Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor
resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa
perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan
fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan
yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang
menderita energy kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan
dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indicator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah
angka kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih
tergolong tinggi, maka kematian bayi di Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran
hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang indah karena masih
tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab
kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara
itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000
bayi ( depkes RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta
kematian neonatal di Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3
kematian adalah BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram. Secara global
diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah
BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami materi BBLR secara keseluruhan.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari BBLR
3. Untuk mengetahui etiologi BBLR
1
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis BBLR.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan BBLR.
6. Untuk menegetahui pemeriksaan diagnostic pada BBLR.
7. Untuk mengetahui komplikasi BBLR.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP TEORI
2.1.1 Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013).
Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan
retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian
neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya, 2009).

2.1.2 Klasifikasi BBLR


A. Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani, 2009) :
1. Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai
dengan masa kehamilan.
2. Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA terdiri dari tiga
jenis.
a. Simetris (intrauterus for gestational age) Gangguan nutrisi pada awal
kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama.
b. Asimetris (intrauterus growth retardation) Terjadi defisit pada fase akhir
kehamilan.
c. Dismaturitas Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya
untuk masa gestasi, dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauteri, serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.

3
B. Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang berat badannya
kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi.
2. Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 1000 gram.
3. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR) merupakan bayi yang berat
badannya kurang dari 1500 gram.
4. Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan bayi yang berat badannya
1501 sampai 2500 gram.
5. Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi yang berat badannya
antara persentil ke-10 sampai ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
6. Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya merupakan
bayi yang laju pertumbuhan intrauterinnya lambat dan yang berat badan
lahirnya kurang dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
7. Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan pada bayi yang
pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan istilah
pengganti yang lebih deskritif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya).10
8. Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi yang berat badan lahirnya
diatas persentil ke-90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
2.1.3 Etiologi BBLR
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
a Faktor ibu
1 Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2 Ibu
a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
b) b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
4
3 Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan ante natal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan.Faktor janin
b Faktor janin
meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella
bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
2.1.4 Manifestasi klinis BBLR
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah
(Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.

5
2.1.5 Patway

Dismaturitas
Prematuritas

Factor gangguan
pertukaran zat
antara ibu dan janin
Factor ibu hamil (20 Factor placenta Factor janin :
Th),paritas penyakit vaskuler kelainan
ras,infertilitas riwayat kehamilan ganda kromosom,malfoma Retradasi pertumbuhan
kehamilan baik,rahim malforasi ,tumor si,TORCH,kehamilan intra uterion
abnormal ganda

Bayi lahir
Dinding rahim bagian bawah premature Berat badan < 2500
lemah (BBLR/BBLSR ) gram

Fungsi organ
organ belum baik
Permukaan tubuh Jaringan lemak subkutan prematuritas
relative lebih luaas lebih tipis Penurunan daya
tahan tubuh

Penguapan Pemaparan Kehilangan panas Kekurangan Resiko infeksi


berlebih dengan suhu luar melalui kulit cadangan energi

Kehilanga Kehilangan panas malnutrisi


n cairan

dehidrasi Resiko hipoglikemia


ketidakseimbanga
suhu tubuh

Resiko / ikterius hiperbilirubin Konjugasi bilirubin belum baik Hati


neonates

6
Resiko infeksi
sepsis Halus mudah lecet kulit
piodemal

retinopaty Retrolentral fibroplasia Imatunitas lensa mata


sekunder efek 02 mata

Sekunder terapi Imaturitas ginjal ginjal

Pertumbuhan dinding
Penyakit membrane paru
Insuf pernafasan dada belum sempurna
hialin
vaskuler paru imatur

Ketidakefektifan pola nafas Imaturitas sentrum2 vital otak

Regulasi pernafasan Reflek menelan belom


sempurna

usus
Pernafasan perlodic
Ketidakseimbangan Diskontinuitas pemberian
Pernafasan blot
nutrisi kurang dari ASI
kebutuhan tubuh

