Вы находитесь на странице: 1из 13

1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam penulisan usulan penelitian, peneliti harus melakukan identifikasi


masalah penelitian sebagai langkah awal. Untuk dapat mengidentifikasi masalah
secara baik, perlu dipilih topik yang menarik dan layak untuk diteliti. Fakta tentang
kinerja perawat di Rumah Sakit, dan perilaku seksual remaja dimasyarakat dapat
,melandasi perumusan masalah yang akan diteliti. Dalam latar belakang masalah,
peneliti meyakinkan kepada pembaca bahwa penelitian yang diusulkan memang
penting, dan diperkirakan dapat memberikan kontribusi teoritik atau praktek, bagi
kebijakan dan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit atau peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
Latar belakang penelitian berisi alasan penelitian untuk melakukan sesuatu
penelitian dengan cara menjelaskan konteks penelitian, mendeskripsikan masalah
penelitian, dan menjelaskan bagaimana dan mengapa masalah tersebut perlu diteliti.
Setelah membaca latar belakang, pembaca diharapkan mempunyai gambaran
mengenai:
1. Konteks masalah penelitian : situasi yang membelakangi masalah yang perlu diteliti
2. Kepentingan penelitian ini : apa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ?
siapa yang akan mendapat manfaat? Apakah manfaat tersebut cukup berarti bagi
peneliti maupun masyarakat?
3. Apa yang tidak kita ketahui, sehingga kita ingin meneliti masalah tersebut? Apa yang
perlu ditingkatkan, dan mengapa?
Dengan cara mendeskripsikan topic atau konteks (wilayah atau organisasi),
fakta yang berkaitan dengan topic atau konteks, atau fakta yang menunjukkan
pertanyaan penelitian yang belum terjawab dari penelitian-penelitian sebelumnya, serta
mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dari analisis berbagai fakta tersebut. Dari
berbagai masalah penelitian tersebut, kemudian dikembangkan prioritas masalah
penelitian yang akan diteliti dan disusun perumusan masalahnya dalam bentuk kalimat
Tanya.
Biasanya uraian dalam latar belakang diawali dari hal-hal yang bersifat umum
sampai ke hal-hal yang bersifat spesifik yang berkaitan langsung dengan masalah atau
topik yang diteliti dengan perkataan lain, uraian latar belakang harus bersifat piramida
terbalik.
Beberapa pedoman yang dapat digunakan dalam latar belakang yang kita tulis
sudah baik adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Apakah fakta yang disampaikan dalam latar belakang telah menunjukkan bahwa
masalah penelitian layak untuk diteliti ?
2. Apakah rumusan masalah penelitian tidak terlalu luas dan kabur?
3. Apakah fakta dan uraian latar belakang relevan dengan rumusan masalah
penelitian ?
4. Apakah fakta dan uraian latar belakang relevan dengan rumusan masalah
penelitian ?
5. Apakah masalah penelitian telah dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
pertanyaan introgasi atau membuka peluang untuk melakukan penyelidikan ?

B. Rumusan Masalah

1
Perumusan masalah merupakan kalimat-kalimat ringkas, yang dapat
mengarahkah penelusuran atas teori-teori yang sesuai dengan masalah penelitian, dan
bukti-bukti empirik yang yang mendukung atau menolak teori-teori tersebut.
Berdasarkan data hasil pengukuran tersebut dilakukan pengujian atas hipotesis
penelitian, yakni jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian.
Ada beberapa kriteria dalam menuliskan perumusan masalah yang baik, yakni :
1. Masalah sebaiknya dirumuskan dengan ringkas, akurat, dan memungkinkan
penjelasan atau pengujian secara empiris sebagaian besar rumusan masalah
mempersoalkan hubungan atau perbedaan. Misalnya, kepemimpinan dan kinerja
organisasi, perbedaan metode pengajaran, dukungan sossial dan status kesehatan.
2. Rumusan masalah dapat berbentuk kalimat Tanya, misalnya “Apakah ada
hubungan antar status kepegawaian bidan di Puskesmas dengan kinerjanya?” atau
“Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang anemia atau
juga dalam bentuk kalimat pernyataan, misalnya ”mendengarkan jenis musik
tertentu mempengaruhi persepsi atau rasa sakit”.
3. Walaupun masalah yang di teliti bersifat kompleks, rumusan masalah harus
sedemikian jelas, sehingga tidak ditafsirkan secara berbeda-beda.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan peneliti mengenai hasil akhir yang


