Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
resisten terhadap fluorouinolon dan 72% resisten dengan masalah kulit dan pengguna infus. Individu-
terhadap makrolid; 3) sebagian besar isolat masih individu karier yang terpapar ini mempunyai makna
sensitif terhadap tetrasiklin, fusidic acid, rifampisin, klinis karena berresiko lebih tinggi terjadi infeksi
dan gentamisin; 4) strain MRSA yang telah diuji dibandingkan bukan karier.2
12% resisten terhadap mupirosin.2
Selama tahun 2006 di Laboratorium Patologi Penatalaksanaan
Klinik RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) Dr. Kontrol MRSA di Rumah Sakit
Sardjito Yogyakarta diperoleh 3729 isolat kuman,
Komunikasi merupakan hal yang penting untuk
yaitu 1128 dari spesimen darah, 825 dari spesimen
menekan penyebaran MRSA. Pemberitahuan
urin, 957 dari spesimen sputum, dan 819 spesimen
adanya infeksi MRSA ini dapat dilakukan oleh
pus. Proporsi beberapa jenis kuman Gram (+)
pihak rumah sakit kepada unit-unit yang ada di
ternyata cukup signifikan. Spesies yang menonjol
masyarakat ataupun sebaliknya.
adalah S. epidermidis, S. aureus, dan S. viridians.
Strategi “search and destroy” dilakukan di
Dari seluruh spesimen, diperoleh isolat S.
Belanda pada tahun 1989 berhasil menurunkan
epidermidis sebanyak 679 (18,2%), S. aureus 171
kejadian infeksi MRSA dibandingkan pada
(4,6%), dan S. viridians 169 (4,5%). Sehingga ketiga
pertengahan 1980-an. Australia barat melakukan
kuman ini saja sudah mencapai 1019 isolat (27,3%).
kebijakan penapisan dan kontrol infeksi yang
Untuk sediaan darah, S. epidermidis merupakan
agresif untuk menekan penyebaran MRSA dari
isolat yang terbanyak (34,5%). Dari sediaan sputum,
luar negaranya. Denmark melakukan kebijakan
S. viridians juga merupakan isolat yang terbanyak
mengontrol secara ketat peresepan antibiotik untuk
(17,7%), sedangkan S. aureus masuk dalam 5 besar
infeksi, sehingga berhasil menurunkan kejadian
isolat yang ditemukan di darah dan pus.3
MRSA dari 15% pada tahun 1971 menjadi hanya
Morfologi 0,2% pada tahun 1984. Pencarian dan pengobatan
karier secara aktif dapat menurunkan jumlah infeksi
S.aureus merupakan kuman gram positif MRSA pada saat kejadian wabah di Spanyol.5
berbentuk bulat dengan diameter 0,5-0,7 mm
dan mempunyai dinding sel yang terdiri dari Isolasi
peptidoglikan, asam teikoik, fibronectin binding
Walaupun tangan petugas kesehatan merupakan
protein, clumping factors dan collagen binding
jalur utama penyebaran MRSA, infeksi silang
protein. Komponen utama dinding sel adalah
di bangsal masih sulit untuk dicegah. Kuman
peptidoglikan yang menyusun hampir 50% dari berat
stapilokokus dapat sangat mencemari lingkungan
dinding sel.
rumah sakit dan akan melepaskan partikel ke udara.
Peptidoglikan tersusun dari polimer polisakarida
Pasien yang terinfeksi dan jika memungkinkan
(asam N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramik),
karier, harus diisolasi dalam satu ruangan atau jika
polipeptida (L-Ala, D-Glu, L-Lys, D-Ala,
ada di unit isolasi dengan petugas khusus.