Peristaltic belum sempurna Dinding lambung lunak

Pengosongan lambung Mudah kembung


belum baik

Disfugsi motilitas
gastrointestinal

7
2.1.6 Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009) :
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht (normal:
33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan
bila ada. Rentang nilai normal:
a. pH : 7,35-7,45
b. TCO2 : 23-27 mmol/L
c. PCO2 : 35-45 mmHg
d. PO2 : 80-100 mmH
e. Saturasi O2 : 95 % atau lebih20
4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
a. bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
b. bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
6. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
7. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan
menerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu :

a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan dan
perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk mengatasi
usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Posisi telungkup merupakan posisi terbaik
bagi kebanyakan bayi preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi
yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya21 lebih
teratur. Bayi memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaanenergi lebih sedikit
bila diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring
miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai,

8
karena tampaknya mereka kehilangan keseimbangan saat telentang dan
menggunakan energi vital sebagai usaha untuk mencapai keseimbangan dengan
mengubah postur. Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat
mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi bahu,
peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher
dan punggung melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak
boleh posisi telungkup (Wong, 2008).
b. Minimal handling
1. Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi, hal
ini bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan mempertahankan respirasi.
Bayi dengan penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan
oksigenasi. Terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit
bayi.
2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR adalah pemberian kehangatan
eksternal setelah tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki masa otot yang
lebih kecil dan deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk menghasilkan panas,
kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan control reflek yang buruk
pada kapiler kulitnya. Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera
ditempatkan dilingkungan yang dipanaskan hal ini untuk mencegah atau
menunda terjadinyaefek stres dingin.
3. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit. Lingkungan
perilindungan dalam inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti
merupakan isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui
udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan dengan jumlah
personel dan peralatan yang berkontak langsung dengan bayi.
4. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi
preterm, karena kandungan23 air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi
cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan
9
permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik dieresis terbatas pada
ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut
sangat peka terhadap kehilangan cairan.
5. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR, tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai
mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang.
Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan
kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau
dengan kombinasi keduanya. Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan
pemeliharaan harian harus dipenuhi dalam keadaan adanya banya kekurangan
anatomi dan fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan menelan
sudah ada sejak sebelu lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum terjadi
sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum sepenuhnya
sinkron dalam 36 sampai 37 minggu. Pemberian makan bayi awal ( dengan
syarat bayi stabil secara medis) dapat menurunkan insidens faktor
komplikasi24 seperti hipoglikemia, dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi
BBLR dan preterm yang terganggu memerlukan metode alternatif, air steril
dapat diberikan terlebih dahulu. Jumlah yang diberikan terutama ditentukan
oleh pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi terhadap pemberian
makan sebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai asupan kalori
yang memuaskan dapat tercapai. Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu
yang lebih lama dan kesabaran dalam memberikan makan dibandingkan pada
bayi cukup bulan, dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha
pemberian makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi
kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan.
6. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)
1) Definisi dan manfaat perawatan metode kanguru Perawatan metode
kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif cara perawatan yang
murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR. Dengan PMK, ibu
dapat menghangatkan bayinya agar tidak kedinginan yang membuat bayi
BBLR mengalami bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini
dikarenakan pada bayi BBLR25 belum dapat mengatur suhu tubuhnya
karena sedikitnya lapisan lemak dibawah kulitnya. PMK dapat
10
memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR tetap normal,
hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat
memberikan kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui kontak
antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai
pengganti dari inkubator. PMK dapat melindungi bayi dari infeksi,
pemberian makanan yang sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik,
memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan perkembangan kognitif
bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya
diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).Teknik menerapkan PMK pada
bayi BBLR Beberapa teknik yang dapat dilakukan pada bayi
BBLRm(Perinansia, 2008).

2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani,
2009) :
a. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir
yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum
atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang
rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40
mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah ,terutama pada laki-laki.
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membrane
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.Sesudah bayi
mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga
dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.19
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)

11
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar
bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler,sehingga kulit, konjungtiva, mukosa
dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.1.2 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat pra, intra, postnatal seperti persalinan saat usia muda, gizi buruk saat
hamil karena sosek yang rendah, jarak kehamilan yang dekat,kehamila
ganda, obat-obatan yang mungkin digunakan saat hamil.
b. Riwayat kesehatan sekarang (ditemukan saat pemeriksaan fisik)
c. Riwayat kesehatan keluarga (ada anggota keluarga lainnya yang melahirkan
dengan BBLR)

