Вы находитесь на странице: 1из 13

TITRASI FORMAL ASAM AMINO

I. Tujuan
1. Menghidrolisis protein dengan enzim protease
2. Membuat kurva hubungan antara volume NaOH terhadap waktu dan kurva mg
nitrogen asam amino terhadap waktu titrasi formal asam amino
II. Dasar Teori
Protein adalah senyawa organik kompleks yang memiliki bobot molekul tinggi
yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan
satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon,
hydrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Suatu molekul
protein disusun oleh sejumlah asam amino tertentu dengan susunan yang sudah
tertentu pula dan bersifat turunan (Aisjah Girindra dalam Tika, 2010).
Asam amino merupakan ion dipolar yang pada umumnya mempunyai dua atau
lebih pKa. Asam amino yang menyusun suatu protein tertentu, kadar asam aminonya
tidak sama. Protein jika dihidrolisis akan menghasilkan asam amino bebas. Asam
amino tidak larut di dalam eter karena merupakan senyawa dipolar dan dalam air
menunjukkan struktur kutub ganda (Zwitter ion) yaitu:

H H

R C COOH R C COO -

NH 2 NH 3+

Gambar 1. Struktur dipolar asam amino


Dari gambar tersebut, gugus amino diprotonasi dan hadir sebagai ion ammonium,
sedangkan gugus karboksil kehilangan protonnya dan hadir sebagai anion karboksilat.
Struktur ini konsisten dengan sifat asam amino yang seperti garam, yang memiliki
titik leleh agak tinggi.
Asam amino bersifat amfoterik artinya berperilaku sebagai asam dan
mendonasikan proton pada basa kuat atau dapat juga berperilaku sebagai basa dan
menerima proton dari asam kuat. Prilaku ini dinyatakan dalam kesetimbangan berikut
untuk asam amino dengan gugus amino dan satu gugus karboksil:
H H H

OH- OH-
R C COOH R C COO - R C COO -
+
H+ H
NH 3+ NH 3+ NH 2
asam amino pada Bentuk ion dipolar asam amino pada
pH rendah pH tinggi

Gambar 2. Kesetimbangan asam amino pada berbagai pH

Bila suatu protein dihidrolisis, akan didapatkan asam aminonya. Hidrolisis protein
dapat dilakukan dengan menggunakan enzim protease dari tripsin. Protein jika
dihidrolisis akan menghasilkan asam amino bebas. Asam amino bebas ini bila
direaksikan dengan formaldehid berlebih akan membentuk derivate metilol. Reaksi
ini menyebabkan asam amino bebas bentuk isoelektrik kehilangan satu proton dari
gugus NH3+ (Tika, 2010).
NH3+CHRCOO- ↔ H2NCHRCOO- + H+
H2NCHRCOO- + 2HCHO ↔ (HOCH2)2NCHRCOO-
H+ yang dilepaskan pada reaksi ini dapat dititrasi langsung dengan NaOH sampai
dengan pH 8,0 (titik akhir indicator ekuivalen). Titrasi asam amino atau campuran
asam amino dalam keberadaan formaldehid disebut dengan titrasi formal asam amino.
Titrasi ini merupakan metode analisis untuk mengikuti pembentukan asam amino
bebas yang dihasilkan pada proses hidrolisis protein oleh enzim proteotik (Tika,
2010).
Pada percobaan ini dibuat kurva titrasi dari asam amino yang diperoleh dari hasil
hidrolisis protein dengan menggunakan enzim protease. Selama hidrolisis suatu
protein, sejumlah gugus karboksil dan gugus amino bertambah terus. Penentuan
secara kuantitatif salah stau gugus akan dapat memberikan indikasi untuk mengetahui
derajat hidrolisis protein. Menurut teori zwiiterion, kalau suatu asam amino dalam
larutan dititrasi dengan basa, berarti ion hydrogen dari ammonium yang dititrasi.
Gugus ammonium dari asam amino yang bersifat buffer pada daerah pH tinggi atau di
atas pH 11, sehingga tidak mungkin dititrasi sampai titik akhir. Hal yang sama juga
terjadi pada gugus karboksil yang bersifat buffer pada pH rendah sehingga tidak
mungkin juga dititrasi dengan basa (Tika, 2010).
Untuk mengatasi hal tersebut, maka formaldehid ditambahkan ke dalam larutan
asam amino agar bereaksi dengan gugus amino yang tidak bermuatan sehingga
memungkinkan gugus ammonium membuffer pada daerah pH yang lebih rendah dan
dapat dititrasi pada titik akhir secara kuantitatif menggunakan indicator (Tika, 2010).
Reaksi yang terjadi selama titrasi formal asam amino adalah :
H H
O

