Вы находитесь на странице: 1из 3

Good- Handling Practices (GMP) setelah panen padi

1. Hasil panen yang berupa gabah harus diperlakukan dengan secara hati-hati agar tidak kotor,
berjamur, rnembusuk.
2. Pemilahan I Penyortiran. Hasil panen produksi gabah dipilah pilah antara yang baik atau
memenuhi syarat dan yang rusak atau terserangan OPT.

1. Persyaratan Mualitatif
a. Bebas hama dan penyakit
b. Bebas bau busuk, asam atau bau-bau lainnya.
c. Bebas dari bahan kimia seperti sisa-sisa pupuk, insektisida, fungisida dan bahan kimia lainnya.
d. Gabah tidak boleh panas.

2. Persyaratan Kuantitatif
Tabel. Persyaratan Kuantitatif Menurut Standard Nasional Indonesia

3. Pembersihan Hasil Panen


a. Pembersihan hasil panen dibersihkan dari kotoran dan OPT dengan cara yang disesuaikan
dengan karakteristik hasil panen.
b. Pembersihan harus dilakukan dengan hati-hati agar padi tidak menjadi cacat.
c. Produk cacat harus dipisahkan dan tidak dipasarkan sebagai produk segar.

4. Pengeringan gabah
a. Pengeringan gabah dilakukan dengan alat pengering, cara penanganan yang baik adalah sesuai
dengan system Hazard Critical Control Point ( HACCP )
b. Pengeringan gabah dengan cara penjemuran matahari dilakukan dilapangan yang sudah
disemen atau dengan alas yang bersih.

5. Klasifikasi dan penetapan mutu beras


a. Hasil panen yang sudah dijernur dan dibersihkan dilakukan pengkelasan sesuai dengan
standard yang berlaku
b. Hasil panen yang telah siap diklasifikasikan sesuai dengan kelas standar mutunya.
6. Pengepakan atau Pengemasan.
a. Produk hasil penen dikemas sesuai dengan kelas produk, rnengikuti ketentuan standard kelas
(grading) produk yang bersangkutan, atau sesuai dengan kelas yang berlaku.
b. Kernasan harus dapat melindungi produk dari kerusakan dalam pengangkutan dan atau
penyimpanan.
c. Bahan kemasan harus disesuaikan dengan sifat produk, sehingga tidak mengakibatkan
kerusakan atau perlcernaran oleh bahan kernasan dan tidak membawa OPT.
d. Kemasan harus kuat, dapat menahan beban tumpukan dan melindungi fisik dan tahan terhadap
goncangan serta dapat mernpertahankan keseragaman.
e. Kemasan diberi label berupa tulisan yang dapat rnenjelaskan tentabg produk yang dikemas.

Good Manufacturing Practices (GMP) pada Rice Milling Unit


I
Tuntutan konsumen akan kualitas beras yang bermutu dan yang memenuhi kearnanan pangan
merupakan salah satu inti GMP pada proses penggilingan padi.

Apa yang bimaksud dengan GMP pada milling rice?


Adalah aturan/pedoman cara memproses penggilingan gabah menjadi beras yang bertujuan agar
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan menghasilkan produk beras yang aman (safety)
dan bermutu. Pengertian aman (safety) diatas adalah beras dan hasil olahannya yang tidak
menimbulkan penyakit terhadap konsumen pada saat dihidangkan danlatau dikonsumsj sesuai
dengan peruntukannya

Penyimpanan Beras yang baik menurut Good Warehouse Practices (GWP)


Kerusakan bahan pangan seringkali terjadi pada proses peyimpanan yang kurang memenuhi
standar. Penyimpanan beras harus dilakukan dengan baik untuk melindungi beras dari pengaruh
cuaca, mencegah hama dan menghambat perubahan mutu serta nilai gizi beras. Penyimpanan
beras dalam waktu yang lama dengan kondisi yang kurang baik akan menyebabkan perubahan
pada bau dan rasa beras. Kerusakan ini terutama disebabkan ketengikan yang terjadi pada
kandungan lemak beras sehingga menimbulkan bau apek. Bau apek dari beras giling yang telah
lama disimpan disebabkan oleh senyawa-senyawa karbonil yang bersifat tengik, yaitu senyawa-
senyawa hasil oksidasi lemak dengan oksigen dari udara. Oleh karena itu penyimpanan beras
haruslah mengikuti praktek penyimpanan yang baik (GWP). Dengan demikian beras yang
dihasilkan memiliki mutu fisik dan gizi yang baik sehingga mempunyai daya saing yang tinggi.
Penyimpanan beras yang baik menurut GWP :
1. Beras dikemas dalam plastik/karung plastik kemudian disimpan pada suhu ruang yang sesuai
2. Tumpukan beras harus diatur sesuai standar penyimpanan yang baik, ada ruang kontrol (untuk
penumpukan stok beras dalam jumlah banyak). Beras tidak disatukan dengan barang – barang
lain yang dapat mengkontaminasi beras yang disimpan
3. Lokasi gudang yang digunakan harus mempunyai system drainasie yang baik dan memiliki
tempat pembuangan barang – barang yang tidak dipakai/sampah yang tidak mempengaruhi
penyimpanan.
4. Gudang penyimpanan sesuai standar untuk penyimpanan beras, dengan mempunyai ventilasi
yang cukup, bebas banjir, tidak bocor dan alat penerangan yang tertutup dengan bahan yang
tidak mudah pecah.
5. Suhu ruangan dan kelembaban nisbi harus dipantau untuk menjaga seuh dan kelembaban yang
sesuai agar tidak terjadi kelembaban tinggi.
6. Pemeliharaan gudang dilakukan baik kebersihan maupun pengedalian hama dan burung.
7. Alat – alat yang digunakan harus bersih dan bebas dari kontaminan
8. Dilakukan pengecekan kulaitas dari beras yang disimpan secara periodic
9. Petugas yang melakukan semua kegiatan digudang harus memperhatikan kebersihan dan
factor keselamatan kerja
10. Gudang dilengkapi peralata K3.
11. Memiliki tempat penyimpanan alat – alat yang digunakan dalam semua proses digudang
maupun pengeluaran barang khusus dan tempat penyimpanan bahan sanitizer dan barang –
barang berbahaya.
12. Produk beras dari hasil panen yang baik agar dipisahkan dari hasil panen yang kurang baik.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan plastik jenis HDPP (high density
polypropilene) dapat memperlambat kenaikan kadar air dan jumlah serangga pada beras varietas
Ciherang, hibrida Maro, Rokan, IR42, dan beras ketan, bandingkan dengan pengemasan beras
dalam karung plastik atau plastik jenis PP (polypropilene).
Pada prinsipnya implementasi GMP di tempat penggilingan, pengolahan beras hingga beras
dikemas serta penyimpanan beras dengan menerapkan GWP untuk menjamin produk yang
memenuhi persyaratan. Disis lain untuk penyimpanan beras dalam jumlah besar seperti Bulog,
secara regulasi pemerintahpun mempunyai perhatian besar untuk mengawal keamanan pangan
khususnya beras sampai ketangan konsumen.

Вам также может понравиться