2. Pengkajian Fisik
a. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan / atau tidak teratur dalam batas normal (120-
160 dpm). Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus
arteriosus paten (PDA). Pengkajian tambahan :
1. Tentukan frekuensi dan irama jantung.
2. Gambarkan bunyi jantung termasuk adanya murmur.
3. Gambarkan warna bunyi : sianosis, pucat, ikterik
4. Kaji warna bantalan kuku, membran mukosa dan bibir
5. Tentukan tekanan darah.
6. Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler, perfusi perifer
b. Makanan / Cairan
1. Berat badan kurang dari 2500 gr.
2. Tentukan adanya distensi abdomen.
3. Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan kulit yang berhubungan
dengan pemberian makan, karakter dan jumlah sisa bila diberi makanan
melalui lavase. Bila selang NGT terpasang, gambarkan tipe penghisapan,
drainase.
12
4. Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah
5. Palpasi daerah tepi hati.
6. Gambarkan jumlah, warna dan konsistensi feces.
7. Gambarkan bising usus

c. Neurosensori
1. Gambarkan gerakan bayi, evaluasi berdasarkan usia gestasi.
2. Gambarkan jumlah, warna, pH, temuan lapstick dan berat jenis urin.
3. Periksa BB.
4. Tubuh biasanya panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.
5. Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin
mudah digerakkan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.
6. Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar
7. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat (tergantung
usia gestasi).
8. Refleks tergantung : rooting terjadi dengan gestasi minggu ke 32;
koordinasi refleks untuk menghisap, menelan dan bernafas nbiasa
terbentuk pada gestasi minggu ke 32 ; komponen pertama reflek moro
(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak
pada gestasi minggu ke 28, komponen kedua (fleksi anterior dan menangis
yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.

d. Pernapasan
1. Gambarkan bentuk dada, kesimetrisan, adanya insisi, selang dada.
2. Gambarkan penggunaan otot aksesoris, pernafasan cuping hidung, retraksi
3. Tentukan frekuensi dan keteraturan pernapasan.
4. Tentukan apakah penghisapan diperlukan.
5. Auskultasi dan gambarkan bunyi pernapasan.
6. Skor apgar mungkin rendah.
7. Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur, pernapasan diafragmatik
intermitten atau periodik (40-60x/menit)

e. Keamanan
13
1. Tentukan suhu kulit dan aksila, biasanya suhu berfluktuasi dengan mudah
2. Tentukan hubungan dengan suhu lingkungan.
3. Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh,
abrasi, area gundul
4. Tentukan tekstur dan turgor kulit ; kering, halus, pecah-pecah, terkelupas
5. Gambarkan adanya ruam, lesi kulit atau tanda lahir.
6. Tentukan apakah kateter, infus IV, jarum, berada pada tempatnya dan
amati apakah ada tanda-tanda inflamasi.
7. Gambarkan jalur pemasangan kateter IV, jenis infus, frekuensi aliran, jenis
jarum, tampilkan area insersi.
8. Menangis mungkin lemah.
9. Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedaneum.
10. Kulit kemerahan atau tembus pandang; warna mungkin merah
muda/kebiruan, akrosianosis atau sianosis/pucat.
11. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.
12. Ekstremitas mungkin tampak edema.
13. Garis telapak kaki mungkin atau mungkin tidak ada pada semua atau
sebagian telapak
14. Kuku mungkin pendek

f. Genitourinaria
1. Persalinan atau kelahiran mungkin tergesa-gesa
2. Genitalia ; labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora
dengan klitoris menonjol. Testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin
banyak atau tidak ada pada skrotum.
3. Gambarkan jumlah, warna, pH, temuan lapstick dan berat jenis urin.

2.1.3 Diagnosa keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas oleh penumpukan
lendir, reflek batuk.
3. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan kurang,
paparan lingkungan dingin/panas.

14
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
ingest/digest/absorb.

