Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
TIM 2 Kelompok 7
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan
Mengetahui,
Kepala Ruangan
Maedi, S.Kep.
Mayor Laut (K) NRP.14608/P
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan rahmat serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Seminar Keperawatan pada stase medikal bedah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN OKSIGEN HIPERBARIK KE 6 PADA TN. “S” DENGAN
DIAGNOSA MEDIS HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP) DI LAKESLA
DRS. MED. R. RIJADI S., PHYS. SURABAYA”.
Dalam penyusunan makalah ini penulis berpedoman pada materi
perkuliahan, pengalaman, dan bimbingan praktek, bantuan serta dorongan moril
dan materil dari berbagai pihak, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
iii
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran yang
dapat membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya akan menjadi
lebih baik. Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara
pribadi dan bagi pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.......................................................................................................... i
lembar Pengesahan .................................................................................................. ii
kata Pengantar ........................................................................................................ iii
daftar Isi .................................................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 2
1.4 Manfaat .............................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Penyakit ...................................................................... 4
2.1.1 Anatomi Fisiologi .................................................................... 4
2.1.2 Definisi .................................................................................... 6
2.1.3 Faktor Resiko ........................................................................... 7
2.1.4 Klasifikasi ................................................................................ 8
2.1.5 Etiologi .................................................................................. 10
2.1.6 Patofisiologi ........................................................................... 10
2.1.7 Manifestasi Klinis .................................................................. 13
2.1.8 Komplikasi............................................................................. 14
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 14
2.1.10 Penatalaksanaan ..................................................................... 15
2.1.11 Pencegahan ............................................................................ 18
2.2 Konsep Dasar Hiperbarik Oksigen (HBO) ...................................... 20
2.2.1 Definisi HBO ......................................................................... 20
2.2.2 Jenis HBO berdasarkan besarnya Chamber........................... 21
2.2.3 Tujuan HBO .......................................................................... 21
2.2.4 Kontraindikasi HBO .............................................................. 22
2.2.5 Dasar Fisiologi ....................................................................... 22
v
2.2.6 Transportasi dan Utilisasi Oksigen terapi HBO .................... 24
2.2.7 Hubungan HNP dengan Terapi HBO .................................... 25
2.2.8 Tabel Kindwall ...................................................................... 26
2.3 Teori Askep HBO ............................................................................ 32
2.3.1 Pengkajian ............................................................................. 32
2.3.2 Diagnosa Terapi Hiperbarik Oksigen .................................... 35
2.3.3 Intervensi Keperawatan ......................................................... 35
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................ 38
3.1 PENGKAJIAN ................................................................................. 38
3.2 IDENTITAS ..................................................................................... 38
3.3 ANALISA DATA ............................................................................ 43
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN ..................................................... 44
3.5 INTERVENSI KEPERAWATAN ................................................... 44
3.6 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ............................................ 46
3.7 EVALUASI KEPERAWATAN ...................................................... 48
BAB 4 PENUTUP .............................................................................................. 50
4.1 Simpulan .......................................................................................... 50
4.2 Saran ................................................................................................. 50
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
2. Bagi LAKESLA
Makalah ini dapat dijadikan referensi atau kajian pustaka di LAKESLA jika
akan dilakukan kegiatan ilmiah lainnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Anatomi Fisiologi
Anatomi tulang belakang perlu diketahui agar dapat ditentukan elemen yang
terganggu pada timbulnya keluhan nyeri punggung bawah.
Columna vertebralis adalah pilar utama tubuh. Merupakan struktur fleksibel
yang dibentuk oleh tulang-tulang tak beraturan, disebut vertebrae. Vertebrae
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Servikal (7)
2. Torakal (12)
3. Lumbal (5)
4. Sakral (5, menyatu membentuk sacrum)
5. Koksigeal (4, 3 yang bawah biasanya menyatu)
4
5
anterior dan posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina,
kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot
penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian posterior vertebrae antara
satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).
Gambar
2.5 HNP
HNP adalah pembengkakan atau penonjolan dari anulus atau mungkin herniasi
melalui anulus ke tulang belakang. Hal ini biasanya terjadi dilokasi posterolateral
dari disk invertebralis dan antara ruang C5-C6 dan C6-C7.(Smeltzer&Suzanne,
2002)
2.1.3 Faktor Resiko
1. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :
a. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi
b. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
c. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya
8
tersebut, misal HNP vertebra L4-L5 akan menimbulkan iritasi pada akar
saraf L5.