D-ala) dan sebuah jembatan pentaglisin. Melalui
Ruang isolasi harus selalu tertutup dan memiliki
katalisis transpeptidase oleh Penicillin-Binding
sistem ekstraksi yang membuang udara dari kamar
Protein (PBP), setiap peptidoglikan akan saling
ke ruang bebas. Hal ini akan mengurangi penyebaran
berikatan dengan peptidoglikan lainnya dengan
antar ruang perawatan. Jika tidak ada unit isolasi
cara merubah rantai alanin agar berikatan dengan
khusus dan terbatasnya kamar pasien, maka
jembatan pentaglisin dari peptidoglikan lainnya.
semua pasien yang terinfeksi atau terkolonisasi
Proses menghasilkan suatu struktur dinding sel
MRSA dirawat dalam satu bangsal dengan petugas
yang padat. Beberapa enzim juga dihasilkan oleh
khusus untuk mengontrol outbreak secara efektif.
S.aureus, diantaranya koagulase, clumping factor,
Hal penting lain yang harus diperhatikan dalam
hialuronidase dan b-laktamase.4
mengontrol infeksi jika tidak ada unit khusus
S.aureus sudah dikenal sebagai penyebab infeksi
isolasi adalah melakukan cuci tangan dengan benar,
sejak tahun 1882 oleh Ogston. Mikroorganisme ini
penggunaan sarung tangan, pakaian pelindung, dan
merupakan flora yang juga ditemukan pada area
pembuangan sampah.
perianal, inguinal, aksila dan hidung (nares anterior).
Sekitar 11-32% individu sehat mempunyai
mikroorganisme ini dan 25% ditemukan pada Penutupan Bangsal
tenaga kesehatan rumah sakit. Persentase tersebut Penutupan bangsal atau unit perawatan perlu
lebih tinggi lagi pada pengguna obat suntik, pasien dilakukan jika isolasi pasien dan perawatan
khusus lainnya gagal mengontrol penyebaran kolonisasi di mulut. Pemberian antiseptik topikal
dan diperkirakan akan menimbulkan risiko serius dapat juga menimbulkan kondisi ekserbasi dan iritasi
pada pasien baru yang masuk untuk perawatan di di kulit. Sehingga pemberiannya harus hati-hati.
rumah sakit tersebut. Namun penutupan sebuah
bangsal akan menimbulkan implikasi yang serius Eradikasi pada hidung
pada pelayanan kesehatan di rumah sakit yang Pengobatan topikal yang paling efektif untuk eradikasi
bersangkutan sehingga perlu adanya faktor-faktor di hidung adalah mupirosin dengan dasar parafin (Bac-
yang harus dipertimbangkan dalam penilaian risiko troban Nasal®) yang dioleskan pada nares anterior 3 x/
jika harus melakukan penutupan. hari selama 5 hari. Namun saat ini ditemukan adanya
Faktor-faktor tersebut adalah: 1) Jumlah kasus. strain MRSA dengan level rendah (MIC 8-256 mg/1)
Banyaknya pasien baru yang menjadi terinfeksi dan level tinggi (>256 mg/1) yang resisten terhadap
MRSA merupakan faktor yang paling penting dalam mupirosin. Strain MRSA level rendah masih dapat
penilaian perkembangan suatu wabah. Pengumpulan berespons terhadap mupirosin. Penggunaan mupiro-
data harus dilakukan secara cepat dan didiskusikan sin yang berulang-ulang dan lama dapat menyebab-
kan munculnya resistensi ini. Agen topikal lain seperti
antara pihak manajemen rumah sakit dan petugas
klorheksidin 1% dan Naseptin® (klorheksidine 1% +
bangsal yang bersangkutan untuk menentukan
neomisin 0,5%) kurang efektif namun dapat menguran-
keputusan yang rasional termasuk kemungkinan gi jumlah organisme di hidung. Agen topikal ini meru-
penutupan bangsal; 2) Strain MRSA. Strain yang pakan alternatif untuk strain yang resisten mupirocin,
resisten terhadap antibiotik akan menimbulkan khususnya pada strain yang diketahui sensitif terhadap
kesulitan dalam terapinya dan di antaranya akan neomysin. Pemberian terapi sistemik dengan rifampi-
mudah menyebar. Adanya strain yang menyebabkan sin dipertimbangkan pada keadaan jika keuntungan-
infeksi yang invasif merupakan indikasi relatif untuk nya lebih besar daripada efek sampingnya. Rifampisin
penutupan suatu bangsal, khususnya pada bangsal harus selalu dikombinasikan dengan agen aktif lainnya
yang berisi pasien dengan status imun yang rendah; untuk melawan MRSA seperti sodium fusidate, sipro-
3) Aktivitas klinis. Ruang perawatan akut yang floksacin, atau trimethroprim untuk mencegah tim-
digunakan untuk area kritis seperti ICU, neonatologi, bulnya resistensi. Kejadian efek samping oleh karena
atau bedah kardiotorak merupakan area yang terakhir rifampisin sangat tinggi, sehingga pasien ha rus diberi-
ditutup ketika terjadi suatu wabah. Ruang perawatan tahu efek samping yang sering terjadi dan disarankan
non-akut, seperti bedah elektif merupakan indikasi untuk menghentikan jika diperlukan.
