Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
“CA BRONCO”
Di Ruang 27 RSUD dr.SAIFUL ANWAR MALANG
Oleh :
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
CA. BRONCO
I. PENGERTIAN
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm
jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan,
terutama asap rokok ( Suryo, 2010).
Karsinoma bronkogenik atau biasa disebut kanker paru adalah tumor ganas
dari paru sendiri (primer) system pernafasan bagian bawah yang bersifat epithelial
dan berasal dari mukosa percabangan bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel- sel jaringan
yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra-kanker
yang disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel
dan menghilangnya silia (Amin H, 2015).
Kanker paru merupakan suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel
anaplastik dalam paru, pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan (Amin
H, 2015).
II. ETIOLOGI
Penyebab dari kanker paru masih belum diketahui, namun diperkirakan
bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan – bahan karsiogenik merupakan faktor
utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan perana predisposisi hubungan
keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis (Sudoyo Aru, 2015).
Memiliki beberapa penyebab yaitu :
1. Pengaruh merokok.
Merokok merupakan penyebab utama kanker paru. Suatu hubungan statistik
yang definitif telah ditegakkan antara perokok berat (Lebih dari dua puluh
batang sehari) dan dari kanker paru (Karsinoma broncogenik).
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling
penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok
mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi
dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap
setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
(Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok
pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam
ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi
mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua
kali
5. Kekurangan Vititamin
Banyak bukti menunjukkan bahwa makanan yang mengandung banyak
vitamin A dan karoten dapat mencegah beberapa jenis kanker epitel. Dari
beberapa studi epidemiologi, konsentrasi vitamin A dalam darah
berhubungan dengan kenaikan risiko kanker, tetapi beberapa penelitian lain
tidak menemukan hubungan tersebut. Demikian pula hubungan antara
karotenoid dalam darah dengan kanker. Suatu studi kohort berhasil
menunjukkan bahwa risiko semua jenis kanker dapat diturunkan dengan
meningkatkan konsumsi sayuran yang kaya karoten. Bukti paling kuat
mengenai peranan vitamin A dalam pencegahan kanker didapat dari studi
epidemiologi yang menghubungkan antara konsumsi sayuran yang kaya
karoten atau makanan yang kaya vitamin A dengan kanker paru.
Makanan yang kaya vitamin A dapat mencegah pembentukan radikal
oksigen dan peroksida lemak, dan beta karoten sangat efisien dalam
menetralisir radikal oksigen. Vitamin A, bersama dengan vitamin C,
vitamin E, dan selenium dapat menetralisir efek peroksida dan mengurangi
karsinogenesis. Vitamin A dan karoten mempunyai efek penghambatan
terhadap kanker mulut dan oesofagus terutama pada pengunyah tembakau
(tobacco chewer) dan terhadap kanker paru pada perokok.
Dari studi pada manusia, dapat ditunjukkan bahwa terdapat asosiasi
protektif antara makanan yang kaya vitamin C dengan kanker esofagus;
kanker lambung. Di dalam saluran pencernaan, vitamin C akan memblok
pembentukan nitrosamin yang bersifat karsinogenik dari nitrat dan nitrit,
serta mencegah oksidasi zat-zat kimia tertentu menjadi bentuk karsinogenik
yang aktif. Vitamin C merupakan faktor pembatas reaksi nitrosasi pada
manusia, dan ini telah didemonstrasikan pada penderita gastrektomi dan
gastritis atropik akut.
Dalam studi biokimia, vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang
larut dalam lemak dan sebagai free radical scavenger. Dengan demikian
peranan vitamin E dalam efek pencegahan kanker hampir sama dengan
vitamin A dan C. Vitamin E, seperti juga vitamin C, dapat mencegah
pembentukan nitrosamin secara in vitro. Tetapi harus diingat bahwa vitamin
E larut dalam lemak, sehingga efek pencegahannya dipengaruhi oleh
kehadiran lemak, sedangkan vitamin C tidak, karena larut dalam air.
III.KLASIFIKASI
A. Klasifikasi Kanker Paru ada 2 jenis yaitu, Non-small Cell Lung Cancer
(NSCLC) dan Small Cell Lung Cancer (SCLC) menurut Niluh 2004 :
1. Non-Small Cell Lung Carcer (NSCLC).
Kanker paru jenis NSCLC merupakan kanker paru yang paling umum,
NSCLC memiliki tiga jenis utama diantaranya :
a. Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berkembang dari
sel-sel yang memproduksi lendir atau dahak, kebanyakan
adenokarsinoma terjadi di daerah luar atau perifer paru dan juga
memiliki kecenderungan untuk menyebar ke otak.
b. Karsinoma Sel Skuamosa atau dikenal sebagai karsinoma
epidermoid merupakan skuamosa paling sering muncul di tengah
atau cabang bronkhus segmental. Berkaitan dengan asap rokok
dan berhubungan dengan toksin lingkungan.
c. Karsinoma Sel Besar merupakan salah satu jenis sel kanker yang
apabila dilihat di bawah mikroskop berbentuk bundar besar.
