Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Setiap perusahaan dalam pelaksanaan kegiatannya selalu memiliki tujuan yang ingin
dicapainya, salah satu dari tujuan perusahaan tersebut yaitu perusahaan memperoleh
keuntungan. Selain hal tersebut kepuasan konsumen juga menjadi salah satu hal yang
menjadi tolak ukur dalam penentuan keberhasilan sebuah perusahaan. dalam menunjang
tujuan dari perusahan tersebut, kegiatan produksi memiliki peranan yang cukup penting.
Kegiatan pemasaran yang cukup baik dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan
perusahaan. Dari kegiatan pemasaran tersebut, nantinya juga akan didapatkan penilaian
mengenai produk yang dijual hingga mengetahui kebutuhan yang diinginkan oleh
pasar/konsumen.

Dalam ilmu ekonomi pemasaran merupakan sebuah ilmu yang telah lama berkembang
hingga saat ini kegiatan yang mampu membawa perusahaan untuk tetap bertahan di pangsa
pasar. Sebelum menuju ke pemasaran penciptaan barang yang akan dijadikan produk dalam
perusahaan, kegiatan tersebut bisa juga disebut dengan kegiatan produksi. Kegiatan produksi
merupakan sebuah kegiatan dalam menghasilkan sebuah barang maupun jasa, dengan tujuan
untuk menghasilkan sebuah barang, memberikan peningkatan nilai guna dari suatu barang
yang sudah ada, mendapatkan penghasilan tambahan dan juga untuk memenuhi kebutuhan
manusia.

Pelaksanaan kegiatan produksi harus memperhatikan beberapa aspek seperti proses


perencanaan produksi, proses pemilihan lokasi produksi, proses pengembangan produksi,
peramalan dalam kegiatan produksi dan masih ada beberapa aspek lainya yang perlu
diperhatikan. Beberapa pertimbangan dalam kegiatan produksi harus diperhatikan secara
seksama demi kelancaran kegiatan produksi dan terwujudnya cita-cita sebuah perusahaan
yaitu dengan mendapatkan keuntungan dari hasil produksinya.
Berdasarkan penelitian dari (Sudiro, 2013) dapat disimpulkan bahwa pengaturan
proses produksi mengacu kepada Standard Operating Procedure (SOP) dan working
instructions serta jumlah pemasok yang banyak dalam mendapatkan kualitas produk yang
baik. Oleh karena itu, strategi yang direkomendasikan bagi PT. X adalah strategi
kepemimpinan biaya yaitu dengan cara menekan harga jual produk agar konsumen tidak
mudah beralih ke perusahaan lain. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan kemasan yang
menarik dengan mempertahankan kualitas produk yang ada.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang dimaksud dengan Produksi?
b. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Produksi?
c. Bagaimana Manajemen Produksi dan Operasi berjalan dalam sebuah perusahaan?
d. Bagaimana proses perencangan hingga pengembangan dalam manajeme
produksi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Produksi

Produksi secara dasarnya merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan manfaat


tambahan atau menciptakan faedah baru. Faedah atau manfaat terdiri bermacam-macam,
misal faedah waktu, faedah tempat, bentuk dan kombinasi dari faedah tersebut. Contoh
kegiatan produksi adalah seseorang yang mengubah kayu menjadi kursi, lemari dan lain
sebagainya. Dalam lingkup organisasi atau perusahaan, produksi adalah kegiatan
transformasi unsur sumber daya (input)untuk dapat menghasilkan produk atau barang atau
jasa (output) yang diinginkan oleh pasar (Ahyari,1999:6).

Tujuan dan tugas dasar dalam pelaksaanan kegiatan produksi dalam sebuah organisasi
atau perusahaan:

1. Menghasilkan produk sesuai dengan permintaan pasar dengan waktu yang


terjadwal,
2. Menghasilkan produk dengan tingkat mutu dan kualitas yang diterima pasar
3. Menghasilkan tingkat biaya yang serendah mungkin dalam proses produksi

Untuk melaksanakan dan mengendalikan tujuan dan tugas dari proses tersebut, maka
seorang manajer produksi harus melakukan kegiatan yang mencangkup proses
pengambilan keputusan atas faktor input yang digunakan untuk menghasilkan produk dan
mendukung ketercapaian tujuan dan sasaran organisasi. Seorang manajer produksi harus
dapat menggerakan orang-orang yang bekerja di dalam unit produksi untuk bekerja secara
optimal dan terarah guna tercapainya tujuan dan sasaran dari kegiatan produksi.