akan dicapai pada akhir penelitian ini. Perumusan tujuan penelitian memberikan arahan
dalam penyusunan tujauan pustaka, perumusan hipotesa dan metode penelitian yang
dipilih. Pernyataan tujuan penelitian mempertajam sasaran yang akan dicapai melalui
penelitian, sekaligus juga membatasi lingkup penelitian agar tidak terlalu luas atau
berubah-ubah selama penelitian berlangsung.
Tujuan penelitian sebaiknya dinyatakan dalam kalimat yang jelas dan spesifik,
sehingga tidak memberikan pengertian ganda. Pernyataan tujuan penelitiaan dapat
dirumuskan sebagai deskripsi, mengidentifikasi kuat hubungan dan efek suatu faktor
terhadap kejadian yang terkait dengan kesehatan, dan penjelasan (explanatory) atas
permasalahan penelitian.

1. Tujuan Umum
Menjelaskan tujuan penelitian secara umum

2. Tujuan Khusus
Menjelaskan tujuan secara spesifik, adapun kata-kata yang digunakan dalam
menyatakan tujuan khusus penelitian adalah :
1. Untuk mendeskripsikan proses………..
2. Untuk memperkirakan efek …terhadap ………..atau Hubungan
antara……….dan…………..
3. Untuk menjelaskan………
4. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab……

D. Manfaat Penelitian

Pada bagian ini diuraian manfaat apa yang diharapkan dari penelitian yang
akan dilakukan. Ada beberapa jenis manfaat penelitian, antara lain manfaat praktis
tersebut biasanya untuk kepentingan pemerintah, masyarakat dari bagi subjek
penelitian sendiri. Selain manfaat praktis, suatu penelitian juga mempunyai manfaat
teoritis. Dengan perkataan lain manfaat teoritis adalah manfaat untuk pengembangan
ilmu, kontribusi penelitian untuk pengembangan body of knowledge.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

2
Telaah pustaka adalah presentasi, klasifikasi dan evaluasi tentang apa yang
telah ditulis oleh peneliti-peneliti lain mengenai suatu subjek tertentu. Meskipun
demikian, tijauan pustaka bukan hanya sekedar “daftar belajar” tentang apa yang telah
ditemukan oleh orang lain. Tijauan pustaka disusun berdasarkan tujuan penelitian,
pertanyaan penelitian, dan masalah yang akan dipecahkan. Tanpa memperhatikan
hal-hal ini tinjauan pustaka hanya akan dipecahkan. Tanpe memperhatikan hal-hal ini
tinjauan pustaka hanya akan merupakan daftar yang tidak ada gunanya mengenai apa
yang telah dikerjakan oleh peneliti lain.
Tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik tentang teori dasar yang
relevan, fakta, hasil penelitian sebelumnya, yang berasal dari pustaka mutakhir yang
teori, proposisi, konsep atau pendekatan terbaru yang ada hubungannya dengan
penelitian yang dilakukan. Teori dan fakta yang digunakan seharusnya diambil dari
sumber primer dengan ketentuan pada panduan yang digunakan.
Pada umumnya tinjauan pustaka ini harus menurut pernyataan / pendapat dari
hasil penyelidikan yang ditulis dari berbagai sumber seperti buku skripsi. Tiap sumber
yang digunakan, baik dikutip langsung atau tidak langsung (intisari) disebutkan pada
nomor urut daftar kutipan dibelakangnya. Jadi dengandemikian peneliti tahu persis
landasan teoritis/kerangka teoritis tentang apa yang sedang diteliti.
Tinjauan pustaka bukan hanya merupakan suatu ringkasan tetapi sintesis hasil
pencarian informasi yang disusun secara konseptual :
1. Mengorganisasikan informasi dan menghubungkannya dengan pertanyaan
atau hipotesis yang dikembangkan.
2. Mensintesis hasil menjadi ringkasan mengenai apa yang sudah dan apa
yang belum diketahui.
3. Mengidentifikasi beda pendapat yang ada dipustaka
4. Mengembangkan pertanyaan untuk penelitian lebih lanjut.

Dalam tinjauan pustaka peneliti perlu merujuk pada apa yang telah dilakukan
oleh peneliti lain. Informasi ini dapat dikelompokkan menurut :

1. Perbedaan dalam pendekatan : “Sementara Jones (1992) menganggap


bahwa….Smith (2000) mengatakan……”
2. Dari hubungan jauh ke hububungan dekat “Baik Black (1995) dan Brown
(2001) keduanya menunjukkan bahwa......akan tetapi Green (2002)
memperlihatkan bahwa....”
3. Secara kronologis “Hunt (1997) dikenal karena....tetapi kemudian Douglas
(1999) menunjukkan bahwa.....”

