Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
berikut membuktikan bahwa kesehatan mental seseorang dimulai pada masa
konsepsi. Berikut ini merupakan hasil dari penelitian :
a. Marc Lehrer ( 300 bayi yang diteliti): stimulasi dini ( berupa suara, musik,
getaran, sentuhan ) setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan
emosional yg lebih baik.
b. Mednick : ada hubungan skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan.
Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada
pada trimester dua dalam kandungan mempunyai resiko yang lebih tinggi
untuk menderita skizofrenia di kemudian hari. Penemuan penting ini
menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada waktu yang tertentu
dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia. Mednick
menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang
menyebutkan bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan
perkembangan neurokognitif sejak dalam kandungan. Beberapa kelainan
neurokognitif seperti berkurangnya kemampuan dalam mempertahankan
perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory,
dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.
Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan
dalam kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan
berat dalam kehidupan, infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat
yang mempengaruhi fungsi otak seperti narkoba. Kelainan neurokognitif
yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala skizofrenia
seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh
dan gangguan emosi.
c. Craig Ramey : Meneliti efek stimulasi dini Bonding dan attachment pada
bayi baru lahir dapat meningkatkan intelegensi bayi 15 – 30 %
2
dari kalangan bawah tetapi juga dari kalangan mahasiswa, pns, pegawai swasta
pejabat dan masyarakat kalangan menengah ke atas. Semua itu terjadi karena
sebagian besar masyarakat menengah ke atas tidak mampu mengelola stress dan
juga bisa disebabkan oleh post power syndrome atau mutasi jabatan. Pada saat
sekarang ini penyakit gangguan jiwa tidak lagi mengenal strata sosial dan usia.
Banyak orang kaya yang terkena gangguan jiwa karena hartanya habis akibat
bencana.
Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan
kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang
mengakibatkan penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan,
gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Tipe
gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang
menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang
kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan
dirinya dan orang lain, seperti mengamuk.
3
a. Masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan kualitas
hidup, yaitu masalah kejiwaan yang berkaitan dengan makna dan nilai-nilai
kehidupan manusia.
b. Masalah psikososial yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul akibat
terjadinya perubahan sosial, meliputi :
1) Psikotik gelandangan
2) Pemasungan penderita gangguan jiwa
3) Masalah anak jalanan
4) Masalah anak remaja (tawuran, kenakalan)
5) Penyalahgunaan narkotik dan psikotropik
6) Masalah seksual (penyimpangan seksual, pelecahan seksual, dll)
7) Tindak kekerasan sosial (kemiskinan, penelantaran tidak diberi nafkah,
korban kekerasan pada anak, dll)
4
pada tahun 2003 mengungkapkan bahwa satu juta orang bunuh diri dalam setiap
tahunnya atau terjadi dalam setiap 40 detiknya. Bunuh diri juga termasuk satu
dari tiga penyebab utama kematian pada usia 15-34 tahun, selain faktor
kecelakaan. Metode bunuh diri yang paling disukai adalah menggunakan pistol,
menggantung diri dan minum racun. Latar belakangnya beragam : asmara,
pekerjaan, cek-cok rumah tangga, ekonomi (perasaan malu terlilit hutang).
5
b. Fokus tidak hanya menangani orang sakit tetapi juga pada peningkatan
kualitas hidup
c. Tenaga kesehatan mempunyai standar global profesionalisme dan
keahlian menjadi kunci
d. Profesi menerapkan MPKP di rumah sakit jiwa dan pelatihan clinical
instruktur (CI) bagi Psiciatryc Nurse
6
8. Trend dan Issue Seputar Dimensi Spritual Keperawatan Jiwa
Pada prakteknya ilmu pengetahuan dan agama tidak lagi bersifat
dikotomis melainkan antara keduanya sudah terintegrasi (saling menunjang).
Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, ilmuwan penemu atom, ilmu
pengetahuan tanpa agama bagaikan orang buta. Tetapi agama tanpa ilmu
pengetahuan bagaikan orang lumpuh.
Merujuk dari pentingnya pengetahuan dan agama tersebut untuk jiwa
yang sehat banyak penelitian dilakukan diantaranya sebuah penelitian yang
mengatakan kelompok yang tidak terganggu jiwanya adalah yang mempunyai
agama yang bagus dan sebaliknya. Karl Jung telah menyimpulkan dari
analisanya bahwa mereka yang menderita penyakit mental mengalami suatu
kekosongan rohani. Terapinya terletak pada siraman keimanan yang kuat.
