Вы находитесь на странице: 1из 20

1.

Anatomi Fungsional

Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa tulang, otot, struktur persendian dan
diinervasi oleh beberapa syaraf.

a. Tulang pembentuk sendi pergelangan tangan

Tulang-tulang pada sendi pergelangan tangan yaitu ada 2 deretan. Deretan pertama terdiri
dari tulang radius dan ulna. Deretan yang kedua terdiri atas delapan tulang carpalia yang
tersusun dalam dua deretan. Tulang carpal deretan proksimal antara lain scapoideum,
lunatum, triquetrum, dan pissiforme. Sedangkan bagian distal terdiri atas tulang trapezium,
trapezoideum, capitatum, dan hamatum.

1) Tulang scapoideum

Tulang ini berbentuk perahu dengan dataran proksimal yang konveks bersendi dengan tulang
radius. Tulang ini mempunyai dataran sendi yaitu kearah ulnar bersendi dengan tulang
hamatum, kearah distal bersendi dengan tulang trapezium, kapitatum, dan trapezoideum, dan
pada permukaan volar memiliki tonjolan yang disebut tuberositas scapoideum ( Putz R dan
R. Pabst, 2005 ).

2) Tulang lunatum

Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial dengan tulang
scapoideum, kearah ulnar dengan tulang triquetum, kearah distal dengan tulang kapitatum.
Tulang ini mempunyai dataran proximal yang konveks yang bersendi dengan tulang radius,
dan berbentuk kecil , seperti bulan sabit ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

3) Tulang triquetrum

Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah proximal dengan tulang radius, kearah
radial dengan tulang lunatum, kearah ulnar dan volar berhubungan dengan tulang pisiforme
yang melekat pada permukaan volar tulang triquetrum, dan kearah distal dengan tulang
hamatum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

4) Tulang pisiforme

Tulang yang berbentuk kecil, agak bulat sebesar biji kacang ini melekat di dataran volar pada
tulang triquetum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

5) Tulang trapezium

Tulang ini mempunyai hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah vollar dengan trpezoidium
dan terdapat tonjolan tulang yang disebut tuberositas osis trapezium, kearah proximal dengan
tulang scapoideum, kearah distal dengan tulang metacarpal I dan II ( Putz R dan R. Pabst,
2005 ).

6) Tulang trapezoideum
Tulang ini kearah radial mempunyai hubungan dengan tulang trapezium, ke arah ulnar
dengan tulang kapitatum, ke arah distal dengan tulang metacarpal II, dan ke arah proximal
berhubungan dengan tulang scapoideum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

7) Tulang kapitatum

Memiliki bangunan bulat dan panjang sebagai kaputnya. Mempunyai hubungan dengan
tulang lain yaitu ke arah radial berhubungan dengan tulang trapezoideum, ke arah proximal
dengan tulang scapoideum dan lunatum. Kearah ulnar dengan tulang hamatum, dan kearah
distal dengan tulang metacarpal II, III, dan IV ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).

8) Tulang hamatum

Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah proximal dengan tulang triquetum,
kearah radial dengan tulang kapitatum, kearah distal dengan metacarpal IV dan V. Dan
kearah volar memiliki bangunan seperti lidah yang disebut hamalus ossis hamati ( Putz R dan
R. Pabst, 2005 ).

Pada os scaphoideum dan os trapezium yang masing-masing mempunyai tonjolan tulang


pada bagian volarnya membentuk eminentia carpi radialis. Disebelah ulnarnya terdapat
eminentia carpi ulnaris yang dibentul oleh os pisiforme dan hamalus ossis hamati.

Gambar 1

Tulang-tulang pergelangan tangan ( Putz R dan R. Pabst, 2005 )

b. Ligamen

Ligamen collateral carpi ulnar yang membentang dari proceccus styloideus ulna menuju ke
tulang triquetum. Ligamen collateral carpi radialis yang membentang dari processus
stiloideus radii menuju ke tulang scapoideum dan ligamen intercarpal yang terdiri dari
ligamen interlaveum volare dan dorsale, ligamen interseum dan ligamen carpi arquatum.

Gambar 2

Potongan transversal terowongan carpal ( Putz R dan R. Pabst, 2005 )

c. Otot

Otot merupakan stabilitas aktif dan penggerak tulang pembentuk sendi. Otot pergelangan
tangan secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu oto fleksor dan otot ekstensor
yang masing-masing terbagi dua bagian yaitu superficialis dan profunda. Otot fleksor
superficialis yaitu otot fleksor carpi ulnaris, fleksor carpi radialis, fleksor digitorum sublimes
dan palmaris longus (Cailliet, 1990).

Otot fleksor carpi radialis dan fleksor carpi ulnaris berfungsi fleksi pergelangan tangan, dan
otot ekstensi ekstensor carpi radialis longus brevis dan ekstensor carpi ulnaris berfungsi
ekstensi pergelangan tangan. Pada gerakan ulnar deviasi dilakukan oleh m. ekstensor carpi
ulnaris dan fleksor carpi ulnaris. Sedangkan gerakan radial deviasi dilakukan oleh m.
ekstensor carpi radialis, fleksor carpi radialis, ekstensor pollicis brevis dan abductor pollicis
longus.

d. Nerves medianus

Berasal dari pleksus brakhialis dengan dua buah caput yaitu kaput medial dari fasikulus
medialis dan kaput lateral dari fasikulus lateralis. Kedua kaput tersebut bersatu pada tepi
bawah otot pectoralis minor, jadi serabut dalam trunkus berasal dari tiga atau empat segmen
medulla spinalis (C6-8, Th1). Dalam lengan serabut saraf ini tidak bercabang. Truncus
berjalan turun sepanjang arteri brachialis dan melewati sisi volar lengan bawah dan
bercabang masuk ke tangan dan berakhir dengan cabang dan muscular kutaneus (Chusid,
1993).