2.1.4 Intervensi keperawatan


Dx. NANDA NOCs NICs
1 Pola nafas tidak efektif a. Status pernapasan : Manajemen Jalan Napas
b/d imaturitas organ Kepatenan jalan napas § Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
pernafasan Indikator : lift atau jaw thrust bila perlu
ü Pernapasan dalam batas § Posisikan pasien untuk
Definisi : normal (16-24x/i) memaksimalkan ventilasi
Pertukaran udara inspirasi ü Irama pernpasan normal § Identifikasi pasien perlunya
dan/atau ekspirasi tidak ü Kedalaman inspirasi pemasangan alat jalan nafas buatan
adekuat (batasan normal) § Pasang mayo bila perlu
ü Tidak ada suara napas § Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Batasan karakteristik : tambahan § Keluarkan sekret dengan batuk atau
· Penurunan tekanan ü Tidak terjadi dipsnea suction
inspirasi/ekspirasi ü Tidak terlihat penggunaan § Auskultasi suara nafas, catat adanya
· Penurunan pertuka- otot bantu napas suara tambahan
ran udara per menit ü Tidak ada batuk § Lakukan suction pada mayo
· Menggunakan otot ü Akumulasi sputum tidak § Berikan bronkodilator bila perlu
pernafasan tambahan ada § Berikan pelembab udara Kassa basah
· Nasal flaring NaCl Lembab
· Dyspnea b. Status pernapasan : § Atur intake untuk cairan
· Orthopnea Ventilasi mengoptimalkan keseimbangan.
· Perubahan Indikator : § Monitor respirasi dan status O2
penyimpangan dada ü Pernapasan dalam batas
· Nafas pendek normal Terapi Oksigen
· Assumption of 3- ü Irama pernapasan (batasan · Bersihkan mulut, hidung dan secret
point position normal) trakea
· Pernafasan pursed-lip ü Kedalaman inspirasi · Pertahankan jalan nafas yang paten
· Tahap ekspirasi (batasan normal) · Atur peralatan oksigenasi
berlangsung sangat lama ü Bunyi perkusi (batasan · Monitor aliran oksigen
· Peningkatan diameter normal) · Pertahankan posisi pasien

15
anterior-posterior ü Tidal volum (batasan · Onservasi adanya tanda tanda
· Pernafasan rata-rata/ normal) hipoventilasi
minimal ü Kapasitas vital (batasan · Monitor adanya kecemasan pasien
- Bayi : < 25 atau > 60 normal) terhadap oksigenasi
- Usia 1-4 : < 20 atau > ü Hasil pemeriksaan X-Ray
30 (batasan normal)
- Usia 5-14 : < 14 atau > ü Tes fungsi paru (batasan
25 normal) Pemantauan Tanda-tanda Vital
- Usia > 14 : < 11 atau > § Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
24 c. Status tanda-tanda vital § Catat adanya fluktuasi tekanan darah
· Kedalaman sign § Monitor VS saat pasien berbaring,
pernafasan Indikator : duduk, atau berdiri
- Dewasa volume ü Suhu tubuh 36,50-37,50C § Auskultasi TD pada kedua lengan dan
tidalnya 500 ml saat ü Denyut jantung (batasan bandingkan
istirahat normal) § Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
- Bayi volume tidalnya 6- ü Irama jantung (batasan selama, dan setelah aktivitas
8 ml/Kg normal) § Monitor kualitas dari nadi
· Timing rasio ü Tekanan dan Denyut nadi § Monitor frekuensi dan irama
· Penurunan kapasitas (batasan normal) pernapasan
vital ü Pernapasan (batasan § Monitor suara paru
normal) § Monitor pola pernapasan abnormal
Faktor yang ü Sistol dan diastol (batasan § Monitor suhu, warna, dan kelembaban
berhubungan : normal) kulit
· Hiperventilasi ü Kedalaman inspirasi § Monitor sianosis perifer
· Deformitas tulang (batasan normal) § Monitor adanya cushing triad (tekanan
· Kelainan bentuk nadi yang melebar, bradikardi,
dinding dada peningkatan sistolik)
· Penurunan § Identifikasi penyebab dari perubahan
energi/kelelahan vital sign
· Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
· Obesitas
· Posisi tubuh