Menurut Rando (1984) keyakinan agama dapat membantu
menyokong pasien dalam menghadapi krisis kehidupan termasuk kematian.
Dimensi spiritual merupakan hal yang sangat penting diperhatikan dalam
masyarakat Indonesia. Walaupun hal ini sering kali terabaikan. Pengertian
tentang pentingnya memahami kebutuhan spiritual pasien yang dilandasi atas
keyakinan beragama, nilai dan pengalaman kehidupan pasien sering tidak
menjadi fokus tenaga kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sulitnya
menjelaskan secara ilmu aspek spiritual. Tiga kebutuhan spiritual menurut
Randi (1984) adalah mencari arti kehidupan, meninggal secara wajar dan
kebutuhan untuk ditemani pada saat sakratul maut.
7
b. Gangguan mental, emosional atau kejiwaan.
Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting)
hubungan yang patologis diantara anggota keluarga disebabkan oleh
frustasi, konflik, dan tekanan krisis.
c. Gangguan sosial atau lingkungan.
Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan, problem orang
tua, hubungan antar personal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan
hidup, masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga,
penyakit fisik, dan lain-lain).
8
Mengapa Remaja Menyalahgunakan Narkoba ?
a. Budaya Mencari Kenikmatan Sesaat (Hedonistik)
Dewasa ini masyarakat cenderung mudah memakai obat untuk
mengubah suasana hati, sehingga pemakaian jenis narkoba diterima
dengan tangan terbuka. Contoh : rokok, alkohol, dan juga obat penghilang
rasa nyeri yang mudah dibeli. Pesta ulang tahun atau akhir pecan dilalui
dengan minuman beralkohol, rokok, ganja, ekstasi, yang didukung pula
faktor kemudahan untuk memperolehnya.
Remaja mempunyai pola serupa dengan orang dewasa. Umumnya
penyalahgunaan narkoba pada remaja bersifat hedonistik, yakni bertujuan
mencari kesenangan. Alasan yang sering dikemukakan adalah ingin tahu
dan ingin mencari kesenangan atau kenikmatan.
b. Kepribadian Remaja
Romantisme remaja dan nostalgia orang dewasa terhadap masa itu
berada sekitar ekspoitasi masa remaja yang mengandung resiko. Contoh :
berselancar, ngebut, dan mencoba narkoba. Remaja berada diantara masa
kanak – kanak dan dewasa, baik secara biologis maupun psikologis. Di
satu pihak, remaja memiliki kemampuan orang dewasa, tetapi di lain pihak
belum memiliki kewenangan untuk manggunakan kemampuan itu.
Keterbatasan perspektif remaja menyebabkan remaja sulit menunda
pemuasan keinginan seketika, sehingga remaja lebih mirip anak kecil yang
berbadan besar daripada orang dewasa. Penyalahgunaan narkoba
memperburuk keadaan. Narkoba memperlemah kemauan, mendorong
pemuasan keinginan segera, dan melemahkan daya pikir ke depan.
Narkoba memberikan pemuasan keinginan segera, melemahkan
kemampuan untuk berpartisipasi terhadap bahaya dan kemampuan untuk
menangkal kenikmatan sesaat. Remaja yang terlalu dikendalikan dengan
orang tua akan gagal memenuhi fungsi kemandirian orang dewasa,
sehingga ia tidak mampu menghargai dirinya sebagai individu yang
mendiri. Berlainan dengan penampilan luarnya, remaja ini sangat rawan
9
terhadap tekanan kelompok sebaya. Mereka akan menyerahkan diri
terhadap tuntutan orang lain. Mereka akan mencari kebebasan semu dan
kepribadian semu pada teman sebayanya untuk menggantikan fungsi orang
tua.
d. Keterasingan Remaja
Keterasingan adalah adanya hubungan antar remaja dan nilai orang
tua dan masyarakat secara cita – cita , tradisi, dan kerohanian.