Fungsi produksi merupakan fungsi yang bertugas dan bertanggung jawab untuk
melakukan aktivitas peengubahan dan pengolahan sumber daya produksi menjadi keluaran,
barang atau jasa, sesuai dengan perencanaan sebelumnya. Fungsi ini menciptakan kegunaan
bentuk (form utility) karena melalui kegiatan produksi, nilai dan kegunaan suatu benda
meningkat. Dalam keberadaanya fungsi produksi menjadi tempat terjadinya proses
pengubahan secara fisik atau sumber daya produksi menjadi keluaran.
Secara umum fungsi produksi dibagi menjadi empat elemen atau sub sistem yakni
masukan atau input, proses, keluaran atau output, dan umpan balik. Fungsi produksi dapat
digambarkan seperti Gambar 1 berikut ini:

Input: Output:
Proses -Barang
-Bahan - Keahlian

-Tenaga Kerja - Energi -Jasa -Informasi

-Modal - Informasi Feedback

Gambar 1 Model Umum Fungsi Produksi

B. MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI


Manajemen Produksi dan Operasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan, pengordinasian, penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau
perusahaan bisnis atau jasa yang berhubungan dengan proses pengolahan masukan menjadi
keluaran dengan nilai tambah yang lebih besar (Haming, 2014). Dapat disimpulkan bahwa
Manajemen Produksi dan Operasi adalah sebuah usaha dalam melaksanakan pengelolaan
yang dilakukan secara maksimal dalam menggunakan sumber daya – sumber daya (faktor-
faktor dalam produksi) dalam proses perubahan bahan mentah dan tenaga kerja menjadi
berbagai macam produk atau jasa. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses
produksi yaitu, tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah, dan sebagainya
(Handoko, 2016).
Menurut (Hendrick, 1980) dalam buku (Handoko, 2016), Manajemen produksi dan
operasi dalam pelaksanaannya memiliki ruang lingkup yaitu sebagai berikut :
Keluaran
Masukan (Input) Proses Transformasi Melalui : (Output)
 Manusia 1. Fasilitas (Pabrik, RS,  Barang-
(Kemampuan Kantin, Sekolah, barang
Intelektual dan Bangunan Kantor, Unit (Mobil,
fisik) Pemadam kebakaran, Permainan,
Perminta  Sumber Dana tempat ibadah, dll) Vidio,
(Modal Sendiri, 2. Mesin (komputer, truck Sepeda,
an
Kredit, laba, dan mobil, garis perakitan, Komputer,
Barang
donasi, pajak, Mesin Tik, Mesin tenun, Energi,dll)
dan Jasa
dll) Mesin giling, dll)  Jasa- jasa
 Bahan Baku (air, 3. Proses (proses peleburan, (perawatan
udara, bahan taktik memadamkan api, kesehatan,
kimiawi, proses pemotongan, asuransi,
minyak, listrik, pembentukan dan hiburan,
besi, dll) finishing, pengajaran, konsultasi,
analisis matematika, dll) dll)

Lingkungan Ekstern :
Fungsi – fungsi Manajemen :
(perencanaan, Pemerintah, teknologi,
Pengorganisasian, Pengarahan ekonomi, iklim, konsumen,
dan Pengawasan organisasi buruh, hubungan
internasional, dll Umpan balik (feedback)

Gambar 2 Ruang Lingkup Manajemen Produksi dan Operasi

Dalam bagan diatas menjelaskan bahwa organisasi-organisasi yang berhasil dan sukses
seharusnya memiliki sistem pelaporan yang dapat memberikan informasi umpan balik
(feedback) sehingga dapat diketahui apakah dalam kegiatannya telah memenuhi permintaan
konsumen atau belum. Jika belum memenui permintaan konsumen, dapat segera diketahui
dan kelangsungan hidup organisasi tetap terjaga. Selain itu organisasi harus merancang
kembali produk-produk dan jasa-jasanya. Perubahan yang akan dilakukan bisa berasal dari
operasi internal maupun faktor-faktor produksi yang digunakan (Hendrick, 1980).
1. TUJUAN MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI (Haming, 2014), yaitu:
a. mengarahkan perusahaan untuk menghasilkan keluaran yang diharapkan oleh pasar,
b. mengarahkan perusahaan untuk dapat menghasilkan keluaran secara efisien,
c. mengarahkan perusahaan untuk mampu menghasilkan nilai tambah atau manfaat
yang semakin besar,
d. mengarahkan perusahaan untuk menjadi pemenang dalam setiap persaingan,
e. mengarahkan perusahaan agar keluaran yang dihasilkan atau disediakan semakin
digandrungi oleh pelanggannya.