B. Kerangka Teori

Ketika mulai melakukan tinjauan pustaka kita akan segera menentukan bahwa
masalah yang akan diteliti mempunyai akar dalam sejumlah teori yang telah
dikembangkan dari perspektif yang berbeda. Informasi yang diperoleh dari bermacam-
macam buku dan jurnal sekarang perlu dipisah-pisahkan sesuai dengan tema pokok
dan teorinya, menyoroti kesepakatan dan ketidaksepakatan antar penulis dan
mengidentifikasi pertanyaan yang belum terjawab atau kesenjangan yang masih ada.
Kerangka teori memberikan panduan kepada kita pada waktu kita membaca pustaka.
Jadi terdapat paradox disini, peneliti tidak akan dapat mengembangkan kerangka teori
kalau peneliti belum mempelajari pustaka. Sebaliknya, kalau peneliti belum mempunyai
kerangka maka peneliti tidak akan dapat membaca beberapa pustaka efektif.
Penulis mereview beberapa teori yang relevan dengan permasalahan
penelitian. Selanjutnya teori-teori tersebut digambarkan menjadi suatu kerangka, yang
sering dinamakan kerangka teoritis. Sebaliknya, kerangka tersebut dinarasikan
secara singkat. Narasi singkat ini penting ditulis untuk menunjukkan tingkat
pemahaman peneliti terhadap keterkaitan beberapa teori dengan aspek yang sedang
diteliti.

3
3

KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep berasal dari kerangka teori dan biasanya berkonsentrasi pada
satu bagian dari kerangka teori. Kerangka teori terdiri dari teori dan isyu dimana
penelitian kita terlibat di dalamnya sedangkan kerangka konsep menggambarkan
aspek-aspek yang telah dipilih dari kerangka konsep untuk dijadikan dasar masalah
penelitiannya. Jadi kerangka konsep timbul dari kerangka teori dan berhubungan
dengan masalah penelitian yang spesifik.
Kerangka konsep lainnya disajikan dalam bentuk bagan yang berisi rangkaian
konstruk atau konsep, definisi dan proporsi tentang sukan hubungan antara variable-
variabel dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena tersebut.
Agar konsep-konsep dapat diukur secara empiris, maka konsep harus
dioperasionalkan menjadi variabel. Biasanya variabel diklasifikasikan sebagai variabel
4
dependent (dependent variables) atau variabel terikat dan variabel independent
(dependent variables) variabel bebas. Dinamakan variabel terikat karena variasi atau
perubahan nilai variabel dipengaruhi atau tergantung pada variasi nilai dari
independent.

B. Variabel Penelitian

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota –
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain

C. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah penjelasan tentang bagaimana suatu


variabel akan diukur serta alat ukur apa yang digunakan untuk mengukurnya. Jadi
definisi ini mempunyai implikasi praktis dalam proses pengumpulan data. Definisi
operasional variabel bukanlah definisi teoritis. Sebaliknya, agar lebih mudah untuk
dibaca definisi operasional dibuat dalam bentuk tabel.

DEFINISI OPERASIONAL DAN METODE PENGUKURAN TERHADAP BEBERAPA


VARIABEL PENELITIAN

No. variabel Definisi Cara Alat Skala Hasil


Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian merupakan beberapa pertanyaan yang dibuat


berhubungan dengan kerangka konsep penelitian (variabel independent dan
variabel dependent) misalnya :
1. Bagaimanakah tingkat kepatuhan Ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat
besi.
2. Bagaimana pengaruh pendidikan Ibu hamil terhadap kepatuhan dalam
mengkonsumsi tablet zat besi
3. Bagaimana pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap kepatuhan Ibu
hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi.
4. Bagaimana pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan Ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet zat besi.
5. Bagaimana pengaruh peran petugas kesehatan terhadap kepatuhan Ibu
hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi.

