Вы находитесь на странице: 1из 23

Askep Meningitis Aplikasi Nanda NIC NOC

Ana Nurkhasanah Askep KMB

DEFINISI MENINGITIS

Penyakit meningitis adalah infeksi yang terjadi pada selaput otak dan banyak ditemukan kasus pada
anak-anak. Infeksi ini ini juga bisa disebabkan oleh penyakit lain seperti campak, tipus, morbili, gondong,
batuk rejan atau infeksi telinga, dan lain-lain.

Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus meningitis berasal dari cairan
yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut dapat berpindah melalui udara dan
menularkan kepada orang lain yang menghirup udara tersebut.

PENYEBAB MENINGITIS

Meningitis pada umumnya dapat disebabkan oleh bakteri atau virus. Bakteri atau virus yang dimiliki
seseorang biasanya berasal dari penyakit lain atau tertular dari orang yang menderita meningitis.

Bakteri
Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan meningitis dikelompokkan berdasarkan usia penderita,
diantaranya adalah:

 Neonatus sampai 2 bulan: GBS, basili gram negative, missal, Escherichia coli, Liateria
monocytogenes, S. agalactiae (streptokokus gram B).

 1 bulan sampai 6 tahun: Neisseria meningitidis (meningokokus), Streptococcus pneumoniae,


Hib.

 > 6 tahun: Neisseria meningitides, Streptococcus pneumoniae, parotitis (pre-MMR).

 Mycobacterium tuberculosis: dapat menyebabkan meningitis TB pada semua umur. Pling sering
pada anak umur 6 bulan sampai 6 tahun.

Virus

Virus yang dapat menyebabkan meningitis antaralain adalah enterovirus yang menyebabkan 80% kasus
meningitis, CMV, arbovirus, dan HSV.

FAKTOR RISIKO MENINGITIS

Selain penyebab dari bakteri atau virus yang dapat menyebabkan meningitis, terdapat factor risiko tinggi
yang dapat meningkatkan kejadian meningitis antara lain:

 Faktor predisposisi: laki-laki lebih sering disbanding dengan wanita

 Faktor maternal: rupture membran fetal, infeksi metrnal pada minggu terakhir kehamilan

 Faktor imunologi: usia muda, defisiansi mekanisme imun, defek lien karena penyakit sel sabit
atau asplenia (rentan terhadap S. Pneumoniae dan Hib), anak-anak yang mendapat obat-obat
imunosupresi

 Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan dengan
system persarafan

 Faktor yang berkaitan dengan status sosial-ekonomi rendah: lingkungan padat, kemiskinan,
kontak erat dengan individu tang terkena (penularan melalui sekresi pernapasan)
KLASIFIKASI MENINGITIS

Meningitis Purulenta

Meningitis purulenta merupakan radang selaput otak ( araknoidea dan piameter) yang menimbulkan
eksudasi berupa pus, disebabkan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus.

Meningitis Tuberkulosa

Meningitis ini kebanyakan terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari paru.
Meningitis terjadi bukan karena terimfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen,
tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum tulang
belakang atau vertebra yang kemudian pecah ke rongga araknoid (Rich dan McCordeck).

Anak-anak yang ibunya menderita TBC kadang-kadang mendapatkan meningitis tuberkolusa pada bulan-
bulan pertama setelah lahir.

PATHWAY MENINGITIS
TANDA DAN GEJALA MENINGITIS

Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku kuduk. Namun pada anak di bawah
usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi meningen lain mungkin tidak ditemui. Peruban tingkat
kesadaran lazim terjadi dan ditemukan pada hingga 90% pasien.

Pada bukunya, Wong menjabarkan tanda dan gejala dari meningitis berdasarkan golongan usia sebagai
berikut:

Anak dan Remaja

 Awitan biasanya tiba-tiba

 Demam

 Mengigil

 Sakit kepala

 Muntah

 Perubahan pada sensorium

 Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal )


 Peka rangsang

 Agitasi

Selain diatas juga dapat terjadi:

 Fotofobia

 Delirium

 Halusinasi

 Perilaku agresif atau maniak

 Mengantuk

 Stupor

 Koma

 Kekakuan nukal, Dapat berlanjut menjadi opistotonus

 Tanda Kernig dan Brudzinski positif

 Hiperaktif tetapi respons refleks bervariasi

Tanda dan gejala bersifat khas untuk setiap organisme:

 Ruam ptekial atau purpurik (infeksi meningokokal), terutama bila berhubungan dengan status
seperti syok.

