Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NIM: 03012164
RS TNI AL Mintohardjo
2
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
I. IDENTITAS
PASIEN
Nama : An. R Suku Bangsa : Betawi
Umur : 1 tahun 5 bulan Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan :-
Alamat : Jl. Almubarok RT 011/06 Cipulir
IBU
Nama : Ny. A Agama : Islam
Umur : 32 tahun Pendidikan : SMP
Suku bangsa : Betawi Pekerjaan : Pedagang
Hubungan dengan orang tua : anak kandung/angkat/tiri/asuh
3
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien, pada Sabtu 20 Mei 2017 pukul 19.00 WIB
KELUHAN UTAMA
Kejang 3 kali 5,5 jam SMRS
KELUHAN TAMBAHAN
Demam dan batuk berdahak 1 hari SMRS, BAB cair 2 hari SMRS
4
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
KELAHIRAN
Tempat Kelahiran Bidan
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi pertama : ibu pasien tidak ingat
Psikomotor
Tengkurap : 5 bulan
Duduk : 12 bulan, tidak bisa duduk sendiri, harus didudukkan ibu
Berdiri :-
Berjalan : - bulan
Bicara : - bulan
Baca dan tulis : - bulan
Perkembangan pubertas :-
Gangguan Perkembangan : pasien belum bisa duduk sendiri
Kesan Perkembangan :
Terdapat keterlambatan tumbuh kembang
5
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
RIWAYAT IMUNISASI
VAKSIN DASAR (umur) ULANGAN (umur)
BCG 1 bulan - - - - -
DPT/ DT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan - - -
Campak 9 bulan - - - - -
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan - - -
MMR - - - - - -
TIPA - - - - - -
Kesan : Imunisasi dasar pasien belum lengkap → belum MMR
RIWAYAT MAKANAN
BUAH/
Umur (Bulan) ASI/ PASI BUBUR SUSU NASI TIM
BISKUIT
0–2 ASI - - -
2–4 ASI - - -
4–6 ASI - - -
6–8 ASI+PASI V v -
8-10 ASI+PASI V v -
10-12 ASI+PASI V v v
Kesan : Pasien mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, berikutnya diikuti PASI secara
bertahap
6
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
RIWAYAT KELUARGA
Corak Produksi
Tgl Lahir Mati
Sex Hidup Lahir Mati Abortus Keterangan
(Umur) (sebab)
S, 5 Perem-
v - - - -
tahun puan
R, 1
Perem-
tahun 5 v - - - Pasien
puan
bulan
DATA KELUARGA
AYAH/ WALI IBU/ WALI
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah Tidak ingat Tidak ingat
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada
Keadaan kesehatan/
Sehat Sehat
penyakit bila ada
7
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
DATA PERUMAHAN
Kepemilikan rumah: Rumah kontrakan
Keadaan rumah:
Rumah berukuran 60m2 1 lantai dengan 2 kamar tidur, ruang tamu, 1 kamar mandi, dan dapur.
Sirkulasi udara di dalam rumah cukup baik, cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah
melalui jendela yang dibuka tiap pagi sampai sore hari. Untuk mandi dan mencuci memakai air
PAM. Untuk minum dan memasak memakai air galon isi ulang yang direbus. Jarak septic tank
ke rumah tidak diketahui. Rumah dibersihkan tiap hari. Sampah rumah tangga dibuang ke
tempat sampah besar berjarak 20 meter dari rumah.
Keadaan lingkungan:
Rumah berada di pemukiman padat penduduk, di dalam gang dengan lebar 1,5 m. Aliran got
terbuka kadang tersumbat dan berbau, tempat pembuangan sampah jauh dari rumah dan tidak
tertutup. Cukup banyak motor yang lalu lalang di depan lingkungan rumah, tetapi asap tidak
sampai ke rumah.
Kesan: Kondisi rumah cukup baik namun lingkungan tempat tinggal sekitar kurang baik.
