Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. TUJUAN PERCOBAAN
Membuat pupuk organic / kompos dengan menggunakan EM4
Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih
luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi
akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan
(porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel bahan tersebut.
Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob). Aerasi
secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara
hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi
ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembapan). Apabila aerasi
terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak
sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di
dalam tumpukan kompos.
Porositas
Porositas adalah ruang di antara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung
dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan
diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplay Oksigen untuk proses pengomposan.
Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses
pengomposan juga akan terganggu.
Kelembaban (Moisture content)
Kelembapan memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme
mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplay oksigen. Mikrooranisme
dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air.
Kelembapan 40 - 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila
kelembapan di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih
rendah lagi pada kelembapan 15%. Apabila kelembapan lebih besar dari 60%, hara akan
tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan
terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
Temperatur/suhu
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu
dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi
oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi
dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 - 60oC
menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60oC akan
membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan
hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan
benih-benih gulma.
pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk
proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar
antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada
bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara
temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi
amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada
fase-fase awal pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
Kandungan Hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di
dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama
proses pengomposan.
Kandungan Bahan Berbahaya
Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi
kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa
bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama
proses pengomposan.
Lama pengomposan
Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan,
metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator
pengomposan. Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa
minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.
V. PROSEDUR KERJA
1. Mencampurkan EM4 dan tetes tebu / gula
2. Menghancurkan sayuran lalu dicampurkan merata dengan pupuk kandang .
3. melarutan EM4 disiram ke dalam padatan tersebut sehingga merata , kemudian ditutup
.
4. Setiap 5 jam , temperature operasi dicatat hingga hari ke 5
5. Bila temperature diats 50oc , tutup dibuka dan dicampurkan dibolak – balik , kemudian
bagian atas ditutup kembali .
6. Setelah hari ke 6 campuran tersebut telah menjadi pupuk .
7. menyimpan pupuk dalam kantong / karung plastic yang telah disediakan
8. Mengamati warna dan tekstur kompos .
9. Menganalisa karakteristik kompos dengan mengukur C dan N nya .
Prosedur analisis
Analisis N dengan metode kjedal
Proses destrusi
1. Sampel kompos ditimbang 0,5062gr
2. Memasukan kedalam tabung destruksi
3. Menambahkan 7,5 gr kjedal dan 20gr H2SO4 .
4. memasukan batu didih kedalam tabung destruksi
5. melakukan pemanasan , jika larutan dalam tabung telah berubah warna menjadi
hijau – kebiruan selama lebih kurang 2 jam , selanjutnya didinginkan sampai suhu
kamar .
Proses destilas
1. Memasukan cuplikan kedalam labu destilasi dan diencerkan dengan 100 ml aquadest
dan destilat ditampung didalam 100ml H3BO3 2% dan 3 tetes mix indicator .
2. Titrasi destilat dengan HCL 0,1 N
perhitungan :
( V1−V2 ) N.F x 14 x 100%
%N = 𝐸
Ketrangan :
V1 = volume titrasi sampel
V2 = volume titrasi blanko
F = factor asam
N = normalitas asam
E = berat sampel
Keterangan
“a” = kompos yang terbuka sebagian
“b” = kompos yang tertutup rapat
VII. PERHITUNGAN
1) Menghitung kadar air dalam kompos (awal)
% kadar air
berat kompos + kertas saring awal ) – ( berat kertas saring + kompos setelah kering )
= x 100%
Berat kertas saring awal + kompos
(5,0095 𝑔𝑟)− (2,8700 𝑔𝑟)
= x 100%
5,0095 𝑔𝑟
= 42,7088 %
= 66,9097 %
= 72,8064 %
IX. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Kompos adalah hasil pembusukan bahan – bahan organic yang hancur dan
menghasilkan tanah yang baru dan mengandung unsure hara yang tinggi yang baik
untuk pertumbuhan tanaman .
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembusukan kompos yaitu faktor lingkungan ,
ukuran bahan – bahan yang digunakan kadar air , aerasi , pH , suhu , serta
perbandingan C dan N .
3. Kadar air pada sampel sebelum proses pengomposan
a. Pada sampel 1 = 42,7088 %
b. Pada sampel 2 = 42,7088 %
4. Kadar air yang terdapat pada sampel setelah proses pengomposan
a. Pada sampel 1 = 66,9097 %
b. Pada sampel 2 = 72,8064 %
5. Pembuatan kompos yang di lakukan berhasil karena bau kompos tidak menyengat
(berbau tanah) dan warna kompos coklat kehitaman.
X. DAFTAR PUSTAKA
I. Jobsheet . teknik pengolahan limbah . politeknik negri sriwijaya . Palembang . 2014
http://id.wikipedia.org/wiki/kompos
GAMBAR ALAT
KANTONG POLIBAG
EM4
BASKOM TERMOMETER