relatif untuk dilakukan penutupan lebih awal; dan 4)
Jumlah petugas. Jumlah perawat dan petugas lainnya Eradikasi pada mulut
yang sedikit, rendahnya kemampuan, rendahnya Pemberian topikal pada hidung sering kali tidak
hubungan antar profesi, atau jarangnya petugas dapat membersihkan mulut atau sputum. Pemberian
senior yang terlibat dalam manajemen di bangsal mupirosin lebih efektif dibanding dengan naseptin.
akan membuat sia-sia penanganan infeksi. Penutupan Pemberian terapi sistemik seperti yang digambarkan
bangsal disarankan jika terjadi hal seperti ini.1,5 diatas dipertimbangkan dapat diberikan. Dianjurkan
untuk pemberian obat semprot mulut bersama-sama
Pengobatan pada karier MRSA dengan mupirosin hidung untuk eradikasinya.
Pasien dan petugas kesehatan di rumah sakit Eradikasi pada kulit utuh
yang menjadi karier MRSA merupakan sumber
Perbatasan kulit pada tempat infeksi seringkali
dari penyebaran MRSA. Oleh karena itu diperlukan
terkontaminasi oleh S. aureus yang dapat menyebar
suatu usaha untuk mengeradikasi kolonisasi pada
ke tempat lainnya. Jumlah S. aureus dapat berkurang
pasien dan petugas kesehatan tersebut. Pengobatan
dengan mencuci kulit dan rambut dengan sabun
pada karier diberikan pada pasien yang berada di
antiseptik. Reduksi yang progresif dari flora kulit
area dengan risiko klinik rendah, di mana situasinya
dapat dilakukan dengan mandi setiap hari selama 3
mirip dengan situasi di masyarakat dan tidak ada
hari berturut-turut dengan sabun yang mengandung
interaksi dengan unit keakutan. Eradikasi diperlukan
klorheksidin, heksaklorofan, atau povidon-iodin.
juga pada pasien yang akan dipindahkan ke unit
Pemberian emollient (Savlon®) disarankan pada
khusus. Pasien usia lanjut dan lemah yang dalam
pasien dengan problem kulit atau pada usia lanjut.
masa perawatan sesudah operasi atau keadaan sakit
Konsentrat ini dapat membunuh S. aureus yang
berat mungkin tidak dapat menerima obat kombinasi
ada di air mandi. Konsentrat ini kurang efektif
seperti rifampisin dan asam fusidik untuk mengobati
dalam mereduksi kolonisasi kulit dibanding dengan
pemberian langsung sabun antiseptik. Sabun adanya faktor risiko untuk terjadinya CA-MRSA
antiseptik penggunaannya harus hati-hati pada (misalnya gelandangan dan angka kejadian setempat
pasien dengan dermatitis, dan harus dihentikan yang tinggi) selama proses terapi dilakukan.