2. STRATEGI PRODUKSI DAN OPERASI


Strategi produksi dan operasi perusahaan secara umum tercermin dari dimensi daya
saing yang mencangkup dimensi kualitas, biaya, kecepatan menyerahkan, keandalan,
dan fleksibilitas.
a. Dimensi Kualitas
Sasaran proses produksi adalah membuat produk sebaik mungkin sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Kualitas produk dibagi menjadi dua aspek yaitu kualitas
produk dan kualitas proses. Kualitas produk sangat erat kaitanya dengan persyaratan
kebutuhan pelanggan. Sedangkan kualitas proses produksi terkait dengan bahan
yang diolah, teknologi yang digunakan, SDM tenaga kerja dan mutu alat-alat
produksi yang digunakan.
b. Dimensi Biaya
Dimensi Biaya memiliki target yaitu untuk membuat produk tertentu dengan harga
minimum. Dimensi biaya berlawanan dengan arah dimensi mutu, hamper mustahil
untuk menghasilkan produk yang berkualitas dengan biaya yang murah dan
sebaliknya.
c. Dimensi Kecepatan Menyerahkan
Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyerahkan produk
atau jas dengan lebih cepat dari pada perusahaan saingan.
d. Dimensi Keandalan Penyerahan
Dimensi ini berkaitan dengan kemampuan untuk menyerahkan pesanan tepat
sesuai atau lebih cepat daripada waktu yang dijanjikan.

3. PENGUKURAN KINERJA PRODUKSI DAN OPERASIONAL

Produktivitas merupakan ukuran yang umum digunakan untuk melihat bagaimana


baiknya suatu negara, suatu industri atau suatu unit bisnis menggunakan sumber dayanya
atau faktor-faktor produksinya.

Secara umum kinerja produktivitas dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:

𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡𝑠
Produktivitas = 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡𝑠

Produktivitas digunakan untuk membandingkan produktivitas dengan perusahaan lain


yang operasi produksinya sama sehingga mampu melakukan perbandingan. Selain itu
produktivitas digunakan untuk mengukur perkembangan produktivitas perusahaan antar
masa atau waktu di dalam operasi yang sama.

C. Teknik Produksi

Teknik Produksi bisa dinyatakan sebagai "designing the production processfor a product".
Dengan demikian didalam disiplin Teknik Produksi — atau sering pula disebut sebagai
Teknik Manufaktur (Manufacturing Engineering) akan dibahas segala pertimbangan yang
diperlukan dalam kaitannya dengan proses-proses produksi. Disini akan meliputi
permasalahan seperti : desain dan pemilihan mesin (process engineering), desain peralatan-
peralatan bantu (tools, jigs dan fixtures), estimasi biaya, sistem perawatan (maintenance) dan
pengepakan (packaging).

1. Keterkaikan antara perancangan produk dan perancangan proses produksi

Disini ada satu hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan antara aktivitas-
aktivitas perancangan produk, pemilihan material, proses dan peralatan produksi, serta
perancangan maupun pernilihan perkakas (tools); oleh karena itu langkah-langkah ini perlu
direncanakan dan dikoordinasikan dengan seksama sejak awal agar dapat diperoleh biaya
produksi yang paling ekonomis. Secara ideal seorang perancang produk (product designer)
seharusnya bekerja bersama-sama dengan seorang insinyur produksi (production engineer)
sejak awal. Hal ini dimaksudkan agar ada jaminan bahwa suatu rancangan produk akan bisa
dibuat dengan teknologi (mesin ataupun fasilitas produksi lainnya) yang tersedia pada tingkat
biaya yang minimal. Interaksi kerja antara perancang produk dengan perancang proses
produksi mutlak harus diadakan dan hal ini dapat ditunjukkan dalam bagan sebagai berikut :

Langkah-langkah Untuk Merealisasikan Konsep/Rancangan produk sampai ke Tahap


Pembuatanny

2. Teknik pembuatan Produk (Process Engineering)

Process engineering ini berkaitan dengan aktifitas perancangan yang diperlukan untuk
membuat sebuat produk. Dalam proses tersebut meliputi pemilihan proses yang tepat (efektif
dan efisien) saat diaplikasikan serta penetapan fasilitas produksi lainnya. Contoh dalam
pembuatan beton pracetak yang dilakukan di pabrik lalu diangkut ke proyek untuk
melakukan pemasangan. Pada umumnya beton pracetak mempunyai kekuatan berkisar 4000-
6000 psi/lebih. Kelebihannya adalah penghematan biaya dalam penggunaan bekisting,
dimana kualitasnya juga terkontrol dengan baik dan juga mendapat efisien waktu.

