Вы находитесь на странице: 1из 14

TRAUMA URETER

Sistem Perkemihan II

Kelompok 3

Disusun Oleh ;

Desi Nila Sari 11111006

Dwi Ertina Putri 11111012

Gin Gin Sundaryati 11111020

Ivon Della Desantos 11111022

Syafitri Dharmaneli 11111050

Yuni Kartika 11111056

STIKes PERTAMEDIKA JAKARTA

2012/2013

Jln Bintaro Raya No. 10 Tanah Kusir, Kebayoran Lama Utara, Jakarta Selatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang tiada
hentinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Trauma Ureter”.
Pembuatan makalah bertujuan untuk memenuhi nilai tugas.
Adapun garis besar isi laporan meliputi pendahuluan, isi, serta kesimpulan. Selesainya
penyusunan makalah ini tidak terlepas dari rahmat dan hidayah Tuhan YME, kami selaku penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak, yaitu: Keluarga tercinta yang selalu
memberikan dukungan, bantuan, dan saran dalam segala bentuk, abstrak dan konkrit. Semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tak ada manusia yang sempurna, demikian juga dengan makalah “Trauma Ureter” ini,
penulis mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini. Penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk mencapai kesempurnaan makalah kami.
Semoga apa yang penulis tuliskan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Jakarta, Oktober 2013

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................................3
B. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Definisi.............................................................................................................................................5
B. Etiologi.............................................................................................................................................5
C. Patosifisiologi...................................................................................................................................6
D. Pathways..........................................................................................................................................7
E. Manifestasi Klinis.............................................................................................................................8
F. Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................................................8
G. Penatalaksanaan..............................................................................................................................8
H. Komplikasi........................................................................................................................................9
I. Asuhan Keperawatan Teori..............................................................................................................9
BAB III PENUTUP........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan dilindungi oleh tulang
dan otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi. Cidera pada ureter
kebanyakan terjadi karena pembedahan. Perforasi dapat terjadi karena insersi
intraureteral kateter atau instrumen medis lainnya. Luka tusuk dan tembak juga dapat
juga membuat ureter mengalami trauma. Dan meskipun tidak umum, tumbukan atau
decelerasi tiba-tiba seperti pada kecelakaan mobil dapat merusak struktur ureter.
Tindakan kateterisasi ureter yang menembus dinding ureter atau pemasukan zat asam
atau alkali yang terlalu keras dapat juga menimbulkan trauma ureter.

Trauma ini kadang tidak ditemukan sebelum manifestasi klinik muncul.


Hematuria dapat terjadi, tapi indikasi umum adalah nyeri pinggang atau manifestasi
ekstravasasi urine. Saat urine merembes masuk ke jaringan, nyeri dapat terjadi pada
abdomen bagian bawah dan pinggang. Jika ekstravasasi berlanjut, mungkin terjadi sepsis,
ileus paralitik, adanya massa intraperitoneal yang dapat diraba, dan adanya urine pada
luka terbuka. IVP dan ultrasound diperlukan untuk mendiagnose trauma ureter ini.
Pembedahan merupakan tindakan utama untuk memperbaiki kerusakan, mungkin dengan
membuat anastomosis. Kadang-kadang prosedur radikal seperti uterostomy cutaneus,
transureterotomy, dan reimplantasi mungkin dilakukan).

Trauma ureter adalah trauma yang disebabkan oleh intervensi iatrogenik


yang dilakukan oleh dokter. Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan
dilindungi oleh tulang dan otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi.
sebagian besar trauma ureter ( saluran dari ginjal yang menuju kekandung kemih)
terjadi selama pembedahan organ panggul atau perut, seperti histerektomi, reseksi kolon
atau uteroskopi. Seringkali terjadi kebocoran air kemih dari luka yang terbentuk atau
berkurangnya produksi air kemih. Gejala biasanya tidak spesifik dan bisa timbul demam
atau nyeri. Penyebab lain trauma ureter adalah luka tembus, biasanya karena luka

3
tembak. Jarang terjadi trauma ureter akibat pukulan maupun luka tumpul. Pemeriksaan
diagnostik yang biasanya dilakukan adalah urografi intravena, CT scan dan urografi
retrograde. Jika trauma ureter terjadi akibat pembedahan, maka dilakukan pembedahan
lainnya untuk memperbaiki ureter. Ureter bias disambungkan kembali ketempat asalnya
atau dibagian kandung kemih yang lainnya. Pada trauma yang tidak terlalu berat,
dipasang kateter kedalam ureter dan dibiarkan selama 2-6 minggu sehingga tidak perlu
dilakukan pembedahan. Pengobatan terbaik untuk trauma ureter akibat luka tembak atau
luka tusuk adalah pembedahan.

