Вы находитесь на странице: 1из 9

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,
dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi
bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai
kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi
untuk stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa
komunikasi terapeutik merupakan hubungan personal antara perawa dan klien,
dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar
bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah
hubungan kerja sama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran,
dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik. Indrawati
(2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat
dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling
membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu
dan pasien menerima bantuan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi
terpeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang
adaptif dan pootif.
3

B. Tahap-tahap Komunikasi Terapeutik


1. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya
dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap
ini juga perawat mencari informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya.
Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan
pertama dengan klien, tahapan ini dilakukan oleh perawat dengan tujuan
mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan oleh
perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam
Suryani, 2005). Hal ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam
menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada saat
perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang
dikatakan oleh klien dengan baik (Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005)
sehingga tidak mampu melakukan active listening (mendengarkan dengan
aktif dan penuh perhatian).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah :
a. Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan dan
mengidentifikasi kecemasan
b. Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri
c. Mengumpulkan data tentang klien
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien
2. Tahap Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien
dilakukan. Tujuan dalam tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data
dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan klien saat mi, serta
mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998).
Tugas perawat dalam tahapan ini adalah:
a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan dan
komunikasi terbuka.
4

b. Merumuskan kontrak (waktu, tempat pertemuan, dan topik


pembicaraan) bersama-sama dengan klien dan menjelaskan atau
mengklarifikasi kembali kontrak yang telah disepakati bersama.
c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien
yang umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi
pertanyaan terbuka.
d. Merumuskan tujuan interaksi dengan klien.
Sangat penting bagi perawat untuk melaksanakan tahapan ini dengan
baik karena tahapan ini merupakan dasar bagi hubungan terapeutik
antara perawat dan klien.
3. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dan keseluruhan proses komunikasi
terapeutik (Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang
terpanjang dalam komunikasi terapeutik karena didalamnya perawat
dituntut untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan
perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun
pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien.
Dalam tahap ini pula perawat mendengarkan secara aktif dan dengan
penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan
masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah
dan mengevaluasinya.
Di bagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha
untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan, dan
membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide yang sama
(Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya
penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa
keseluruhan pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima
dengan baik dan benar-benar dipahami oleh perawat.
4. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dan pertemuan perawat dan klien. Tahap
tenninasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir
5

(Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara adalah akhir dan tiap pertemuan


perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan
bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh
perawat setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Tugas perawat dalam tahap ini adalah:
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dan interaksi yang telah
dilaksanakan (evaluasi objektif). Brammer dan McDonald (1996)
menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa
yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada
tahap ini.
b. Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan perasaan klien
setelah berinteraksi dengan perawat.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut yang disepakati harus relevan dengan interaksi yang
baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan dilakukan
selanjutnya.
d. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan
berikutnya.

C. Perbedaan Komunikasi Terapeutik dan Komunikasi Sosial


Perbedaan komunikasi terapeutik dengan komunikasi sosial
(Purwanto,1994) yaitu:
1. Komunikasi Terapeutik:
a. Terjadi antara perawat dengan pasien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
b. Komunikasi ini umumnya lebih akrab karena mempunyai tujuan,
berfokus kepada pasien yang membutuhkan bantuan
c. Perawat secara aktif mendengarkan dan memberi respon kepada
pasien dengan cara menunjukkan sikap mau menerima dan mau
memahami sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara secara
6

terbuka tentang dirinya.Selain itu membantu pasien untuk melihat dan


memperhatikan apa yang tidak disadari sebelumnya.
2. Komunikasi Sosial:
a. Terjadi setiap hari antar-orang per orang baik dalam pergaulan
maupun lingkungan kerja.
b. Komunikasi bersifat dangkal karena tidak mempunyai tujuan.
c. Lebih banyak terjadi dalam pekerjaan,aktivitas sosial,dan lain-lain.
d. Pembicara tidak mempunyai fokus tertentu tetapi lebih mengarah
kebersamaan dan rasa senang.
e. Dapat direncanakan tetapi dapat juga tidak direncanakan