Langkah 1 : Pembuatan Cetakan

Bahan yang digunakan adalah papan kayu. Papan kayu tersebut dibentuk kotak dan akan
ditahan dengan paku. Dalam penentuan ukuran harus diperhatikan dengan benar karena akan
mempengaruhi dari hasil yang akan di dapatkan. Cetakan ini baik digunakan hingga 50kali
pakai.

Langkah 2 : Pembuatan Adukan Beton

Mencampurkan bahan antara lain : kerikil, pasir, semen, dan air dengan membandingkan
komposisi yang pas dan sesuai yang diharapkan.

Langkah 3 : Penuangan adukan beton

Dalam pemasukan adukan beton harus dilakukan hati-hati dan harus benar. Ketika terjadi
kesalahan itu akan mengurangi kekuatan dari beton tersebut. Dalam pemasangannya di
masukkan stengah adonan dan di pasang tulangan, setelah itu baru di masukkan seluruhnya
hingga rata cetakan.

Langgah 4 : Pemasangan Tulangan

Dalam pemasangan tulangan ini dilakukan ketika adonan masih basah.

Langkah 5 : Pengeringan Beton

Adukan beton dikeringkan secara alami agar mendapatkan kualitas yang baik. Dengan cara
diangin-anginkan saja di ruang terbuka. Jika terkena terik matahari langsung akan
mengakibatkan keretakan yang tak layak digunakan. Dalam proses pengeringan beton juga
harus disiram secara berkala. Perawatan ini dilakukan selama 7 hari hingga mengering
sempurna dan siap digunakan pada usia 30hari.
3. Estimasi Biaya Produksi (Manufacturing Cost)

Estimasi biaya merupakan langkah yang penting didalam kegiatan manufakturing. Biaya-
biaya yang berstruktur dalam hal ini akan bisa diklasifikasikan dalam tiga komponen biaya
utama, yaitu:

 Biaya material langsung : yaitu berupa pembiayaan yang dikeluarkan untuk


pengadaan material yang diperlukan langsung untuk menghasilkan produk.

 Biaya pekerjaan langsung : yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah
para pekerja langsung (operator mesin misalnya).

 Biaya overhead : yaitu biaya-biaya produksi yang dikeluarkan selain untuk biaya
material atau pekerja langsung. Sebagai contoh biaya material atau pekerja tidak
langsung adalah merupakan biaya Overhead.

4. Perencanaan Pemeliharaan Sistem Produksi

Hampir semua mesin yang diperlukan guna melaksanakan aktivitas atau proses
produksi memerlukan investasi yang mahal dan cukup sensitif di dalam operasinya.
Perawatan secara periodik (prevenfive maintenance) terhadap mesin ataupun fasilitas
produksi jelas penting untuk diperhatikan. Kalau suatu saat terjadi kerusakan (break down)
dari mesin ataupun komponen-komponennya sehingga memerlukan perbaikan dan
penggantinya, maka langkah ini dikenal sebagai kegiatan emergency maintenance.
Emergency maintenance jelas akan jauh lebih mahal dibandingkan dengan preventive
maintenance, karena dalam hal ini juga harus memperhitungkan biaya yang hilang
disebabkan berhentinya kegiatan produksi, rescheduling dari rencana produksi, dan
sebagainya. Maksud utama dari aktivitna preventive maintenance terutama untuk menjaga
agar peralatan/ komponen bisa lebih tahan lama dan minimalisasi terjadinya emergency
maintenance. Kegiatan preventive maintenance seperti penggantian pelumas, checking
terhadap bantalan (bearing) akan mampu untuk mencegah terjadinya repair yang terlalu
sering.
5. Pengemasan/Pembungkusan

Pembungkus atau pengemasan (packaging) merupakan phase terakhir dari kegiatan


produksi. Disini produk akhir (finished goods product) harus dibungkus/dikemas sebaik-
baiknya untuk mencegah kerusakan pada Saat dipindahkan atau dikirim ke konsumen.
Package designer harus cukup paham dengan karakteristik material yang akan dikemas,
teknik-teknik didalam pengemasan, dan biaya-biaya yang diperlukan untuk proses
pengemasan. Selain itu memberi perlindungan, pengemasan sebuah produk juga
dimaksudkan untuk menambah aspek estetika dari produk yang akan dijual.

6. Penjualan dan Pemasaran

Perintah untuk melaksanakan kegiatan produksi yaitu kegiatan untuk mengolah


material menjadi sebuah produk yang diinginkan umumnya akan diformulasikan oleh
Departemen Penjualan dan Pemasaran (Sales and Marketing Departement) dari sebuah
perusahaan. Hal ini akan direalisasikan melalui satu dari tiga cara berikut :

• Kustomer (pelanggan) akan memesan untuk dibuatkan suatu rancangan produk sesuai
dengan spesifikasi kebutuhannya.

