Вы находитесь на странице: 1из 15

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT CA CERVIX

1. Pengertian
Suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam mengendalikan
kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. (Prawiroharjo, Sarwono: 1994).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak
jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal
dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.
Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually
active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual
pernah menderita kanker ini. Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur,
terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak
mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor
risikonya.

2. Etiologi/ Faktor Predisposisi


Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual
semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda. Hubungan seksual pertama kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
b. Jumlah kehamilan dan partus.
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
d. Infeksi virus.
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

1
e. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
h. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
i. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan
bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang sexually active pernah menderita
infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat
bila wanita tersebut memiliki banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus,
infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak
berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu
pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan
sperma-sperma yang mempunyai pH yang berbeda-beda pada multipatner dapat
merangsang terjadinya perubahan kearah dysplasia.

3. Epidemiologi
Karsinoma serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada perempuan
dan bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada perempuan di Amerika Serikat
(CancerNet, 2001). Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel
skuamosa dan sisanya (10%) adalah adenokarsinoma.
Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus papilloma
manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual. Penelitian epidemiologi diseluruh dunia
menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam perkembangan kanker

2
servikal (Bosch et al, 1995). Factor risiko lain untuk perkembangan kanker servikal
adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang
meningkat, status ekonomi yang rendah, dan merokok. (Sylvia A. Price, 2005).

4. Patofisiologi
Bentuk dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat
seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan laser,kauter,atau bedah
krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan
setelah pengobatan ini. Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi
epithelium masuk dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung
ke dalam jaringan paraservikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang
dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal.Karsinoma servikal invasif
dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale,dan rongga
endometrium ;invasi kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan
metastasis ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk
kanker servik.Karsinoma servikal prainvasif tidak memiliki gejala,namun karsinoma
invasive dini dapat menyebabkan secret vagina tau perdarahan vagina. Walaupun
perdarahan adalah gejala yang signifikan,perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal,
sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis
perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi.
Bersamaan dengan tumbuhnya tumor,gejala yang muncul kemudian adalah nyeri
punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf
lumbosakralis,frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuria, atau perdarahan
rectum.

5. Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh
limfe atau pembuluh darah.

3
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma
melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas
vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium tidak
dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah infiltrat
antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa
rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul
ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah
keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.

Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks

Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat
terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma
insitu.
b. Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma

4
sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks:
 Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan
dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
 Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif
meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium.
 Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus.

Makroskopis
a. Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut.
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

6. Gejala Klinis
a. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan
menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk
kanker serviks ini.
1) Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak
selalu ada.

5
2) Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
3) Menstruasi abnormal (lebih lama dan ebih banyak)
4) Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat,
mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
b. Gejala kanker serviks stadium lanjut.
1) Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan kelelahan
2) Nyeri panggul, punggung dan tungkai
3) Dari vagina keluar air kemih atau feses

7. Pemeriksaan Diagnostik
 Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan prakanker
serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia keras (karsinoma in situ)
dan 76% pada dysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil negatif palsu 5-50%
sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil
positif palsu sebesar 3-15%.
 Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas
seksual sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan tahunan
menunjukkan negative maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan setiap tiga
tahun sekali sampai umur 65 tahun.
 Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu. Alat ini
memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang
mungkin dapat dibiopsi.
 Servikografi
 Pemeriksaan visual langsung
 Gineskopi
 Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
 Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
 Biopsy kerucut.

6
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk
penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
 MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran local dari
tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
 Tes Schiller.
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium, sel yang
sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang abnormal warnanya
menjadi putih atau kuning.
 Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng
dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks
tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

8. Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons
terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala.
Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus
terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah
histerektomi radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

9. Penatalaksanaan

Tingkat Penatalaksaan
0 Biopsi kerucut

Ia Histerektomi trasnsvaginal

I b dan II a Biopsi kerucut

II b , III dan Histerektomi trasnsvaginal


IV

IV a dan IV Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan evaluasi kelenjar


b limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi pasca pembedahan)

7
Histerektomi transvaginal

Radioterapi

Radiasi paliatif

Kemoterapi

10. Komplikasi
a) Berkaitan dengan intervensi pembedahan
1) Vistula Uretra
2) Disfungsi bladder
3) Emboli pulmonal
4) Infeksi pelvis
5) Obstruksi usus
b) Berkaitan dengan kemoterapi
1) Sistitis radiasi Enteritis
2) Supresi sumsum tulang
3) Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
4) Kerusakan membrane mukosa GI
5) Mielosupresi

11. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
a) Mencegah terjadi infeksi HPV
b) Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
c) Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di bawah 18
tahun.
d) Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kelamin atau gunakan
kondom untuk mencegah penularan penyakit
e) Jangan berganti-ganti pasangan seksual
f) Berhenti merokok

8
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang berbau
tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang
dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya
keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke Rumah Sakit
dengan segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
d. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang
demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit menular lain.
f. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

Pengkajian data dasar.


a. Aktivitas dan istirahat
Gejala:
 Kelemahan atau keletihan akibat anemia
 Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
 Adanya faktor-faktor yang memengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas, dan keringat
malam.
 Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat stress
tinggi.

