Вы находитесь на странице: 1из 4

Di 2015, Ini Tiga Langkah Strategis Pengembangan Industri Nasional

Sektor industri mampu tumbuh 5,21 persen pada kuartal pertama 2015. Untuk meningkatkan
pertumbuhan lebih tinggi sekaligus memperdalam struktur industri, Kementerian Perindustrian
memperkuat koordinasi dengan pelaku usaha dan terbuka pada masukan para pakar ekonomi.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengungkapkan hal itu usai membuka Rapat Sinkronisasi
Kebijakan Bidang Perindustrian dengan Dunia Usaha di Kementerian Perindustrian, Jakarta,
Jumat. Saleh Husin mengatakan, di tahun 2015, di tengah himpitan tekanan ekonomi global,
target pertumbuhan industri dipatok 6,3 hingga 6,8 persen. Untuk itu, menurutnya, arah
kebijakan nasional menyasar tiga langkah strategis. Pertama, pengembangan industri di luar
Pulau Jawa melalui fasilitasi pembangunan 14 Kawasan Industri dan fasilitasi pembangunan 22
Sentra Industri Kecil dan Menengah. Kedua, pembangunan populasi industri dengan target
penambahan sebesar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang. Ketiga adalah
peningkatan daya saing dan produktivitas, melalui peningkatan efisiensi teknis, peningkatan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan penguasaan dan pelaksanaan
pengembangan produk baru oleh industri domestik. Rep.27.6’15

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Industri Nasional

Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak
sangat ketatnya persaingan dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha. Produk-produk
hasil manufaktur di dalam negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan
produk luar, dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan
teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin singkatnya masa edar
produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan. Dalam melaksanakan proses pembangunan
industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan yang harus dihadapi serta harus menjadi
pertimbangan yang menentukan dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan, sekaligus
merupakan paradigma baru yang harus dihadapi oleh negara manapun dalam melaksanakan
proses industrialisasi negaranya.

Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam pembangunan industri Indonesia harus dapat
menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan
perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru
bagi semua negara, sehingga fokus strategi pembangunan industri pada masa depan adalah
membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik.

Dalam situasi yang seperti itu, maka untuk mempercepat proses industrialisasi, menjawab
tantangan dari dampak negatif gerakan globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta
mengantisipasi perkembangan di masa yang akan datang, pembangunan industri nasional
memerlukan arahan dan kebijakan yang jelas. Kebijakan yang mampu menjawab pertanyaan,
kemana dan seperti apa bangun industri Indonesia dalam jangka menengah, maupun jangka
panjang.

Untuk menjawab dan mengantisipasi berbagai masalah, issue, serta tantangan di atas,
Departemen Perindustrian telah menyusun Kebijakan Pembangunan Industri Nasional yang telah
disepakati oleh berbagai pihak terkait, dimana pendekatan pembangunan industri dilakukan
melalui Konsep Klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan.
Sesuai dengan kriteria daya saing yang ditetapkan untuk kurun waktu jangka menengah (2005-
2009) telah dipilih pengembangan klaster industri inti termasuk pengembangan industri terkait
dan industri penunjang.

Tantangan yang Dihadapi Sektor Industri


Tantangan utama yang dihadapi oleh industri nasional saat ini adalah kecenderungan
penurunan daya saing industri di pasar internasional. Penyebabnya antara lain adalah
meningkatnya biaya energi, ekonomi biaya tinggi, penyelundupan serta belum memadainya
layanan birokrasi. Tantangan berikutnya adalah kelemahan struktural sektor industri itu sendiri,
seperti masih lemahnya keterkaitan antar industri, baik antara industri hulu dan hilir maupun
antara industri besar dengan industri kecil menengah, belum terbangunnya struktur klaster
(industrial cluster) yang saling mendukung, adanya keterbatasan berproduksi barang setengah
jadi dan komponen di dalam negeri, keterbatasan industri berteknologi tinggi, kesenjangan
kemampuan ekonomi antar daerah, serta ketergantungan ekspor pada beberapa komoditi tertentu.
Sementara itu, tingkat utilisasi kapasitas produksi industri masih rata-rata di bawah 70 persen,
dan ditambah dengan masih tingginya impor bahan baku, maka kemampuan sektor industri
dalam upaya penyerapan tenaga kerja masih terbatas.Â

Di sisi lain, industri kecil dan menengah (IKM) yang memiliki potensi tinggi dalam penyerapan
tenaga kerja ternyata masih memiliki berbagai keterbatasan yang masih belum dapat diatasi
dengan tuntas sampai saat ini. Permasalahan utama yang dihadapi oleh IKM adalah sulitnya
mendapatkan akses permodalan, keterbatasan sumber daya manusia yang siap, kurang dalam
kemampuan manajemen dan bisnis, serta terbatasnya kemampuan akses informasi untuk
membaca peluang pasar serta mensiasati perubahan pasar yang cepat.