 Keterlibatan sendi (infeksi meningokokal dan H. influenzae)

 Drain telinga kronis (meningitis pneumokokal)

Bayi dan Anak Kecil

Gambaran klasik jarang terlihat pada anaka-anak antara usia 3 bulan dan 2 tahun adalah:

 Muntah

 Peka rangsangan yang nyata


 Sering kejang (seringkali disertai dengan menangis nada tinggi)

 Fontanel menonjol

 Kaku kuduk dapat terjadi dapat juga tidak

 Tanda Brudzinski dan Kernig bersifat tidak membantu dalam diagnose

 Sulit untuk dimunculkan dan dievaluasi dalam kelompok usia

 Empihema subdural (infeksi Haemophilus influenza)

Neonatus: Tanda-tanda Spesifik

 Secara khusus sulit untuk didiagnosa

 Manifestasi tidak jelas dan tidak spesifik

 Baik pada saat lahir tetapi mulai terlihatmenyedihkan dan berperilaku buruk dalam beberapa
hari

 Menolak untuk makan

 Kemampuan menghisap buruk

 Muntah atau diare

 Tonus buruk

 Kurang gerakan

 Menangis buruk

 Fontanel penuh, tegang, dan menonjol dapat terlihat pada akhir perjalanan penyakit

 Leher biasanya lemas

Tanda-tanda Nonspesifik yang Mungkin Terjadi pada Neonatus

 Hipotermia atau demam (tergantung pada maturitas bayi)

 Ikterik

 Peka rangsang

 Mengantuk
 Kejang

 Ketidakteraturan pernapasan atau apnea

 Sianosis

 Penurunan berat badan

Dan perlu di ingat bahwa tanda dan gejala diatas bisa jadi adalah manifestasi dari penyakit lain, jadi
harus dilakukan pemeriksaan lebih spesifik untuk mendiagnosis penyakit meningitis.

KOMPLIKASI MENINGITIS

Penyakit meningitis dapat menyebabkan komplikasi yang sangat berat dan dapat menyebabkan
kematian. Berikut adalah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien meningitis.

 Hidrosefalus obstruktif

 Meningococcal septicemia (mengingocemia)

 Sindrom Water Friderichsen (septic syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral)

 SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone)

 Efusi subdural

 Kejang

 Edema dan herniasi serebral

 Cerebral Palsy

 Gangguan mental

 Gangguan belajar

 Attention deficit disorder

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berikut adalah pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis meningitis.

Lumbal Punksi

Dari hasil pemeriksaan lumbal punksi biasanya didapatkan hasil tekanan cairan meningkat, jumlah sel
darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat.

Indikasi Punksi Lumbal:

 Setiap pasien dengan kejang atau twitching baik yang diketahui dari anamnesis atau yang dilihat
sendiri

 Adanya paresis atau paralysis. Dalam hal ini termasuk strabismus karena paresis N.VI

 Koma

 Ubun-ubun besar menonjol

 Kaku kudur dengan kesadaran menurun

 Tuberkulosis miliaris dan spondilitis tuberculosis

 Leukemia

Selain lumbal punksi, dapat dilakukan pemeriksaan lain juga antara lain adalah:

 Kultur swab hidung dan tenggorokan

 Darah: leukosit meningkat, CRP meningkat, U&E, glukosa, pemeriksaan factor pembekuan,
golongan darah dan penyimpanan

 Mikroskopik, biakan dan sensitivitas: darah, tinja, usap tenggorok, urin, rapid antigen screen

 CT scan: jika curiga TIK meningkat hindari pengambilan sample dengan LP

 LP untuk CSS: merupakan kontra indikasi jika dicurigai tanda neurologist fokal atau TIK
meningkat

 CSS pada meningitis bakteri: netrofil, protein meningkat (1-5g/L), glukosa menurun (kadar
serum <50%)
 CSS pada meningitis virus: limfosit (pada mulainya netrofil), protein normal/meningkat ringan,
glukosa normal, PCR untuk diagnosis

 CSS: mikroskopik (pulasan Gram, misal, untuk basil tahan asam pada meningitis TB), biakan dan
sensitivitas.