3. Far-laterall foraminal, tidak selalu didapatkan gejala nyeri punggung
bawah. Mengenai akar saraf yang terekat, misal HNP vertebra L4-L5
akan mengenai akar saraf L4.
Berdasarkan lesi terkenanya terbagi atas :
1. Hernia Lumbosacralis
Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka
pada posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non
trauma adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan nucleus pulposus
pada ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus dapat diam di
tempat atau ditunjukkan atau dimanifestasikan dengan ringan, penyakit
lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat
menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya atau
jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit
sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan
melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering,
fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus,
biasanya terjadi pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah),
dimana mereka mengenai sebuah serabut atau beberapa serabut saraf.
Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan
apophysis artikuler.
2. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan
kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang
normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps
yang menurun atau menghilang. Hernia ini melibatkan sendi antara tulang
belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini
menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf.
Hal ini menghasilkan nyeri radikal yang mana selalu diawali dengan
beberapa gejala dan mengacu pada kerusakan kulit.
10
3. Hernia Thorakalis
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-
gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia
dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat
kejang paraparese, kadang-kadang serangannya mendadak dengan
paraparese.
2.1.5 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut
1. Degenerasi diskus intervertebralis
2. Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi
3. Trauma berat atau terjatuh
4. Mengangkat atau menarik benda berat
2.1.6 Patofisiologi
Melengkungnya punggung ke depan akan menyebabkan menyempitnya atau
merapatnya tulang belakang bagian depan, sedangkan bagian belakang
merenggang, sehingga nucleus pulposus akan terdorong ke belakang.
Prolapsus discus intervertebralis, hanya yang terdorong ke belakang yang
menimbulkan nyeri, sebab pada bagian belakang vertebra terdapat serabut saraf
spinal serta akarnya, dan apabila tertekan oleh prolapsus discus intervertebralis
akan menyebabkan nyeri yang hebat pada bagian pinggang, bahkan dapat
menyebabkan kelumpuhan anggota bagian bawah
Herniasi atau ruptur dari discus intervertebra adalah protrusi nucleus
pulposus bersama beberapa bagian anulus ke dalam kanalis spinalis atau foramen
intervertebralis. Karena ligamentum longitudinalis anterior jauh lebih kuat
daripada ligamentum longitudinalis posterior, maka herniasi diskus hampir selalu
terjadi ke arah posterior atau posterolateral. Herniasi tersebut biasanya
menggelembung berupa massa padat dan tetap menyatu dengan badan diskus,
walaupun fragmen-fragmennya kadang dapat menekan keluar menembus
ligamentum longitudinalis posterior dan masuk lalu berada bebas ke dalam kanalis
spinalis. Perubahan morfologik pertama yang terjadi pada diskus adalah
memisahnya lempeng tulang rawan dari korpus vertebra di dekatnya.
11
Sela intervertebra lumbal L4-L5 dan L5-S1 adalah yang paling sering terkena,
terutama L5-S1. Sedangkan L3-L4 merupakan urutan berikutnya. Ruptur diskus
lumbal yang lebih tinggi jarang dan hampir selalu akibat trauma masif. Karena
hubungan anatomis pada vertebra lumbal, protrusi diskus biasanya menekan radiks
saraf yang muncul satu vertebra di bawahnya. Jika terdapat fragmen diskus bebas,
biasanya mengenai radiks yang muncul di atas diskus yang mengalami herniasi.
Sebagian besar HNP terjadi pada L4-L5 dan L5-S1 karena:
Daerah lumbal, khususnya daerah L5-S1 mempunyai tugas yang berat, yaitu
menyangga berat badan. Diperkirakan 75% berat badan disangga oleh sendi L5-
S1.
Mobilitas daerah lumabal terutama untuk gerak fleksi dan ekstensi sangat
tinggi. Diperkirakan hampir 57% aktivitas fleksi dan ekstensi tubuh dilakukan
pada sendi L5-S1.
Daerah lumbal terutama L5-S1 merupakan daerah rawan karena ligamentum
longitudinal posterior hanya separuh menutupi permukaan posterior diskus.