• Kustomer akan membeli satu atau lebih produk yang dibuat secara bebas (standard) atau
tidak perlu menunggu datangnya pesanan terlebih dahulu.

• Suatu pesanan yang didasarkan pada suatu ramalan kebutuhan dari suatu produk tertentu di
masa yang akan datang. Disini ramalan akan dibuat oleh staf bagian pemasaran yang bekerja
secara koordinatif dengan bagian perencanaan dan pengendalian produksi.

7. Perancangan Produk

Bilamana harus dibuat sesuai dengan spesifikasi khusus yang dikehendaki oleh
pemesan, maka disini rancangan produk akan sangat tergantung atau harus disiapkan oleh
kustomer itu sendiri, hal
ini bisa dijumpai dalam kasus job Order. Sebaliknya, bilamana rancangan produk tersebut
merupakan patent atau hak milik maka disini industri manufaktur berkewajiban dan
bertanggung-jawab untuk merancang dan mengembangkannya. Rancangan produk
didokumentasikan dengan bantuan gambar- gambar kerja (baik berupa gambar lengkap
maupun detail komponen- komponennya), identifikasi jelas menpdi standard maupun
spesifikasi teknisnya, Bill of Materials yang akan menunjukkan berapa jumlah masing-
masmg yang dibutuhkan produk. Untuk melihat aspek kelayakan teknis maupun ekonomis
seringkali dibuat sebuah produk dan rancangan produk yang akan dibuat maupun dipasarkan
tersebut.

8. Teknik Produksi

Bagian (Departement) Teknik Produksi dari sebuah industri manufaktur akan memiliki 4
(empat) tanggung jawab pokok, yaitu :

 Memberikan saran dan rekomendasi teknis departement perancangan produk tentang


bisa/mudah tidaknya sebuah rancangan produk pada Saat akan diwujudkan.
Rancangan produk yang baik adalah yang bisa dengan mudah dibuat (machine
ability) dengan biaya produksi yang kompelitif.

 Menetapkan langkah-langkah proses produksi yang diperlukan untuk membuat


sebuah produk/komponen. Istilah maksud ini dibuat dalam sebuah Toute sheet" yang
berisikan daftar langkah- langkah operasional dan sekaligus menyebutkan mesin atau
perkakas yang digunakan.

 Menetapkan spesifikasi dan rancangan teknis dari perkakas (tools) dan alat-alat bantu
lainnya seperti jigs atau fixture yang diperlukan dalam proses produksi.

 Bertindak sebagai "trouble shooting" bilamana dijumpai adanya penyimpangan-


penyimpangan yang terjadi selama proses produksi berlangsung atau setelahnya
seperti :

o Materials tidak memenuhi standard yang ditetapkan.


o Perkakas/peralatan produksi lainnya tidak bisa dioperasikan sesuai dengan
yang dikehendaki.

o Komponen-komponen yang dibuat menyimpang dari batas-batas toleransi


yang diberikan yang berakibat sulit untuk dirakit. Dan lain-lain.

9. Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Kewenangan untuk membuat produk seperti yang telah diputuskan haruslah


diterjemahkan dalam bentuk 'master schedule" yang mana secara spesifik master sched ule
ini akan memberi informasi tentang berapa banyak jumlah unit dari masing-masing produk
(komponen) yang harus dibuat dan kapan masing-masing harus Master schedule selanjutnya
diterjemahkan dalam bentuk order pembelian untuk raw materials, pesanan untuk pembelian
komponen/spare part dari luar, dan jadwal produksi untuk komponen-komponen yang dibuat
sendiri. Hal-hal tersebut harus ditetapkan waktunya secara ketat, dan dikoordinasikan untuk
menjamin agar supaya pengiriman (deliver time) dari produk akhir bisa tepat waktu. Periode
penjadwalan dalam penyusunan sebuah master schedule umumnya dibuat perbulan. Master
Schedule harus pula konsisten dengan kapasitas produksi dari pabrik Dengan demikian
master schedule tidak boleh disusun melebihi kapasitas produksi yaitu jumlah maksimum
yang mampu dibuat oleh pabrik dengan dan tenaga kerja tertentu. Selain menyusun master
schedule tugas dan tanggung jawab lainnya dari departemen adalah melaksanakan aktivitas-
aktivitas seperti:

