dengan porsi makanan yang terus
dispnea, anoreksia, penurunan meningkat (dari ¼ piring menjadi
kemampuan finansial. ½ piring)
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi dan
pertahankan kondisi pasien.

4. Hipertermi berhubungan S : Diharapkan pasien mengatakan


dengan proses inflamasi aktif. suhunya sudah kembali normal
O : Suhu tubuh pasien 36°C-37°C.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien

5. Risiko tinggi infeksi S: Diharapkan pasien mengatakan


penyebaran / aktivitas ulang tidak mengalami gejala infeksi
infeksi berhubungan dengan baru.
pertahanan primer tidak O: Diharapkan pasien tidak
adekuat, fungsi silia menurun/ menunjukkan gejala-gejala infeksi
statis sekret, kerusakan dan dapat menerapkan perilaku
jaringan akibat infeksi yang hidup sehat.
menyebar, malnutrisi, A: Masalah teratasi sebagian
terkontaminasi •
oleh P: Lanjutkan intervensi dan
lingkungan, kurang informasi pertahankan kondisi pasien.
tentang infeksi kuman.

33 | T U B E R K U L O S I S
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
TB atau TBC adalah penyakit menular disebabkan oleh kuman
tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis). Umumnya menyerang paru,
tetapibisa juga menyerang bagian tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening,
selaput otak, kulit, tulang dan persendian, usus, ginjal dan organ tubuh
lainnya (PPTI, 2010).
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-
0,6/Um. Kuman TB terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan
dan arabinomanan.

B. Saran
Makanmakanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan tubuh
meningkat untuk membunuh kuman TB, tidur dan istirahat yang cukup, tidak
merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba, lingkungan yang bersih
baik tempat tinggal dan disekitarnya, membuka jendela agar masuk sinar
matahari di semua ruangan rumah karena kuman TB akan mati bila terkena
sinar matahari, imunisasi BCG bagi balita, yang tujuannya untuk mencegah
agar kondisibalita tidak lebih parah bila terinfeksi TB.
kepada para tenaga kesehatan diharapkan untuk benar-benar memahami
tentang gangguan pernafasan yang terjadi. Agar nantinya tidak terjadi
kesalahan dalam hal pembuatan konsep asuhan keperawatan terhadap keluhan
pasien yang bermasalah dengan sistem pernafasan.

34 | T U B E R K U L O S I S

Вам также может понравиться