Arah herniasi yang paling sering adalah postero lateral.
Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu
perubahan yang mengakibatkan herniasi nucleus pulpolus melalui anulus dengan
menekan akar–akar saraf spinal. Pada umumnya herniassi paling besar
kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih banyak bergerak (Perbatasan
Lumbo Sakralis dan Servikotoralis).
13
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau
L5 sampai S1. Arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks
saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui
foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan
kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan
intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif
kecil (Partono Muki, 2009; Sylvia,1991).
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung
atau tidak langsung pada diskus intervertebralis akan menyebabkan komprensi
hebat dan herniasi nucleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan
mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum
longitudinal maka terjadilah herniasi.
Protrusi atau ruptur nucleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan
degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida
dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan
pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nucleus.
Setelah trauma (jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat)
kartilago dapat cidera.
2.1.7 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena. HNP
dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2 arah,
yang pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang, sciatica,
dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena.
Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan sindroma
kauda equina.
Gejala klinis yang paling sering adalah iskhialgia (nyeri radikuler sepanjang
perjalanan nervus iskhiadikus). Nyeri biasanya bersifat tajam seperti terbakar dan
berdenyut menjalar sampai di bawah lutut. Bila saraf sensorik yang besar (A beta)
terkena akan timbul gejala kesemutan atau rasa tebal sesuai dengan dermatomnya.
14
3. Myelogram
Berguna untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi
dipertimbangkan maka myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat
protrusi diskus. Juga digunakan untuk membedakan kompresi radiks
dari neuropati perifer.
4. MRI tulang belakang
Bermanfaat untuk diagnosis kompresi medulla spinalis atau kauda
equina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal
mengevaluasi gangguan radiks saraf. MRI merupakan standar baku
emas untuk HNP.
5. Pemeriksaan Radiologi
a. Foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal
atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan
sela invertebrata dan pembentukan osteofit.
6. Pemeriksaan Laboratorium klinik
7. Pemeriksaan lain, misalnya; biopsi, termografi, zygapophyseal joint
block (melakukan blok langsung pada sendi yang nyeri atau pada saraf
yang menuju ke sana).
2.1.10 Penatalaksanaan
Menurut Baticaca (2008), penatalaksanaan pada pasien dengan HNP yaitu:
1. Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan
intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu
lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap
untuk kembali ke aktifitas biasa. Posisi tirah baring yang dianjurkan
adalah dengan menyandarkan punggung, lutut, dan punggung bawah
pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan
yang meradang
2. Terapi fisik
a. Traksi pelvis
16
- Laminotomi : Pembagian
lamina vertebra.
- Disektomi dengan peleburan.
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis dian
gkat untuk mengurangi tekanan terhadap nervus. Discectomy di
lakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan general
anesthesia. Hanya sekitar 2-3 hari tinggal dirumah sakit. Akan
diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi
untuk mengurangi resiko pengumpulan darah. Jika lebih dari satu
diskus yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi
diskus.
Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu.
Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan dan mungkin
memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (recovery).
Microdisectom
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur me
mindahkan fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat
kecil dengan menggunakan x ray dan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapin)
ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelati yang
menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy
pada kasus-kasus tertentu.
- Chemonudeolysis
Untuk herniasi lumbal, injeksi chymopapin ke dalam diskus agar
menghilangkan air dan proteoglikan dari diskus, mengurangi ukuran
diskus dan tekanan subsekuen pada akar saraf.
2.1.11 Pencegahan
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
herniasi nucleus pulposus yaitu mengurangi aktivitas fisik yang berat seperti
mengangkat barang yang berat atau selalu membungkuk terutama bagi orang lanjut
usia.
19
Bila terjadi fraktur atau dislokasi harus ditangani sesegera mungkin untuk
menghindari komplikasinya terhadap diskus intervertebralis yang pada akhirnya
memperbesar kemungkinan untuk mengalami herniasi nukleus pulposus.
Cara-cara mengangkat dan mengangkut yang baik :
Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari
pembebanan.
Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Hal-hal yang harus diperhatikan sbb :
Pegangan harus tepat.
Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi
lurus.
Punggung harus diluruskan.
Dagu ditarik segera setelah kepala bisa ditegakkan lagi pada permulaan
gerakan. Dengan mengangkat kepala dan sambil menarik dagu, seluruh
tubuh belakang diluar.
Mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
Untuk menerapkan kedua prinsip kinetik itu setiap kegiatan
mengangkat dan mengangkut harus dilakukan sebagai berikut:
Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi
momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.
Berat badan dimanfaatkan untuk menarik dan mendorong, serta gaya
untuk gerakan dan perimbangan.
Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap geris vertikal yang
melalui pusat gravitasi tubuh.
Hal yang patut diingat untuk efisiensi kerja dan kenyamanan kerja,
yaitu hindari manusia sebagai alat utama untuk kegiatan mengangkat dan
mengangkut.
20
3) Kebugaran
2.2.4 Kontraindikasi HBO
1) Kontraindikasi absolut
Untreated Pneumothorak yaitu pneumothorak yang belum dilakukan
tindakan pembedahan.
1) Kontraindikasi relatif
Beberapa keadaan yang memerlukan perhatian tapi bukan merupakan
kontraindikasi absolute pemakaian hiperbarik oksigen adalah sebagai
berikut
(1) Infeksi saluran napas bagian atas
(2) Sinusitis kronis
(3) Riwayat operasi telinga
(4) Penyakit kejang
(5) Emfisema yang disertai retensi CO2
(6) Panas tinggi yang tidak terkontrol
(7) Infeksi Virus
(8) Spherositosis congenital
(9) Riwayat neuritis optic
(10) Keadaan umum lemah, tekanan darah sistolik >170 mmHg atau <90
mmHg. Diastole >110 mmHg atau <60 mmHg
(11) Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup)
(12) Riwayat operasi dada
(13) infeksi aerob seperti TBC
(14) Wanita hamil
(15) Penderita sedang kemoterapi seperti terapi adriamycin, bleomycin.
2.2.5 Dasar Fisiologi
Aspek fisiologi dari terapi HBO mencakup beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
1) Fase Respirasi
Seperti diketahui, kekurangan oksigen pada tingkat sel menyebabkan
terjadinya gangguan kegiatan basal yang pokok untuk hidup suatu
organisme. Untuk mengetahui kegunaan HBO dalam mengatasi
23
30
20
10
0 14 30 5 30 5 30 14
27
1) Penekanan:
a. Sebelum dimulai penekanan, tender membantu pasien untuk masuk rubt
(yang pakai tempat tidur, kursi roda dan yang terakhir adalah yang bisa
jalan sendiri.
b. Penekanan akan dimulai dengan cara operator menutup pintu rubt dan
akan menyampaikan pelaksanaan TOHB akan segera dimulai.
c. Mengingatkan kepada pasien agar tidak terlambat valsava.
d. Pada saat kedalaman 3 meter, operator akan menyetop penekanan dan
menanyakan ke tender apakah ada kendala, jika tidak ada masalah bagi
pasien, penekanan akan dilanjutkan.
e. Tender monitor dan mengingatkan pasien agar tidak terlambat valsava
dan membantu pasien jika ada yang terlambat valsava dan koordinasi
dengan operator
f. Resiko yang mungkin terjadi adalah barotrauma
g. Penekanan rata-rata berlangsung 14 menit sampai kedalaman 14 meter.
2) Isap Oksigen I
a. Operator akan menginformasikan kepada pasien untuk menghisap
oksigen.
b. Tender membantu memasangkan masker ke pasien.
c. Tender menganjurkan kepada pasien untuk bernafas secara normal.
d. Tender memonitor tanda-tanda keracunan oksigen.
e. Pelaksanaan isapan oksigen pertama selama 30 menit.
3) Istirahat
a. Operator menginformasikan isapan oksigen pertama selesai
b. Tender membantu pasien untuk melepas masker pasien
c. Menghirup udara biasa selama 5 menit.
4) Isap Oksigen II
a. Operator akan menginformasikan kepada pasien untuk menghisap
oksigen yang kedua
b. Tender membantu memasangkan masker ke pasien
c. Tender menganjurkan kepada pasien untuk bernafas seperti biasa / nafas
normal
28
Nukluepecah
HNP
Servikal Lumbal
4
30
Nyeri
31
Kesulitan bernafas
Gangguan pola
eliminasi
Pola nafas tidakefektif
Nitrit oxide
meningkat
Terapi HBO
4
33
e. Monitor adanya udara di IV line dan tekanan tubing line invasif. udara
semua harus dikeluarkan dari tabung, jika ada.
f. Dokumentasikan bahwa semua lini invasif terbebas dari udara terutama
saat chamber di berikan tekanan dan setelah diberikan tekanan.