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi Trauma Ureter
2. Mengetahui penyebab Trauma Ureter
3. Mengetahui patofisiologi Trauma Ureter
4. Mengetahui tanda dan gejala Trauma Ureter
5. Mengetahui komplikasi Trauma Ureter
6. Mengetahui Asuhan keperawatan teori Trauma Ureter

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Trauma adalah cedera atau rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
(Dorland, 2006). Trauma adalah penyebab kematian utama pada manusia antara usia 1
dan 44 tahun. Pada kelompok usia yang lebih tua, penyebab kematian ini hanya
dilampaui oleh kanker dan penyakit kardiovaskuler . Bagaimana pun kerugian akibat
trauma dalam hal kehilangan kesempatan hidup produktif, melebihi kerugian yang
ditimbulkan oleh kanker dan penyakit kadriovaskuler. Sebagai penyebab utama kematian
dan kecacatan dan social yang signifikan.
Trauma ureter adalah trauma yang disebabkan oleh ontervensi iatrogenic yang
dilakukan oleh dokter. Lokasi ureter berada jauh di dalam rongga abdomen dan
dilindungi oleh tulang dan otot, sehingga cidera ureter karena trauma tidak umum terjadi.
Kemajuan dalam bidang perawatan pasien trauma telah dicapai dalam beberapa dekade
terakhir. Perkembangan pusat-pusat pelayanan trauma telah menurunkan mortalitas dan
morbaditas diantara korban kecelakaan. Perawatan dan sarana angkutan prarumah sakit
yang semakin membaik telah menyebabkan kenaikan jumlah korban kecelakaan dengan
keadaan kritis sampai ke rumah sakit dalam keadaan hidup. Akibatnya, pasien trauma
yang tiba diunit perawatan kritis sekarang ini cenderung mengalami cedera serius yang
melinatkan banyak organ, dan mereka sering kali membutuhkan asuhan keperawatan
yang ekstensif dan kompleks (Hudak & Gallo, 2010).
Trauma ureter ialah trauma yang disebabkan oleh rudapaksa tajam maupun
tumpul dari luar ataupun iatrogenik terutama pada pembedahan rektum, uterus, pembuluh
darah panggul, atau tindakan endoskopik. (SjamsuhidajatWin De Jong.R. 1997).

B. Etiologi
Cedera ureter agak jarang ditemukan karena ureter merupakan struktur fleksibel yang
mudah bergerak di daerah retroperitoneal dengan ukuran kecil serta terlindung dengan
baik oleh tulang dan otot. Trauma ureter biasanya disebabkan oleh trauma tajam atau
tumpul dari luar maupun iatrogenic. Untuk trauma tumpul pada ureter, walaupun
frekuensinya sangat kecil, namun hal tersebut dapat menyebabkan terputusnya ureter,
5
terikatnya ureter (akibat iatrogenic, seperti pada operasi pembedahan) yang bila total
dapat menyebabkan sumbatan, atau bocor yang bisa menyebabkan urinoma atau fistula
urine. Bila kebocoran terjadi intraperitoneal, dapat menyebabkan tanda-tanda peritonitis.
a. Luka tembak atau tusuk
b. Ruda paksa ureter disebabkan oleh ruda paksa tajam atau tumpul dari luar maupun
iatrogenic terutama pada pembedahan rectum, uterus, pembuluh darah panggul atau
tindakkan endoskopik
c. Bakteri (Eschericia coli)
d. Jamur dan virus
e. Infeksi ginjal
f. Prostat hipertropi (urine sisa)

C. Patosifisiologi
Cidera pada ureter kebanyakan terjadi karena pembedahan antara lain pada
operasi endurologi trans-ureter (uteroskopi atau uretoreneskopi, ekstraksi batu dengan
dormia atau litotripsi batu ureter) dan operasi didaerah pelvis (diantaranya adalah operasi
genekologi, bedah digesif atau bedah vaskuler) sedangkan cidera ureter akibat ruda paksa
dari luar lebih jarang terjadi. Tindakan katerisasi ureter yang menembus dinding ureter
atau pemasukkan zat asam atau alkali yang terlalu keras dapat juga menibulkan trauma
ureter. Trauma ureter yang paling sering terjadi biasanya lebih disebabkan oleh trauma
tajam seperti luka tusuk dan tembak. Pada cedera ureter akibat Rudapaksa tajam biasanya
ditemukan hematuria mikrosikopik pada cedera ureter bilateral terdapat peningkatan
kadar ureum dan kreatinin darah.