5
4

METODE LOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian yang menjelaskan secara rinci tentang bagaimana suatu penelitian
dilakukan. Penjelasan ini akan menuntun seorang peneliti tentang langkah-langkah yang akan
dilalui untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk menguji hipotesa yang diajukan.
Oleh peneliti yang lain, uraian dalam bab ini juga bisa digunakan untuk menilai apakah hasil
suatu penelitian bisa dipercaya, dan apakah kesimpulan penelitian ini dapat digunakan untuk
kepentingan secara praktis atau digunakan dalam kajian pustaka dalam penelitian berikutnya.
Dalam setiap penelitian, metode penelitian mencakup informasi :jenis dan rancangan
penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, cara pengumpulan data,
instrumen penelitian, rencana dan analisis data.

A. Desain Penelitian

1. Penelitian Kuantitatif
Jenis penelitian yang sedang dilakukan ditetapkan berdasarkan tipologi
penelitian kesehatan masyarakat (yang dikembangkan dari jenis penelitian
epidemiologi) yang terdiri dari :
a. Penelitian Deskriptif

6
Penelitan Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk meotret suatu
kondisi atau fenomena yang terjadi pada suatu kelompok subjek tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur magnitude suatu masalah, tanpa
membuat kesimpulan yang bersifat sebab akibat.
b. Penelitian Analitik
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kausa atau determinan dari suatu
fenomena. Jadi penelitian ini dibuat suatu kesimpulan yang bersifat sebab
akibat. Hubungan sebab akibat tidak selalu bersifat kausa tapi juga bisa
korelasional (hubungan). Dalam penelitian ini determinan yang hendak
diukur pengaruhnya tersebut sudah terjadi sebelumnya dan tidak
diintervensi oleh penelitinya. Penelitian Analitik dibagi menjadi : penelitian
potong lintang (cross-sectional study), penelitian kasus pembanding (case
control study) dan penelitian kohor (cohort study)

c. Penelitian Eksperimental
Penelitian Eksperimental adalah suatu penelitian yang penelitinya memiliki
otoritas untuk memberikan perlakuan (intervbensi) kepada subjek penelitian.
Lazimnya digunakan dua atau lebih kelompok penelitian, dan tiap kelompok
menerima perlakuan yang berbeda. Secara teoritis penelitian akan
mengacak perlakuan yang akan diberikan kepada kelompok-kelompok,
tetapi secara praktis yang dilakukan oleh peneliti adalah mengalokasikan
subjek saecara acak kedalam kelompok-elompok tersebut. Kelompok akan
ditetapkan sebagai kelompok lainnya disebut kelompok pembanding
( kelompok kontrol ).

2. Penelitian Kualitatif
Bidang Kesehatan Masyarakat merupakan bidang yang kini semakin luas
amatannya. Konsekuensinya, bidang memerlukan berbagai perspektif ilmiah dan
berbagai metode penelitian,. Tidak jarang pula kita jumpai suatu penelitian
kesehatan masyarakat yang menerapkan kombinasi dari beberapa metode
penelitian.
Penelitian kualitatif merupakan salah satu metode penelitian yang banyak
digunakan dubidang kesehtan masyarakat. Creswell (1988) mendefinisikan
penelitian ini sebagai suatu proses untuk memperoleh pemahaman menggunakan
pinsip metodelogi tertentu yang mampu mengeksplorasi masalah sosial atau
manusia. Peneliti mengembangkan sesuatu yang kompleks dan holistik,
menganalisis kalilmat, menceritakan pendapat responden (perspektif ernik), serta
menelitimya pada konteks yang sesungguhnya (alamiah). Rancangan proses
pengumpulan data serta strategi analisis data dilakukan secara kualitatif.

3. Penelitian Studi Kasus


Studi kasus adalah salah satu metode penelitian yang diterapkan dalam ilmu-
ilmu sosial. Studi kasus mempelajari pertanyaan penelitian yang menanyalan
“bagaimana” atau “mengapa”. Menurut Yin (1994, 2003) studi kasus adalah suatu
inkuiri empiris yang menyilidiki fenomena didalam konteks kehidupan nyata,
bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks yang dipelajari tidak ampak
tegas dan bila multi sumber bukti dibutuhkan. Degnan demikian, studi kasus
terutama dibutuhkan apabila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk
mengontrol peristiwa yang akan dipelajari (contohnya mempelajari kejadian bom
Bali). Fenomena yang dieplajari (atau disebut unit analisa) dapat berupa orang,
kelompok, unit tertentu.
7
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat merupakan dimana lokasi penelitian akan diakukan dengan kriteria