2) Resiko barotrauma ke telinga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
Kriteria Hasil : tanda dan gejala dari barotrauma akan diakui, ditangani, dan
segera dilaporkan.
a. Kelola dekongestan, instruksi dokter, sebelum perawatan terapi oksigen
hiperbarik
b. Sebelum perawatan instruksikan pada pasien tentang teknik
pengosongan telinga,dengan cara menelan, mengunyah, menguap
modifikasi manuver valsava , atau head tilt
c. Kaji kemampuan pasien melakukan teknik pengosongan telinga saat
tekanan dilakukan.
d. Lakukan tindakan keperawatan :
1) Ingatkan pasien untuk bernapas dengan normal selama perubahan
tekanan,
2) Konfirmasi ET / manset Trach diisi dengan NS sebelum tekanan
udara.
3) Beritahukan operator ruang multiplace jika pasien tidak dapat
menyesuaikan persamaan tekanan
3) Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan
atmosfir meningkat.
Kriteria Hasil : Tanda dan gejala keracunan oksigen dikenali dan ditangani
dengan tepat
Intervensi Keperawatan :
a. Catat hasil pengkajian pasien dari dokter hiperbarik :
a) Peningkatan Suhu tubuh
b) Riwayat penggunaan steroid
c) Riwayat kejang oksigen
d) Penggunaan vitamin C dosis tinggi atau aspirin
37
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Pendaftaran : 05-02-2018 Jam Pendaftaran : 09.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 20-02-2018 No. RM : xxxxx
Jam Pengkajian : 06.45 WIB Diagnosa Masuk : Post HNP
Terapi HBO Ke :6
3.2 IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn.S
2. Umur : 53 Tahun
3. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : TNI AL
6. Alamat : Sukodono
Keluhan Utama
DCS :-
Klinis : Nyeri pinggang kiri
Kebugaran :-
38
39
pada hari selasa pukul 06.30 WIB. Pasien sudah mengikuti terapi hiperbarik
oksigen lima kali.
Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis Apatis Somnolen Sopor
Koma
2. Tanda-Tanda Vital
S: 36,2◦C N : 88x/menit TD: 120/80 mmHg RR :
20x/menit
3. Keadaan Fisik
40
4. Sistem Neurologis
GCS :Mata: 4 Verbal: 5 Psikomotor: 6
Keluhan Pusing : Ya Tidak
P :-
Q :-
R :-
S :-
T :-
Lain-Lain :-
5. Sistem Pernapasan
Keluhan : Sesak Nyeri Waktu Nafas Orthopnea
Tidak ada
Batuk : Produktif Tidak Produktif Tidak ada
Sekret :- Konsistensi :-
Warna :- Bau :-
Irama Nafas : Teratur Tidak Teratur
Alat Bantu Nafas : Ya Tidak
Keterangan : -
Penggunaan WSD : Ya Tidak
Keterangan : -
Tracheostmi : Ya Tidak Keterangan : Tidak
ada
Lain-Lain : Tidak ada
6. Sistem Kardiovaskuler
Irama jantung : Reguler Ireguler
CRT :< 2 detik
41
Tabel Tiga
Risiko barotrauma
ke telingga, sinus,
gigi, dan paru-
paru, atau gas
emboli serebral
Selasa, 20 DS : Terapi HBO Risiko keracunan
Februari Pasien mengatakan ini oksigen
2018 adalah terapi HBO yang 6 Peningkatan
06.50 kali tekanan diatas 1
DO : ATA
- Pemberian oksigen murni
100% selama ±120 menit Pemberian
oksigen 100%
Risiko keracunan
oksigen
44
Pasien transfer
in/out dari ruang
(chamber)
Risiko Cedera
3.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen cedera fisiologis
2. Risiko barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
3. Risiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan
atmosfir meningkat.
4. Risiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber), ledakan
peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis
Selasa, 1,2,3,4
09.30 Post HBO
20 WIB 1. Mengevaluasi tingkat nyeri pasien
Februari Skala nyeri 4
2018 2. Mengevaluasi tingkat kecemasan pasien
Pasien tidak mengalami cemas
3. Mengevaluasi tanda-tanda barotrauma,
mengevaluasi kondisi klien setelah melakukan
terapi HBO.