Pada umumnya tanda dan gejala klinik tidak perlu sfesifik. Hematuria
menunjukan cedera pada saluran kemih. Bila terjadi ekstravasasi urine dapat timbul
urinom, fistel uretro-kutan melalui luka atau tanda rangsang peritonium dan
menyebabkan peritonitis. Hematuria terjadi akibat robeknya pembuluh darah disekitar
ureter. Bila cedera ureter disebabkan oleh Rudapaksa tumpul, gejalanya sering kurang
jelas sehingga diagnosa sering tertunda. Pada cedera bilateral ditemukan anuria.

6
D. Pathways
Etiologi

Pembedahan Tindakan Trauma Tumpul Trauma Tajam


Katerisasi

Operasi Operasi Menembus Jarang Hematuria Robeknya


Endurologi dinding terjadi dan mikroskopik PD
Didaerah
ureter/ kurang jelas pada cidera disekitar
Pelvis
pemasukkan ureter ureter
bilateral
zat
asam/alkali
yang terlalu Diagnosa
keras sering
Bedah Meningkat
Uteroscopy tertunda nya kadar
atau Ginekologi,
ureum dan
Ureteorenos Bedah kreatinin
copy digestis/ dalam
vaskuler darah

7
E. Manifestasi Klinis
 Pada umumnya tanda dan gejala umumnya tidak spesifik
 Hematuria menunjukan cedera pada saluran kemih.
 Bila terjadi ekstravasasi urun dapat timbul urinum pada pinggang atau abdomen,
visteluretero-kutan melalui luka atau tanda rangsang peritoneum bilsurin masuk
kerongga intraperitoneal.
 Pada cidera ureter bilateral ditemukan anuria.
 Pada trauma tumpul gejalanya sering kurang jelas.
 Pada trauma yang disebabkan oleh akibat iatrogenic, seperti pada pembedahan, bila
terjadi ureter terikat total atau sebagian, maka pasca bedah bisa ditenukan gejala-
gajala febris, nyeri pinggang yang sering bersama-sama gejala ileus paralitik seperti
mual, muntah.

F. Pemeriksaan Diagnostik
 Tes fungsi ginjal menjadi abnormal bila traumanya bilateral.
 Urografi ekskresi memperlihatkan obstruksi parsial atau lengkap.
 Urografi retgrorad menentukan sifat dan letak trauma.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan trauma uretra meliputi :
1. pembedahan dengan pemakaian kateter uretra atau suprapubik sebelum sembuh, atau
pemasangan kateter uretra/suprapubik dan membiarkan ureter sembuh sendiri selama
2 – 3 minggu tanpa pembedahan. Selama periode tersebut pasien dimonitor untuk
terjadinya infeksi atau ekstravasasi urine.
Pada setiap trauma tajam harus dilakukan tindakan eksplorasi untuk menilai ada
tidaknya cedara ureter serta cedera ikutan lain. Yang terpenting adalah melakukan
penyaliran urin yang ekstravasasi dan menghilangkan obstruksi. Rekonstruksi ureter
tergantung jenis, bentuk, luas, dan letak cedera.
Penatalaksanaan meliputi :
- Untuk cedera ureter bagian atas, dilakukan uretero-ureterostomi, nefrostomi, uretero-
kutaneostomi, autotransplantasi, dan nefrektomi bila rekonstruksi tidak
memungkinkan.
- Cedera ureter bagian tengah, dilakukan uretero-ureterostomi atau transuretero-
ureterostomi.

8
- Alternative rekonstruksi ureter distal adalah uretero-ureterostomi, uretero-
neosistostomi, misalnya melalui tabung yang dibuat dari dinding kandung kemih
yang disebut nefrostomi.
- Stent ureter
- Reimplantasi ureter
- Transureteroureteroskopi
- Autotransplantsi
- Ureterolisis

H. Komplikasi
 Fistula ureter
 Infeksi retroperitoneal
 Obstruksi ureter karena stenosis
 Peritonitis bila urine keluar kedalam kavum peritoneal
Sumber: Schrock, MD Theodore. R (1995).