R C COO- + R C COOH
C
H H
NH 3 + H N CH 2 OH

C
H H

R C COOH

HOH2 C N CH 2 OH

dimethilol

H
H

R C COOH
+ NaOH R C COO -Na+ + H2O
HOH 2C N CH 2OH
HOH 2C N CH 2OH
Gambar 3. Reaksi selama Proses Titrasi Formal Asam Amino
Penambahan formalin ke dalam larutan asam amino akan membentuk dimetilol.
Dengan terbentuknya dimetilol berarti gugus amino dari protein sudah terikat dan
tidak akan mempengaruhi titik akhit titrasi sehingga titik akhir titrasi dapat ditentukan
dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah fenolptalein (Tika, 2010).
Pada praktikum ini digunakan reagen gelatin yang merupakan produk alami yang
diperoleh dari hidrolisis parsial kolagen. Gelatin merupakan protein yang larut dan
bersifat gelling agent (bahan pembuat gel). Sumber bahan baku gelatin dapat berasal
dari tulang dan kulit dari sapi atau babi. Gelatin terdiri dari glisin dengan komposisi
besar, protein dan 4-hidroksi residu.
Struktur gelatin adalah sebagai berikut :
O O O O O O OH
H H H2 H H H H2 H H
N C C N C C NH C N C C N C C N C C N
H
CH 3 CH2 CH2

CH2 CH2 HC NH

NH C O OH CH2

C NH O- C O

NH2 + NH
O

Gambar 4. Struktur Gelatin

III. Alat dan Bahan


1. Alat – alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Gelas Kimia 100 dan 500 mL 4 buah
2 Buret 50 mL 1 buah
3 Statif dan Klem - 1 set
4 Erlenmeyer 100 mL 3 buah
5 Inkubator Air - 1 buah
6 Gelas Ukur 50 dan 10 mL 2 buah
7 Labu Ukur 100 dan 500 mL 2 buah
8 Termometer 100oC 1 buah

2. Bahan- Bahan
No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Larutan gelatin 5% 100 mL
2 Larutan NaOH 0,2 M dan 0,02 M 200 mL
3 Larutan HCl 0,1 M 50 mL
4 Larutan fenol ftalein 1% 10 mL
5 Larutan Formaldehid 40 % 100 mL
6 Larutan tripsin 1% 15 mL
7 Aquades - 300 mL