antara lain : populasi mencukupi, identik dengan permasalahan penelitian, terjangkau,
dsb.
Waktu penelitian merupakan saat implementasi kegiatan penelitian dilakukan,
seperti waktu pengumpulan data, melakukan intervensi pada subjek penelitian (untuk
penelitian eksperimen) yang dinyatakan dalam tanggal, bulan dan tahun.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah sekelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian. Sasaran
penelitian dapat berupa manusia (pada penelitian epidemiologi, penelitian perilaku,
penelitian manajemen), bisa berupa binatang (pada penelitian entomologi). Batasan
populasi mendeskripsikan ciri-ciri kelompok ke arah mana hasil penelitian ini akan
dijeneralisasikan. Ciri-ciri tersebut dapat berupaciri lokasi geografik atau administratf
(kelurahan, kecamatan, kebupaten, wilayah kerja puskemas) karakteristik subjek (jenis
kelamin, usia, paritas, species) dan karakteristik penyakit (jenis penyakit, keparuhan
penyakit, jenis obat yang digunakan, jenis bangsal perawatan). Pembatasan populasi
ini didasarkan atas masalah dan tujuan penelitian.

2. Besar Sampel
Suatu penelitian seharusnya dilakukan terhadap seluruh anggota populasi.
Akan tetapi, penelitian terhadap seluruh anggota populasi sangat memerlukan
dukungan dana, peralatan, waktu dan tenaga yang sangat besar. Bila peneliti tidak
memiliki sumber daya yang cukup, atau jika suatu penelitian bersifat destruktif, atau
suatu penelitian populasinya hipotesis, maka peneliti “terpaksa” meneliti “hanya”
terhadap sebagian anggota populasi saja. Sebagian dari populasi tersebut disebut
sampel. Besar sampel harus ditentukan dengan menggunakan rumus yang sesuai.
Pilih dan sajikan rumus yang sesuai tersebut pada bagian ini. Kemudian lakukan
perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus tersebut. Bila penelitian
dilakukan terhadap seluruh anggota populasi, maka kata-kata “sampel” menjadi tidak
relevan.
Pengambilan sampel meliputi : teknik pengambilan sampel probabilitik dan
teknik pengambilan sampel nonprobabilitik. Tenik pengambilan sampel probabilitik
meliputi : pengambilan sampel acak sederhana (simple random sampling),
pengambilan sampel sistematik (systematic sampling), pengambilan sampel acak
stratifikasi (stratified random sampling), pengambilan sampel kelompok (cluster
sampling), dan pengambilan sampel bertingkat (multistage sampling). Pengambilan
sampel nonprobabilitik meliputi : sampling aksidental atau seadanya (accidental
sampling, convenience sampling), sampling purposive (purposive sampling), sampling
kuota (quota sampling), sampling bola salju (snowball sampling). Adakalanya sampel
diambil dengan cara menyetarakan (mencocokkan) ciri-ciri individu kelompok lainnya.
Pengambilan sampel dengan cara menyetarakan ini disebut matching. Matching juga
termasuk dalam pengambilan sampel nonprobabilitik.

D. Alat dan Metode Pengambilan Data

1. Alat Pengumpulan Data


Pada bagian ini data dikumpulkan dengan instrumen pengumpulan data berupa
kuisoner, yang terbagi menjadi kuisioner terbuka dan tertutup. Alat ukur yang
berupa kuesioner lazimnya tidak standar, dalam arti tidak terbakukan untuk bisa
digunakan dimanapun. Dalam banyak penelitian, peneliti “terpaksa” harus
menyusun sendiri kuesioner tersebut. Jika peneliti mengembangkan sendiri alat
ukur yang akan digunakan, misalnya kuesioner, maka peneliti harus mengkaji
apakah alat ukur tersebut “baik”. Alat ukur disebut baik jika memiliki dua atribut,
yaitu valis (sahih) dan reliabel (terpercaya). Untuk itu, peneliti harus melakukan
kajian untuk mengukur dan meningkatkan validitas reliabilitas alat ukur tersebut
dengan cara uji coba (try out). Harus dijelaskan bagaimana uji coba tersebut

8
dilaksanakan, dalam hal : kapan, dengan metode apa, siapa subjek yang dikenal uji
coba, analisis datanya, dan bagaimana hasilnya.

2. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah
– langkah dalam pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan sbjek,
melati tenaga pengumpul data(jika diperlukan), memperhatikan prinsip-prinsip
validitas dan trealibilitas, dan menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi agar
data dapat terkumpul sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

E. Metode Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dengan
cara :
1. Editing
Melihat dan memeriksa kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab / telah
terisi, dapat terbaca dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat
mengganggu pengolahan data selanjutnya.
2. Coding
Pemberian simbol, kode berupa nomor pada kuesioner untuk memudahkan
pengolahan data.
3. Transferring
Data yang telah diberi kode secara berurutan mulai dari responden pertama hingga
responden yang terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel.
4. Tabulating
Mengelompokkan jawaban-jawaban yang sams dengan teliti dan teratur, lalu
dihitung berapa item pertanyaan yang termasuk satu ategori, kemudian ditabulasi
kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
F. Analisa Data
Pada bagian ini akan diuraikan thapan dan berbagai macam uji statsitik yang
sesuai pada analisis data. Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk
mencapai tujuan, dimana tujuan pokok penelitian adalah menjawab pertanyaan
penelitian dalam mengungkapkan fenomena. Data mentah yang didapat, tidak dapat
menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian.
Statistikmerupakan alat yang sering dipergunakan pada penelitian kuantitatif. Menurut
Purnomo (2002) salah satu fungsi statistik adalah menyederhanakan data penelitian
yang berjumlah sangat besar menjadi informasi yag sederhana dan mudah dipahami
pembaca. Langkah-langkah dalam analisa data terdiri dari analisis deskriptif dan
analisis inferensial.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik.
Data yang disajikan meliputi frekuensi, proporsi dan rasio, ukuran-ukuran
kecendrungan pusat (rata-rata hitung, median, modus), maupun ukuran-ukuran variasi
(simpangan baku, varian, rentang, dan kuartil). Salah satu pengamatan yang dilakukan
pada tahap analisis deskriptif adalah pengamatan terhadap tabel frekuensi, tabel
frekuensi terdiri dari kolom-kolom yang memuat frekuensi dan persentase setiap
kategori.

2. Analisis Inferensial atau Signifikasi


Dalam pengujian inferensial yang digunakan harus sesuai dengan rancangan
penelitian. Pengujian statistik yang tidak sesuai akan menimbulkan penafsiran yang
salah dan hasil yang tidak ddapat digeneralisasikan. Terdapat beberapa macam uji
signifikasi dan jenis data yang ada, antara lain:
(1) Uji korelasi person, spermen; (2) Regresi: binomial logistik, linier, ordinal, berganda;
(3) Uji kuadrat ; (4) Uji komparasi data kuantitatif : interval/rasio denan uji t dan untuk
data peringkat dengan uji mann-whitney/Wilcoxon; (5) Uji-uji lain yang sesuai.

9
5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil suatu penelitian dapat dijelaskan melalui tiga jenis penyajian, yakni : penyajian
tekstual, pemyajian tabular dan penyajian grafik. Lazimnya, peneliti menyajikan dengan
kombinsai dua grafik. Maksdunya, data disajikan malalui teks secara naratif, kemudian
informasi yang sama juga disajikan lagi dengan menggunakan tabel atau grafik. Dalam
penyajian tekstual, peneliti diwajibkan untuk mendeskripsikan data sejenis dan srinci
mungkun, tetapi tidak harus menyajikan semua hal. Yang harus disajikan secara naratif
adalah hal-hal yang menonjol dari data tersebut, misalnya: persentase (frekuensi) terbesar,
persentase (frekuensi) terkecil, rerata terbesar, rerata terkscil, atau perbedaan (selisih)
terbesar, perbedaan terkecil dab perbedaan atau hubungan yang bermakna. Informasi lain
yang lebih detail bisa diperoleh oleh pembac dari tabel atau grafik. Beberapa hal yang
harus diperhatikan pada saat memebuat tabel adalah :
1. Data yang disajikan dalam tabel adalah data yang sudah diolah (sudah
dokelompokkan dalam kategori-kategori, interval-interval atau sudah dihitung
ukuran-ukuran deskriptifnya), bukan data kasar. Data kasar dirangkum dalam
pembuatan tabel master didalam lampiran.
2. Kategori dalam tabel bisa menggunakan kolom saja, atau baris saja, atau
keduanya, yang disebut tabel silang (cross tabulation). Kategorinya bisa bersifat
kuantitatif, kualitatif, atau kombinasi keduanya.
3. Tabel harus sederhana agar mudah dipahami pembaca. Artinya, dalam suatu tabel
jangan dimasukkan terlalu banyak informasi ( maksimal 2 variabel). Bila informasi
yang disajikan, sajikanlah beberapa tabel.
4. Penyajian tabel harus independent dalam arti untuk memahami isi tabel pembaca
tida perlu harus membaca teksnya terlebih dahulu agar independent, maka sebuah
tabel haruslah menerangkan dirinya sendiri (self explanation), maka sebuah tabel
haruslah berisi penjelasan yang lengkap, yang berkaitan dengan judul, kode /
simbol yang digunakan, lebel pada kolom dan baris sumber data.
5. Judul tabel harus ringkas tetapi pejelasan sejelas mungkin. Judul lazimnya
menjelaskan tiga hal yakni apa , dimana, dan kapan. Judul tabel ditulis diatas tabel,
ditengah (center) dalam format posisi kerucut terbalik.
6. Nilai dalam tabel digunakan simbol-simbol, maka simboll tersebut harus dijelaskan.
7. Kategori atau label sebagai kepala kolom dam baris harus ditulis dengan jelas.
8. Keterangan-keterangan yangberkaitan dengan isi tabel dibagian bawah kiri tabel.
9. Bila tabel menyajikan data sekunder harus disebutkan sumebr data tersebut.
Tujuannya untuk menghormati hak kekayaan intelektual peneliti atau institusi
10
pemilik data tersebut. Sumber ditulis dibawah kanan tabel. Bila data yang disajikan
adalah data primer atau dikumpulkan sendiri oleh peneliti, maka sumber tidak ada.
10. Sebuah tabel tidak boleh dipotong (disajikan pada dua halaman yang berbeda).