jika terjadi iritasi kulit. Bubuk heksaklorofan (Ster- Dalam hal ini CA-MRSA harus menjadi salah
Zac 0,33%®) merupakan agen anti- stapilokokus satu diagnosis banding pada pasien dengan SSTI
yang efektif digunakan pada neonatal dan dapat yang datang ke fasilitas kesehatan. Sebelum memulai
digunakan pada aksila dan genital orang dewasa jika terapi antibiotik jika ada indikasi harus dilakukan
ada kolonisasi. Namun jangan digunakan pada area insisi dan drainase atau debridemen pada lesi
kulit yang terluka. kulit yang purulen, abses, atau lesi nekrotik. Perlu
dipertimbangkan juga pemberian agen antibiotik
Eradikasi pada lesi kulit yang melawan aktivitas streptokokus grup A dalam
Mupirosin dengan dasar polyethylene glycol mengobati SSTI di mana ketika CA-MRSA sudah
(Bactroban®) merupakan agen antistafilokokal yang menjadi endemi. Saat ini streptokokus grup A sering
efektif untuk diberikan pada lesi kulit seperti eksim ikut teridentifikasi pada endemi infeksi CA-MRSA.1
dan ulkus dekubitus superfisial kecil. Agen ini tidak
boleh digunakan pada luka bakar yang luas atau Terapi Sistemik Infeksi MRSA
area luka yang tidak beraturan dan banyak karena Pengobatan pasien dengan infeksi MRSA tidak
agen ini bersifat nefrotoksik. Penggunaan yang lama akan berpengaruh besar pada pencegahan penyebaran
harus dihindari untuk mencegah timbulnya resistensi karena antibiotik sistemik yang digunakan hanya
terhadap mupirosin. Eradikasi MRSA pada lesi kulit berpengaruh kecil pada status karier. Penggunaan
harus dilakukan bersama-sama dengan eradikasi antibiogram pada isolat pertama pada pasien sangat
pada tempat lainnya.6,7,8,9 penting untuk memilih terapi yang sesuai. Apalagi
jika pasien tidak melakukan respons klinis yang
CA-MRSA diharapkan.
Kolonisasi S. aureus di hidung telah diketahui Diagnosis pasti dari infeksi yang invasif dapat
sebagai salah satu faktor risiko untuk terjadinya infeksi ditegakkan jika kita dapat memperoleh spesimen
MRSA. Kolonisasi MRSA terdapat juga di tempat yang tepat, seperti pus, jaringan, atau lavase
lain, misalnya aksila, rektum, dan perineum yang bronkoalveolar untuk mengkonfirmasi diagnosis
juga penting dalam perkembangan dan penyebaran mikrobiologik dari infeksi.10,11
infeksi. Regimen yang digunakan untuk melakukan
eradikasi kolonisasi yang ada di masyarakat sama Fluorokuinolon
seperti yang digunakan di rumah sakit. Fluorokuinolon generasi terbaru seperti
levofloksasin dan moksifloksasin memiliki
Strategi penatalaksanaan CA-MRSA kemampuan yang lebih baik sebagai antistafilokokal.
MRSA harus dipertimbangkan dalam diagnosis Kedua obat ini dapat digunakan pada strain yang
banding SSTI yang mungkin disebabkan oleh infeksi resisten terhadap siprofloksacin. Namun penggunaan
S. aureus. Adanya keluhan utama seperti “gigitan kedua agen ini harus hati-hati dan terbatas karena
laba-laba” dari pasien menguatkan kecurigaan kita kemungkinan untuk terjadinya resistensi.