IV. Tabel Hasil Pengamatan


No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan
1 Disiapkan 100 mL larutan - Gelatin berupa serbuk berwarna putih
gelatin kekuningan
- NaOH adalah larutan bening tak berwarna
- Indikator fenolftalein berwarna putih keruh
- Larutan gelatin berwarna kuning kecoklatan
2 Ditambahkan ke dalamnya 1 Sebanyak 110 tetes larutan NaOH ditambahkan
mL fenol ftalein dan larutan sampai terbentuk larutan berwarna merah muda
NaOH 0,2 M tetes demi tetes
sampai larutan berubah
warnanya menjadi merah muda
3 Sebanyak 0,1 M HCl Sebanyak 175 tetes larutan HCl ditambahkan
ditambahkan tetes demi tetes ke dalam larutan sampai warna larutan kembali
sampai teoat warna merah bening kekuningan dengan pH sebesar 8,11
muda hilang (pH= 8,0 )
4 Larutan gelatin yang telah Larutan direndam dalam incubator air pada
dinetralisir direndam dalam suhu 38oC
incubator air pada suhu 38oC
5 Pada Tabung lain, sebanyak 25 - Tripsin adalah serbuk berwarna putih
mL larutan tripsin ditambahkan - Larutan tripsin berwarna putih keruh
3 tetes fenolftalein dan tetes - Setelah diteteskan 53 tetes NaOH larutan
demi tetes larutan NaOH 0,2 M menjadi berwarna merah muda
sampai warnanya berubah
menjadi merah muda
6 Larutan HCl 0,1 M diteteskan Larutan ditambahkan 85 tetes HCl sehingga
sampai warna merah muda warna merah mudanya hilang dengan pH
hilang (pH= 8,00) sebesar 8,02
7 Campuran tersebut diinkubasi Larutan direndam dalam incubator air pada
dalam incubator air pada suhu suhu 38oC
38o C selama beberapa menit
8 Larutan tripsin ditambahkan ke Setelah kedua larutan tersebut dicampur ,
dalam larutan gelatin, dan larutan menjadi berwarna kuning keruh
diaduk perlahan
9 Setelah tercampur merata, Diambil campuran sebanyak 10 mL
diambil 10 mL campuran dan
dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 100 mL (control
/waktu “0” menit )
10 Dididihkan (untuk merusak Campuran dididihkan selam 3 menit dan warna
enzim) selanjutnya didinginkan tetap kuning keruh
11 Sebanyak 15 mL formalin Setelah campuran ditambahkan formalin dan
netral dan 3 tetes fenolftalein indikator pp warna larutan tetap kuning keruh
ditambahkan ke dalam
campuran tersebut
12 Pada interval waktu Setelah dititrasi dengan NaOH 0,02 M warna
15,30,45,60,90 dan 120 menit larutan menjadi merah muda. Adapun Volume
dari waktu ke nol dilakukan hal NaOH yang diperlukan
yang sama seperti pada kontrol.
Pada masing- masing reaksi
diatas, dilakukan titrasi dengan
0,02 M larutan NaOH sampai No Waktu (menit) Volume NaOH (mL)
titik akhir warna merah muda 1 Kontrol (0) 14,2
2 15 16,6
3 30 17,3
4 45 18,5
5 60 21,0
6 90 22,0
7 120 23,3

V. Analisis Data dan Pembahasan

ANALISIS DATA
1. Kurva titrasi asam amino yang dinyatakan dengan hubungan volume NaOH terhadap
waktu
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data hasil titrasi asam amino dengan menggunakan
NaOH sebagai titran yaitu sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil titrasi asam amino dengan menggunakan NaOH sebagai titran
Waktu (menit) Volume (mL)

0 14,2
15 16,6
30 17,3
45 18,5
60 21,00
90 22,00
120 23,3
Berdasarkan data di atas, maka dapat dibuat kurva titrasi hubungan volume NaOH terhadap
waktu sebagai berikut.
Kurva Titrasi Hubungan Volume NaOH
Terhadap Waktu y = 0.0747x + 15.146
R² = 0.9437
35

30
Volume NaOH (mL)

25

20 Hubungan volume NaOH


terhadap waktu
15

10
Linear (Hubungan volume
5 NaOH terhadap waktu)

0
0 20 40 60 80 100 120 140
Waktu (menit)

Gambar 1. Kurva Hubungan Volume NaOH terhadap Waktu


Berdasarkan kurva tersebut diatas, maka dapat dihitung derajat hidrolisis dari enzim tripsin
terhadap larutan gelatin melalui perhitungan sebagai berikut.
∆𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻
𝐷𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 ℎ𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 = ∆𝑡

????

2. Penentuan Jumlah Mg Asam Amino pada Tiap Volume NaOH saat Titrasi
Dengan mengasumsikan 1 mL NaOH ekivalen dengan 1,4 mg nitrogen asam amino, maka
dapat dihitung jumlah mg asam amino pada tiap volume NaOH saat titrasi. Adapun
perhitungannya yaitu sebagai berikut.