Otot-otot yang mensyarafi nerves medianus antara lain: m. pronator teres , m. flexor carpi
radialis, m. palmaris longus, m. flexor digitorum provundus, m.flexor pollicis longus dan
pronator quadratus (Chusid, 1993). Apabila ada lesi yang mengenai nerves medianus akan
mengakibatkan terjadinya pengurangan sensoris pada bagian volar lengan bawah, daerah
palmar tangan jari 1,2,3 dan setengah jari ke-4.

Gambar 3

Otot-otot pergelangan tangan tampak palmar ( Putz R dan R. Pabst, 2005 )

Gambar 4

Otot-otot lengan tampak palmar ( Putz R dan R. Pabst, 2005 )

e. Biomekanik

Ditinjau dari morfologinya termasuk artikulasio ellipsoidea, tetapi fungsinya sebagai


artikulatio gluboidea. Gerakan yang terjadi pada persendian itu yaitu flexi dengan LGS 80°,
extensi 70°, ulnar deviasi 30 °, dan radial deviasi 20°. Derajat flexi dan ulnar deviasi lebih
besar dibandingkan dengan gerakan extensi dan radial deviasi, hal ini disebabkan karena
bentuk permukaan sendi radius dari ligamen bagian dorsal lebih kendor dari pada bagian
palmar (Chusid, 1967).

Gambar 5

Perjalanan nerves medianus ( Putz R dan R. Pabst, 2005 )

2. Definisi

Carpal Tunnel Syndrom adalah entrapment neuropaty yang sering terjadi. akibat adanya
tekanan nervus medianus pada saat melalui terowongan karpal di pergelangan tangan
tepatnya di bawah flexor retinakulam (Rambe, 2004).

3. Etiologi
Carpal tunnel syndrom dapat dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronis, namun pada sebagian
kasus etiologinya tidak diketahui ( idiopatik ), terutama pada penderita lanjut usia. Selain itu
gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dapat menambah resiko carpal tunnel
syndrom (Maxey, 1990). Nerves medianus dapat terjebak juga di carpal tunnel itu. Etiologi
lain adalah (1) trauma seperti (dislokasi atau fraktur yang mengenai tulang carpal atau ujung
radius atau fraktur colles atau hematom pada lengan bawah, sprain pergelangan tangan,
pekerjaan dalam posisi menekuk atau fleksi ekstensi secara berulang- ulang), (2) infeksi oleh
karena sinovitis seperti tenosinovitis yang disebabkan karena inflamasi kronis serta fibrosis
pada fleksor sinoviali; infeksi karena tuberculosis, (3) penyakit degeneratif seperti
osteoartritis, (4) penyakit kolagen vaskuler seperti remathoid arthritis amiloidosis
hipotiroidisme dan lupus erimatosis yang mempredisposisi kompresi saraf median didalam
terowongan karpal akibat penebalan dan hipertrofi ligament serta jaringan ikat lainnya, (5)
penyakit iatrogenik seperti punksi arteri radialis, hematoma, komplikasi dari terapi anti
koagulan (6) Neoplasma seperti kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma (7)
Kehamilan juga bisa menyebabkan sindroma ini diduga karena retensi air pada jaringan ikat
sekitar pergelangan tangan, sindroma biasanya terjadi pada trisemester ketiga yang biasanya
bilateral (Rambe, 2004).

4. Patologi

Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis carpal tunnel syndrom. Sebagian berpendapat
bahwa faktor mekanik dan vaskuler memegang peranan penting dalam terjadinya carpal
tunnel syndrom. Tapi umumnya carpal tunnel syndrome ini terjadi secara kronis dimana
terjadi penebalan flexor retinakulum, yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus.
Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan
intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini
akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti anoxia, yang akan merusak endotel.
Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak
serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan akan digantikan oleh jaringan ikat
yang mengakibatkan fungsi dari nervus medianus terganggu (Rambe, 2004).

5. Tanda dan gejala

a. Gangguan sensorik

Gangguan sensorik yang timbul awalnya adalah parestesia, kurang merasa (numbness) atau
rasa jari seperti terkena aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-
kadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di
malam hari. Gejala lain adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih memberat di malam
hari . Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan
parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan (Rambe, 2004). Dapat pula
dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergelangan tangan terutama
di pagi hari.

b. Gangguan motoris

Pada tahap lanjut dapat terjadi gangguan pada nerves medianus yang menimbulkan
kelemahan otot tenar sehingga jari-jari tidak dapat digunakan untuk bekerja, misalnya
menjahit, menulis, mengancingkan baju, mengendarai motor.
6. Komplikasi

Komplikasi carpal tunnel syndrome adalah atrofi otot-otot thenar, kelemahan otot-otot thenar,
dan ketidakmampuan tangan untuk beraktifitas (Shidarta, 1984).

7. Prognosis Gerak dan Fungsi

Carpal tunnel syndrome yang kasusnya idiopatik mempunyai gejala yang timbul dan
hilang dalam beberapa bulan atau tahu, tapi rasa tidak enak pada malam hari dapat lebih
menonjol dan berlangsung sehingga mengganggu penderita. Progresitifitasnya lebih sering
terjadi bila ada penyakit yang melatarbelakanginya. Bila hanya ada kelainan sensorik,
kelainan ini bersifat reversible, tapi bila dijumpai kelainan motorik maka kesembuhanya
lebih lama walaupun telah melakukan banyak terapi.

8. Diagnosa Banding

Diagnosa carpal tunnel syndrome adalah (1) Pronator teres syndrome, keluhannya
lebih menonjol pada rasa nyeri pada telapak tangan karena cabang nerves medianus ke kulit
telapak tangan tidak melaui terowongan karpal, (2) Inoracic outlet syndrome, dijumpai atrofi
otot-otot tangan lainya selain otot-otot thenar, (3) Cervical radikulopathy, keluhannya
berkurang bila leher diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak (Rambe, 2004).

B. Deskripsi Problematik Fisioterapi

1. Impairment

a. Nyeri

Terjadi karena tekanan yang berulang-ulang dan penjepitan nerves medianus sehingga
tekanan intrafesikuler meningkat.

b. Parestesia

Terjadi karena penjepitan pada nerves medianus sehingga aliran darah ke otot-otot yang
disyarafi nerves medianus berkurang (Rambe, 2004) .

c. Penurunan kekuatan otot dan kemampuan fungsional

Terjadi karena nyeri yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang yang mengakibatkan
otot inaktif sehingga elastisitasnya berkurang .