Tumor ini berkaitan erat dengan merokok dan dapat menyebabkan
nyeri dada. Karsinoma sel besar dapat menyebar ke kelenjar getah
bening dan tempat yang jauh.
2. Small Cell Lung Carcer (SCLC).
Muncul dari sel neuro endokrin di dalam bronkus. Tumor ini
merupakan tumor yang pertumbuhannya sangat cepat dan biasanya sudah
menyebar saat terdiagnosis. SCLC paling sering ditemui pada perokok dari
tumor jenis ini terjadi pada non-perokok.
IV.PATOFISIOLOGI
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, Meski ada beberapa jenis kanker paru
seperti bronkogenik (terjadi pada bronkus) yang kebanyakan terjadi akibat
penumpukan zat karsinogenik berasal dari asap rokok atau limbah udara yang
terakumulasi dalam waktu yang lama. Pertumbuhan sel kanker diawali dengan
munculnya tumor akibat perubahan epitel yang mengalami metaplasia, hyperlasia
dan dysplasia yang memiliki kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada
kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel
oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa
dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial.
Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang bronkus
perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat
sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan
adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini pertumbuhan lambat (Corwin, 2009).
V.PATHWAY
Nyeri
Merokok, bahaya Akut Ansietas
Bahan
industri, karena diet
karsinogenik
& familial perokok
mengendap
yang < vitamin A
Ketidakefektifan Himoptisis
Menyumbat jalan nafas bersihan jalan
nafas
Sesak nafas
Anemis Gangguan
pertuaran
Malas makan/ anoreksia gas
Kelelahan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Intoleransi
aktifitas
Karsinoma sel
bronchial alveolus Dipanea Ketidakefektifan
ringan pola nafas
VII.PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan untuk kanker paru yaitu sebagai berikut (Amin H, 2015) :
1. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK
stadium I dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari combine
modality theraphy, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK
stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan
intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena kava superior
berat.
2. Radioterapi
Penetapan kebijakkan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa
faktor antara lain :
a) Stanging penyakit.
b) Status tampilan.
c) Fungsi paru.
VIII.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe)
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru)
Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru.
Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru
pada organ-organ lainnya.
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru
pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh
karena metastasis.
2. Radiologi
d) Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
e) Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
6. Histopatologi.
a) Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b) Biopsi Trans Torakal (TTB)
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c) Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
d) Mediastinosopi
Umtuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e) Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam –
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal
mendapatkan sel tumor.
7. Pencitraan
a) CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b) MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Ca. BRONKO
I. PENGKAJIAN
A. Pengumpulan Data :
1. Identitas Klien :
Meliputi nama, jenis kelamin, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan,pekerjaan, no register, tanggal MRS dan
diagnosa Medis.
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang dirasakan pada klien kanker paru seperti nyeri,
sesak nafas.
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui sebab kanker paru
atau berupa kronologinya.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pengumpulan data dari riwayat dahulu perokok berat dan kronis,
terpajan terhadap lingkungan karsinogen, penyakit paru kronis
sebelumnya yang telah mengakibatkan pembentukan jaringan parut dan
fibrosis pada jaringan paru.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pengumpulan data dengan keluarga untuk mengetahui riwayat penyakit
yang dimiliki berkaitan dengan kanker paru.
6. Riwayat Psikososial :
Respon klien mengenai penyakit yang dideritanya seperti cemas, takut
dan tanda-tanda kehilangan.
7. Pola Kesehatan :
a. Pola Nutrisi : Berhubungan dengan kelemahan badan, berat badan
menurun, anoreksia. Untuk nutrisi dianjurkan untuk mengkonsumsi
nutrisi yang cukup sehari- hari bagi kebutuhan tubuh.
b. Pola Eliminasi : Perlu dikaji pada frekuensi, konsistensi, warna urin
dan feses serta baunya.
c. Pola Tidur dan Istirahat : Pengkajian untuk waktu tidur berupa
lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur dan kesulitan
tidur.
B. Pemeriksaan Fisik.
1. Kesadaran Klien :
Keadaan klien seperti koma, gelisah, apatis, supor dan komposmentis.