I. Asuhan Keperawatan Teori


1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat penyakit
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit terdahulu
 Riwayat penyakit keluarga
c. Pemeriksaan fisik
 Adanya trauma didaerah perineum
 Adanya perdarahan per ureter
 Adanya nyeri tekan pada daerah supra pubik dan abdomen bagian bawah
 Adanya jejas pada daerah supra pubik dan abdomen bagian bawah
 Adanya fraktur tulang pelvis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan adanya trauma ureter
b. Gangguan eliminasi urine ( retensio urine ) berhubungan dengan adanya
hematoma dan ekstravasasi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya trauma ureter
d. Anxietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya

3. Intervensi
a. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan adanya trauma ureter
Tujuan :Menyatakan atau menunjukkan nyeri hilang
Kriteria Hasil : menunjukan kemapuan untuk membantu dalam tindakan
kenyamanan umum dan mampu untuk tidur atau istirahat dengan tenang

9
Intervensi :
1) Kaji nyeri meliputi lokasi, karakteristik, intensitas (skala 0-10)
Rasional : Membantu evaluasi derajat ketidaknyamanan dan deteksi dini
terjadinya komplikasi
2) Perhatikan aliran karakteristik urine
Rasional : Penurunan aliran menunjukkan retensi urine, urine keruh mungkin
normal (adanya mucus) atau mengindikasikan proses infeksi.
3) Dorong dan ajarkan tekhnik relaksasi
Rasional : Mengembalikan perhatian dan meningkatkan rasa control
4) Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic
Rasional : Menghilangkan nyeri

b. Gangguan eliminasi urine ( retensio urine ) berhubungan dengan adanya


hematoma dan ekstravasasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan berkemih
dengan jumlah yang normal
Kriteria Hasil : Disfungsi saluran kemih kembali normal
Intervensi :
1) Kaji pengeluaran urine
Rasional : untuk menentukan intake dan output urin.
2) Perhatikan waktu berkemih
Rasional : menentukan banyaknya output urin.
3) Dorong pemasukan cairan sesuai toleransi
Rasional : untuk memenuhi kkebutuhan cairan
4) Dorong pasien untuk berkemih bila terasa adanya dorongan
Rasional : untuk mengembalikan fungsi berkemih kembali normal

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya trauma ureter


Tujuan : Membantu dan memudahkan klien dalam beraktivitas
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhannya dengan bantuan
Intervensi :
1) Monitor keterbatasan aktivitas
Rasional : Mangkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama aktivitas
2) Lakukan aktivitas yang adekuat
Rasional : Optimalkan pergerakan
3) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
Rasional : Pasien dapat memilih dan melakukannya sendiri
4) Memantau tanda tanda vital
Rasional : mempercepat proses penyembuhan

d. Anxietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya


Tujuan : Menunjukkan penurunan anxietas dan menanyakan pemahaman tentang
proses penyakitnya.

10
Kriteria Hasil : Mengungkapkan masalah anxietas dan tidak pasti pada pemberi
perawatan atau orang terdekat, mengidentifikasi mekanisme koping yang adaptif,
memulai penggunaan tehmik relaksasi, kooperatif terhadap tindakan yang
dilakukan.
Intervensi :
1) Ajarkan tentang proses penyakit dan penyebab penyakit
Rasional : Dengan pengajaran pengetahuan pasien, menurunkan kecemasan
pada pasien.
2) Anjurkan pasien dan orang terdekat untuk mengungkapkan tentang rasa takut,
berikan privasi tanpa gangguan, sediakan waktu bersama mereka untuk
mengembangkan hubungan.
Rasional : Pasien yang merasa nyaman berbicara dengan perawat, mereka
sering dapat memahami dan memasukkan perubahan kebutuhan dalam
praktek dengan sedikit kesulitan.
3) Beri informasi dan diskusikan prosedur dan pentingnya prosedur medis dan
perawatan
Rasional : Informasi yang adekuat meningkatkan pengetahuan dan kooperatif
pasien.
4) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, obat-obatan, dosis, tujuan, jadwal
dan efek samping, diet, prosedur diagnostic.
Rasional : pengorientasian meningkatkan pengetahuan pasien

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cedera ureter agak jarang ditemukan karena ureter merupakan struktur fleksibel yang
mudah bergerak di daerah retroperitoneal dengan ukuran kecil serta terlindung dengan
baik oleh tulang dan otot. Trauma ureter biasanya disebabkan oleh trauma tajam atau
tumpul dari luar maupun iatrogenic. Untuk trauma tumpul pada ureter, walaupun
frekuensinya sangat kecil, namun hal tersebut dapat menyebabkan terputusnya ureter,
terikatnya ureter (akibat iatrogenic, seperti pada operasi pembedahan) yang bila total
dapat menyebabkan sumbatan, atau bocor yang bisa menyebabkan urinoma atau fistula
urine. Bila kebocoran terjadi intraperitoneal, dapat menyebabkan tanda-tanda peritonitis

12
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat Samsu , Ilmu Bedah , Edisi revisi, EGC , 1998 , Jakarta

Depkes RI , ASKEP Pasien dengan Gg Penyakit Sistem Urologi , 1996 , Jakarta

Nursalam, fransisca. (2006). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan, Jakarta: Salemba medika

Вам также может понравиться