Вы находитесь на странице: 1из 19

KONSEP & PATOFISIOLOGI

PADA KASUS ASIDOSIS METABOLIK & ASIDOSIS RESPIRATORIK DALAM


KONTEK KEGAWATDARURATAN
Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sistem Kegawatdaruratan II

Disusun oleh :
Melda Nopian Tri Rahayu
AK.1.13.030
Kelas b

STIKes Bhakti Kencana Bandung


Jl. Soekarno-Hatta No. 754 Telp. (022) 7830768 Cibiru – Bandung
Tahun ajaran 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keseimbangan asam-basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+)
pada cairan-cairan tubuh. Kadar H+ normal dari darah arteri adalah 4 x 10-8 mEq/lt atau
sekitar 1 per sejuta kadar Na+. Meskipun kadarnya rendah, H+ yang stabil perlu
dipertahankan agar fungsi sel dapat berjalan normal, karena sedikit fluktuasi mempunyai
efek yang penting terhadap aktifitas enzim seluler. Peningkatan H+ membuat larutan
bertambah asam dan penurunannya membuat bertambah basa. Rendahnya pH
berhubungan tingginya konsentrasi ion hidrogen yang disebut asidosis dan sebaliknya
tingginya pH berhubungan dengan rendahnya konsentrasi ion hidrogen yang disebut
alkalosis. Nilai normal pH darah arteri adalah 7,4 sedangkan pH darah vena dan cairan
interstitisl kira-kira 7,35 sebab ada jumlah ekstra karbon dioksida yang dipakai untuk
membentuk asam karbonat dalam cairan. Batas terbawah dimana seseorang dapat hidup
lebih dari beberapa jam adalah kira-kira 6,8 dan batas teratas kira-kira 8,0.
Asam adalah subtansi yang mengandung satu atau lebih H+ yang dapat
dilepaskan dalam larutan (donatur proton). Dua tipe asam yang dihasilkan oleh proses
metabolik dalam tubuh adalah menguap (volatile) dan tak menguap (non volatile). Asam
volatile dapat berubah antara bentuk cairan maupun gas. Contohnya karbondioksida yang
mampu bereaksi dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi H+
dan HCO3- : CO2+H2O « H2CO3 « H++HCO3- serta bisa diekskresi oleh paru-paru.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah
yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak
bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa. Hal ini penting
untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ tubuh manusia. Gangguan
keseimbangan ini dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu metabolik dan
respiratorik. Ginjal dan paru merupakan dua organ yang berperan penting dalam
pengaturan keseimbangan ini. Asidosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih
merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis merupakan petunjuk
penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan patofisiologis untuk pasien dengan diagnosa asidosis
metabolik atau respiratorik dalam konteks kegawatdaruratan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep asidosis metabolik & asidosis dalam konteks kegawatdaruratan.
2. Mengetahui patofosiologis dari asidosis metabolik atau respiratorik.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Keseimbangan Asam Basa


Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga
7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses
metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem organ
yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2) dan ginjal berperan
dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai komponen
asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai normalnya adalah 40
mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga sebagai
komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau berkurangnya
jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau berkurangnya
jumlah komponen asam
2.2 Pengertian Asidosis
Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya peningkatan asam didalam darah
yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit tertentu yang mana tubuh tidak
bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan asam basa. Hal ini penting
untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ tubuh manusia. Gangguan
keseimbangan ini dapat dikelompokkan dalam dua kelompok besar yaitu metabolik dan
respiratorik. Ginjal dan paru merupakan dua organ yang berperan penting dalam
pengaturan keseimbangan ini. Asidosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih
merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis merupakan petunjuk
penting dari adanya masalah metabolisme yang serius.
Asidosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung
kepada penyebab utamanya. Asidosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan
dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis respiratorik
terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau kelainan pernafasan. Asidosis
Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya
kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga
pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan
lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam
air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma

2.3 Patogenesis
Pada keadaan Asidosis yang berperan adalah sistem buffer (penyangga) pada
referensi ini akan dibahas tentang sistem buffer bikarbonat. Sistem penyangga bikarbonat
terdiri dari larutan air yang mengandung bikarbonat yang terdiri dari larutan air yang
mengandung dua zat yaitu asam lemak (H2CO3) dan garam bikarbonat seperti NaHCO3.
H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O.
CO2 + H2O <—-> H2CO3
Reaksi ini lambat dan sangat sedikit jumlah H2CO3 yang dibentuk kecuali bila
ada enzim karbonik anhidrase. Enzim ini terutama banyak sekali di dinding alveol paru
dimana CO2 dilepaskan, karbonik anhidrase juga ditemukan di sel-sel epitel tubulus
ginjal dimana CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3
H2CO3 berionisasi secara lemah untuk membentuk sejumlah kecil H+ dan
HCO3-
H2CO3 <—-> H+ + HCO3-
Komponen kedua dari sistem yaitu garam bikarbonat terbentuk secara
dominan sebagai Natrium Bicarbonat (NaHO3) dalam cairan ekstraseluler. NaHCO3
berionisasi hampir secara lengkap untuk membentuk ion-ion bicarbonat (HCO3-) dan
ion-ion natrium (Na+) sebagai berikut :
NaHCO3 <—-> Na+ + HCO3-
Sekarang dengan semua sistem bersama-sama, kita akan mendapatkan sebagai
berikut :
CO2 + H2O <—-> H2CO3 <—-> H+ + HCO3- + Na+
Akibat disosiasi H2CO3 yang lemah, konsentrasi H+ menjadi sangat kuat bila
asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam larutan penyangga bicarbonat, peningkatan
ion hidrogen yang dilepaskan oleh asam disangga oleh HCO3 :
H + + HCO3- H2CO3 CO2 + H2O
Sebagai hasilnya, lebih banyak H2CO3 yang dibentuk. Meningkatkan produksi
CO2 dan H2O. Dari reaksi ini kita dapat melihat bahwa ion hidrogen dari asam kuat HCl,
bereaksi dengan HCO3- untuk membentuk asam yang sangat lemah yaitu H2CO3 yang
kemudian membentuk CO2 dan H2O. CO2 yang berlebihan sangat merangsang
pernapasan yang mengeluarkan CO2 dari cairan ekstraseluler. Ini berpengaruh terjadinya
asidosis pada tubuh.