akan adanya infeksi S. aureus. MRSA juga perlu Levofloksasin terdapat dalam sediaan
dipertimbangkan sebagai diagnosis banding pada pemberian oral dan injeksi. Kedua rute pemberian
gejala-gejala lain yang disebabkan oleh infeksi S. ini memiliki kekuatan yang sama. Pada pemberian
aureus, termasuk sindrom sepsis, osteomielitis, oral absorbsinya dipengaruhi adanya makanan
artritis septik, dan pneumonia yang berat, serta yang akan memperpanjang waktu paruh dan kadar
pada sindrom berat yang tidak selalu dihubungkan maksimalnya, sehingga pemberiannya harus dengan
dengan S. aureus, seperti necrotizing fascikulitis jarak 1-2 jam setelah atau sebelum makan. Obat ini
dan purpura yang fulminan. Para klinisi diharapkan akan berikatan dengan protein 24- 38%. Ekskresi
mengumpulkan spesimen untuk dilakukan kutur terbanyak melalui urin. Dosis yang digunakan adalah
pada semua pasien dengan abses atau lesi kulit 750mg/24 jam peroral/intravena selama 7-14 hari.
yang purulen, khususnya pada keadaan infeksi lokal Moksifloksasin terdapat dalam sediaan pemberian
yang berat, adanya tanda-tanda infeksi sistemik. oral dan injeksi, berikatan protein sebanyak 30-50%.
Walaupun antibiotik beta-lactam merupakan obat Dosis pemberiannya 400mg/24 jam peroral/intravena
pilihan utama untuk SSTI, harus dipertimbangkan selama 7-21 hari.11
pneumonia yang didapat dari komunitas (CAP), Proporsi yang tinggi terhadap isolasi MRSA dari
secara empiris linezolid lebih efektif daripada penggunaan trimethoprim-sulphametoxazole telah
ceftriaksone/cefpodoksime, terhadap rata-rata dilaporkan. Pada studi di seluruh wilayah Negara
perbandingannya dalam penanganan pneumonia Spanyol terhadap isolasi dari strain S. aureus,
oleh Streptococcus pneumonia dan pneumonia trimethoprim-sulphametoxazole disebutkan aktif
akibat komplikasi dari bakterimia. Linezolid juga secara in vitro melawan semua MRSA yang berhasil
dapat dipertimbangkan sebagai alternative pengganti diisolasi hampir mencapai 98%.
vancomycin dalam penanganan infeksi yang serius Antagonis folat telah digunakan untuk
yang disebabkan oleh kokus gram positif yang penanganan infeksi stafilokokus selama beberapa
resisten terhadap antimikroba pada anak-anak. dekade. Walaupun telah diganti dengan agen beta
Linezolid juga terbukti dalam penanganan laktam atau vankomisin, namun kemunculan CA-
komplikasi SSTIs (cSSTIs). Secara random, buta MRSA telah memunculkan ketertarikan pada
ganda, percobaan multisenter, linezolid telah penggunaan antagonis folat untuk penanganan
dibandingkan dengan oksacillin-dicloksacillin pada infeksi S. aureus. Kombinasi trimethropin dan
pasien dengan cSSTIs. Rata-rata penyembuhan klinis sulfamethoxazole menghambat biosintesis folat,
menunjukkan 69,8% dan 64,9% dan penyembuhan yang penting untuk biosintesis thymidine, dengan
secara mikrobiologi adalah 88,1% dan 86,1%, pada menghambat 2 enzim yang berbeda. Sulfaramide
grup linezolid dan oksacillin di rumah sakit yang menghambat dihydropteroate synthase dan
lebih singkat dibandingkan dengan menggunakan bersifat bakteriostatik; trimertroprin menghambat
vankomisin. tetrahydrofotate reductase. Kombinasi trimethroprim
Linezolid juga berguna untuk penanganan pasien dan sulfamethoxazole bersifat bakterisidal.
dengan infeksi pada tulang dan persendian yang Resistensi terhadap kotrimoksazol dapat
berkaitan dengan MRSA. Efek samping yang tidak terjadi jika ada mutasi pada enzim target dan dapat
diinginkan dapat terjadi sebagai akibat pemakaian menyebar secara horizontal oleh encoding plasmid
dalam jangka waktu yang lama seperti supresi dari sel yang mengalami mutasi. Kepekaan CA-
sumsum tulang dan neuropat perifer merupakan MRSA terhadap kotrimoksazol masih tinggi sekitar
permasalahan utama. 91,1% yang diambil dari sentra antimicrobial
Linezolid telah digunakan sekali sekali untuk suvillance program. Meskipun kotrimoksazol
pengobatan infeksi sistem saraf pusat, termasuk secara luas dipergunakan untuk infeksi MRSA,
meningitis dan abses otak. Pada percobaan dengan namun hal itu belum diindikasikan oleh US FDA
model binatang, obat ini menunjukkan penetrasi untuk penanganan infeksi S. aureus secara khusus.