Keterasingan dapat diartikan sebagai dimensi spiritual, karena meliputi
penolakan terhadap nilai – nilai yang berharga, yang memotivasi atau
memimpin sesorang melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ada juga
komponen emosional pada keterasingan. Remaja yang terasing adalah
remaja yang marah, yang secara tidak sadar meluapkan perasaan
dikhianati karena merasa nilai – nilainya ditolak. Dengan perkataan lain,
remaja yang terasing adalah remaja yang diabaikan atau tidak dipedulikan
10
oleh keluarga atau masyarakat. Dari keterasingan itu, remaja memilih jalan
untuk mencoba – coba berteman dengan narkoba.
e. Stres
Banyak sekali sumber stres. Pengalaman terhadap stres itu sendiri
merupakan interaksi faktor luar sebagai penyebab stres (disebut stresor)
dan faktor dalam yang disebut keterampilan mengatasi masalah (coping
skills). Orang dengan sejumlah besar stresor, seperti kehilangan, penyakit,
dan trauma dikatakan mengalami banyak stres. Di lain pihak, seseorang
yang kurang terampil mengatasi masalah menganggap dirinya ‘sangat
stres’ dibandingkan orang lain yang lebih terampil mengatasi masalah.
Gejala stres termasuk gelisah dan cemas, mudah tersinggung dan
teragitasi, sulit tidur atau mengalami gangguang tidur, sulit berkonsentrasi,
mengalami gangguan dalam selera makan, dan penyalahgunaan narkoba.
Penelitian membuktikan bahwa lingkungan keluarga yang tidak
berfungsi baik dan kejadian – kejadian yang membuat stres, berkaitan erat
dengan penyalahgunaan narkoba. Penelitian pada sejumlah siswa
penyalahguna yang mengikuti perawatan terapi, menunjukkan tingkat stres
yang tinggi, penilaian diri yang rendah, keluarga yang mereka nilai
sebagai ‘penuh permusuhan dan kebencian’, serta orang tua yang kurang
komunitkatif dan terlalu banyak menuntut.
Tidak semua penyalahguna narkoba datang dari keluarga yang tidak
berfungsi baik. Namun, faktor stres dirumah tidak boleh diabaikan.
Umumnya remaja memakai narkoba guna menghilangkan stres, sebagai
cara untuk mengatasi masalah yang kronis dan tidak ada jalan keluarga.
11
dibangun karena keberhasilan seseorang mengatasi masalah dan
memenangkan tantangan dalam kehidupannya. Seperti halnya individuasi,
motivasi terbentuknya penilaian diri berasal dari dalam. Orang tua
berperang penting dalam membangun penilaian diri. Bimbingan, intruksi,
dan bantuan orang tua yang efektif dan melibatkan diri dalam kehidupan
anak, akan mendukunga terbentuknya penilaian diri.
12
lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa
pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik dan nonfisik.
Trauma non fisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau
masalah keluarga.Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan
psikotik. Klien yang menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara
kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak karuan, dan melakukan
hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti
mengamuk.Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan
merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan
berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
13
Alasan seseorang melakukan pemasungan, yaitu :
1. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit yang
tidak kunjung sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan
keluaga untuk mengamankan lingkungan merupakan penyebab keluarga
melakukan pemasungan (Depkes, 2005).
2. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya bersifat
jangka panjang (Videbeck, 2008). Biaya berobat yang harus ditanggung
pasien tidak hanya meliputi biaya yang langsung berkaitan dengan
pelayanan medik seperti harga obat, jasa konsultasi tetapi juga biaya
spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit dan biaya
akomodasi lainnya (Djatmiko, 2007).
Peran Perawat :
1. Melakukan kegiatan promotif dan penggiat program Indonesia Bebas
Pasung 2019
2. Melakukan preventif di komunitas
14
3. Melakukan case finding klien pasung
4. Menjalankan peran advokasi untuk melindungi HAM pasien pasung
5. Melakukan praktik keperawatan sesuai kewenangan dan peraturan
6. Aplikasi asuhan keperawatan dengan pendekatan transkultural
7. Menangani krisis keluarga dengan pasien pasung
8. Melakukan integrasi dengan institusi pendidikan keperawatan dalam
rangka promotif, preventif dan rehabilitatif
9. Melakukan rujukan ke psikiatri di RSU/ RSJ
15
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, A.I, Sadock B.J. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (I); Jakarta. Widya Medika.
Hamid, A.Y.S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa (I); Jakarta.
Buku Kedokteran ECG.
Shives, L.R. (1998). Basic Consept of Psychiatric-Mental Health Nursing (4); East
Washington Square. Lippincott.
Prihartini, Y. Hotnida, E. Peran Perawat dalam Program Terapi dan Pemberdayaan Pasien
dengan Dual Diagnosis. Bulletin Ilmiah Populer.35-42.
Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT. Refika
Aditama.
Frisch & Frisch. (2002). Psychiatric Mental Health Nursing. (2nd ed). New York:n
Thomson Learning, Inc
16