Вы находитесь на странице: 1из 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi
baru lahir adalah terjadinya hiperbillirubinemia yang merupakan salah satu kegawatan
pada bayi baru lahir karena dapat menjadi penyebab gangguan tumbuh kembang bayi
(Guyton & Hall, 2006).
Kasus ikterus ditemukan pada ruang neonatus sekitar 60% bayi aterm dan
80% bayi prematur selama minggu pertama kehidupan. Ikterus tersebut timbul akibat
penimbunan pigmen bilirubin tak terkonjugasi dalam kulit. Bilirubin tak terkonjugasi
tersebut bersifat neurotoksik bagi bayi pada tingkat tertentu dan pada berbagai
keadaan ( Suriadi, 2001 ).
Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis atau
patologis. Ikterus fisiologis terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan dan lebih
tinggi lagi pada neonatus kurang bulan sebesar 80%. Ikterus tersebut timbul pada hari
kedua atau ketiga, tidak punya dasar patologis, kadarnya tidak membahayakan, dan
tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus patologis adalah ikterus yang
punya dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut
hiperbilirubinemia. Dasar patologis yang dimaksud yaitu jenis bilirubin, saat timbul
dan hilangnya ikterus, serta penyebabnya. ( WHO, dalam Wicaksono, 2001 )
Neonatus yang mengalami ikterus dapat mengalami komplikasi akibat gejala
sisa yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu, perlu
kiranya penanganan yang intensif untuk mencegah hal-hal yang berbahaya bagi
kehidupan dikemudian hari. Perawat sebagai pemberi perawatan sekaligus pendidik
harus dapat memberikan pelayanan yang terbaik dengan berdasar pada ilmu
pengetahuan yang dimilikinya.
Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi, dilihat dari sisi
penyebabnya kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Fakto yang
dapat dikaitkan dengan kematian bayi endogen dan eksogen adalah kematian endogen
atau yang umum disebut kematian neonatal adalah kamatian bayi yang terjadi pada
bulan pertama setelah dilahirkan, dan pada umumnya disebabkan oleh faktor-faktor
yang dibawa sejak lahir yang diperoleh dari orangtua pada saat kosepsi atau didapat
selama kehamilan. Sedangkan kematian eksogen atau kematian postnatal adalah
kematian bayi yang terjadi setelah usia 1 bulan sampai menjelang usia 1 tahun yang
disebabkan faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar akibat
kurangnya pengetahuan orangtua dalam merawat bayinya. ( Depkes, 2007 )
Menurut WHO 2009 angka kematian bayi negara tetangga tahun 2007 seperti
singapura 3% per 1.000 kelahiran hidup, Malaysia 6,5% per 1.000 kelahiran hidup,
Thailand 17 % per 1.000 kelahiran hidup, Vietnam 18% per 1.000 kelahiran hidup
dan Philipina 26% per 1.000 kelahiran hidup sedangkan angka kemtian di indonesia
cukup tinggi yakni 46,5% per 1.000 kelahiran hidup. ( Depkes, 2011 )
Ikterus merupakan salah satu fenomena yang sering ditemukan pada bayi baru
lahir. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir berkisar antara 25-50% pada bayi cukup
bulan 80% pada bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian penderita dapat bersifat
fisiologis dan sebgian bersifat patologis ( hiperbilirubinemia ) yang dapat
menimbulkan dampak yang buruk ( SDKI, 2011 ).
Dampak buruk yang diderita bayi seperti : kulit kuning sampai jingga, klien
tampak lemah, urine menjadi berwarna gelap sampai berwarna coklat dan apabila
penyakit ini tidak ditangani dengan segera maka akan menimbulkan dampak yang
lebih buruk lagi yaitu kernicterus ( kerusakan pada otak ) yang ditandai dengan bayi
tidak mau menghisap, letargi, gerakan tidak menentu, kejang, tonus otot kaku, leher
kaku. ( Suriadi, 2006 )
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna
untuk memberikan asuhan keperawatan dan kode etik dalam menangani pasien
dengan diagnosa hiperbilirubin. Pada kenyataannya kita lihat dilapangan banyak
pasien hiperbilirubin yang pemberian asuhan keperawatan yang kurang maksimal,
contohnya pada fototerapi, seharusnya mempunyai kontrol atau pengawasan, tetapi
banyak perawat yang lalai dalam hal tersebut. Pada saat pengkajian ditemukan tiga
hari sepuluh bayi yang dirawat inap perinatology dengan diagnosa ikterus
neonatorum, dimana ketiga bayi tersebut sedang fototerapi.

B. PENGERTIAN
Hiperbilirubin adalah warna kuning pada bayi yang ditandai pada kulit,
mukosa akibat akumulasi bilirubin dan diberi istilah jaundice atau ikterus (Bobak,
2004).Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar
nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern icterus kalau
tidak ditanggani dengan baik atau mempunyai hubungan dangan keadaan yang
patologis. Brown menetapkan hiperbilirubin bila kadar bilirubin mencapai 12 mg%
pada cukup bulan dan 15 mg% pada bayi kurang bulan (Harison, et all, 2000).
Hiperbilirubin adalah istilah yang dipakai untuk icterus neonatorum setelah
ada hasil laboratorium yang menunjukan peningkatan kadar serum bilirubin (Iyan,
2009). Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin mencapai
suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern ikterik bila tidak
ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 2005).

C. ETIOLOGI
Menurut Haws Paulette (2007) penyebab hiperbilirubin yaitu :
1. Hemolysis pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan
darah ibu dan anak pada golongan rhesus dan ABO.
2. Gangguan konjugasi bilirubin.
3. Rusaknya sel-sel hepar, obstruksi hepar.
4. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
5. Keracunan obat (hemolysis kimia : salsilat, kortiko steroid, kloramfenikol).
6. Bayi dari ibu diabetes, jaundice ASI.
7. Penyakit hemolitik yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.
Disebut juga icterus hemolitik.
8. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan , misalnya
hiperbilirubin atau karena pengaruh obat-obatan.
9. Bayi imatur, hipoksia, BBLR dan kelainan system syaraf pusat akibat trauma atau
infeksi.
10. Gangguan fungsi hati (infeksi) yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti : infeksi
toxoplasma, shypilis.

Вам также может понравиться