8
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
Status Gizi : menurut kurva NCHS tinggi badan dibandingkan berat badan
BB/U: (14/10,9) x 100% = 128 %
TB/U: (70/79) x 100% = 88,6 %
BB//TB: (14/8,5) x 100% = 164 %
o Kesan gizi: Obesitas
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
KEPALA
Bentuk dan ukuran : Normocephali
Rambut dan kulit kepala : Warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : Mata tidak tampak cekung, palpebra tidak ada kelainan, konjungtiva anemis -/-, kornea
jernih, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor diameter 2 mm, RCL +/+ RCTL +/+
Telinga : Normotia, nyeri tarik & tekan -/-, liang telinga lapang, membran timpani intak
Hidung : Normosepti, sekret -/-, septum lurus di tengah, nafas cuping hidung (-)
Bibir : sianosis (-), mukosa lembab
Mulut : Mukosa mulut basah
Gigi-geligi : Gigi susu sampai 2 molar pertama atas
Lidah : normoglotia, lidah basah, papil eutrofi
Tonsil : T1-T1 tenang, tidak hiperemis
Faring : permukaan licin, hiperemis (+), arcus faring simetris, uvula di tengah
LEHER :
tidak terdapat pembesaran KGB maupun kelenjar tiroid, kaku kuduk (+)
9
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
THORAKS
Dinding thoraks
I : Bentuk datar, simetris kanan dan kiri dalam keadaan statis dan dinamis
PARU
I : Pergerakan dada simetris kanan dan kiri, tidak ada bagian yang tertinggal, tidak ada retraksi
P : Vocal fremitus sama kuat di kedua lapang paru
P: Sonor di seluruh lapang paru
Batas paru kanan-hepar : Linea midclavikularis dextra setinggi ICS V
Batas paru kiri-gaster: Linea axilaris anterior sinistra setinggi ICS VII
A: Suara nafas vesikuler, wheezing +/+, ronki -/-
JANTUNG
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
P : Batas kanan jantung pada linea parasternalis dextra setinggi ICS III, IV, V
Batas kiri jantung pada linea midclavicularis sinistra setinggi ICS V
Batas atas jantung pada linea parasternalis sinistra setinggi ICS II
A: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
I : bentuk buncit, simetris, tidak tampak pelebaran vena
A : bising usus (+) meningkat
P : supel, turgor kulit kembali cepat, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P: timpani pada seluruh kuadran abdomen
ANUS
Tidak ada kelainan
GENITAL
Jenis kelamin perempuan, diaper rash (+)
ANGGOTA GERAK
10
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
KULIT
Warna kulit sawo matang, kelembapan baik, terdapat ruam makulopapular pada regio colli
sinistra, regio axillaris dextra & sinistra, regio inguinal dextra & sinistra
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Refleks fisiologis : Biceps +/+ , Triceps +/+ , Patella +/+ , Achilles +/+
Refleks patologis : Babinsky -/- , Chaddok -/- , Tanda rangsang meningeal → kaku kuduk (+)
Klonus (+)
IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah tepi (20/5/2017)
Leukosit : 18.700/mm3 (↑) Hitung jenis : Basofil : 0%
Eritrosit : 3,87 juta/mm3(↓) Eosinofil :1%
Hemoglobin : 11,1 g/dl Batang : 0 % (↓)
Hematokrit : 33 % (↓) Segmen : 86 % (↑)
Trombosit : 239.000/mm3 Limfosit : 10 % (↓)
GDS : 130 g/dl Monosit :3%
Na : 126 mmol/L (↓)
K : 2,49 mmol/L (↓)
Cl : 88 mmol/L (↓)
11
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
12
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
V. RINGKASAN
Pasien anak perempuan usia 1 tahun 5 bulan dengan keluhan kejang 3 kali 5,5 jam
SMRS. Keluhan disertai demam dan batuk berdahak 1 hari SMRS, BAB cair 2 hari SMRS.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
somnolen. Tekanan darah 160/90 mmHg, nadi: 149x/menit reguler, pernafasan: 28x/menit, suhu:
36,6oC. Pada status generalis didapatkan faring hiperemis, kaku kuduk (+), wheezing +/+, diaper
rash (+), ruam makulopapular pada regio colli sinistra, region axilla dextra dan sinistra, region
inguinal dextra dan sinistra, klonus (+).