16
· Kelelahan otot
pernafasan
· Hipoventilasi sindrom
· Nyeri
· Kecemasan
· Disfungsi
Neuromuskuler
· Kerusakan
persepsi/kognitif
· Perlukaan pada
jaringan syaraf tulang
belakang
· Imaturitas Neurologis
2 Bersihan jalan nafas tidak a. Status pernapasan : Airway suction
efektif b/d obstruksi jalan Kepatenan jalan napas · Auskultasi suara nafas sebelum dan
nafas oleh penumpukan Indikator : sesudah suctioning.
lendir, reflek batuk. ü Pernapasan 16-24x/i · Informasikan pada klien dan keluarga
ü Irama pernpasan normal tentang suctioning
Definisi : ü Kedalaman inspirasi · Minta klien nafas dalam sebelum
Ketidakmampuan untuk (batasan normal) suction dilakukan.
membersihkan sekresi ü Tidak ada suara napas · Berikan O2 dengan menggunakan
atau obstruksi dari saluran tambahan nasal untuk memfasilitasi suksion
pernafasan untuk ü Tidak terjadi dipsnea nasotrakeal
mempertahankan ü Tidak terlihat penggunaan · Gunakan alat yang steril sitiap
kebersihan jalan nafas. otot bantu napas melakukan tindakan
ü Tidak ada batuk · Anjurkan pasien untuk istirahat dan
Batasan Karakteristik : ü Akumulasi sputum tidak napas dalam setelah kateter dikeluarkan
· Dispneu, Penurunan ada dari nasotrakeal
suara nafas · Monitor status oksigen pasien
· Orthopneu b. Status pernapasan : · Ajarkan keluarga bagaimana cara
· Cyanosis Ventilasi melakukan suksion
· Kelainan suara nafas Indikator : · Hentikan suksion dan berikan oksigen
(rales, wheezing) ü Pernapasan dalam batas apabila pasien menunjukkan bradikardi,

17
· Kesulitan berbicara normal peningkatan saturasi O2, dll.
· Batuk, tidak efekotif ü Irama pernapasan (batasan
atau tidak ada normal) Airway Management
· Mata melebar ü Kedalaman inspirasi · Buka jalan nafas, guanakan teknik
· Produksi sputum (batasan normal) chin lift atau jaw thrust bila perlu
· Gelisah ü Bunyi perkusi (batasan · Posisikan pasien untuk
· Perubahan frekuensi normal) memaksimalkan ventilasi
dan irama nafas ü Tidal volum (batasan · Identifikasi pasien perlunya
normal) pemasangan alat jalan nafas buatan
Faktor yang ü Kapasitas vital (batasan · Pasang mayo bila perlu
berhubungan: normal) · Lakukan fisioterapi dada jika perlu
· Lingkungan : ü Hasil pemeriksaan X-Ray · Keluarkan sekret dengan batuk atau
merokok, menghirup asap (batasan normal) suction
rokok, perokok pasif- ü Tes fungsi paru (batasan · Auskultasi suara nafas, catat adanya
POK, infeksi normal) suara tambahan
· Fisiologis : disfungsi c. Kontrol Aspirasi · Lakukan suction pada mayo
neuromuskular, Indikator : · Kolaborasikan pemberian
hiperplasia dinding ü Identifikasi faktor resiko bronkodilator bila perlu
bronkus, alergi jalan minimal · Berikan pelembab udara Kassa basah
nafas, asma. ü Faktor resiko tidak NaCl Lembab
· Obstruksi jalan nafas : ditemukan · Atur intake untuk cairan
spasme jalan nafas, ü Pemeliharaan oral mengoptimalkan keseimbangan.
sekresi tertahan, hyiegiene baik · Monitor respirasi dan status O2
banyaknya mukus, adanya ü Posisi tidak selalu tegak
jalan nafas buatan, sekresi lurus / menyamping saat
bronkus, adanya eksudat makan dan minum
di alveolus, adanya benda ü Penyeleksian makanan dan
asing di jalan nafas. minuman sesuai dengan
kemampuan menelan
ü Penggunaan kekentalan
cairan sesuai kebutuhan
ü Posisi tegak selama 30
menit setelah makan