Ada kalanya peneliti lebih menyukai pengajian grafik daripada tabel. Pada
kenyataannya grafik memang lebih impresif (menarik minat pembaca) daripada tabel,
akan tetapi pembuatan tabel lebih mudah daripada grafik. Terdapat beberapa macam
bentuk grafik, tetapi yang sering digunakan adalah bentuk : grafik batang (bar graph),
diagram frekuensi, histogram, diagram garis (line diagram), diagram pencar (scatter
diagram), pie diagrem dan box plot. Beberapa hal harsus diperhatikan pada saat
membuat grafik adalah :
1. Sebagaimana haknya dalam tabel, grafik harus dibuat sederhana tetapi jelas.
Supaya sederhana dan jelas, dalam grafik disajikan tidak lebih dari dua variabel
saja. Bila variabel yang hendak disajikan banyak, sajikanlah dalam beberapa
grafik.
2. Seperti juga halnya dengan tabel, grafik harus menerangkan dirinya sendiri
(self-ecplanation).
3. Jika tidak diperlukan, grafik tidak perlu digambar dalam tiga diemnsi.
4. Judul grafik harus ringkas dan jelas (memuat informasi berkenaan dengan apa,
dimana, dan kapan). Berbeda dengan tabel, judul grafik ditulis grafik, ditengah,
dengan foemat kerucut terbalik
5. Judul sebuah grafik tidak menggunakan isilah (kata) grafik, mel;ainkan gambar.
Gambar (figure) mencakup grafik, gambar, sketsa, peta, foto dan skema
(misalnya kerangka konsep).

Suatu jenis data bisa disajikan dengan berbagai alternatif teknik penyajian,
namun hanya satu teknik yang menghasilkan sajian yang paling bagus. Untuk
mendapatkan ini, buatlah penyajian dengan berbagai teknik, dan mintalah orang lain
untuk menilai, penyjian manakah yang paling mereka sukai.

B. Pembahasan

Esensi dari pembahasan adalah menjelaskan mengapa hasil penelitian yang


dilakukan seperti itu. Pada bagian ini dibahas hasil-hasil penelitian. Perlu dicatat, bagian ini
adalah pembahasan bukan pengulangan terhdapa apa yang telah disampaikan dibagian
hasil. Membandingkan sejauh mana hasil penelitian itu sejalan / tidak sejalan (sama atau
tidak sama) dengan teori-teori atau penelitian sebelumnya yang telah diuraikan dibab
tinjauan kepustakaan.
Bila teori yang ada masih belum mampu menjelaskan fenomena tersebut, maka
dapat du\igunakan asumsi-asusi ilmiah, denan menggunakan logika, baik deduktif maupun
induktif. Pada aspek metodologis, perlu disadari bahwa tidak ada penelitian yang
sempurna. Ketidaksempurnaan tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi hasil
penelitian. Dalam kaitannya dengan hal ini, peneliti perlu mengkaji kemungkinan hasil
penelitian tersebut dipengaruhi oleh kontribusi langkah-langkah metodologid yang telah
dilakukan. Misalnya, apakah cara penetapan variabel benar, intrument penelitiannya baik,
cara pengambilan sampelnya benar, cara analisis datanya tepat, dan sebagainya.