1. 2. Functional Limitation

Penderita mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari seperti mengendarai motor,


menyapu, mencuci, dan lain-lain.

1. 3. Disability
Aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan tangan terganggu dalam melakukan
aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, sebagai anggota keluarga serta dalam lingkungan
masyarakat.

C. Teknologi Intervensi Fisioterapi


Modalitas yang digunakan yaitu dengan ultra sonic dan terapi latihan berupa latihan
penguatan otot–otot pada tangan berupa latihan resisted exercise.

1. Ultra Sonic

Gelombang ultra sonic adalah gelombang suara yang tidak dapat didengar oleh manusia.
Merupakan gelombang longitudinal yang gerakan partikelnya yang perambatanya
memerlukan media penghantar. Media penghantar harus elastis agar partikel bisa berubah
bentuk. Dari sini dijumpai daerah padat atau Compression dan daerah renggang atau
refraction (Sujatno dkk, 2002).

Dalam penggunaaan modalitas ultra sonic beberapa ahli membuktikan bahwa ultra sonic
efektif untuk mengurangi nyeri karena ultra sonic dapat meningkatkan ambang rangsang,
mekanisme dari efek termal panas. Selain itu pembebasan histamin, efek fibrasi dari ultra
sonic terhadap gerbang nyeri dan suatu percobaan ditemukan bahwa pemakaian ultra sonic
dengan pulsa rendah dapat merangsang pengeluaran dan pelepasan histamine. Histamine
menyebabkan pelebaran pembuluh darah lokal sehingga terjadi percepatan pembersihan zat
atau bahan kimia yang menyebabkan nyeri (Cameron, 1999).

a. Mesin ultra sonic

Mesin ultra sonic terdiri dari sirkuit primer dan sirkuit skunder. Sirkuit primer adalah
generator berfrekuensi tinggi yang membangkitkan arus listrik berfrekuensi tinggi pula.
Sirkuit ini yang dihubungkan dengan tranduser dari bahan piezo elektrik yang disebut sebagai
sirkuit skunder yang memiliki frekuensi sama dengan sirkuit primer . Frekuensi sirkuit
sekunder juga ditentukan oleh ketebalan bahan piezo elektrik yang harus disesuaikan dengan
sirkuit primer. Mesin ultra sonic dapat memberikan energi secara kontinyu dan terputus. Pada
pemberian-pemberian ultra sonic secara terputus efek panas dapat ditekankan dan
memungkinkan pemberian dengan intensitas yang tinggi. Sedang pemberian pemberian
secara kontinyu lebih menekankan efek termalnya.

Dalam tranduser terdapat area yang memiliki radiasi efektif yang disebut dengan ERA (
Effective Radiating Area ). Penentuan ERA sangat penting dalam pemberian intensitas selain
luas daerah yang diobati.

b. Fisika Dasar Ultra Sonic

1) Sifat-sifat gelombang Ultra sonic

Gelombang ultra sonic memiliki dua area pancaran yang masing-masing memiliki
karakteristik yang berbeda yaitu area konvergen dan area divergen. Area konvergen memiliki
ciri terdapat gejala intervensi pada bundle tersebut sehingga timbul variasi intensitas yang
besar (Sujatno dkk, 2002). Sedangkan area divergen memiliki ciri tidak terjadi gejala
interfensi sehingga bundle gelombang sama dan intensitas semakin berkurang. Jika jarak
tranduser semakin jauh dari permukaan tubuh. Pada area ini bundle gelombangnya memiliki
diameter lebih besar sehingga penyerapan energi lebih besar .

2) Panjang gelombang

Frekuensi dari mesin ultra sonic tetap dan kecepatan penyebaran ditentukan oleh medium,
maka panjang gelombang tergantung dari medium yang digunakan.

3) Penyebaran gelombang ultra sonic

Penyebaran gelombang ultra sonic di dalam tubuh manusia timbul oleh karena fenomena
yaitu adanya refleksi dan difergensi pada area divergen. Adanya penyebaran gelombang ultra
sonic dapat menimbulkan efek di luar daerah pancaran bundle ultra sonic sehingga harus
diperhatikan media-media yang kuat daya refleksinya seperti metal, udara, dan jaringan
tulang.

4) Penyerapan dan penetrasi pada gelombang ultra sonic

Jika energi ultra sonic masuk kedalam jaringan tubu, maka efek pertama yang diharapkan
adalah efek biologis. Oleh karena adanya penyerapan tersebut semakin dalam gelombang
ultra sonic masuk kedalam tubuh, maka intensitasnya akan semakin berkurang.

Gelombang ultra sonic diserap jaringan tubuh dalam berbagai ukuran. Sebagai ukuran
digunakan koefisien penyerapan. Penyerapan tergantung pada frekuensi. Pada frekuensi
rendah penyerapanya lebih sedikit dari pada yang berfrekuensi tinggi. Disamping refleksi,
koefisien penyareapan menentukan penyebaran ultra sonic di dalam tubuh.

Semakin dalam gelombang ultra sonic masuk kedalam tubuh semakin besar pula
intensitasnya. Pada frekuensi rendah penyerapan lebih sedikit daripada frekuensi tinggi.

5) Bentuk gelombang

Bentuk gelombang dari ultra sonic antara lain (a) Continous yaitu gelombang yang
dihantarkan secara terus-menerus (b) Interupted / pulsa yaitu gelombang yang terputus,
dengan bentuk pulsa dan lamanya ditentukan oleh karakteristik mesin yang digunakan.