Dari pemeriksaan lab didapatkan leukosit 18.700/mm3, eritrosit 3,87 juta/mm3, Na 126
mmol/L, K 2,49 mmol/L, Cl 88 mmol/L.
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
X. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
IVFD RL 40 tpm → KaEN 3B 20 tpm
13
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
Valium iv 5 mg perlahan
Injeksi Ceftriaxone 1 x 1 gr
Zinkid syr 1 x 1
Probiokid 1 x 1 sach
Paracetamol 200 mg + Diazepam 2 mg → pulv 3 x 1 sach
Non Medikamentosa :
Rawat inap, tirah baring, pasang O2, monitor saturasi
Edukasi mengenai tatalaksana jika pasien kejang dirumah
14
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
LEMBAR FOLLOW-UP
Tanggal
S O A P
Perawatan
Kejang (-), batuk berdahak KU : somnolen Kejang Demam Kompleks O2 2 liter/menit
(+), nafas masih sedikit S: 36,5oC, N: 167 x/mnt, Diare Akut infus RL 40
Minggu sesak, sempat gelisah pada RR: 24 x/mnt, TD: 154/109 Asma Bronkiale tetes/menit → KaEN
21/5/2017 malam hari, pasien dapat Kepala: faring hiperemis (+) Development Delayed 3B 20 tetes/menit
tidur, belum BAB Thorax: wheezing +/+ Diazepam (Valium) 5
Abdomen: dbn mg iv perlahan (bila
Genitalia: diaper rash (+) kejang)
Kulit: ruam makulopapular injeksi Ceftriaxone 1
(+) x 1 gr
Zinkid syr 1 x 1
Probiokid 1 x 1 sach
Paracetamol 200 mg
+ Diazepam 2 mg →
pulv 3 x 1
Pasien sudah bisa makan, KU : CM, tenang Kejang Demam Kompleks O2 2 liter/menit
kejang (-), batuk berdahak S: 36,4oC, N: 183 x/mnt, Diare Akut Nebulizer 2 kali
Senin (+), sering mengantuk, BAB P: 22 x/mnt, TD: 130/90 Asma Bronkiale infus KaEN 3B 20
22/5/2017 cair dari kemarin sampai Kepala: faring hiperemis (+) Development Delayed tetes/menit
pagi ini 5x ada ampasnya, Thorax: wheezing -/- Diazepam (Valium) 5
sesak sudah berkurang Abdomen: dbn
15
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
16
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
Tanggal
S O A P
Perawatan
Kejang (-), batuk (+), mau KU : CM, tenang Kejang Demam Kompleks O2 dilepas
makan dan minum, BAB S: 36,6oC, N: 132 x/mnt, Diare Akut infus RL 10
Selasa sudah mulai RR: 20 x/mnt, TD: 132/80 Asma Bronkiale tetes/menit
23/5/2017 padat/konsistensi lembek 4x Kepala: faring hiperemis (+) Development Delayed injeksi Ceftriaxone 1
dalam sehari, ampas (+) Thorax: wheezing -/- x 1 gr
Abdomen: dbn Luminal 2 x 1
Genitalia: diaper rash sudah Probiotik 1 x 1 gr
berkurang
Zinkid 1 x1
Kulit: ruam makulopapular
Paracetamol 100 mg
sudah berkurang
+ Diazepam 5 mg →
3x1
Pasien dipindah ke
ruang rawat biasa
Kejang (-) batuk (+) BAB KU : CM, tenang Kejang Demam Kompleks infus RL 10
konsistensi lembek 3 x dalam S: 36,8oC, N: 120 x/mnt, Diare Akut tetes/menit
Rabu sehari RR: 20 x/mnt, TD: 128/90 Asma Bronkiale Luminal 2 x 1
24/5/2017 Thorax: wheezing -/- Development Delayed injeksi Ceftriaxone 1
Abdomen: dbn x 1 gr
Genitalia: diaper rash sudah Zinkid 1 x 1
17
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
18
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
ANALISA KASUS
An. R, perempuan, usia 1 tahun 5 bulan, dengan diagnosis Kejang Demam Kompleks +
Diare Akut + Asma Bronkiale + Development Delayed. Diagnosis pada pasien ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien datang dengan
keluhan utama yaitu kejang 3 kali, durasi 2-3 menit, kejang kaku pada tangan dan kaki, dan
setelah kejang pasien mengantuk. Dari anamnesis kita dapat mengarah ke diagnosis kejang