2. Tanda- tanda Vital :
Pemeriksaan tanda-tanda vital normal atau ada gangguan. Peningkatan
suhu tubuh, takipnea
3. Sistem Integumen :
Pada integumen terdapat dieritema, bengkak, odem dan nyeri.
4. Kepala : Keadaan kepala simetris, tidak ada benjolan.
5. Leher : Keadaan leher terdapat gangguan, tidak ada gangguan, refleks
menelan ada.
6. Muka : Pada wajah terluhat menahan kesakitan atau simetris.
7. Mata : Keadaan mata ada gangguan, konjungtiva anemis.
8. Telinga : Keadaan telinga tidak ada lesi, ada lesi dan terdapat nyeri
tekan.
9. Hidung : Keadaan tidak ada deformitas, tidak ada cuping hidung.
10. Mulut dan faring : Keadaan tidak ada pembesaran tonsil.
11. Thoraks : Keadaan bentuk dada simetris atau tidak simetris, ada
benjolan atau tidak.
12. Paru- paru :
a. Pernapasan :
Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis
karena erosi kapiler di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak
sedap akibat akumulasi sel yang nekrosis di daerah obstruksi akibat
tumor, infeksi saluran pernapasan berulang, nyeri dada karena
penekanan saraf pleural oleh tumor, efusi pleura bila tumor mengganggu
dinding paru, disfagia, edema daerah muka, leher dan lengan.
b. Inspeksi : Inspeksi keadaan pernafasan yaitu reguler, meningkat.
c. Palpasi : Palpasi keadaan pergerakan dada sama, fermitus raba
sama.
d. Perkusi : Perkusi keadaan suara dalam keadaan suara sonor atau
ada suara tambahan lainya.
e. Auskultasi : Keadaan suara nafas normal atau ada suara nafas
tambahan lainya.
13. Jantung :
a. Inspeksi : Keadaan tidak terdapat ikthus jantung.
b. Palpasi : Keadaan nadi meningkat atau melemah.
c. Auskultasi : Keadaan suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada bunyi mur-
mur.
14. Abdomen :
a. Inspeksi : Keadaan bentuk datar, simetris, tidak ada gangguan
seperti hernia.
b. Palpasi : Keadaan turgor kulit baik, tidak ada defands muscular.
c. Perkusi : Keadaan suara tympani, ada pantulan gelombang cairan.
d. Auskultasi : Keadaan peristaltik usus normal atau tidak kurang lebih
20x/menit.
15. Neurosensori : Keadaan terdapat deformitas, krepitasi, pemendekan,
keemahan, kesemutan.
C. Pemeriksaan Diagnostik.
1. CT- scan : Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2. MRI : Untuk melihat hasil lebih jelas mengenai kanker paru.
3. Foto Thorax : Suatu diafragma yang meninggi mungkin menunjukkan
suatu tumor yang mengenai syaraf frenikus. Pembesaran bayangan jantung
mungkin menunjukkan efusi pericardial yang ganas. Perhatian kebanyakan
tumor perifer tidak dapat dilihat pada rontgen dada sampai ukurannya lebih
besar dari 1 cm.
4. Sitologi sputum : Pada pemeriksaan sitologi sputum dapat membantu
menegakkan kasus hingga 70%. Sputum untuk sampel sitologi sebaiknya
diterima oleh laboratorium dalam 2 jam setelah ekspectorasi/ pengeluaran.
Sampel dinihari tidak diperlukan.
5. Bronchoscopy : Pada biopsi digunakan untuk mengetahui tipe sel tumor.
6. Aspirasi pleura dan biopsi : Aspirasi merupakan tindakan yang harus
dilakukan jika pasien dengan tumor paru mempunyai effusi pleura. Effusi
tak selalu akibat dari penyebaran tumor ke pleura, tetapi mungkin akibat
dari reaksi pneumonia pada tumor atau obstruksi limfatik.
7. Biopsi jarum percutan : Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis
tumor perifer yang sulit dibiopsi denag tehnik transbronchial.
8. Biopsi dugaan metastasis : Kelenjar getah bening perifer dapat diaspirasi
dengan menggunakan jarum halus dan bahannya diperiksa secara sitologis.
9. Mediatinoscopy : Teknik ini digunakan untuk mengambil sampel kelenjar
limfa mediatinum yang mengalami pembesaran, hal ini dilakukan jika tidak
nampak tumor pulmonal.
Huda, Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic- Noc. Jilid 1,2,3. Medication Publising. Yogyakarta.
Niluh Gede Yasmin Asih & Christantie Effendy. (2004). Keperawatan Medikal
Bedah : Klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta: EGC.
Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.