Pasien tidak mengalami tanda-tanda
barotrauma
4. Mengevaluasi tanda-tanda cidera pasien,
mengevaluasi keluhan pasien setelah
melakukan terapi HBO
Pasien tidak megalami tanda-tanda cidera.
5. Mengevaluasi tanda-tanda keracunan oksigen,
mengevaluasi keluhan pasien setelah
melakukan terapi HBO
Pasien tidak mengalami keracunan oksigen
3.7 EVALUASI KEPERAWATAN
Hari / Diagnosa Jam Evaluasi (SOAP)
Tanggal
Selasa, 1 09.40 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang dengan
20 WIB tingkat nyeri 3
Februari (0-10)
2018 O:
TD : 120/90 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,5 C
RR : 18 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi HBO dilanjutkan
Selasa, 2 09.40 S: Pasien mengatakan tidak mengalami flu,
20 WIB pasien juga mengatakan bahwa sudah dapat
Februari melakukan teknik valsava dengan benar
2018 O:
1. Keadaan umum tenang
2. Tidak tampak tanda gejala flu
3. Tidak ada tanda-tanda barotrauma, namun
pasien tampak sering menekan hidung
4. TTV: TD : 130/80 mmHg, N : 88 x/menit,
S : 36,5 C, RR : 18 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi HBO dihentikan
Februari O:
2018 1. Keadaan umum tenang
2. Pasien tidak membawa barang yang mudah
terbakar
3. Pasien terlihat keluar chamber dengan
normal, tanpa terjadi cidera
A : Masalah teratasi
P : Intervensi HBO dihentikan
Selasa, 4 09.40 S: Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
20 WIB penggunaan obat steroid dan riwayat kejang
Februari oksigen
2018 O:
1. Keadaan umum tenang
2. Pasien tampak tidak mengalami tanda gejala
keracunan oksigen, tidak mengalami
penigkatan suhu, vertigo, ataupun
pengelihatan kabur
A : Masalah teratasi
P : Intervensi HBO dihentikan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Hernia Nukleus Purposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan oleh
trauma atau perubahan degenaratif yang menyerang massa nukleus pada
daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang menimbulkan nyeri
punggung bawah yang berat, kronik dan berulang. Masalah yang ditemukan
pada Tn. S antara lain nyeri kronik, hambatan mobilitas fisik, dan ansietas.
2. Diagnosa keperawatan yang disusun dari masalah keperawatan pada Tn.S
dengan diagnosa medis HNP Lumbal berdasarkan terapi HBO adalah nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis, resiko barotrauma
berhubungan dengan Terapi HBO pemberian Oksigen 100% dengan
tekanan tinggi (2,4 ATA), resiko keracunan oksigen berhubungan dengan
terapi HBO pemberian Oksigen 100%, resiko cedera berhubungan dengan
pasien transfer in/out dari ruangan; ledakan; peralatan
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan terapi HBO, masalah utama
pasien yaitu nyeri pada pinggang kiri mengalami perubahan pada tingkat
nyeri, skala berkurang menjadi skor 3.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama praktik profesi di Lakesla Drs.
Med. Rijadi. S., Phys Surabaya, pada kesempatan ini kami akan menyampaikan
beberapa saran untuk perbaikan Lakesla agar kedepannya lebih baik lagi.
Adapun saran – saran tersebut, yakni:
38
51
DAFTAR PUSTAKA
Back Pain & Spine Physicians. 2012. Explaining Spinal Disorders: Cervical
Disc Herniation. Colorado Comprehensive Spine Institute. Colorado.
www.spine-institute.com
Battica, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gngguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Gill Nav B.Sc, DC. 2008. The Causes of Severe Neck Pain Resulting from
Cervical Radiculopathy. www.neckpainsupport.com
Back Pain & Spine Physicians. 2012. Explaining Spinal Disorders: Cervical
Disc Herniation. Colorado Comprehensive Spine Institute. Colorado.
www.spine-institute.com
Gill Nav B.Sc, DC. 2008. The Causes of Severe Neck Pain Resulting from
Cervical Radiculopathy. www.neckpainsupport.com