Pada waktu t = 0
Volume NaOH 0,02 M yang digunakan = 14,2 mL
Mol NaOH = 14,2 mL x 0,02 M = 0,284 mmol
1 mL NaOH 0,1 N ekuivalen dengan 1,4 mg nitrogen asam amino, sehingga untuk 0,284 mmol
NaOH ekuivalen dengan:
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙 1,4 𝑚𝑔
0,284 mmol
= 𝑥 𝑚𝑔
0,284 𝑚𝑚𝑜𝑙 ×1,4 𝑚𝑔
𝑥= = 3,976 𝑚𝑔 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙

Pada waktu t = 15
Volume NaOH 0,02 M yang digunakan = 16.6 mL
Mol NaOH = 16,6 mL x 0,02 M = 0,332 mmol
1 mL NaOH 0,1 N ekuivalen dengan 1,4 mg nitrogen asam amino, sehingga untuk 0,332 mmol
NaOH ekuivalen dengan:
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙 1,4 𝑚𝑔
=
0,332 mmol 𝑥 𝑚𝑔
0,332 𝑚𝑚𝑜𝑙 ×1,4 𝑚𝑔
𝑥= = 4,648 𝑚𝑔 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙

Pada waktu t = 30
Volume NaOH 0,02 M yang digunakan = 17,3 mL
Mol NaOH = 8,6 mL x 0,02 M = 0,346 mmol
1 mL NaOH 0,1 N ekuivalen dengan 1,4 mg nitrogen asam amino, sehingga untuk 0,346 mmol
NaOH ekuivalen dengan:
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙 1,4 𝑚𝑔
=
0,346mmol 𝑥 𝑚𝑔
0,346𝑚𝑚𝑜𝑙 ×1,4 𝑚𝑔
𝑥= = 4,844 𝑚𝑔 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙

Pada waktu t = 45
Volume NaOH 0,02 M yang digunakan = 18,5 mL
Mol NaOH = 8,6 mL x 0,02 M = 0,37 mmol
1 mL NaOH 0,1 N ekuivalen dengan 1,4 mg nitrogen asam amino, sehingga untuk 0,37 mmol
NaOH ekuivalen dengan:
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙 1,4 𝑚𝑔
=
0,37mmol 𝑥 𝑚𝑔
0,37𝑚𝑚𝑜𝑙 ×1,4 𝑚𝑔
𝑥= = 5,18 𝑚𝑔 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙

Pada waktu t = 60
Volume NaOH 0,02 M yang digunakan = 8,95 mL
Mol NaOH = 8,95 mL x 0,02 M = 0,42mmol
1 mL NaOH 0,1 N ekuivalen dengan 1,4 mg nitrogen asam amino, sehingga untuk 0,42 mmol
NaOH ekuivalen dengan:
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙 1,4 𝑚𝑔
=
0,42 mmol 𝑥 𝑚𝑔
0,42 𝑚𝑚𝑜𝑙 × 1,4 𝑚𝑔
𝑥= = 5,88 𝑚𝑔 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙

Pada waktu t = 90
Volume NaOH 0,02 M yang digunakan = 22 mL
Mol NaOH = 22 mL x 0,02 M = 0,44 mmol
1 mL NaOH 0,1 N ekuivalen dengan 1,4 mg nitrogen asam amino, sehingga untuk 0,44 mmol
NaOH ekuivalen dengan:
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙 1,4 𝑚𝑔
=
0,44 mmol 𝑥 𝑚𝑔
0,44 𝑚𝑚𝑜𝑙 × 1,4 𝑚𝑔
𝑥= = 6,16 𝑚𝑔 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙

Pada waktu t = 120


Volume NaOH 0,02 M yang digunakan = 23,3 mL
Mol NaOH = 23,3 mL x 0,02 M = 0,466 mmol
1 mL NaOH 0,1 N ekuivalen dengan 1,4 mg nitrogen asam amino, sehingga untuk 0,466 mmol
NaOH ekuivalen dengan:
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙 1,4 𝑚𝑔
=
0,466mmol 𝑥 𝑚𝑔
0,466𝑚𝑚𝑜𝑙 ×1,4 𝑚𝑔
𝑥= = 6,524 𝑚𝑔 𝑛𝑖𝑡𝑟𝑜𝑔𝑒𝑛 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜
0,1 𝑚𝑚𝑜𝑙

Tabel 2. mg Nitrogen asam amino yang diperoleh dari hasil titrasi


Waktu (menit) Volume (mL) mg Nitrogen
asam amino
0 14,2 3,976
15 16,6 4,648
30 17,3 4,844
45 18,5 5,18
60 21,00 5,88
90 22,00 6,16
120 23,3 6,524
Berdasarkan data diatas, maka dapat dibuat kurva hubungan antara mg nitrogen asam
amino terhadap waktu yaitu sebagai berikut. (kurva blm)