2.4 Asidosis Metabolik


Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan
lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan
cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha
mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam
air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma.
1. Penyebab Asidosis Metabolik
a. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam.Sebagian besar bahan yang
menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah
metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun
dapat menyebabkan asidosis metabolik.
b. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
c. Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari
beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I.
d. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan
menghasilkan asam yang disebut keton.
e. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam
laktat dibentuk dari metabolisme gula.
f. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam
dalam jumlah yang semestinya.Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa
menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi
ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada
penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan
ginjal untuk membuang asam.
Selain itu, asidosis metabolik dapat disebabkan oleh beberapa penyebab umum
seperti :
a. Kegagalan ginjal untuk mengekresikan asam metabolik yang normalnya
dibentuk di tubuh.
b. Pembentukan asam metabolik yang berlebihan dalam tubuh.
c. Penambahan asam metabolik kedalam tubuh melalui makanan
d. Kehilangan basa dari cairan tubuh (faal)
2. Komplikasi Asidosis Metabolik
a. Gagal ginjal
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan
cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau
produksi urine. Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang
menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada
ginjal itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang
berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia.
Terjadinya gagal ginjal disebabkan oleh beberapa penyakit serius yang
diderita oleh tubuh yang mana secara perlahan-lahan berdampak pada kerusakan
organ ginjal. Adapun beberapa penyakit yang sering kali berdampak kerusakan
ginjal diantaranya :
1) Penyakit tekanan darah tinggi (Hypertension)
2) Penyakit Diabetes Mellitus (Diabetes Mellitus)
3) Adanya sumbatan pada saluran kemih (batu, tumor, penyempitan/striktur)
4) Kelainan autoimun, misalnya lupus eritematosus sistemik
5) Menderita penyakit kanker (cancer)
6) Kelainan ginjal, dimana terjadi perkembangan banyak kista pada organ
ginjal itu sendiri (polycystic kidney disease)
7) Rusaknya sel penyaring pada ginjal baik akibat peradangan oleh infeksi
atau dampak dari penyakit darah tinggi. Istilah kedokterannya disebut
sebagai glomerulonephritis.
Adapun penyakit lainnya yang juga dapat menyebabkan kegagalan fungsi
ginjal apabila tidak cepat ditangani antara lain adalah; Kehilangan carian banyak
yang mendadak (muntaber, perdarahan, luka bakar), serta penyakit lainnya
seperti penyakit Paru (TBC), Sifilis, Malaria, Hepatitis, Preeklampsia, Obat-
obatan dan Amiloidosis.
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan kearah yang semakin
buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana
funngsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis serangan gagal
ginjal, akut dan kronik.
b. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
Asidosis Tubulus Renalis adalah suatu penyakit dimana tubulus renalis
tidak dapat membuang asam dari darah ke dalam air kemih secara adekuat.
Asidosis tubulus renalis bisa merupakan suatu penyakit keturunan atau bisa
timbul akibat obat-obatan, keracunan logam berat atau penyakit autoimun
(misalnya lupus eritematosus sistemik atau sindroma Sjögren).
Dalam keadaan normal, ginjal menyerap asam dari darah dan
membuangnya ke dalam air kemih. Pada penyakit ini, tubulus renalis tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan hanya sedikit asam yang dibuang ke
dalam air kemih. Sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam di dalam darah,
keadaan ini disebut asidosis metabolik, yang bisa menimbulkan masalah
berikut:
1) Rendahnya kadar kalium dalam darah
2) Pengendapan kalsium di dalam ginjal
3) Kecenderungan terjadinya dehidrasi
4) Perlunakan dan pembengkokan tulang yang menimbulkan rasa nyeri
(osteomalasia atau rakitis).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya atau hasil pemeriksaan
darah yang menunjukkan tingginya keasaman darah dan rendahnya kadar
kalium darah. Pengobatan tergantung kepada jenis asidosis yang terjadi. Jenis 1
dan 2 diobati dengan meminum larutan bikarbonat (baking soda) setiap hari
untuk menetralkan asam di dalam darah. Pengobatan ini akan meringankan
gejala dan mencegah gagal ginjal serta penyakit tulang atau mencegah
memburuknya penyakit.Juga diperlukan tambahan kalium. Pada jenis 3,
asidosisnya bersifat ringan sehingga tidak diperlukan bikarbonat. Kadar kalium
yang tinggi bisa diatasi dengan minum banyak air putih dan obat diuretik.
c. Ketoasidosis diabetikum
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang
disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis Diabetikum
terjadi pada penderita IDDM (atau DM tipe II)
Penyebab adanya gangguan dalam regulasi Insulin, khususnya pada
IDDM dapat cepat menjadi Diabetik ketoasidosis manakala terjadi
1) Diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa
2) Ketidakseimbangan jumlah intake makanan dngan insulin
3) Adolescen dan pubertas
4) Aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes
5) Stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional.
d. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
Asidosis laktik adalah kondisi yang disebabkan oleh tingkat laktat yang
terlalu tinggi dalam aliran darah dan jaringan, sehingga tubuh tidak mampu
menguraikannya.
Asam laktik dan laktat dibuat saat glukosa diuraikan oleh sel tubuh untuk
membangkit tenaga. Lebih banyak laktat dibuat saat penyediaan oksigen
terbatas, seperti waktu kita berolahraga, atau pada tipe sel tertentu, atau waktu
mitokondria (organel dalam sel yang pada umumnya membangkitkan tenaga)
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Bahan beracun seperti etilen glikol,
overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida.
Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena
diare, ileostomi atau kolostomi.
3. Penatalaksanaan Asidosis Metabolik
Obati penyebab yang mendasari. Manfaat dari koreksi asidosis dalam
ketoasidosis diabetic atau keracunana salisilat masih meragukan. Pada gagal ginjal
kronis asidosis dikoreksi melalui dialysis terhadap cairan dialysis berbahand asar
bikarbonat (aseteat yang diubah jadi bikarbonat pada hati dan otot jug abisa
digunakan).
Defisi bikarbonat bisa dihitung dengan pengukurang kadar bikarbonat serum
di bawah bikarbonat standar normal x 30% berat badan dalam kilogram. Bikarbonat
bisa digunati dalam bentuk larutan natirum bikarbonat 8,4% (kandungan 1
mmol/mL). harus diberikan dengan cepat (50-100 mL) setelah henti jantung yang
menetap karena aritmia sulit dihilangkan pada asidosis.
Berikut beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan pasien
dengan asidosis metabolic:
a. Pantau TTV
b. Kaji tingkat kesadaran
c. Hindari cedera
d. Pantau frekuensi jantung/irama jantung
e. Auskultasi bising usus
f. Identifikasi penyebab dasar
g. Kolaborasi pemeriksaan gas darah arteri
h. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian natrium bikarbonat/natrium laktat,
kalium klorida, fosfat dan kalsium
i. Persiapkan pasien untuk hemodialisa
2.5 Asidosis Respiratorik
Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat. Keadaan ini timbul akibat ketidakmampuan paru
untuk mengeluarkan CO2 hasil metabolisme (keadaan hipoventilasi). Hal ini
menyebabkan peningkatan H2CO3 dan konsentrasi ion hidrogen sehingga menghasilkan
asidosis. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida
dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan
turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang
otak yang mengatur pernafasan, sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih
dalam.
1. Penyebab Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
a. Emfisema
b. Bronkitis kronis
c. Pneumonia berat
d. Edema pulmoner
e. Asma.
2. Komplikasi Asidosis Respiratorik
Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat
yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
a. Emfisema
Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang melibatkan
kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya, tubuh tidak
mendapatkan oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat penderita sulit
bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan sesak napas. Penyebab paling
umum adalah merokok.
Gejala Emfisema ringan semakin bertambah buruk selama penyakit terus
berlangsung. Gejala-gejala emfisema antara lain:
1) Sesak napas
2) Sesak dada
3) Mengurangi kapasitas untuk kegiatan fisik
4) Batuk kronis
5) Kehilangan nafsu makan dan berat
6) Kelelahan
Pencegahan dan Pengobatan: Jika penderita adalah perokok aktif, berhenti
merokok dapat membantu mencegah penderita dari penyakit ini. Jika emfisema
sudah menjalar, berhenti merokok mencegah perkembangan penyakit.
Pengobatan didasarkan pada gejala yang terjadi, apakah gejalanya ringan,
sedang atau berat. Perlakuan termasuk menggunakan inhaler, pemberian
oksigen, obat-obatan dan kadang-kadang operasi untuk meredakan gejala dan
mencegah komplikasi.
b. Bronkitis kronis
Bronkitis kronis adalah penyakit peradangan dari saluran nafas (bronkus)
di paru-paru yang menahun. Ketika saluran nafas mengalami peradangan,
terbentuk dahak tebal di dindingnya, sehingga terjadilah batuk berdahak &
sesak nafas menahun, kadang disertai nyeri dada. Bronkitis kronis paling sering
disebabkan oleh merokok, selain itu dapat juga disebabkan oleh pencemaran
udara dalam waktu lama, misalnya cemaran kimia & debu di udara. Asap rokok
atau pencemaran udara menyebabkan peradangan pada saluran nafas yang
dalam waktu lama akan menyebabkan bronkitis kronis.
Kerusakan paru yang disebabkan oleh bronkitis kronis dapat terlihat pada
pemeriksaan penunjang seperti tes fungsi paru, foto rontgen dada, & tes darah,
yang biasanya diminta oleh dokter. Pengobatan bronkitis kronis sebaiknya
dengan petunjuk dokter. Sehingga, jika mengalami gejala batuk berdahak &
sesak nafas dalam waktu lama, segera berkonsultasi dengan dokter
langganannya. Ketika gejala-gejala tersebut muncul, dokter biasanya akan
meresepkan obat-obat yang bersifat melebarkan saluran nafas sehingga sesak
nafas dapat berkurang, biasanya dapat disertai obat pengencer dahak. Kadang,
diperlukan pemberian oksigen untuk sesak nafas yang berat. Obat antibiotik
biasanya tidak diperlukan dalam pengobatan bronkitis kronis, terkecuali jika
ditemukan infeksi saluran nafas yang menyertai, yang biasanya ditandai dengan
demam & banyak dahak yang berwarna kuning atau hijau.
Cara untuk menghindari terkena bronkitis kronis atau kambuhnya
penyakit tersebut adalah menghindari faktor pencetusnya. Jika bronkitis kronis
disebabkan oleh merokok, berhentilah merokok. Jika disebabkan oleh
pencemaran udara yang menyebabkan peradangan saluran nafas, hindari zat
pencemar udara yang menyebabkan peradangan saluran nafas tersebut. Selain
itu, berolahraga secara rutin dapat membantu memperkuat otot-otot pernafasan
sehingga penderita bronkitis kronis dapat bernafas lebih baik.
c. Pneumonia berat
Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses
infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit
ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara
mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per
menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali
permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada
anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pneumonia Berat
ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas
sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest
indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok
usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran
bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara
untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi
pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan
kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
d. Asma.
Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan;
penyempitan ini bersifat sementara.
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon
terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan memengaruhi
saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan,
seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan
jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya
peradangan (inflamasi) dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini
akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan
penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya
dapat bernapas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara, terutama mastosit diduga
bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di
sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang
menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan
lendir - perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit mengeluarkan
bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai
benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam
rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang
tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan
olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa
memicu dilepaskannya histamin dan leukotrien.
Sel lainnya yakni eosinofil yang ditemukan di dalam saluran udara
penderita asma melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga
menyebabkan penyempitan saluran udara. Asma juga dapat disebabkan oleh
tingginya rasio plasma bilirubin sebagai akibat dari stres oksidatif yang dipicu
oleh oksidan. Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari
saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan
obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
3. Penatalaksanaan Asidosis Respiratorik
Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari
paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada
penderita penyakit paru-paru seperti asma dan emfisema. Pada penderita yang
mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan pernafasan
buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
Intervensi keperawatan yang bisa dilakukan pada Asidosis Respiratorik :
a. Perbaiki ventilasi pernapasan ( melakukan dilator bronkial, antibiotik, O2 sesuai
perintah.
b. Pantau TTV
c. Jaga keadequatan hidrasi (2 – 3 L cairan perhari)
d. Berikan oksigenasi yang adekuat
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat : Narcan, Nabic
f. hati-hati dalam mengatur ventilator mekanik jika digunakan.
g. Monitor intake dan output cairan, TTV, arteri gas darah dan pH.

