Вы находитесь на странице: 1из 8

MENGENALKAN CERITA PEWAYANGAN UNTUK

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK

Tiara Priahndini 201510080311052

Prihandini.tiara@gmail.com

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Malang

Abstrak

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk mengungkapkan bahwa meningkatkan pembelajaran
anak tidak harus dengan buku ataupun mengacu dengan buku, melainkan dengan
meningkatkan belajar dengan mengenalkan karakter tokoh untuk mengenalkan mana karakter
yang baik dan mana karakter yang buruk. Disini saya akan mengenalkan karakter sebagian
tokoh pewayangan. Yang dimana sekarang anak tidak terlalu mementingkan dan melihhat
pewayangan. Karena sudah dianggap cerita yang lampau, kali ini saya akan mengenalkan
kembali juga seni budaya yang hilang atau dilupakan oleh anak pada zaman sekarang ini.

Kata kunci : Upaya meningkatkan, Pembelajaran


PENDAHULUAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat ,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan
kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun
mempunyai konotasi yang berbeda. Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi peserta didik
menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang
membantu. Menurut Dimyati dan Mudjiono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah
kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Menurut R.T. Josowidagdo,wayang
berarti “ayang-ayang” atau bayangan sebab yang kita lihat adalah bayangannya pada kelir
yaitu kain putih yang dibentang sebagai pentas pergelaran wayang. Bayang-bayang wayang
muncul karena adanya sinar “belencong” yang bergantung di atas kepala sang dalang. Ada
pula yang mengartikan wayang merupakan “bayangan angan-angan” oleh karena dalam
ceritanya menggambarkan nenek moyang atau orang-orang terdahulu dalam angan-angan.
Dalam hal ini penciptaan semua bentuk wayang selalu disesuaikan dengan watak, sifat, dan
perilaku tokoh-tokoh yang dibayangkan. Seperti tokoh yang memiliki karakter baik
digambarkan dengan berbadan lurus, bermuka tampan, gagah dan berpandangan tajam.
Tokoh jahat digambarkan bentuk tubuh yang besar, kasar, bermuka lebar, berhidung besar,
bermata merah dengan wajah pun berwarna merah dengan rambut gimbal.
Menurut Doktor Th. PIQEUD. Wayang adalah boneka yang dipertunjukkan yaitu wayangnya
itu sendiri. Adapun pertunjukannya ditampilkan dalam berbagai bentuk, dan biasanya
mengandung berbagai wejangan dan nasehat-nasehat berkait dengan sikap hidup yang harus
dijalani manusia di alam mayapada ini. Sedangkan untuk ilustrasi musik pergelaran wayang
ialah dengan musik gamelan slendro.

Menurut R.T. Josowidagdo,wayang berarti “ayang-ayang” atau bayangan sebab yang kita
lihat adalah bayangannya pada kelir yaitu kain putih yang dibentang sebagai pentas
pergelaran wayang. Bayang-bayang wayang muncul karena adanya sinar “belencong” yang
bergantung di atas kepala sang dalang. Ada pula yang mengartikan wayang merupakan
“bayangan angan-angan” oleh karena dalam ceritanya menggambarkan nenek moyang atau
orang-orang terdahulu dalam angan-angan.
Dalam hal ini penciptaan semua bentuk wayang selalu disesuaikan dengan watak, sifat, dan
perilaku tokoh-tokoh yang dibayangkan. Seperti tokoh yang memiliki karakter baik
digambarkan dengan berbadan lurus, bermuka tampan, gagah dan berpandangan tajam.
Tokoh jahat digambarkan bentuk tubuh yang besar, kasar, bermuka lebar, berhidung besar,
bermata merah dengan wajah pun berwarna merah dengan rambut gimbal.
Menurut Doktor Th. PIQEUD. Wayang adalah boneka yang dipertunjukkan yaitu wayangnya
itu sendiri. Adapun pertunjukannya ditampilkan dalam berbagai bentuk, dan biasanya
mengandung berbagai wejangan dan nasehat-nasehat berkait dengan sikap hidup yang harus
dijalani manusia di alam mayapada ini. Sedangkan untuk ilustrasi musik pergelaran wayang
ialah dengan musik gamelan slendro.

PEMBAHASAN

Pembelajaran dan Peningkatan

Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa Pembelajaran
adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala, 2011: 61)
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai yang
baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui
kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya,
motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang ekonominya, dan
lain sebagainya.kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam
pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan
menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar
dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan
didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative
lama dan karena adanya usaha.
Interaksi merupakan ciri utama dari kegiatan pembelajaran, baik
antara yang belajar dengan lingkungan belajarnya, baik itu guru, tema
temannya, tutor, media pembelajaran, atau sumber-sumber belajar yang
lain. Ciri lain dari pembelajaran adalah yang berhubungan dengan
komponen-komponen pembelajaran. Sumiati dan Asra (2009: 3)
mengelompokkan komponen-komponen pembelajaran dalam tiga kategori
utama, yaitu: guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Interaksi
antara tiga komponen utama melibatkan metode pembelajaran, media
pembelajaran, dan penataan lingkungan tempat belajar, sehingga tercipta
situasi pembelajaran yang memungkinkan terciptanya tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya.