Gambar 2. Kurva hubungan waktu terhadap mg Nitrogen asam amino

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini, dilakukan titrasi formal asam amino. Titrasi formal asam amino
merupakan titrasi asam amino atau campuran asam amino dalam keberadaan formaldehida.
Asam amino yang digunakan merupakan hasil degradasi dari gelatin (polipeptida) yang
didegradasi menggunakan enzim protease yaitu tripsin. Adapun prinsip dari percobaan ini
mengikuti kenyataan bahwa suatu protein mengikuti teori zwitter ion, dimana suatu asam amino
walaupun memiliki dua sisi aktif (gugus –COOH dan gugus amina –NH2), sehingga dapat
dititrasi menggunakan asam dan basa. Namun kenyataannya, gugus ammonium dari asam amino
merupakan buffer pada pH tinggi (di atas pH 11) sehingga tidak mungkin untuk mentitrasinya
pada titik akhir suatu indikator. Hal ini mengingat dimana suatu indikator pada umumnya
memiliki trayek pH sedapat mungkin mendekati pH 7 karena titrasi asam basa merupakan suatu
reaksi penetralan. Dalam percobaan ini, reagen yang digunakan adalah larutan gelatin. Gelatin
merupakan polipeptida (protein) yang larut dalam air, hal ini terbukti dengan mudah larutnya
gelatin ketika ditambahkan ke dalam aquades. Gelatin merupakan gelting agent (bahan pembuat
gel), sehingga perlu diinkubasi pada suhu 38oC. Bila suhu inkubasi diatas 38oC, maka
kemungkinan akan terbentuk gel yang akan mempengaruhi proses degradasi untuk menghasilkan
asam amino.
Sebelum dilakukan proses titrasi dalam percobaan ini terlebih dahulu dilakukan proses
pembuatan larutan gelatin dengan cara melarutkan 5 gram padatan gelatin ke dalam 100 mL
aquades. Setelah dilarutkan dan diaduk terbentuk larutan gelatin yang berwarna kuning.
Larutan gelatin ini kemudian ditambahkan indikator fenolftalein sebanyak 1 mL dan
ditambahkan larutan NaOH 0,2 M tetes demi tetes sehingga larutan gelatin berwarna merah
muda. Adapun tujuan penambahan NaOH adalah agar larutan bersifat sedikit basa.
Larutan yang berwarna merah ini kemudian ditambahkan larutan HCl 0,1 M tetes demi
tetes. Penambahan larutan HCl menyebabkan warna larutan kembali berwarna kuning.
Penambahan larutan HCl bertujuan agar pH menjadi 8 dimana pada pH ini enzim tripsin akan
mampu bekerja secara optimal. Dalam percobaan ini diperoleh pH setelah penambahan HCl
yaitu 8,02. Hal yang sama juga dilakukan terhadap enzim tripsin, dimana dilakukan penambahan
fenolftalein dan NaOH kedalam 25 mL larutan tripsin sehingga warna menjadi merah muda.
Kemudian larutan ini ditambahkan larutan HCl 0,1 M tetes demi tetes hingga warna merah muda
akibat penambahan fenolftalein dan NaOH ini hilang. Hal ini dilakukan agar kondisi enzim
tripsin sama dengan kondisi gelatin sehingga saat direaksikan akan terjadi reaksi yang sempurna.
Setelah itu, larutan gelatin dan tripsin ini diinkubasi dengan inkubator air pada suhu
38 C, dimana suhu ini dijaga supaya tidak melebihi suhu 38oC karena dapat menyebabkan enzim
o