6) Media penghantar

Media penghantar harus memenuhi kriteria harus bersih dan steril pada keadaan tertentu,
tidak terlalu cair ( kecuali metode sub aqual ), tidak cepat terserap kuli, tidak menyebabkan
flek-flek, tidak menimbulkan iritasi kulit, mudah meghantarkan ultra sonik, transparan dan
murah.

c. Efek dari ultra sonic

1) Efek mekanik
Efek yang pertama kali didapat oleh tubuh adalah efek mekanik. Gelombang ultra sonic
menimbulkan peregangan dan perapatan didalam jaringan dengan frekuensi yang sama
dengan frekuensi dari ultra sonic. Efek mekanik ini juga disebut dengan micro massage.
Pengaruhnya terhadap jaringan yaitu meningkatkan permeabilitas terhadap jaringan dan
meningkatkan metabolisme.

Micro massage adalah merupakan efek teraputik yang penting karena semua efek yang timbul
oleh terapi ultra sonic diakibatkan oleh micro massage ini.

2) Efek termal

Panas yang dihasilkan tergantung dari nilai bentuk gelombang yang digunakan, intensitas dan
lama pengobatan. Yang paling besar yang menerima panas adalah jaringan antar kulit dan
otot. Efek termal akan memberikan pengaruh pada jaringan yaitu bertambahnya aktivitas sel,
vasodilatasi yang mengakibatkan penambahan oksigen dan sari makanan dan memperlancar
proses metabolisme.

3) Efek biologi

Efek biologi merupakan respon fisiologi yang dihasilkan dari pengaruh mekanik dan termal.
Pengaruh biologi ultra sonic terhadap jaringan antara lain:

a) Memperbaiki sirkulasi darah

Pemberian ultra sonic akan mengakibatkan kenaikan temperatur dan vasodilatasi sehingga
aliran darah ke daerah yang diobati menjadi lebih lancar. Hal ini akan memungkinkan proses
metabolisme dan pengangkutan sisa metabolisme serta suplai oksigen dan nutrisi menjadi
meningkat.

b) Rileksasi otot

Rileksasi otot akan mudah dicapai bila jaringan dalam keadaan hangat dan rasa sakit tidak
ada . Pengaruh termal dan mekanik dari ultra sonic dapat mempercepat proses pengangkutan
sel P (zat asam laktat) sehingga dapat memberikan efek rileksasi pada otot.

c) Meningkatkan permeabilitas jaringan

Energi ultra sonic mampu menambah permeabilitas jaringan otot dan pengaruh mekaniknya
dapat memeperlunak jaringan pengikat.

d) Mengurangi nyeri

Nyeri dapat berkurang dengan pengaruh termal dan pengaruh langsung terhadap saraf. Hal ini
akibat gelombang pulsa yang rendah intensitasnya memberikan efek sedatif dan analgetik
pada ujung saraf sensorik sehingga mengurangi nyeri. Pengurangan rasa nyeri ini diperoleh
antara lain, perbaikan sirkulasi darah, normalisasi dari tonus otot, berkurangnya tekanan
dalam jaringan, berkurangnya derajat keasaman.

e) Mempercepat penyembuhan
Ultra sonic mampu mempercepat proses penyembuhan jaringan lunak . Adanya peningkatan
suplai darah akan meningkatkan zat antibody yang mempercepat penyembuhan dan
perbaikan pembuluh darah untuk memperbaiki jaringan.

f) Pengaruh terhadap saraf parifer

Menurut beberapa penelitian bahwa ultra sonic dapat mendepolarisasikan saraf efferent,
ditunjukkan bahwa getaran ultra sonic dengan intensitas 1,2 w/cm2 dengan gelombang
kontinyu dapat mempengaruhi exitasi dari saraf perifer. Efek ini berhubungan dengan efek
panas. Sedangkan dari aspek mekanik tidak teralu berpengaruh (Sujatno dkk, 2002).

2. Terapi Latihan

Terapi latihan merupakan salah satu pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaanya
menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif. Atau pula dapat
didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mempercepat proses penyembuhan dari suatu cidera
yang telah merubah cara hidupnya yang normal. Hilangnya suatu fungsi atau adanya
hambatan dalam melakanakan suatu fungsi dapat menghambat kemampuan dirinya untuk
hidup secara independent yaitu dalam melaksanakan aktifitas kerja (Priyatna, 1985).

Tujuan dari terapi latihan adalah (1) Memajukan aktifitas penderita, (2) Memajukan
kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi
serta bertujuan, sehingga dapat beraktifitas normal (Priyatna, 1985).

Terapi latihan pada carpal tunnel syndrom adalah resisted active exercise merupakan latihan
yang dilakukan dengan memberikan tahanan dari luar terhadap kerja otot yang memebentuk
suatu gerakan. Tahanan dari luar tersebut bisa berasal dari tahanan manual ataupun mekanik
(Kisner,1996). Apabila otot itu berkontaksi dengan melawan suatu tahanan, maka ketegangan
dalam otot itu akan naik. Karena ketegangan otot bertambah ( bila melawan melawan suatu
tahanan) maka untuk memperkuat otot- otot dengan menggunakan resistance. Tahanan yang
dilaksanakan bisa menggunakan tahanan manual, kantong pasir, per, dan karet. Efek
penggunaan resisted exercise adalah: (1) Menaikkan kekuatan dan daya tahan otot, (2)
Memperbaiki ketidakseimbangan otot, (3) Memperkembang koordinasi gerakan, (4)
Memperbaiki kemampuan fungsional, (5) Memperbaiki kondisi umum penderita.

BAB III

PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. Pengkajian Fisioterapi

1. Anamnesis

Anamnesis adalah suatu tanya jawab mengenai keadaan pasien yang bisa dilakukan
langsung oleh pasien sendiri dan dilakukan orang lain yang mengetahui keadaan pasien.

1. Anamnesis umum
Ditanyakan mengenai identitas pasien yang meliputi nama: Ny. Eni, umur: 33 tahun, jenis
kelamin: perempuan, agama: islam, alamat: Klipang Permai Blok G No. 134 Semarang,
pekerjaan: ibu rumah tangga.