2.6 Pengukuran Klinis dan Analisis Asidosis


Seseorang dapat membuat diagnosa dari analisis terhadap tiga pengukuran dari
suatu contoh darah arterial : pH, konsentrasi bikarbonat plasma dan PCO2.
Dengan memeriksa pH seseorang dapat menentukan apakah ini bersifat
asidosis jika nilai pH kurang dari 7,4. Langkah kedua adalah memeriksa PCO2 plasma
dan konsentrasi bicarbonat. Nilai normal untuk PCO2 adalah 40 mmHg dan untuk
bicarbonat 24 mEq/L Bila gangguan sudah ditandai sebagai asidisis dan PCO2 plasma
meningkat. Oleh karena itu nilai yang diharapkan untuk asidosis respiratorik sederhana
adalah penurunan pH plasma, peningkatan PCO2 dan peningkatan konsentrasi bicarbonat
plasma setelah kompensasi ginjal sebagian.
Untuk asidosis metabolik akan terdapat juga penurunan pH plasma. Gangguan
utama adalah penurunan konsentrasi bicarbonat plasma. Oleh karena itu pada asidosis
metabolik, seseorang dapat mengharapkan nilai pH yang rendah. Konsentrasi bicarbonat
plasma rendah dan penurunan PCO2 setelah kompensasi respiratorik sebagian.

