Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penerbit :Jala permata aksara, Jakarta Puri Gading PGR 160 pondok gede-bekasi
Halaman : 86 – 89
Permusyawaratan Majelis Hakim bersifat rahasia (pasal 17 (3) Undang-undang Np. 14 Tahun
1970).
Dalam hal terdapat 2 (dua) pendapat yang sama, maka Hakim yang kalah suara, juga dalam hal
yang bersangkutan adalah Ketua Majelis, seyogyanya menerima pendapat tersebut. Hakim
yang kalah suara itu dapat menuliskan pendapatnya dalam sebuah buku (catatan Hakim) yang
khusus disediakan untuk maksud itu, yang dikelola oleh Ketua pengadilan negeri dan bersifat
rahasia.
Selanjutnya Indroharto menyatakan “Rapat permusyawaratan itu dihadiri oleh mereka yang
ikut memutuskan sesuatu mengenai perkara yang bersangkutan yaitu ketua sidang dan para
anggota majelis dengan panitera atau panitera pengganti yang ikut duduk bersidang.” Lebih
jauh menurut Philips M. Hadjon menyebutkan “rapat pemusyawaratan itu terdiri para hakim
dan panitera yang diketuai oleh ketua pengadilan tata usaha negara (tingkat pertama) lalu hasil
rapat permusyawaratan dapat berupa penerimaan atau penolakan terhadap gugatan dalam
bentuk suatu penetapan yang diucapkan dihadapan kedua belah pihak yang bersengketa.
Dalam penjelasan pasal 63 ayat (1) dinyatakan “ketentuan ini merupakan kekhususan dalam
proses pemeriksaan sengketa Tata usaha negara.” Kepada hakim diberikan kemungkinan untuk
mengadakan pemeriksaan persiapan sebelum memeriksa pokok sengketa.
Halaman :
Rapat permusyawaratan Hakim (RPH) dilakukan secara tertutup dan rahasia yang di pimpin
oleh ketua Mahkamah. Bila ketua Mahkamah berhalangan memimpin, Rapat pleo dipimpin
oleh wakil ketua Mahkamah. Bila keduanya berhalangan dalam waktu bersamaan, Rapat Pleno
dipimpin oleh ketua sementara yang dipilih dari dan oleh anggota Mahkamah.
PUTUSAN
Putusan diambil dalam RPH yang dihadiri sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang Hakim
konstitusi dan dibaca/diucapkan dalam sidang pleno terbuka untuk umum yang dihadiri
sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang Hakim konstitusi.
Putusan sedapat mungkin diambil secara musyawarah untuk mufakat. Bila tidak dicapai
mufakat bulat, rapat ditunda sampai permusyawaratan berikutnya.
Putusan mahkamah ditandatangani oleh ketua dan hakim yang memeriksa, mengadili, dan
memutus, serta panitera yang mendapingi persidangan.
Bila ketua Mahkamah berhalangan hadir dalam sidang pengucapan putusan, putusan
Mahkamah ditandatangani oleh wakil ketua Mahkamah selaku ketua sidang dan hakim yang
hadir serta panitera yang mendampingi persidangan.
Bagi pemohon dan pihak terkait dengan materi permohonan yang berusaha berkomunikasi
dengan hakim di luar persidangan dengan maksud untuk memengaruhi baik secara lamgsung
maupun tidak langsung terhadap kemandirian hakim dalam memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara dilaporkan oleh hakim yang bersangkutan dalam RPH untuk diambil
tindakan seperlunya sesuai peraturan yang berlaku atau setidak-tidaknya untuk dipergunakan
sebagai bukti mengenai adanya niat yang tidak baik.