demam kompleks dimana kriteria kejang demam kompleks yaitu: kejang yang berulang/lebih
dari 1 kali dalam 24 jam, bersifat fokal/parsial tetapi bisa juga menjadi kejang umum, terdapat
peningkatan suhu/demam, dan terdapat proses ekstrakranial yaitu faringitis. Epilepsi dapat
disingkirkan karena berdasarkan anamnesis pasien tidak memiliki riwayat mulut berbusa, dan
kejang tidak didahului pencetus. Kejang ec electrolyte imbalance pun dapat dipikirkan karena
pasien memiliki riwayat diare akut dan terdapat hiponatremia dan hipokalemia. Tetapi proses
intrakranial belum dapat disingkirkan karena didapati penurunan kesadaran pada pasien yang
mengarah ke encephalitis, dan ada pula kaku kuduk, yang mengarah ke meningitis. Bukan tidak
mungkin jika terjadi kombinasi keduanya yaitu meningoencephalitis. Tumor otak atau
perdarahan intrakranial pada anak pun belum dapat disingkirkan. Oleh karena itu disarankan
pemeriksaan penunjang yaitu punksi lumbal dan CT Scan.
Diagnosis diare akut dapat ditegakkan pada pasien karena menurut definisi diare adalah:
BAB dengan konsistensi tinja lebih cair dari biasanya, bisa disertai lendir/darah, dengan
frekuensi > 3 kali/hari, pada seseorang yang sebelumnya sehat. Dan gejala-gejala tersebut ada
pada pasien. Tetapi pasien tidak mengalami dehidrasi atau hanya mengalami dehidrasi ringan
karena keadaan umum dan status generalisnya tidak menunjukkan gejala dehidrasi sedang-berat,
makan minum baik dan BAK sering. Oleh karena itu pasien diberikan zinc untuk memperbaiki
mukosa usus dan probiotik untuk menyingkirkan bakteri patogen dan memperbaiki epitel usus,
sehingga mempersingkat lama diare anak dan mencegah diare di kemudian hari.
Asma bronkiale dipikirkan karena terdapat wheezing pada pemeriksaan fisik, dan
development delayed dipikirkan karena pasien belum dapat duduk sendiri, berdiri dan berjalan
padahal usianya sudah 1 tahun 5 bulan, dimana seharusnya seorang anak normal dapat duduk
sendiri di usia 9 bulan, berdiri di usia 9-12 bulan, dan berjalan di usia 12-18 bulan.
19
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu
tubuh dengan cepat hingga > 38ᵒC, dan kenaikan suhu tersebut diakibatkan oleh proses
ekstrakranial. Perlu diperhatikan bahwa demam harus mendahului kejang.
b. Epidemiologi
Data di Indonesia belum ada secara nasional, tetapi sekitar 80 % kejang pada
anak adalah kejang demam simpleks. Sedikit lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibanding perempuan. Umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan-5 tahun, puncaknya pada
usia 14-18 bulan, prognosisnya biasanya sangat baik.
c. Klasifikasi
Secara klinis kejang demam dibagi menjadi:
Kejang demam sederhana/simpleks
Kejang umum tonik, klonik, atau tonik-klonik, anak dapat terlihat mengantuk
setelah kejang
Berlangsung < 15 menit
Tidak berulang dalan 24 jam
Tanpa kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
20
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
d. Etiologi
Terdapat beberapa teori mengenai penyebab terjadinya kejang demam, dua di
antaranya adalah:
Lepasnya sitokin IL-1 beta, atau hiperventilasi yang menyebabkan alkalosis dan
meningkatkan pH otak sehingga terjadi kejang
Genetik, artinya eksitasi neuron yang lebih mudah terjadi sifatnya dapat
diturunkan, oleh karena itu perlu ditanyakan riwayat kejang pada keluarga.