1. Anamnesis khusus

Merupakan anamnesis yang berhubungan dengan kondisi carpal tunnelnya, meliputi:

1) Keluhan utama

Merupakan suatu kondisi yang dirasakan oleh pasien yaitu adanya nyeri, terasa tebal,
kesemutan yang dirasakan oleh pasien pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

2) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat penyakit sekarang diketahui sejak tiga bulan yang lalu, pasien merasakan kesemutan
dan rasa tebal pada telapak tangan disertai nyeri. Setelah dirasakan lama-kelamaan rasa
kesemutan itu makin sering terjadi dan pasien kesulitan untuk melakukan pekerjaan rumah
tangga, seperti mencuci, memasak, menyapu, dan mengendarai motor. Pada bulan November,
pasien memeriksakan ke RSUD Kota Semarang datang ke dokter saraf kemudian dirujuk ke
fisioterapi.

3) Riwayat penyakit dahulu

Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa dan tidak pernah mengalami hal-hal yang
memicu penyakit tersebut.

4) Riwayat pribadi

Pasien adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari melakukan aktivitas di rumah, seperti
mencuci, memasak, dan menyapu dan bepergian naik motor.

5) Riwayat penyakit penyerta

Pasien tidak punya penyakit lain.

6) Riwayat keluarga

Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit serupa.

7) Anamnesis system

Anamnese system diperoleh informasi untuk system (a). Kepala dan leher, tidak ada keluhan,
(b). Kardiovaskuler, tidak ada keluhan, (c). Respirasi, tidak ada keluhan, (d). Gastro
intestinal, tidak ada keluhan, (e).Urogenital, tidak ada keluhan, (f). Muskuloskeletal, ada rasa
nyeri pada pergelangan tangan kanan dan kiri, (g). Nervorum, ada rasa tebal dan kesemutan
pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

1. 2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital, inspeksi,
palpasi, pemeriksaan gerak, kemampuan fungsional, pemeriksaan kognitif, pemeriksaan
spesifik.

a. Pemeriksaan vital sign

Pemeriksaan vital sign yaitu pemeriksaan yang meliputi pengukuran tekanan darah, denyut
nadi, pernafasan, suhu, tinggi badan dan berat badan. Untuk pemeriksaaan yang dilakukan
pada tanggal 5 Desember 2007 diperoleh data Tekanan darah 110/80 mmHg, Denyut nadi 72
kali, Pernafasan 18 kali, tinggi badan 150 cm, berat badan 40 kg.

b. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati pada kasus carpal tunnel
syndrome. Inspeksi yang perlu diperhatikan adalah, (1) Keadaan umum pasien yaitu baik, (2)
Tanda-tanda inflamasi tidak ada, (3) Deformitas tidak ada, (4) Atrofi otot-otot sekitar
pergelangan tangan tidak ada.

c. Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan dengan cara meraba, menekan dan memegang bagian
tangan pasien untuk mengetahui (1) Adanya nyeri tekan, (2) Suhu normal, (3) Tidak ada
pembengkakan.

d. Perkusi

Tidak dilakukan.

e. Auskultasi

Tidak dilakukan.

3. Pemeriksaan Gerak

1. Pemeriksaan Gerak Aktif

Pada pemeriksaan gerak aktif untuk memperoleh informasi tentang adanya nyeri gerak,
kekuatan otot, koordinasi gerakan. Pada pemeriksaan ini pasien diminta melakukan gerakan
ke segala arah bidang gerak yaitu gerakan fleksi wrist, ekstensi wrist, ulnar deviasi, dan radial
deviasi. Dan dari pemeriksaan tersebut pasien dapat menggerakkan pergelangan tangan kanan
dan kiri ke segala bidang gerak dengan full ROM tanpa disertai keluhan nyeri di akhir
gerakan.

b. Pemeriksaan Gerak Pasif

Pada pemeriksaan gerak pasif untuk mengetahui adanya nyeri gerak atau nyeri tekan, end
feel sendi pergelangan tangan. Pada pemeriksaan gerakan dilakukan penuh oleh terapis ke
segala arah bidang gerak yaitu gerakan fleksi-ekstensi pergelangan tangan, ulnar deviasi, dan
radial deviasi yang dilakukan penuh oleh terapis tanpa menimbulkan kontraksi otot. Dan dari
pemeriksaan tersebut didapatkan nyeri pada akhir gerakan. Dan endfeell pada pergelangan
tangan yaitu endfeell lunak.

c. Pemeriksaan Gerak Isometrik Melawan Tahanan

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memprovokasi nyeri musculotendineusnya. Pada


pemeriksaan gerakan ini pasien diminta melakukan gerakan ke segala arah bidang gerak yaitu
gerakan fleksi wrist, ekstensi wrist, ulnar deviasi, dan radial deviasi yang dilakukan penuh
oleh pasien dengan tahanan dari terapis. Dan didapatkan pasien dapat menggerakan ke segala
arah yaitu pada gerakan flexi-ekstensi wrist, abduksi dan adduksi wrist, ulnar dan radial
deviasi wrist, dan ada sedikit keluhan nyeri.

4. Kemampuan Fungsional

Pemeriksaan kemampuan fungsional ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pasien


dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan yang berhubungan dengan lingkungan.
Kemampuan fungsional meliputi:

a. Kemampuan fungsional dasar

Pasien mampu menggenggam, fleksi dan ekstensi, serta radial dan ulnar deviasi
pergelangan tangan kanan dan kiri.

1. Aktivitas fungsional

Pasien dapat melakukan aktifitas makan dengan menggunakan tangan tanpa timbul nyeri,
mampu memasak, mencuci baju, menyapu dan mengendarai motor secara mandiri tapi dalam
jangka waktu yang lama timbul nyeri dan kesemutan.

c. Lingkungan aktivitas

Lingkungan aktivitas pasien tidak mendukung untuk kesembuhan karena banyak aktivitas
yang dilakukan dengan tangan, seperti mencuci baju dan menyapu dan bepergian naik motor.

1. 5. Pemeriksaan kognitif, intra personal, interpersonal

Pemeriksaan kognitif diketahui bahwa memori pasien baik, mampu memahami dan
mengikuti instruksi terapis. Pemeriksaan interpersonal diketahui bahwa pasien mempunyai
semangat untuk sembuh sehingga dia rajin datang untuk terapi. Pemeriksaan
intrapersonal diketahui bahwa pasien dapat bekerjasama dan berkomunikasi baik dengan
terapis atau lingkungan sekitar.