18
dilakukan

3 Risiko ketidakseimbangan a. Hidrasi Pengaturan Suhu


temperatur tubuh b/d Indikator : · Monitor suhu minimal tiap 2 jam
BBLR, usia kehamilan ü Turgor kulit elastis · Rencanakan monitoring suhu secara
kurang, paparan ü Mukosa membrane lembab kontinyu
lingkungan dingin/panas ü Masukan cairan adekuat · Monitor TD, nadi, dan RR
ü Pengeluaran urin normal · Monitor warna dan suhu kulit
Definisi : ü Perfusi jaringan normal · Monitor tanda-tanda hipertermi dan
Risiko kegagalan ü Fungsi kognitif tidak hipotermi
mempertahankan suhu terganggu · Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
tubuh dalam batas normal. · Selimuti pasien untuk mencegah
b. Kepatuhan Perilaku hilangnya kehangatan tubuh
Faktor faktor resiko: Indikator : · Ajarkan pada pasien cara mencegah
· Perubahan metabolisme ü Keluarga mampu mencari keletihan akibat panas
dasar informasi kesehatan dari · Diskusikan tentang pentingnya
· Penyakit atau trauma berbagai sumber pengaturan suhu dan kemungkinan efek
yang mempengaruhi ü Informasi kesehatan yang negatif dari kedinginan
pengaturan suhu diperoleh keluarga dapat · Beritahukan tentang indikasi
· Pengobatan pengobatan dievaluasi keakuratannya terjadinya keletihan dan penanganan
yang menyebabkan ü Perilaku sehat oleh emergency yang diperlukan
vasokonstriksi dan keluarga bermanfaat · Ajarkan indikasi dari hipotermi dan
vasodilatasi ü Status kesehatan dapat penanganan yang diperlukan
· Pakaian yang tidak dimonitor · Berikan anti piretik jika perlu
sesuai dengan suhu
lingkungan c. Status kekebalan
· Ketidakaktifan atau Indikator :
aktivitas berat ü Fungsi gastrointestinal
· Dehidrasi normal
· Pemberian obat ü Fungsi pernapasan normal
penenang ü Fungsi genitourinaria
· Paparan dingin atau normal
hangat/lingkungan yang ü Temperatur tubuh 36,50-

19
panas 37,50C
ü Integritas kulit utuh
ü Integritas mukosa normal
ü Imunisasi terarah
ü Tidak terjadi infeksi
ü Daya tahan tubuh kuat
ü Reaksi skin tes normal
ü Sel darah putih normal
ü T4 dan T8 normal
ü Tidak ditemukan timus
pada X-Ray

d. Status Infeksi
Indikator :
ü Temperatur stabil
ü Tidak terjadi hipertermia
ü Tidak terjadi
takhikardi/bradikardi
ü Tidak terjadi
aritmia/hipertensi/hipotensi
ü Tidak
pucat/sianosis/dingin/kulit
basah
ü Kulit tidak burik
ü Tidak terjadi muntah, diare,
distensi abdomen
ü Reflek menghisap bagus
ü Tidak terjadi letargi,
iritabilitas, kejang
ü Tidak ditemui rash, suara
tangis yang keras, bau busuk,
nanah, konjungtivitis, infeksi
umbilical

20
e. Kontrol risiko
f. Deteksi risiko
4 Ketidakseimbangan a. Status gizi Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari Indikator : · Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh b/d ü Masukan nutrisi (makanan · Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
ketidakmampuan dan cairan) adekuat menentukan jumlah kalori dan nutrisi
ingest/digest/absorb ü Berat badan normal yang dibutuhkan pasien.
ü Hematokrit normal · Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Definisi : ü Hidrasi dan tonus otot intake Fe
Intake nutrisi tidak cukup normal · Anjurkan pasien untuk meningkatkan
untuk keperluan protein dan vitamin C
metabolisme tubuh. b. Status · Berikan substansi gula
gizi: Asupan makanan · Yakinkan diet yang dimakan
Batasan karakteristik : dan cairan mengandung tinggi serat untuk mencegah
· Berat badan 20 % atau Indikator : konstipasi
lebih di bawah ideal ü Masukan makanan dan · Berikan makanan yang terpilih
· Dilaporkan adanya cairan oral adekuat (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
intake makanan yang ü Asupan via NGT adekuat · Ajarkan pasien bagaimana membuat
kurang dari RDA ü Asupan cairan IV adekuat catatan makanan harian.
(Recomended Daily ü Asupan nutrisi parenteral · Monitor jumlah nutrisi dan
Allowance) adekuat kandungan kalori
· Membran mukosa dan · Berikan informasi tentang kebutuhan
konjungtiva pucat c. Status gizi: Asupan gizi nutrisi
· Kelemahan otot yang Indikator : · Kaji kemampuan pasien untuk
digunakan untuk ü Asupan kalori adekuat mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
menelan/mengunyah ü Asupan protein adekuat
· Luka, inflamasi pada ü Asupan lemak adekuat Nutrition Monitoring
rongga mulut ü Asupan serat adekuat · BB pasien dalam batas normal
· Mudah merasa ü Asupan vitamin dan · Monitor adanya penurunan berat badan
kenyang, sesaat setelah mineral adekuat · Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
mengunyah makanan ü Asupan zat besi, kalsium biasa dilakukan
· Dilaporkan atau fakta dan sodium adekuat · Monitor interaksi anak atau orangtua