9
b. Integritas ego
Gejala:
Faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyangkal
diagnosis, pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan putus asa.
c. Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut.
 Pada kanker serviks: perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis,
misalnya nyeri.
 Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih, menopause
dini, dan menoragia.
d. Makanan dan minuman
Gejala:
 Pada kanker serviks: kebiasaan diet buruk (misalnya: renah serat, tinggi lemak,
adiktif, bahan pengawet rasa).
 Pada kanker ovarium: dyspepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar
abdomen yang terus meningkat (kanker ovarium).
e. Neurosensori
Gejala: merokok, pemajanan abses.
f. Nyeri atau kenyamanan
Gejala:
Adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyaman ringan sampai nyeri hebat
(dihubungkan dengan proses penyakit), nyeri tekan pada payudara (pada kanker
ovarium).
g. Pernapasan
Gejala: merokok, pemajanan abses.
h. Keamanan
Gejala: pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi.
i. Seksualitas
Gejala: perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah karakteristik, bau),
perdarahan sehabis senggama (pada kanker servix).

10
j. Interaksi sosial
Gejala: ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
k. Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer, riwayat
pengobatan sebelumnya.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi
4. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
5. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan
pemberian kemoterapi.
6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis
dan prognosis yang tak menentu.
7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampak diagnosis kanker terhadap
peran pasien dalam keluarga.
8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubbungan dengan
terbatasnya informasi.

11
3. Rencana Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia .
Tujuan:
Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya komplikasi
perdarahan.
Intervensi :

Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit.


Berikan cairan secara cepat.
Pantau dan atur kecepatan infus.
Kolaborasi dalam pemberian infus

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.
Tujuan:
Masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi:
Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang
ditentukan.
Pantau masukan makanan oleh klien.
Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika dipelukan dan sesuai dengan
diet.
Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.

3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi


Tujuan:
Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan
Anjurkan pasien beristirahat sesuai kebutuhan.
Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotika.

12
4. Resiko tinggi terhaap cedera berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan:
Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
Intervensi :
Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap (Hb
dan Trombosit)
Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan.
Observasi tanda-tanda perdarahan.
Observasi tanda-tanda vital.
Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC ( Trombosit Concentrated)

5. Inteloransi aktifitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan


pemberian kemoterapi.
Tujuan:
Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
Intervensi:
Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi aktifitas.
Bantu pasien merencanakanaktifitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan
yang dialami.
Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
Observasi kemampuan pasien dalam malakukan aktifitas.

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosa malignansi genokologis


dan prognosis yang tak menentu.
Tujuan:
Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat
diatasi.
Intervensi:
Gunakan pendekatan yang tenang dan cipakan suasana lingkungan yang
kondusif.
Evaluasi kempuan pasien dalam mengambil keputusan
Dorong harapan yang realistis.

13
Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai.
Berikan dorongan spiritual.

7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampakdiagnosis kanker terhadap


peran pasien dalam keluarga.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
Intervensi :
Bantu pasien untuk mengedintifikasi peran yang bisa dilakukan didalam keluarga
dan komunitasnya.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan fisik yang spesifik yang
dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya.
Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran
anggota yang sakit.

8. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan


terbatasnya informasi.
Tujuan :
Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi.
Intervensi:
Baringkan pasien diatas tempat tidur.
Kaji kepatenan kateter abdomen.
Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama pengobatan
Jelaskan pada pasien efek yang mungkin dapat terjadi.

14
4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
1. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
2. Kebutuhan Nutrisi dan Kalori pasein tercukupi kebutuhan tubuh
3. Tidak ada tanda-tanda infeksi
4. Pasien bebas dari perdarahan dan hipoksis jaringan
5. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
6. Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai dengan pada tingkat dapat
diatasi.
7. Pasien dapat mengungkapkan dampak dari diagnosa kanker terhadap perannya dan
mendemontrasikan kemampuan untuk menghadapi perubahan peran.
8. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi

15

Вам также может понравиться