6. Pemeriksaan spesifik

a. Test profokasi

1) Phalen test
Pergelangan tangan penderita dipertahankan selama kira-kira 30 detik dalam posisi flexi
palmar penuh. Hasil yang diperoleh hasil positif menunjukkan nyeri pada pergelangan
tangan kanan dan kiri.

Gambar 6

Phalen test (De Wolf & Mens, 1994)

2) Thinel test

Test ini mendukung diagnosa jika timbul parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus
medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsi
fleksi. Dan hasil yang diperoleh adalah positif pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

Gambar 7

Tinel test (De Wolf & Mens, 1994)

3) Phrayer test

Ekstensikan pergelangan tangan dengan maksimal tahanan selama 30 detik kemudian


lepaskan maka akan timbul nyeri di pergelangan tangan. Dan hasil yang diperoleh adalah
positif pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

b. Dermatom test

Dermatom test adalah test sensitifitas pada daerah yang mendapatkan persyarafan
nervus medianus. Yaitu berupa test tajam tumpul ataupun panas dingin. Dan hasil dari
dermatom test yang penulis lakukan menunjukkan tidak adanya pengurangan sensibilitas
pada daerah yang disyarafi nerves medianus pada pergelangan tangan kanan dan kiri.

c. Pengukuran kekuatan otot

Yaitu pengukuran secara fungsional dengan mengukur kekuatan dan integrasi dari fungsi
dasar tangan yang berupa kelompok otot flexor, ekstensor, abduktor, dan adduktor
pergelangan tangan dengan menggunakan MMT (Manual muscle Testing). MMT (Manual
Muscle Testing) adalah suatu usaha untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam
menunjukkan kontraksi otot. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan adalah

Tabel 1

Nama Otot Nilai otot


Wrist kanan: 4

Fleksor wrist 5

Ekstensor wrist 5
Ulnar deviasi 4 Hasil

Radial deviasi 5 pemeriksaan kekuatan


otot dengan MMT
Wrist kiri 4+
d. Diskriminasi 2 titik
Fleksor wrist 5
Dengan mencari sensoris
Ekstensor wrist 4 yang lemah pada
distribusi nervus
Ulnar deviasi medianus yang telah
disebutkan di depan
Radial deviasi dengan menggunakan
bolpoin. Dan dari hasil
pemeriksaan yang dilakukan pada daerah tangan kanan dan kiri adalah tidak adanya
penurunan sensibilitas.

e. VAS (Visual Analog Scale )

Yaitu sebuah parameter yang digunakan untuk pengukuran nyeri yang menggunakan nilai
0cm sampai 10cm ( 0 = tidak nyeri, 10 = nyeri sekali). Dan hasil yang diperoleh adalah:

Kanan: Nyeri diam: 0 mm, Nyeri gerak saat gerakan fleksi dan ekstensi wrist: 4 mm, Nyeri
tekan pada dorsal tangan: 2 mm.

Kiri: Nyeri diam: 0 mm, Nyeri gerak saat gerakan fleksi dan ekstensi wrist: 4 mm, Nyeri
tekan pada dorsal tangan: 2 mm.

B. Penatalaksanaan Terapi

Penatalaksanaan fisioterapi untuk memberikan metode yang tepat dan efektif


berdasarkan masalah yang dihadapi, penyebab dan kemampuan pasien sehingga tujuan dari
terapi dapat tercapai dengan baik dan yang diharapkan dari program terapi dapat terwujud.
Pada kasus carpal tunnel syndrome ini pelaksanaan fisioterapi menggunakan modalitas ultra
sonic dan terapi latihan untuk mengatasi problematik yang dihadapi pasien.

Terapi pertama (T1) tanggal 5 Desember 2007:

1. 1. Ultra sonic

Gambar 8

Ultra sonic

a. Persiapan alat

Mesin di test apakah mesin dalam keadaan baik dan dapat mengeluarkan gelombang ultra
sonic dengan cara memberi air pada tranduser guna menampung air dan dipegang
menghadap ke atas kemudian mesin dihidupkan, bila mesin dalam keadaan baik maka air
akan bergerak seperti mendidih kemudian koupling medium, handuk, tissue, dan alkohol
dipersiapkan.

b. Persiapan pasien

Pasien diposisikan senyaman mungkin, rileks, dan tanpa adanya rasa sakit yaitu posisi dengan
duduk kemudian tangan supinasi diletakkan diatas bed, kemudian pada bagian tangan
disuport oleh bantal. Dan tangan yang akan diterapi harus terbebas dari pakaian dan segala
aksesoris. Sebelum pemberian terapi dilakukan tes sensibilitas dengan menggunakan tabung
berisi air panas dan dingin didaerah tangan bagian palmar. Posisi terapis duduk di depan
pasien. Pasien diberi penjelasan tentang tujuan pengobatan yang diberikan dan juga rasa
panas yang dirasakan dan jika pasien merasakan seperti kesemutan yang berlebihan saat
terapi berlangsung diharapkan pasien langsung memberitahukan kepada terapis.

c. Pelaksanaan

Alat diatur sedemikian rupa sehingga tangkai mesin dapat menjangkau tangan yang akan
diterapi kemudian area yang akan diterapi yaitu pada dorsal pergelangan tangan kanan
diberikan koupling medium kemudian tranduser ditempelkan lalu mesin dihidupkan lalu
tranduser digerakan pelan-pelan pada pergelangan tangan kanan pasien secara tranvers dan
irama yang teratur di atas pergelangan tangan dengan arah tegak lurus dengan area terapi,
tranduser harus selalu kontak dengan kulit, dengan intensitas 1,5 watt/cm2 secara continous,
lama terapi 5 menit diperoleh dari luas area 25 cm2 dan ERA 5 cm2. Selama proses terapi
berlangsung harus mengontrol panas yang dirasakan pasien. Jika selama pengobatan rasa
nyeri dan ketegangan otot meninggi, dosis harus dikurangi dengan menurunkan intensitas.
Hal ini berkaitan dengan overdosis. Setelah terapi pada pergelangan tangan kanan selesai
intensitas dinolkan dan dilanjutkan untuk pergelangangan tangan yang kiri sama seperti yang
dilakukan pada pergelangan tangan kanan, setelah selesai kemudian alat dirapikan seperti
semula. Untuk (T2 – T6) pemberian terapi ultra sonic pada pergelangan tangan kanan dan kiri
sama seperti T1.