Dalam rangka lebih menyebarkan industri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah,
maka investasi di luar Pulau Jawa masih kurang menarik bagi investor karena terbatasnya
kapasitas infrastruktur ekonomi, terbatasnya sumber daya manusia, serta kecilnya jumlah
penduduk sebagai basis tenaga kerja dan sekaligus sebagai pasar produk.

Pemerintah Siapkan Strategi Pengembangan Industri Nasional Jakarta

Pemerintah Siapkan Strategi Pengembangan Industri Nasional Jakarta. "Tadi membahas konsep
taktik pengembangan industri nasional. Ini masih dalam tahap konsep, masih ada masukan-
masukan, tapi konsepnya sudah cukup lengkap," kata Menko Perekonomian Boediono usai rapat
koordonasi terbatas membahas kebijakan industri nasional di Gedung Utama Departemen
Keuangan Jakarta, Kamis. Pemerintah tengah menyiapkan taktik pengembangan industri
nasional yang akan merupakan integrasi berbagai kebijakan yang selama ini diterapkan
pemerintah sehingga menjadi taktik industri yang lebih besar dan sistematis.

Menurut Boediono, masih diperlukan dua hingga tiga pertemuan lagi buat menyelesaikan konsep
yang menyatukan kebijakan-kebijakan yang dianggap sudah berjalan menjadi suatu taktik besar
yang sistematis sehingga satu sama lain tidak bertabrakan. Hadir dalam rapat itu antara lain
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perdagangan Mari E. Pangestu, Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, Menperind Fahmi Idris, dan Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Muhammad Lutfi.
Ia menyebutkan, taktik pengembangan industri nasional itu akan menyangkut berbagai industri
nasional yang dapat dikembangkan mulai dari bahan bakunya hingga pemasarannya. "Misalnya
industri sawit, itu kan dapat ditingkatkan derajat pengolahannya dari bahan baku hingga ke
tingkat di mana nilai tambahnya cukup besar. Demikian juga dengan industri otomotif. Itu nanti
tidak akan sepotong-sepotong lagi kebijakannya," kata Menko.

Menurut dia, penyusunan taktik pengembangan industri nasional itu harus dapat diselesaikan
secepatnya termasuk di dalamnya menyangkut berbagai insentifnya. Sementara itu Kepala Badan
Kebijakan Fiskal (BKF) Depkeu, Anggito Abimanyu menjelaskan, selain di tingkat menteri,
diskusi membahas taktik pengembangan nasional atau road map industri nasional juga dilakukan
di tingkat teknis.

"Sebetulnya kalau buat kami di Depkeu, Road Map ini nantinya akan menjadi basis buat
penetapan kebijakan fiskal, kan idealnya kebijakan fiskal mengikuti roadmap industri ini,"
katanya. Ia menyebutkan, selama ini banyak sekali insentif-insentif fiskal yang diberikan secara
ad-hoc saja. Pemerintah memberikan bonus ketika ada permintaan dari berbagai kalangan
terutama pelaku industri.

"Sesuatu yang baik kalau ada roadmap yang jelas. Kalau ada pemberian bonus pajak, pabean,
anggaran, dan lainnya, itu basisnya kebijakan industri nasional, bukan ad hoc lagi," katanya.
Anggito menyebutkan, penyusunan taktik pengembangan industri nasional itu harus selesai pada
Oktober 2007 ini sesuai dengan amanat Inpres Nomor 6 tahun 2007 tentang Kebijakan
Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UKM.

Sedangkan Sekjen Depperin Agus Tjahayana W. mengatakan ada lima kelompok industri yang
menjadi prioritas dalam taktik pengembangan industri nasional tersebut, yaitu industri agro,
industri alat angkut, industri elektronik dan telematika, beberapa industri manufaktur tertentu dan
beberapa industri menengah kecil tertentu. "Target pertumbuhan industri dengan adanya
kebijakan itu rata-rata sekitar 8,6 persen per tahun seperti dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM)," katanya.

Pemerintah Siapkan Strategi Pengembangan Industri Nasional Copyright Antara News 2007,
Penulis Heru, Oktober 2007.

Вам также может понравиться