Pewayangan dan Jenis Jenis Wayang

Menurut R.T. Josowidagdo,wayang berarti “ayang-ayang” atau bayangan sebab yang kita
lihat adalah bayangannya pada kelir yaitu kain putih yang dibentang sebagai pentas
pergelaran wayang.
MACAM-MACAM JENIS WAYANG
Berbagai macam jenis wayang dijelaskan Raden Mas Sayid. Beberapa yang sudah dikenal
oleh masyarakat adalah:
1. Wayang Purwa
Purwa berarti terdahulu atau yang pertama, oleh karena itu lakon wayang purwa
menggambarkan kisah tentang kitab Mahabarata dengan inti cerita perang “Barata Yuda”
Yaitu perang saudara keturunan Barata, yaitu antara keluarga Pandawa dan Astina yang
memperebutkan kerajaan IAmartapura yang akhirnya dimenangkan oleh keluarga Pandawa.
Cerita wayang Purwa ini pada awalnya berwujud lukisan yang dibuat pada daun lontar oleh
Prabu Jayabaya raja Kediri.
Kemudian di masa kerajaan Majapahit sampai Demak terjadi perubahan bentuk wayang baik
teknik maupun bahan baku pembuatan wayang seperti apa yang kita lihat sampai sekarang.
Yaitu melalui proses pahatan, lukisan dengan bentuk pandang samping terbuat dari kulit
khewan. Menurut R. Samsudjin Proboharjono, jumlah wayang dalam satu kotak berisi kurang
lebih 200 wayang.
2. Wayang Madya
Wayang zaman tengah ini hasil kreatifitas Raja Mangkunegara IV, Surakarta. Isi Ceritanya
merupakan kelanjutan dari cerita wayang purwa, yaitu sesudah pemerintahan Prabu Parikesit
sampai zaman pemerintahan kerajaan Jenggala Kediri. Menurut Raden
Samsudjin, cerita Wayang Madya merupakan saduran dari karangan Pujangga terkenal Raden
Ngabehi Ronggowarsito.
3. Wayang Gedog
Gedog berarti kedok atau topeng. Wayang Gedog diciptakan oleh salah seorang Wali Songo,
yaitu Sunan Giri. Cerita Wayang Gedog juga merupakan lanjutan dari cerita Wayang Madya,
yakni menggambarkan kerajaan Jenggala sampai kerajaan Pajajaran.
Wayang Gedog ini juga menceritakan zaman Kediri (Daha).
4. Wayang Krucil / Wayang Klitik
Krucil berarti kecil-kecil sedangkan klitik mengandung pengertian keras. Wayang Krucil
bentuknya kecil-kecil dibuat dari bahan kayu, berjumlah hanya 70 buah. Ceritanya
Menggambarkan sejarah Kerajaan Pajajaran sampai Kerajaan Majapahit.
5. Wayang Golek
Wayang Golek banyak terdapat di Cepu dan Bojonegoro. Terbuat dari bahan kayu berjumlah
sekitar 70 buah. Ceritanya menggambarkan riwayat Menak yang berhubungan dengan negeri
Arab dan Persia pada zaman awal Islam. Wayang Golek juga terdapat di Jawa Barat.
Bedanya hanya pada penampilan tokoh Bagong yang diganti denga Cepot. Jawa Barat
merupakan daerah khusus wayang golek, terbanyak di daerah Priangan.
6. Wayang Perjuangan / Wayang Suluh
Wayang Perjuangan dinamakan juga Wayang Sandiwara. Cerita wayang ini berupa kebaikan
dan keburukan yang menggambarkan betapa kekejaman kolonialis Belanda selama 350 tahun
menjajah Indonesia, penjajahan Jepang tiga setengah tahun, sampai zaman kemerdekaan.
R.M. Sayid Sala tahun 1944 turut mencipta wayang ini. Ada juga yang memberi nama
wayang Perjuangan atau wayang sandiwara ini dengan nama Wayang Suluh karena
digunakan sebagai media penerangan atau penyuluhan, seperti yang dilakukan Jawatan
Penerangan R.I. / RRI.
Menurut R. Samsoedjin, Wayang Perjuangan atau Wayang Suluh diciptakan oleh Badan
Kongres Pemuda R.I. tahun 1946/1947 di Yogyakarta. Adapun bentuk wayangnya Realistis
tidak mengalami perubahan bentuk sebagai mana wayang kulit atau wayang golek bentuknya
seperti manusia biasa. Menceritakan tentang tokoh-tokoh perjuangan tanah air seperti Bung
Karno, Drs. Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Jendral Sudirman, H.Agus Salim, dll.
7. Wayang Topeng
Para pemeran tokoh wayang ini masing-masing memakai topeng di wajahnya. Sandiwara
semacam ini hampir terdapat di setiap negara. Di Indonesia sandiwara topeng semacam itu
terdapat pada suku-Suku yang tidak terpengaruh oleh kebudayaan Hindu.
Seperti pada suku Dayak di Kalimantan.
8. Wayang Wong / Wayang Orang
Wayang ini sudah dikenal sejak pemerintahan Mangkunegoro IV Surakarta. Isi cerita seperti
pada wayang Purwa. Tokoh-tokoh pelakunya dimainkan oleh orang. Dimainkan di atas
panggung dengan dekorasi seperti sandiwara. Dalang masih berperan aktif dalam wayang ini.
Menurut Mulyadi, dokumen-dokumen resmi tentang asal-usul “wayang orang” tidak ada.
Orang Solo menyatakan bahwa Wayang Orang itu pertama kalinya telah diperintahkan
penyelenggaraannya oleh Mangkunegoro V. Menurut orang Yogya. Wayang Orang itu
ciptaan Hamengkubuwono I. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya ke dua
raja di Solo dan di Yogya itu bukan yang menciptakan melainkan hanya menyempurnakan
saja dengan menyamakan bentuk pakaian yang digunakan oleh pelakon dengan bentuk
wayang kulit baik dalam pakaiannya, maupun bentuk perhiasan pakaiannya yang disesuaikan
dengan gambar wayang kulit.
Awalnya Wayang Orang ini hanya dimainkan di istana oleh keluarga raja, seiring waktu
Karena digemari juga oleh rakyat akhirnya dipergelarkan juga untuk rakyat. Rombongan
terkenal dari Wayang Orang ini beberapa diantaranya adalah, Ngesti Pandowo (Semarang),
Sriwedari (Solo), Cipta Kawedar, dan Bharata (Jakarta).
9. Wayang Beber
Diciptakan pada zaman Majapahit sebagai hasil perkembangan dari relief-relief yang
Terdapat pada Candi Panataran. Isi cerita tak berbeda dengan Wayang Purwa. Wayang beber
terdiri dari adegan-adegan yang dilukis pada kain halus. Sebelumnya dilukis pada kulit kayu
waru. Satu cerita berisi 16 adegan terdiri dari 4 gulung, jadi setiap gulungan terdiri dari 4
adegan.
Berbeda dengan jenis wayang yang lain, wayang beber tidak dipegang oleh sang dalang.
Setelah dibeber sang dalang baru menceritakan dari balik gambar. Lama pertunjukan
biasanya selama 2 jam. Menurut Hartono, Wayang Beber sudah terkenal pada zaman
Majapahit. Dalam buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca menyebutkan, bahwa
pada waktu Raja Hayam Wuruk menjadi raja, Wayang Beber dan Wayang Topeng
merupakan seni pertunjukan yang sudah populer di kalangan rakyat. Tehnik membentangkan
kain layar inilah yang memberi nama Wayang Beber pada seni pertunjukan tersebut.
(beber=bentang).