1. 2. Terapi Latihan

Ressisted exercise yaitu merupakan bagian dari active exercise dengan dinamik atau statik
kontraksi otot dengan tahanan dari luar. Tahanan dari luar bisa dengan manual atau dengan
mekanik.

Posisi pasien: duduk di kursi dengan tangan disangga bantal, terapis duduk berhadapan
dengan pasien.

Pelaksanaan:

a. Gerakan dorsi fleksi dan palmar fleksi

Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh. Latihan diberikan pada
pergelangan tangan kanan dan kiri. Terapis menstabilisasi pada pergelangan tangan kemudian
pasien diminta menggerakkan kearah dorsal dan palmar fleksi dan terapis memberi tahanan
kearah palmar dan dorsal tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”.
Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan
kemampuan pasien dengan pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992).
Gambar 9

Gerak dorsal fleksi dan palmar fleksi dengan tahanan (De Wolf & Mens, 1994)

b. Gerakan ulnar deviasi dan radial deviasi

Ulnar deviasi:

Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi
netral. Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada
distal lengan bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke ulnar dan terapis memberi
tahanan kearah dorsal tangan dengan aba – aba “pertahankan disini…tahan…tahan…”.
Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan disesuaikan dengan
kemampuan pasien, dengan pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992).

Gambar 10

Gerak ulnar deviasi dan radial deviasi yang ditahan (De Wolf & Mens, 1994)

Radial deviasi:

Posisi pasien duduk nyaman dan lengan bawah tersangga penuh dan pronasi dalam posisi
netral. Latihan diberikan pada pergelangan tangan kanan dan kiri Terapis memfiksasi pada
distal lengan bawah dan pasien diminta menggerakkan tangan ke radial deviasi dan terapis
memberi tahanan kearah ulnar tangan dengan aba – aba “pertahankan
disini…tahan…tahan…”. Selama 7 hitungan kemudian hitungan ke-8 pasien rileks. Tahanan
disesuaikan dengan kemampuan pasien, dengan pengulangan 8 – 10 kali (Bates, 1992).

Untuk (T2 – T6) pemberian terapi latihan pada pergelangan tangan kanan dan kiri sama
seperti T1 tapi untuk tahanannya ditambah.

1. 3. Edukasi

Agar hasil maksimal maka perlu diberikan edukasi pada pasien tentang cara melakukan
aktivitas sehari-hari yang benar dan pemberian modalitas fisioterapi. Edukasi yang diberikan
untuk penderita carpal tunnel syndrome yaitu pasien diminta untuk mengompres dengan air
hangat pada kedua pergelangan sampai telapak tangan kanan dan kiri sekitar 10 menit,
menggerakkan kedua pergelangan tangan sebatas nyeri pasien secara aktif dengan tujuan
pemperlancar peredaran darah dan mengistirahatkan kedua tangan saat timbul nyeri dan juga
jangan mengangkat beban berat yang menimbulkan nyeri, serta melakukan latihan
tangan seperti yang diajarkan terapis tapi menggunakan tahanan kantong pasir, jangan
mengangkat beban berat yang menimbulkan nyeri, jangan memaksakan bekerja secara
berlebihan saat tangan merasa nyeri .

C. Evaluasi Hasil Terapi

Untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran pasien dengan kondisi carpal tunnel syndrome
bilateral atas nama Ny. Eni berumur 33 tahun setelah mendapatkan terapi, maka perlu
dibandingkan antara hasil sebelum dan sesudah diberikan terapi.
1. Tes provokasi

Test Provokasi T0 T3 T6
Wrist kanan:

Test Thinel

Test Phanel + – –

Test Phrayer + + –

Wrist kiri: + + +

Test Thinel + – –

Test Phanel + + –

Test Phrayer + + +

1. Nyeri dengan VAS

VAS T0 T3 T6
Wrist kanan:Nyeri 2 2 1
tekan
4 3 3
Nyeri gerak
0 0 0
Nyeri diam
2 2 1
Wrist kiri:
4 3 3
Nyeri tekan
0 0 0
Nyeri gerak

Nyeri diam

1. Kekuatan otot dengan MMT

MMT T0 T3 T6
Wrist kanan:Fleksor 4 4+ 4+
wrist
5 5 5
Ekstensor wrist
5 5 5
Ulnar deviasi
4 4 4
Radial deviasi
Wrist kiri: 5 5 5

Fleksor wrist 4+ 4+ 4+

Ekstensor wrist 5 5 5

Ulnar deviasi 4 4+ 4+

Radial deviasi

4. Kemampuan fungsional pada tangan yaitu pasien sudah sedikit sempurna saat
menggenggam, memasak, mencuci dan saat mengendarai motor nyeri agak berkurang.

BAB 1V

PEMBAHASAN HASIL

Seorang wanita berumur 33 tahun dengan carpal tunnel syndrome bilateral yang
menimbulkan masalah adanya paraestesia, rasa tebal dan penurunan kekuatan otot, dan
penurunan kemampuan fungsional tanganya setelah mendapatkan penanganan fisioterapi
dengan menggunakan modalitas ultra sonic dan terapi latihan sebanyak 6 kali dengan remisi
tiga kali seminggu didapatkan perkembangan yang positif yaitu adanya pengurangan keluhan
parestesia, pengurangan rasa tebal, pengurangan rasa nyeri, peningkatan kemampuan
fungsional tangan, peningkatan kekuatan otot pada ke dua pergelangan tangannya.

Berikut ini adalah grafik kemajuan dari problematika pada pasien dengan carpal tunnel
syndrome bilateral dengan menggunakan parameter tertentu.