yang bagus didalam cairan serebrospinal. Linezolid Hanya 1 penelitian yang bersifat random prospektif
telah sukses digunakan sebagai therapy penyelamat yang meneliti tentang efikasi kotrimoksazol telah
pada kasus meningitis bakteri, ventrikulitis dan juga dipublikasikan.11,13
abses otak.
Secara keseluruhan, linezolid, pada prinsipnya Daptomisin
tidaklah lebih inferior dibandingkan vankomisin Evaluasi pada kumpulan MRSA dalam jumlah
untuk pengobatan infeksi MRSA.12,14 besar mengindikasikan bahwa semua MRSA yang
diuji peka terhadap daptomisin dimana 90% bakteri
Ko-trimoksazole dihambat dengan pemberian 0,5 mcg/mL.
Antagonis folat yang poten, termasuk trimethoprim Penurunan kepekaan terhadap daptomycin telah
-sulphamethoxazole, dalam penanganan infeksi MRSA dilaporkan terjadi pada S. aureus yang diisolasi
telah dipublikasikan oleh Proctor dkk, dan juga oleh dari pasien dengan dan tanpa paparan daptomisin
Grim dkk. Sulfonamid merupakan bakteriostatik sebelumnya. Meskipun vankomisin dan daptomisin
yang melawan S. aureus dengan cara menghambat memiliki mekanikme kerja yang berbeda, di dua
sintesis dihidropteroat dan menghambat biosintesa mekanikme tersebut secara langsung berhubungan
folat. Langkah kedua dalam penghambatan terhadap dinding sel bakteri dan penebalan dinding
biosintesis folat adalah dikeluarkan oleh trimethoprim, mungkin menyediakan barier fisik yang membatasi
penghambat reductase tetrahydrofolate. Kemampuan ikatan obat serta aktivitasnya.
thymidine eksogen dapat mengakibatkan inaktifnya Daptomisin telah terbukti untuk penanganan SSTI
trimethoprim-sulphametoxazole, sebagai jalan pintas yang terkomplikasi (termasuk MRSA), S. aureus
terhadap dua hambatan biosintesis. (MSSA dan MRSA) bakteriemia dan endokarditis
sebagian besar infeksi lainnya disebabkan oleh sulfametoksazol dan sulfadiazine namun tidak
MSSA, Enterobacteriaceae, P. aeruginosa dan bersifat sinergis ataupun antagonis dengan makrolida,
streptococci. Seftobiprol telah disahkan untuk terapi aminoglikosida, kuinolon, β-laktam, trimetoprim,
SSTI dengan komplikasi termasuk infeksi kaki tetrasiklin, dan glikopeptida.
diabetik di Kanada dan Swiss, dan saat ini sedang Iclaprim memiliki sediaan intravena dan oral
ditinjau untuk disahkan oleh yang berwenang di US, dengan bioavailabilitas oral yang sangat baik.
EU, dan Australia.11,13,15 Iclaprim oral mengalami absorbsi cepat dan
metabolism presistemik. Baik sediaan iclaprim
Seftaroline intravena maupun oral mengalami biotransformasi
Seftarolin telah dikenal sebagai salah satu komplit dan ekskresi metabolitnya terutama melalui
sefalosporin spektrum luas yang efekif terhadap urin.
patogen gram negatif dan gram positif. Aktivitas anti Uji klinis fase II Iclaprim menunjukkan hasil
microbial dari Seftarolin serupa dengan aktivitas yang menjanjikan untuk digunakan pada cSSTIs
dari seftriakson tetapi yang membedakannya, yang disebabkan oleh MRSA, dan uji klinis fase III
ceftarolin juga sangat efektif melawan MRSA. untuk indikasi yang sama juga telah diselesaikan.