Telah diterangkan di atas bahwa harus ada proses ekstrakranial yang
mendasari timbulnya kejang demam, yang paling sering disebabkan oleh infeksi saluran
napas akut, roseola, infeksi saluran kemih, dan infeksi saluran cerna.
e. Manifestasi Klinis
Demam, dimana kenaikan suhu tubuh pasien cepat
Kejang umum tonik atau tonik-klonik → pada kejang demam sederhana
Kejang fokal atau parsial selama maupun sesudah kejang (misalnya
pergerakan satu tungkai saja) → kejang demam kompleks
Berlangsung < 15 menit → kejang demam sederhana
Berlangsung > 15 menit → kejang demam kompleks
Berulang dalam 24 jam → kejang demam kompleks
Tanda neurologis normal
f. Diagnosis Banding
Kejang karena proses intrakranial, cara membedakannya adalah dari
demamnya: pada proses intrakranial, demam terjadi bersamaan atau setelah kejang.
Pada anak < 1 tahun, diagnosis banding yang harus dipikirkan adalah
meningitis, bayi tampak letargi, ubun-ubun besar menonjol, dan pada pemeriksaan
laboratorium menunjukkan leukositosis. Untuk menegakkan diagnosisnya perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu punksi lumbal.
21
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
g. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit dapat dilakukan
namun tidak rutin, hanya jika ada kecurigaan misalnya anak sebelumnya memiliki
riwayat diare.
Punksi lumbal, untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis.
Tingkat rekomendasi punksi lumbal berdasarkan usia anak:
1. Sangat dianjurkan pada anak < 12 bulan
2. Dianjurkan pada anak usia 12-18 bulan
3. Tidak rutin dilakukan pada anak usia > 18 bulan, kecuali jika tanda meningitis
positif.
EEG tidak rutin dilakukan, namun dianjurkan pada anak usia > 6 tahun.
Foto Rontgen kepala, CT Scan, MRI diindikasikan bila ada kelainan
neurologis fokal, atau papiledema.
h. Penatalaksanaan
Dalam penanganan kejang demam, orang tua harus mengupayakan diri setenang
mungkin dalam mengobservasi anak. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a.) Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi menyamping, bukan
terlentang, untuk menghindari bahaya tersedak.
b.) Jangan meletakkan benda apapun dalam mulut si anak seperti sendok, karena justru
benda tersebut dapat menyumbat jalan napas.
c.) Jangan memegangi anak untuk melawan kejang.
d.) Sebagian besar kejang berlangsung singkat dan tidak memerlukan penanganan
khusus.
e.) Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa ke fasilitas
kesehatan terdekat. Sumber lain menganjurkan anak untuk dibawa ke fasilitas
kesehatan jika kejang masih berlanjut setelah 5 menit. Ada pula sumber yang
menyatakan bahwa penanganan lebih baik dilakukan secepat mungkin tanpa
menyatakan batasan menit.
f.) Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui dokter untuk
meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher, muntah-muntah yang
berat, atau anak terus tampak lemas.6
22
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
Jika anak dibawa ke fasilitas kesehatan, penanganan yang akan dilakukan selain
poin-poin di atas adalah sebagai berikut :
23
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
i. Prognosis
Anak dengan kejang demam memiliki kemungkinan 30-50% mengalami
kejang demam berulang, 75% nya terjadi satu tahun setelah awitan yang pertama. Resiko
rekurensi meningkat jika kejang demam terjadi < 1 tahun, riwayat keluarga kejang atau
epilepsi, cepatnya kejang setelah demam, dan kejang yang terjadi pada suhu yang tidak
terlalu tinggi (38ᵒC).
Dan pada anak yang mengalami kejang demam kompleks resikonya lebih
besar untuk mengalami epilepsi di kemudian hari, terutama jika kejangnya terjadi
sebelum usia 9 bulan dan adanya perkembangan yang terlambat.
24
Status Pasien Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSAL MTH
DAFTAR PUSTAKA
25