21
adanya kekurangan selama makan
makanan d. Kontrol berat badan · Monitor lingkungan selama makan
· Dilaporkan adanya Indikator : · Jadwalkan pengobatan dan tindakan
perubahan sensasi rasa ü Berat badan ideal tidak selama jam makan
· Perasaan ü Persentasi lemak tubuh · Monitor kulit kering dan perubahan
ketidakmampuan untuk dalam batas normal pigmentasi
mengunyah makanan ü Lingkar kepala normal · Monitor turgor kulit
· Miskonsepsi ü Tinggi dan berat normal · Monitor kekeringan, rambut kusam,
· Kehilangan BB dengan dan mudah patah
makanan cukup · Monitor mual dan muntah
· Keengganan untuk · Monitor kadar albumin, total protein,
makan Hb, dan kadar Ht
· Kram pada abdomen · Monitor makanan kesukaan
· Tonus otot jelek · Monitor pertumbuhan dan
· Nyeri abdominal perkembangan
dengan atau tanpa · Monitor pucat, kemerahan, dan
patologi kekeringan jaringan konjungtiva
· Kurang berminat · Monitor kalori dan intake nuntrisi
terhadap makanan · Catat adanya edema, hiperemik,
· Pembuluh darah hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
kapiler mulai rapuh · Catat jika lidah berwarna magenta,
· Diare dan atau scarlet
steatorrhea
· Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
· Suara usus hiperaktif
· Kurangnya informasi,
misinformasi

Faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan

22
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.

2.1.5 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 2006, dalam Potter &
Perry, 2006).
2.1.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tinjdakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan implementasinya
sudah berhasil dicapai. (Ferry, 2009).

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan
karena disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periode-
periode tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit
dideteksi pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan
dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko
yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain
itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh
kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

3.2 Saran
Penulis mengharapkan agar teman-teman mampu memahami hasil pemaparan dari
makalah kami tentang asuhan keperawatan BBLR . Kami menyadari bahwa makalah yang
kami buat belum begitu sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan masukan yang dapat
membangun agar pembuatan makalah berikutnya dapat lebih sempurna.

24
DAFTAR PUSTAKA
etz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Gaffar, Jumadi. L.O. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.
Garna, Heri.dkk. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi Ke
dua.Bandung : FKU Padjadjaran.
Irianto, Kus. Drs. 2004. Struktur Dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung :
Yrama Widya.
(http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=459 Di askes pada tanggal 05
November 2017 pada jam 12.00 WIB)
(https://icoel.wordpress.com/askep-anak-2/askep-anak/asuhan-keperawatan-bblr/ Di askes
pada tanggal 05 November 2017 pada jam 12.00 WIB)
(https://goodnerscom.files.wordpress.com/2016/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-bblr-
nanda-noc-nic.pdf Di askes pada tanggal 05 November 2017 pada jam 12.00 WIB)
(https://www.academia.edu/8015881/Askep_BBLR_berat_badan_lahir_rendah Di askes pada
tanggal 05 November 2017 pada jam 12.00 WIB)
(http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/162/jtptunimus-gdl-ferisetiaw-8080-2-babii.pdf Di askes
pada tanggal 05 November 2017 pada jam 12.00 WIB)
(https://www.scribd.com/document/355007589/ASKEP-BBLR-pdf Di askes pada tanggal 05
November 2017 pada jam 12.00 WIB)

25

Вам также может понравиться