Sebuah studi acak observer-blinded mengkaji Iclaprim telah berhasil mencapai endpoint primer
keamanan dan khasiat dari seftarolin dibandingkan yang disebut non-inferiority pada uji tingkat
dengan terapi standar pada pasien dengan infeksi kesembuhan dibandingkan dengan linezold dan
kulit komplikata, yang mana tingkat kesembuhan vacomycin. Sampai artikel ini disusun, iclaprim
setelah diberi seftarolin adalah sebesar 96,7% belum mendapat ijin edar dari FDA.
dan untuk terapi standar adalah 88,9%. Tingkat Akhir-akhir ini iclaprim tengah diuji
kesuksesan mikrobiologis dari seftarolin adalah penggunaannya pada VAP, HAP dan jenis-jenis
95,2% sedangkan untuk terapi standar adalah 85,7%, pneumonia nosokomial lainnya.13,14,15
sebagian besar reaksi adverse yang terjadi akibat
seftarolin bersifat ringan dan tidak berhubungan KESIMPULAN
dengan terapi yang diberikan.13,14 Program eradikasi MRSA yang meng-kolonisasi
pasien-pasien sakit kritis di ICU, dikatakan
Karbemenem bermanfaat untuk menghentikan risiko penyebaran
Karbemenem tampaknya juga memilki kuman bersangkutan terhadap lingkungan dan
efektifitas sebagai terapi infeksi MRSA. Tomopenem orang-orang di sekitarnya. Namun program ini tidak
(sebelumnya disebut CS-023) merupakan Iᵝ- spesifik karena belum tersedianya obat definitif baik
metilkarbapenem terbaru yang dapat meng-cover dalam bentuk antimikrobial topikal maupun sistemik
bakteri gram positif dan negatif yang mampu yang dapat membunuh kuman ini secara mapan, dan
menghambat 90% patogen MRSA dan P.aeruginosa mencegah timbulnya kolonisasi ulangan.1
yang telah diisolasi yang mana 4 kali lipat lebih Infeksi serius oleh kuman MRSA sebagai halnya
rendah daripada imipenem dan meropenem.11 telah diuraikan di atas biasanya kerap terjadi pada
pasien-pasien dengan imunodepresi dengan penyerta
Obat Baru Potensial Lainnya faktor-faktor risiko lainnya secara bersama-sama.
Iclaprim (yang sebelumnya dikenal sebagai AR- Dalam hal ini meliputi pasien-pasien di rumah
100, Ro 48-2622) adalah golongan diaminopirimidin sakit terutama perawatan lama di ICU, pemakaian
dhidrofolat reduktase inhibitor. Obat ini efektif fasilitas penunjang medis berkepanjangan seperti
melawan bakteri gram positif termasuk spesies hemodialisis, continuous renal replacement therapy
Enterococus spp dan MRSA, VISA, VRSA dan (CRRT), alat-alat kardiovaskuler invasif (central
bakteri resisten makrolide, strain resisten kuinolon venous catheter, artery line, intra-aortic balloon
dan strain resisten trimetoprim. Di samping itu pump), dan pemakaian ventilator. Pneumonia
iclaprim juga efektif terhadap beberapa strain akibat MRSA merupakan salah satu bentuk infeksi
Streptococcus pneumonia (resisten penisilin, resisten dengan mortalitas tinggi. Kasus-kasus ini ditentukan
eritromisin, resisten levofloksasin, dan resisten oleh tiga faktor seperti: faktor pasien, faktor yang
trimetprim-sulfametoksazol). Selanjutnya iclaprim berkaitan dengan tindakan medis, dan faktor-faktor
secara in vitro efektif terhadap bakteri Gram negatif yang berkaitan dengan lingkungan.