C. Keterbatasan Penelitian
Merupakan penjelasan berupa kekurangan atau keterbatasan yang dialami oleh peniliti
dalam melakukan penilitian,

11
6

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan bagian akhir atau penutup dari isi penulisan. Kesimpulan pada
dasarnya adalah jawaban singkat dari hipotesis (penelitian kualitatif) yang kita ajukan.
Kesimpulan yang efektif akan memberikan informasi (bukan data) dari hasil penelitian.
Berdasarkan informasi tersebut, disusun rekomendasi spesifik yang dapat dilakukan
oleh stakeholder yang relevan dalam penelitian tersebut. Rekomendasi tersebut berupa
saran spesifik yang berasal dari kesimpulan penelitian.
Kesimpulan harus dibatasi pada hasil penelitian yang didukung oleh data-data yang
kita peroleh selama penelitian. Penggunan bahasa yang lugas dan cermat sangat
mendukung penulisan kesimpulan yang baik. Kesimpulan yang dikemukakan secara
hati-hati dan dibatasi seperlunya dan seobjektif mungkin cenderung memberikan kesan
yang baik terhadap penelitian tersebut.
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh peneliti dalam penarikan kesimpulan,
antara lain :
1. Para peneliti sering tergoda untuk memperluas dasar-dasar penarikan kesimpulan
dengan memasukkan data dan fakta diluar cakupan data penelitian. Hal ini
cenderung mengurangi objektivitas penelitian dan melemahnya keyakinan akan
hasil temuan.
2. Penarikan kesimpulan berdasarkan populasi terbatas, namun diberlakukan seolah-
olah universal. Penelitian yang baik memerinci keadaan dan kondisi dimana
kesimpulan tersebut valid.
3. Kesimpulan bukanlah ringkasan dari hasil penelitian, sehingga tidak perlu terlalu
panjang dan mencantumkan hasil perhitungan analisis statistik (untuk data
kuantitatif), tapi cukup maknanya saja.
4. Kesimpulan yang dihasilkan tidak sesuai dengan permasalahan atau hipotesis yang
kita ajukan ( bisa terlalu sempit atau terlalu luas).

B. Rekomendasi
Rekomendasi dari suatu penelitian, harus berdasarkan temuan dari data yang kita
dapatkan. Saran umumnya ditujukan ke : (1) stakeholder dan pihak lain yang terkait
dengan hasil penelitian tersebut untuk perbaikan kinerja organisasi di masa mendatang ;
(2) peneliti berikutnya yang tertarik dengan penelitian serupa, berdasarkan pada
kelemahan pada penelitian ini dan variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini.
Dengan kata lain, rekomendasi harus operasional untuk dilaksanakan. Jangan ngambang
dan terlalu umum. Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan rekomendasi
antara lain :
1. Rekomendasi yang diberikan terlalu umum, hingga memberi kesan tanpa dilakukan
penelitian pun sudah dapat diberikan rekomendasi tersebut. Sebagai contoh :
a. Direkomendasi perlunya asuransi kesehatan untuk menjamin pembiayaan
kesehatan masyarakat.
b. Stakeholder perlu dilibatkan dalan pemantauan dana PKPS BBM dirumah sakit
sesuai dengan perannya masing-masing
2. Rekomendasi tidak berdasarkan data atau hasil penelitian yang diperoleh, sehingga
memberi kesan tiba-tiba muncul tanpa referensi apapun.
12
3. Rekomendasi yang kurang operasional, sehingga tidak jelas tindakan apan yang
harus dilakukan dari saran tersebut. Sebagai contoh :
a. Direkomendasikan sebaiknya puskesmas meningkatkan mutu pelayanan
kesehatannya.
b. Direkomendasikan agar Pemerintah Daerah mencari alternatif sumber
pembiayaan lain bagi Gakin, karena dana yang ada saat ini tidak mencukupi
kebutuhan pelayanan kesehatan Gakin dirumah sakit
Hal yang sering dilupakan dalam penulisan rekomendasi adalah rekomendasi untuk
peneliti berikutnya. Dalam rekomendasi tersebut perlu disinggung mengenai kelemahan
penelitian ini dan diidentifikasi variabel yang belum diamati, dapat dikembangkan
menjadi topik penelitian mendatang dengan hasil yang lebih baik.

13

Вам также может понравиться