Perencanaan Kebutuhan (Requirement Planning). Berdasarkan master maka komponen


atau spareparts yang diperlukan untuk sebuah produk harus direncanakan kebutuhannya.
Bahan baku (raw materials) dalam hal ini harus dipesan untuk berbagai macam komponen
yang diperlukan, demikian pula dengan komponen-komponen yang harus dibeli langsung
dari luar aktivitas ini harus dikenal dengan perencanaan material atau Material Requirement
Planning (MRP).
Penjadwalan (Scheduling). Dari hasil penyusunan MRP, tugas selanjutnya adalah
pembuatan jadwal produksi (Production Scheduling). Hal ini meliputi tugas-tugas untuk
membuat jadwal produksi dengan menetapkan waktu dimulainya pengerjaan dan kapan
harus diselesaikan dari pembuatan berbagai macam komponen yang harus dilaksanakan
dengan fasilitas-fasilitas produksi yang ada. Disini akan dijumpai beberapa faktor yang
mengakibatkan proses penjadwalan produksi menjadi sangat kompleks seperti jumlah
komponen yang besar, aliran proses produksi yang tidak sama untuk setiap komponen yang
memerlukan ataupun penggunaan mesin yang berbeda-beda baik jenis maupun kapasitasnya,
dan lain-lain.

Penyebaran (Dispatching). Berdasarkan jadwal produksi, fungsi penyebaran (dispatching)


akan berkepentingan dengan penyampaian order individual ke operator-operator mesin. Hal
ini meliputi penyebaran route sheets, gambar kerja, instruksi kerja, dan sebagainya.

Ekspedisi. Sekalipun rencana dan jadwal kerja sudah dibuatkan secara baik, tetapi tidak
menutup kemungkinan masih dijumpai hal-hal yang salah dalam pelaksanaannya. Tugas atas
fungsi dari aktivitas ekspedisi ini adalah membandingkan kemajuan/penyelesaian yang nyata
dengan jadwal produksi yang dibuat. Untuk order-order yang terlambat dari jadwal yang
dibuat, maka petugas ekspedisi harus segera mengambil tindakan koreksi. Hal ini
menyangkut pengaturan kembali jadwal yang lebih sesuai lagi.

10. Pengendalian Kualitas

Departemen pengendalian kualitas bertanggung-jawab untuk menjamin agar kualitas dari


produk dan komponen-komponennya bisa memenuhi standard yang telah dispesifikasikan
oleh perancangnya. Fungsi pengendalian kualitas ini harus dilaksanakan secara total dan
terpadu pada setiap langkah yang ditempuh sepanjang siklus manufakturing berlangsung.
Hal ini sering disebut sebagai langkah Pengendalian Kualitas Terpadu (Total Quality
Control). Pada langkah ini material ataupun komponen yang diterima dari pemasok luar
harus diperiksa dan dites kualitasnya sebelum diproses (phase incoming material control).
Selanjutnya produk-produk yang dibuat dalam proses fabrikasi harus pula diperiksa secara
seksama kualitasnya selama langkah-langkah operasi produksi berlangsung; dan
pemeriksaan akhir dari produk yang selesai dibuat harus pula dilakukan melalui pengujian
untuk melihat kualitas fungsi dan performans kerjanya apakah sudah sesuai dengan standard
ataupun kepuasan si pemakai atau tidak Langkah pengendalian kualitas adalah
mengupayakan agar setiap produk yang dibuat bisa sesuai dengan apa yang diminta oleh
pemakai (konsep ini lazim dikenal sebagai "fitness for use").

11. Pengiriman dan Pengendalian Persediaan

Langkah terakhir dalam siklus manufakturing adalah berupa aktivitas pengiriman dan
pendistribusian produk langsung ke konsumen yang memerlukan atau menyimpan produk
tersebut di dalam gudang sebagai persediaan. Maksud dari pada pengendalian persediaan
disini adalah untuk memberi jaminan agar produk baik dari segi jumlah maupun macamnya
selalu tersedia setiap Saat untuk memenuhi permintaan konsumennya. Wala up un dernikian
tetap perlu dilakukan analisa yang tepat agar persediaan bisa dikendalikan pada tingkat yang
optimal agar supaya dana yang diinvestasikan akibat persediaan tersebut bisa segera ditarik
kembali secepatnya. Fungsi pengendalian persediaan ini tidak saja harus diaplikasikan dan
ditujukan terhadap produk akhir melainkan juga terhadap bahan baku ataupun bahan
setengah jadi termasuk komponen-komponen. Dalam setiap kasus, perencanaan dan
pengendalian persediaan harus dicapai suatu keseimbangan antara resiko menyimpan
persediaan dalam jumlah terlalu sedikit dengan kemungkinan terjadi Stock-out" dan terlalu
besamya investasi yang "macet/berhenti" akibat persediaan yang besar. Optimalisasi
persediaan perlu diperhatikan dalam kasus ini.