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, bisa disimpulkan bahwa minat belajar anak tidak terpacu pada
buku atau bahan belajar cetak. Tetapi anak juga lebih suka diberikan cerita – cerita atau
dongeng untuk meningkatkan minat belajar mereka. Manfaat dari pembentukan makalah ini
yaitu : 1) Anak akan tau cerita rakyat yang sekarang sudah hampir punah atau kalah dengan
perkembangan zaman, 2) Anak akan lebih tau cerita rakyat yang mungkin belum pernah dia
ketahui, 3) Anak akanlebih ingin tahu dan mencari informasi sendiri tentang cerita
pewayangan dan itu akan memperkaya pengetahuan budaya anak, 3) Anak akan tahu karakter
masing – masing pewayangan dan akan menerapkan karakter baik dari pewayangan tersebut.

Daftar Pustaka
http://eprints.uny.ac.id/8597/3/bab%202%20-%2008108249131.pdf
Sri Mulyono. 1979. Wayang dan Karakter Manusia. Jakarta:Gunung Agung

http://hgbudiman.wordpress.com/2010/11/12/wayang-dawah-akulturasi-di-masa-madya/
MAKALAH
MENGENALKAN CERITA PEWAYANGAN UNTUK
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR ANAK

Oleh :
Tiara Prihandini
201510080311052

STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

Вам также может понравиться