Grafik 1

Grafik nilai VAS wrist kanan

Grafik 2

Grafik nilai VAS wrist kiri

Dari 2 grafik di atas dapat dilihat pengaruh pemberian ultra sonic pada pergelangan tangan
kanan dan kiri sama yaitu nyeri gerak dan nyeri tekan berkurang 1 , sedangkan nyeri diam
tidak ada.

Grafik 3

Grafik nilai peningkatan kekuatan otot

pergelangan tangan kanan


Grafik 4

Grafik nilai peningkatan kekuatan otot

pergelangan tangan kiri

Dari 2 grafik di atas dapat dilihat bahwa kekuatan otot pada semua sendi pergelangan tangan
kanan dan kiri mengalami peningkatan.

Tabel 2

Tabel test provokasi pada pemeriksaan carpal tunnel syndrome

Test Provokasi T0 T3 T6
Wrist kanan:

Test Thinel + – –

Test Phanel + + –

Test Phrayer + + +

Wrist kiri: + – –

Test Thinel + + –

Test Phanel + + +

Test Phrayer

Data yang dapat memberikan bukti klinis yaitu dari data yang bersifat subjektif dari pasien
antara lain adanya pengurangan keluhan kesemutan dan rasa tebal pada tangan kanan dan
kirinya, peningkatan kemampuan fungsional tangan dan peningkatan kekuatan otot,
kemudian test tinel dan test phalen negative pada T6 pada ke dua pergelangan tangannya.

Pada kasus ini penggunaan ultra sonic efektif dalam mengurangi nyeri karena adanya
pengaruh termal dan pengaruh langsung dari serabut saraf. Nilai ambang rangsang nyeri
meningkat setelah pemberian Ultra Sonic dengan intensitas 1 – 1,5 W/cm2 selama 2 menit
(Michlovitz, 1996). Menurut Midellamas dan chatterje bahwa acut soft tissue injury dapat
membaik dengan diberikan ultra sonic 1,5 MHz pada intensitas 0,5 – 1 watt/cm² selama 4 –
10 menit untuk jaringan superficial dan 1-2 watt/cm² untuk jaringan yang lebih dalam.
Dengan gelombang continous pada ultra sonik pada intensitas 0,5 – 2 W/cm2 dan frekuensi
1,5 MHz telah menghasilkan efek yang lebih efektif pada jaringan superficial dari pada
pemanasan dengan parafin dan modalitas lainnya dalam hal mengurangi nyeri pada soft tissue
injury atau pada kondisi akut (Cameron, 1999). Selain itu dengan berkurangnya nyeri maka
tidak terjadi hambatan dalam kontraksi otot dan kekuatan ototpun bias meningkat, sehingga
kemampuan menggenggam juga meningkat.

Efek yang dihasilkan ultra sonic salah satunya yaitu efek thermal yang akan mengakibatkan
dilatasi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah yang membawa oksigen
dan nutrisi yang diperlukan untuk perbaikan jaringan. Selain itu proses pengangkutan zat
pengiritasi menjadi lebih lancar sehingga diperoleh efek rileksasi. Dengan frekuensi 1MHz
efek thermal dari pemakaian ultra sonik dapat menembus jaringan hingga kedalaman 5 cm
dari permukaan kulit (Cameron, 1999). Adanya pengaruh non termal dari ultra sonic mampu
memberikan efek peningkatan permeabilitas jaringan kolagen dan perubahan aktifitas seluler
yang berperan dalam proses regenerasi jaringan (Sujatno dkk, 2002).

Nyeri spontan, tenderness, erytema, dan swelling setelah 10 kali pengobatan selama 12 hari
menunjukkan perbandingan yang berarti dibanding terapi infra red, SWD, atau wax bath
(Michlovitz, 1996). Sedang penelitian lain menunjukan bahwa dengan pemberian ultra
sonic dengan dosis 1 watt/cm² dengan gelombang konstan selama 5 menit dapat
meninggikan ambang rangsang (TITAFI, XV). Penggunaan ultra sonic telah digunakan sejak
50 tahun yang lalu dan efek yang ditimbulkan paling besar adalah efek biologi pada jaringan
dengan frekuensi tinggi dengan angka kesembuhan mencapai 73% (Miclhovitz, 1996).

Selain mengoptimalkan modalitas yang telah digunakan yaitu usaha untuk mengurangi nyeri,
untuk mencegah adanya atrofi atau menjaga sifat fisiologis otot tangan dan sekitarnya,
kelemahan otot, dan gangguan dalam aktivitas dapat dilakukan dengan berbagai teknik terapi
latihan baik dengan resissted exercise (Michlovitz, 1996). Manfaat dari terapi latihan adalah
untuk meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kemampuan fungsional, meningkatkan
peredaran darah pada persendian dan nutrisi tulang rawan sendi dan memperbaiki fungsi
jaringan sekitar persendian akibat peradangan atau perlengketan. Suatu percobaan
membuktikan bahwa dengan resisted exercise dengan pengulangan 1-8 kali dapat
meningkatkan kekuatan otot hingga 60% dan tidak terjadi hambatan dalam kontraksi otot
(Miclhovitz,1996).

Keberhasilan yang nyata dengan pemberian terapi ultra sonic dan terapi latihan pada kondisi
carpal tunnel syndrome ini dipengaruhi oleh beberapa factor pendukung. Faktor yang
mendukung keberhasilan terapi yang dilaksanakan berasal dari faktor terapis, pemilihan
modalitas yang efektif, serta faktor dari pasien sendiri. Faktor dari terapis antara lain tingkat
pengetahuan tentang carpal tunnel syndrome yaitu proses patologis sampai penatalaksanaan
terapi, kemampuan terapis dalam memilih dan melaksanakan program terapi dan pemberian
edukasi yang jelas dan benar kepada pasien. Modalitas ultra sonic dilakukan dalam keadaan
baik sehingga dapat memberikan efek terapi sesuai yang diinginkan. Sedangkan dari pasien
sendiri, dukungan dari pasien terhadap program terapi yang telah ditetapkan dapat
memberikan hasil sesuai yang diharapkan.

Вам также может понравиться