D. Prinsip dan Teknik Komunikasi Terapeutik


1. Prinsip
Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu
terbentuknya hubungan yang konstruktif meningkatkan pemahaman dan
membantu terbentuknya hubungan yang konstruktif diantar perawat klien. Tidak
seperti komunikasi sosial, komunikasi ini mempunyai tujuan untuk membantu
klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karena itu sangat
penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik
berikut ini :
a. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’
b. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,
memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar
belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap .individu.
c. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga
dininya dan harga diri klien.
d. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust)
harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan
memberikan alternatif pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling
percaya antara perawat dan klien adalah kunci dan komunikasi terapeutik.
e. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
7

f. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya


dan saling menghargai.
g. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
h. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun
mental.
i. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya
sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah – masalah
yang dihadapi.
j. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan
maupun fungsi
2. Teknik Komunikasi Terapeutik
1) Mendengar aktif
Mendengar mempunyai arti: konsentrasi aktif .dan persepsi terhadap
pesan orang lain yang menggunakan semua indra.
2) Mendengar pasif
Mendengar pasif adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal
untuk klien. Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan
juga keikutsertaan secara verbal
3) Penerimaan
Yang dimaksud menerima adalah mendukung dan menerima informasi
dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai.
Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan penerimaan berarti
kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
4) Klarifikasi
Klarifikasi sama dengan validasi yaitu menanyakan kepada klien apa
yang tidak dimengerti perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi
dilakukan apabula pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi
perawat dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh
klien.
5) Fokusing
Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi
area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
8

6) Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain. Observasi
dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan
saat tingkah laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada
klien. Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi
malu atau marah.
7) Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan
respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi
adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan,
dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. Penahanan
informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak
percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada
saat memberikan informasi.
8) Diam (memelihara ketenangan); Diam dilakukan dengan tujuan
mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa
perawat bersedia untuk menunggu respon. Kediaman ini akan bermanfaat
pada saat klien mengalami kesulitan untuk membagi persepsinya dengan
perawat. Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena
akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan
sebagai mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan
seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir,
meskipun begitu diam yang tidak tepat menyebabkan orang lain merasa
cemas.
9) Assertive: Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan
nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap
menghargai hak orang lain.
10) Menyimpulkan; Membawa poin-poin penting dari diskusi untuk
meningkatkan pemahaman. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi
komunikasi agar sama denga ide dalam pikiran,.
11) Giving recognition (memberiakn pengakuan/penghargaan); Memberi
penghargan merupakan tehnik untuk memberikan pengakkuan dan
menandakan kesadaran.
12) Offering Sel (menawarakan diri); Menawarkan diri adalah menyediakan
diri anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan,
9

13) Offering general leads (memberikan petunjuk umum); Mendukung klien


untuk meneruskan.
14) Giving broad opening (memberikan pertanyaan terbuka): Mendorong
klien untuk menyeleksi topik yang akan dibicarakan. Kegiatan ini
bernilai terapeuitik apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari
inisiatif klien dan menjadi non terapeuitk apabila perawatan
mendominasi interaksi dan menolak respon klien.
15) Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu);
Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu
kejadian dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat
dapat mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting.
Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikan nasehat,
meyakinkan atau tidak mengakui klien
16) Encourage deskripition of perception (mendukung deskripsi dari persepsi)
Meminta kepada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan
atau diterima.
17) Restating (mengulang)
Restating adalah pengulangan pikiran utama yang diekspresiakn klien.
18) Reflekting (Refleksi): Digunakan pada saat klien menanyakan pada
perawat tentang peneliaian atau kesetujuannya. Tehnik ini akan
membantu perawat untuk tetap memelihara pendekatan yang tidak
menilai, Boyd & Nihart, cit, Nurjanah
19) Eksploring (Eksporasi); Mempelajari suatu topik lebih mendalam
20) Voucing doubt (menunjukkan keraguan)
Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Tehnik ini digunakan
dengan sangat berhati-hati dan hanya pada saat perawat merasa yakin
tentang suatu yang detil. Ini digunakan pada saat perawat ingin memberi
petunjuk pada klien mengenai penjelasan lain.
21) Seeking consensual validation
Pencarian pengertian mengenai komunikasi baik oleh perawat maupun
klien. Membantu klien lebih jelas terhadap apa yang mereka pikirkan.
22) Suggesting collaborating (menganjurkan kolaborasi)
Penekanan kegiatan kerja dengan klien tidak menekan melakukan
sesuatu untuk klien. Mendukung pandangan bahwa terdapat
kemungkinan perubahan melalui kolaborasi.
10

23) Open- ended comments (komentar terbuka-tertutup)


Komentar secara umum untuk menentukan arah dari interaksi yang
seharusnya dilakukan. Hal ini akan mengijinkan klien untuk memutuskan
apa topik/materi yang paling relevan dan mendukung klien untuk
meneruskan interaksi.
24) Reducing distant (penurunan jarak); Menurunkan jarak fisik antara
perawat dank lien. Hal ini menunjukkan komunikasi non verbal dimana
perawat ingin terlibat dengan klien.
25) Humor
Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam
komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa
sakit akibat stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan .

Вам также может понравиться