rusak yang ditandai dengan pembentukan gel yang sangat mempengaruhi proses degradasi
menghasilkan asam amino. Setelah diinkubasi selama beberapa menit, kedua larutan ini
kemudian dicampur. Dari pencampuran ini terbentuk larutan berwarna kuning kecoklatan.
Tujuan pencamuran ini adalah untuk mengdegradasi larutan gelatin dengan menggunakan enzim
tripsin. Tripsin merupakan enzim proteolitik yang hanya terdiri dari suatu rantai polipeptida.
Enzim ini akan mendegradasi gelatin menghasilkan asam amino penyusunnya.
Sebanyak 10 mL dari larutan ini diambil dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan
dilakukan pendidihan terhadap larutan ini dengan tujuan untuk merusak enzim. Kemudian
dilakukan pendinginan terhadap larutan. Setelah dingin, larutan ditambahkan 15 mL larutan
formaldehid dan 3 tetes fenolftalein. Warna larutan setelah ditambahkan formaldehid dan
fenolftalein yaitu tetap berwarna kuning keruh. Larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan
NaOH 0,02 M. Titrasi dihentikan ketika larutan ini berubah warna menjadi merah muda.
Adapun penambahan formaldehid sebelum titrasi berfungsi agar gugus karbonilnya
bereaksi dengan asam amino yang tidak bermuatan sehingga memungkinkan gugus amonium
bereaksi dengan NaOH dan membuffer pada pH yang lebih rendah serta dapat dititrasi pada titik
akhir secara kuantitatif menggunakan suatu indikator. Reaksi yang terjadi pada titrasi dengan
menggunakan formalin merupakan reaksi pembentukan dimetilol. Larutan protein yang telah
dinetralkan dengan basa (NaOH), ditambahkan formalin sehingga membentuk dimetilol. Dengan
terbentuknya dimetilol ini, berarti gugus aminonya sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi
reaksi yang terjadi antara gugus asam (karboksil) dengan basa (NaOH) sehingga titik akhir titrasi
dapat diakhiri dengan tepat. Indikator yang digunakan adalah fenolftalein. Bila titik akhir titrasi
diperoleh tepat, maka akan terjadi perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda.
Reaksi yang terjadi dalam proses ini adalah sebagai berikut :

H H
NaOH
R C COOH R C COO-

NH2 NH3+
H O H

R C COO- + C R C COOH
H H
NH3+ H N CH2OH

C
H H

R C COOH

HOH2C N CH2OH
dimethilol

H
H
R C COOH + NaOH
R C COO-Na+ + H2O
HOH2C N CH2OH
HOH2C N CH2OH

Berdasarkan Kurva hubungan volume NaOH terhadap waktu di atas, dapat diketahui
bahwa semakin lama larutan didiamkan, maka semakin banyak volume NaOH yang digunakan
untuk proses titrasi. Hal ini terjadi karena selama proses hidrolisis gelatin oleh tripsin
menghasilkan sejumlah asam amino yang konsentrasinya bertambah seiring dengan
bertambahnya interaksi antara larutan gelatin dengan larutan tripsin. Enzim tripsin yang semakin
lama menghidrolisis gelatin menyebabkan gugus karboksil dan gugus amino yang dihasilkan
semakin banyak. Dengan bertambahnya gugus ini, maka jumlah NaOH yang digunakan pada
saat titrasi juga bertambah.
Secara kuantitatif dari kurva yang diperoleh, maka dapat dihitung derajat
hidrolisis dari enzim tripsin terhadap larutan gelatin. Berdasarkan hasil analisis data besar derajat
hidrolisis dari enzim tripsin terhadap larutan gelatin adalah 0,0122.
Selanjutnya dari kurva hubungan waktu terhadap mg Nitrogen asam amino di atas,
terlihat bahwa semakin lama waktu yang digunakan larutan gelatin untuk bereaksi dengan enzim
pankreatin maka semakin banyak pula mg nitrogen asam amino yang dihasilkan. Terdapat
hubungan yang searah antara waktu kontak dengan mg nitrogen asam amino. Hal ini terjadi
karena selama proses hidrolisis gelatin (protein) oleh enzim pankreatin menghasilkan sejumlah
gugus karboksil dan gugus amino yang bertambah sehingga nitrogen yang terdapat pada
dimethilol juga ikut bertambah.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :


1. Protein dapat dihidrolisis dengan enzim protease dan melalui titrasi formal asam amino.
2. Kurva hubungan antara volume NaOH terhadap waktu dan kurva mg nitrogen asam amino
terhadap waktu pada titrasi formal asam amino berbanding lurus dimana semakin lama
larutan didiamkan, maka semakin banyak volume NaOH yang diperlukan untuk mentitrasi
larutan asam amino tersebut maka semakin banyak pula mg nitrogen dari asam amino yang
dihasilkan.

Вам также может понравиться