D. PROSES PENGEMBANGAN PRODUK

Pengembangan produk baru dan perbaikan produk yang dilakukan secara kontinu
merupakan salah satu kunci dari pertumbuhan serta kelangsungan hidup dari suatu
perusahaan. Dengan adanya persaingan modern, sebuah perusahaan yang tidak melakukan
inovasi dalam produknya dikhawatirkan akan menghadapi resiko yang cukup besar dalam
kehilangan pasarnya. Konsumen serta industri pasar selalu menginginkan produk-produk
baru dan produk yang memiliki kualitas lebih baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan
kepuasan mereka.

Proses pengembangan produk baru, terdiri atas lima langkah antara lain sebagai berikut
(Handoko, 2016):

a. Pencarian gagasan, gagasan produk bersumber dari pasar maupun teknologi yang
telah ada. Ide-ide yang berasal dari pasar merupakan sumber dari berbagai kebutuhan
dan keinginan dari konsumen yang belum terpenuhi. Selain itu, ide dalam
menentukan produk baru juga bisa berasal dari hasil observasi terhadap produk yang
telah ada, pendapat dari suplier, para ahli, pesaing, marketing dan manajemen
puncak.
b. Seleksi produk, tidak semua ide harus dikembangkan sehingga menghasilkan produk
baru. Ide pembuatan produk baru setidaknya telah memenuhi tiga kriteria yaitu : (1)
potensi pasar, (2) kelayakan finansial, (3) kesesuaian operasi. Sebelum ide dalam
pembuatan produk baru dilaksanakan maka harus dianalisa terlebih dahulu
berdasarkan tiga kriteria tersebut.
c. Desain produk pendahuluan, kegiatan ini berkaitan dengan pengembangan desain
terbaik dari ide produk baru. Desain produk biasanya digunakan untuk
pengembangan dari beberapa alternatif desain yang sesuai dengan ciri-ciri konsepsual
produk terpilih. Dalam kegiatan ini perusahaan juga memerlukan penetapan atribut
kunci produk yaitu, reliabilitas (frekuensi kerusakan komponen-komponen),
maintainability (kemudahan dalam reparasi dan pemeliharaan), dan umur kehidupan
produk (antisipasi periode penggunaan).
d. Pengujian (testing), kegiatan pengujian terhadap prototype-prototype ditujukan untuk
pengujian pemasaran dan kemampuan teknikal produk. Kegiatan penilaian ini dengan
melakukan uji pasar, kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data kuantitatif
mengenai pendapat konsumen terhadap produk baru.
e. Desain akhir (final), dalam kegiatan ini spesifikasi dan komponen dari produk serta
gambar perakitan disusun, sehingga memberikan kerangka bagi proses produksinya.
Jika dalam proses testing terdapat perubahan dan dimasukkan dalam desain akhir
maka perubahan yang dilakukan tersebut dilakukan pengujian kembali untuk
menjamin kualitas dari produk tersebut

Kegiatan pengembangan produk bukanlah sebuah proses yang mudah untuk dilewati,
karena dalam pelaksanaannya tentunya mengalami beberapa hambatan antara lain :

a. Terbatasnya ide pengembangan produk baru yang berkualitas baik


b. Keadaan pasar yang semakin bersaing , dikarenakan banyaknya pesaing dan macam-
macam produk substitusi
c. Keterbatasan yang semakin bertambah baik dari masyarakat maupun pemerintah
d. Anggaran kegiatan pengembangan produk baru yang terlalu tinggi
e. Besarnya kegagalan produk baru dalam pelaksanaan pemasarannya
f. Usia kehidupan produk baru yang pendek

1. PEMILIHAN LOKASI PRODUKSI

Pemilihan lokasi yang strategis dapat membantu meminimalisir anggaran (investasi


dan operasional) baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, hal ini juga bisa
meningkatkan persaingan antar perusahaan. Dalam perusahaan yang bergerak di bidang jasa,
pemilihan lokasi kantor cabang, toko pengecer, pelayanan kesehatan, unit pemadam
kebakaran, dan lain sebagainya, dibutuhkan rekomendasi yang lebih kompleks.