2.7 Patofisiologi
1. Asidosis Metabolik
Metabolisme sel menghasilkan karbon dioksida (CO2). Oleh suatu proses
intraseluler yang reversible, CO2 bergabung dengan air membentuk asam arang
(H2CO3-). Asam karbon dapat terurai menjadi ion – ion hydrogen dan ion – ion
HCO3- secara reversible. Acidemia merupakan tahap dimana terjadi peningkatan
konsentrasi H+ dan diukur dalam unit pH. Sel memiliki rentang perubahan pH yang
sempit untuk berfungsi secara optimal.
Terdapat dua mekanisme utama bagi sel untuk mempertahankan konsentrasi
H+ yang konstan. Sistem penyangga dari CO2 – HCO3- berperan penting. Respon
utama terhadap asidosis metabolik adalah peningkatan ventilasi, hasilnya berupa
peningkatan ekskresi CO2 melalui proses difusi di paru. Namun hal ini
mengakibatkan pH darah menurun. Selain itu kelebihan H+ dapat dikeluarkan
melalui konversi ke CO2. Formula untuk sistem penyangga yaitu H+ + HCO3- 
H2CO3-  CO2 + H2O. Mekanisme kedua untuk mempertahankan pH adalah dua
respon bertahap dari ginjal. Pertama, ion H+ diekskresikan dalam tubulus proksimal,
dimana ion H+ tersebut bergabung dengan HCO3- untuk membentuk asam arang
(H2CO3-). Pada perbatasan tubular sel, asam arang diubah menjadi CO2 dan Air, lalu
diabsorsi kembali. Kedua, Bikarbonat dapat dibentuk kembali melalui proses reverse
dari sistem penyangga di paru (CO2 + H2O H2CO3  H+ + HCO3-). Oleh
karena itu asidosis metabilok dapat terjadi ketika kedua respon kompensasi ini gagal
atau tidak berjalan.
2. Asidosis Respiratorik
PPOK, emfisema, bronkitis kronik, asma
Penyakit neuromuskular : ALS, paralisis dan disfungsi diafragma, GBS, myasthenia gravis
Disfungsi otot
Gangguan dinding dada
Obesitas
Obstructive Sleep Apneu ( OSA)
Depresi Saraf Pusat

Metabolisme Ventilasi alveolar Kompensasi fisiologi Level elektrolit

↑ kecepatan Kegagalan ventilasi Buffering sel Kompensasi renal Efek kecil : kalsium ke
metab secara cepat mengelevasi hasil terjadi > 3 – 5 hari albumin
menghasilkan ↑ plasma bikarbonat
PCO2
↑ kuantitas ↑ ekskresi ↑ ion serum kalsium
asam volatile & lemak karbon
asam pd renal
nonvolatile
Asidemia

↑ reabsorbsi bikarbonat
Metab lemak &
CO2 dgn air
Respiratori asidosis

Metab lemak &


CO2 dgn air Hiperkalemia
Paru2
mengekresik Secara normal Perub sgnifikan
Asam carbon fraksi volatile tdk trjadi mmpengaruhi
(H2CO3) melalui ventilasi akumulasi asam CO2
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keseimbangan asam-basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen (H+)
pada cairan-cairan tubuh. Kadar H+ normal dari darah arteri adalah 4 x 10-8 mEq/lt atau
sekitar 1 per sejuta kadar Na+. Asidosis adalah suatu keadaan dimana adanya
peningkatan asam didalam darah yang disebabkan oleh berbagai keadaan dan penyakit
tertentu yang mana tubuh tidak bisa mengeluarkan asam dalam mengatur keseimbangan
asam basa. Hal ini penting untuk menjaga keseimbangan fungsi sistem organ tubuh
manusia. Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai
dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui
sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Asidosis Respiratorik
adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida dalam
darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan yang lambat.

3.2 Saran
Penyusunan makalah yang berjudul “Konsep & Patofisiologi Pada Kasus
Asidosis Metabolik & Asidosis Respiratorik Dalam Kontek Kegawatdaruratan” masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran terhadap makalah
yang bersifat membangun agar makalah yang dibuat dapat menjadi lebih baik dan
bermanfaat bagi orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Jevon, Philip. 2012. Pemantauan pasien kritis: Seri Ketrampilan klinis esensial untuk perawat.
Jakarta: Erlangga.
Kowalak, etc. 2006. Buku Ajar Patofisioogi. Jakarta:EGC
Horne, M. M & Swearingen, P. 2000. Keseimbangan Cairan, Elektrolit & Asam Basa, Edisi 2.
Jakarta : EGC
Byrd Jr, Ryland P. MD. 2016. Respiratory Acidosis, Agustus 2016. Emedicine.medscape.com

Вам также может понравиться