dan bakteri atipik. Resistensinya terhadap golongan β-laktam telah
Iclaprim bekerja sangat sinergis dengan memberi kesulitan dalam menangani infeksi MRSA
di klinik terutama di ICU. Sebagai obat standar yang compliance with hand hygiene. Lancet. 2000; 356:
dimanfaatkan saat ini adalah obat-obat golongan 1307–12.
glikopeptid yakni vancomisin. Namun demikian 8. Dupeyron C, Campillo B, Bordes M, et al. A clini-
akhir-akhir ini ternyata juga telah ditemukan cal trial of mupirocin in the eradication of methicil-
munculnya resistensi terhadap obat bersangkutan, lin-resistant Staphylococcus aureus nasal carriage
yang ke depan mengkhawatirkan prospek terapi in a digestive disease unit. J Hosp Infect. 2002; 52:
menggunakan obat golongan ini. Resistensi terhadap 281–7.
golongan glikopeptid mengindikasikan perlunya 9. Miller MA, Dascal A, Portnoy J, Mendelson J. De-
velopment of mupirocin resistance among methi-
dipertimbangkan pemakaian antibiotik alternatif
cillin-resistant Staphylococcus aureus after wide-
lainnya.2
spread use of nasal mupirocin ointment. Infect
Control Hosp Epidemiol. 1996; 17: 811–3.
Daftar pustaka
10. Fridkin SK, Edwards JR, Pichette SC, et al. Deter-
1. Asensio A, Guerrero A, Quereda C, Lizan M, Mar- minants of vancomycin use in adult intensive care
tinez-Ferrer M. Colonization and infection with units in 41 United States hospitals. Clin Infect Dis.
methicillin-resistant Staphylococcus aureus: asso- 1999; 28: 1119-25.
ciated factors and eradication. Infect Control Hosp 11. Hancock RE. Mechanisms of action of newer anti-
Epidemiol. 1996; 17: 20–8. biotics for Gram-positive pathogens. Lancet Infect
2. Theaker C, Ormond-Walshe S, Azadian B, Soni N. Dis. 2005; 5:209-218.
MRSA in the critically ill. J Hosp Infect. 2001; 48: 12. Rubinstein E, Cammarata SK, Oliphant TH, et al.
98–102. Linezolid (PNU-100766) versus vancomycin in
3. Wijisaksono. Pengelolaan infeksi nasokomial aki- the treatment of hospitalized patients with nosoco-
bat MRSA di ICU, 2007 mial pneumonia: a randomized, double-blind, mul-
4. Law MR, Gill ON. Hospital acquired infection ticenter study. Clin Infect Dis. 2001; 32: 402-412.
with methicillin-resistant and methicillin-sensi- 13. Zurenko GE, Gibson JK, Shinabarger DL, Aristoff
tive staphylococci. Epidemiol Infect. 1988; 101: PA, Ford CW, Tarpley WG. Oxazolidinones: a new
623–9. class of antibacterials. Curr Opin Pharmacol. 2001;
5. Hill DA, Herford T, Parratt D. Antibiotic usage 1: 470-6.
and methicillin-resistant Staphylococcus aureus: 14. Kuter DJ, Tillotson GS. Hematologic effects of an-
an analysis. J Antimicrob Chemother. 1998; 42: timicrobials: focus on the oxazolidinone linezolid.
676–7. Pharmacotherapy. 2001; 21: 1010-1013.
6. Grundmann H, Hori S, Winter B, et al. Risk fac- 15. Petersen PJ, Bradford PA, Weiss WJ, et al. In vitro
tors for the transmission of methicillin-resistant and in vivo activities of tigecycline (GAR-936),
Staphylococcus aureus in an adult intensive care daptomycin, and comparative antimicrobial agents
unit: fitting a model to the data. J Infect Dis. 2002; against glycopeptide-intermediate Staphylococcus
185: 481-488. aureus and other resistant gram-positive patho-
7. Pittet D, Hugonnet S, Harbarth S, et al. Effective- gens. Antimicrob Agents Chemother. 2002; 46:
ness of a hospital-wide programme to improve 2595–601