Setiap perusahaan memiliki perbedaan faktor dalam menentukan lokasi


perusahaannya, karena dalam masing-masing perusahaan memiliki kebutuhan yang berbeda-
beda. lokasi yang bagus merupakan permasalahan individual dalam masing-masing
perusahaan. Hal ini bisa juga disebut dengan pendekatan “situasional” atau “contingency”
dalam penentuan keputusan. Akan tetapi, secara umum beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi perusahaan adalah sebagai berikut :

a. Lingkungan masyarakat, kondisi masyarakat yang welcome dalam menerima


konsekuensi dengan adanya pabrik yang di dirikan di lingkungannya, baik
konsekuensi positif maupun negatif merupakan salah satu syarat yang sangat penting.
b. Kedekatan dengan pasar, lokasi yang seperti ini diharapkan dapat menjadikan
perusahaan untuk memberikan pelayanan yang maksimal terhadap para pelanggan,
dan juga dapat meminimalisir biaya produksi.
c. Tenaga kerja, penempatan lokasi perusahaan yang ada dimana saja juga harus
ditunjang dengan tenaga kerja, karena itu lokasi yang strategis juga bisa dijangkau
dengan mudah oleh para tenaga kerjanya.
d. Kedekatan dengan bahan mentah dan supplier, kedekatan lokasi perusahaan dengan
bahan mentah maupun suplier dari bahan baku perusahaan memungkinkan
perusahaan tersebut mendapatkan pelayanan dan bahan baku yang cukup baik dan
juga bisa menghemat waktu serta anggaran penyediaan.
e. Fasilitas dan biaya transportasi, pertimbangan biaya transportasi sangat penting dan
bergantung pada anggaran yang dihitung dari total biaya produksi tersebut. Misalnya
dalam perusahaan komputer biaya transportasi sebesar 1 hingga 2% dari total biaya
produksi.
f. Sumber daya lainnya, ketersediaan sumber daya-sumber daya alam harus
diperhatikan baik berdasarkan angaran/biaya maupun ketersediaanya yang
mencukupi.

Selain beberapa faktor yang telah disebutkan diatas faktor lain seperti, harga tanah,
dominasi masyarakat, peraturan tenaga kerja dan relokasi, kedekatan dengan pabrik dan
gudang perusahaan yang lain, tingkat pajak, kondisi cuaca atau iklim, tingkat keamanan,
serta konsekuensi pelaksanaan peraturan tentang lingkungan hidup juga perlu
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi sebuah perusahaan.

2. PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK

Dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan produksi kegiatan peramalan


(forecasting) pada permintaan produk maupun jasa pada waktu yang akan datang merupakan
suatu kegiatan yang sangat penting. Peramalan itu sendiri merupakan sebuah usaha yang
dilakukan untu meramalkan keadaan di waktu yang akan datang berdasarkan hasil pengujian
di asa lampau. Sedangkan esensi peramalan merupakan asumsi sebuah peristiwa di masa
yang akan datang berdasarkan pola waktu di masa lalu dan penggunaan kebijakan terhadap
estimasi dengan pola waktu di masa lalu. Dalam peramalan membutuhkan kebijakan,
sedangkan estimasi merupakan dungsi secara mekanikal. Proses peramalan terdiri beberapa
langkah seperti berikut ini (Peterson, 1976) :

a. Penentuan tujuan, dalam hal ini tujuan bergantung kepada kebutuhan informasi para
manajer
b. Pengembangan model, model merupakan kerangka analitik jika dimasukkan data
masukan, akan menghasilkan estimasi penjualan di waktu yang akan datang.
c. Pengujian model, pengujian model dilakukan untuk menentukan tingkat akurasi,
validitas, realibilitas yang diinginkan. Pengujian model bertujuan untuk mengetahui
validitas atau kemampuan prediksi secara logik dalam suatu model.
d. Penerapan model, setelah pengujian dilaksanakan analisis penerapan model dalam
tahap ini data historik dimasukkan ke dalam model untuk menghasilkan sebuah
ramalan.
e. Revisi dan evaluasi, peramalan yang telah dilakukan sesering mungkin ditinjau
kembali dan diperbaiki. Perbaikan dilakukan jika terjadi perubahan dalam perusahaan
maupun lingkungannya. Sedangkan evaluasi merupakan membandingkan ramalan
dengan hal nyata dalam menilai ketepatan penggunaan suatu metodologi atau teknik
peramalan. Kegiatan ini dibutuhkan untuk menjaga kualitas estimasi di masa yang
akan datang.
Daftar Rujukan
Ahyari, A. 1986. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi Buku II.
Yogyakarta: BPFE.
Ahyari, A. 1999. Manajemen Produksi. Yogkarta: BPFE.
Assauri, S. 2016. Manejemen Operasi Produksi. Jakarta: Rajawali Pers.
Haming, M. Nurnajamuddin, M. 2014. Manajemen Produksi Modern. Jakarta: PT.Bumi
Aksara.
Wignjosoebroto, S. 2003. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri. Surabaya: Guna
Widya

Вам также может понравиться