PENATALAKSANAAN MEDIS PENYAKIT MENINGITIS

Penatalaksanaan efektif untuk meningitis bergantung pada terapi suportif agresif yang dini dan
pemilihan antimikroba empirik yang tepat untuk kemungkinan patogen. Tindakan suportif umum
diindikasikan bagi setiap pasien yang menderita patologi intrakranium berat.

Pasien dengan Meningitis purulenta pada umumnya dalam keadaan kesadaran yang menurun dan
seringkali disertai muntah-muntah atau diare. Untuk menghindari kekurangan cairan/elektrolit, pasien
perlu langsung dipasang cairan intavena. Jika terdapat gejala asidosis harus dilakukan koreksi.

Pengelolaan cairan merupakan hal yang sangat penting pada pasien meningitis. Sindrom sekresi hormon
antidiuretik yang tidak tepat (SIADH, syndrome of inappropriate antidiuretic hormone secretion) terjadi
pada sekitar 30% pasien meningitis, dan jika ditemukan, harus dilakukan pembatasan cairan. Meskipun
demikian, sebuah studi klinis telah membuktikan pentingnya memelihara tekanan perfusi otak yang
adekuat pada penyakit ini.

Pembatasan cairan secara tidak tepat dapat menimbulkan deplesi volume, yang jika ekstrim, dapat
menuju pada ketidakadekuatan volume sirkulasi. Sebaiknya cairan mula-mula dibatasi, sementara
menunggu pemeriksaan elektrolit urin dan serum.

Bila terdapat SIADH, pembatasan cairan sampai dua pertiga cairan pemeliharaan merupakan tindakan
yang tepat, sampai kelebihan hormon antidiuretuk pulih; bila tidak terdapat SIADH, cairan harus
diberikan dalam jumlah yang sesuai dengan derajat kekurangan cairan, dan elektrolit diawasi secara
seksama.

Terapi peningkatan tekanan intrakranium harus diarahkan pada pemeliharaan derajat tekanan perfusi
otak yang adekuat, seperti pada kondisi lain yang dipersulit oleh hipertensi intrakranium. Cara yang ada
bisa termasuk hiperventilasi, pengambilan CSS melalui kateter intraventrikel, atau mungkin pemakaian
obat diuretikosmotik secara hati-hati.

Pada kecurigaan meningitis, antibiotik intravena diberikan secara empiric sementara menunggu hasil
biakan. Pemilihan antibiotik awal didasarkan pada kemungkinan pathogen menurut kelompok usia,
pajanan yang diketahui, dan setiap faktor resiko yang tidak lazim bagi pasien.

Prinsip terapi antimikroba meningitis mencakup pemilihan antibiotik yang bersifat bakterisid terhadap
pathogen yang dicurigai dan yang mampu mencapai konsentrasi CSS setidaknya sepuluh konsentrasi
bakterisid minimal untuk organisme tersebut, karena inilah konsentrasi yang dalam penelitian hewan
telah terbukti berkolerasi dengan sterilisasi CSS paling efektif.

Bila pasien masuk dalam keadaan status konvulsivus, diberikan diazepam 0,5 mg/kg BB/kali IV, dan
dapat diulang dengan dosis yang sama 15 menit kemudian bila kejang belum berhenti. Ulangan
pemberian diazepam berikutnya (yang ketiga kali) dengan dosis sama tetapi diberikan secara IM.

Setelah kejang dapat diatasi, diberikan fenobarbital dosis awal untuk neonatus 30 mg; anak < 1 tahun 50
mg dan anak > 1 tahun 75 mg. Selanjutnya untuk pengobatan rumat diberikan fenobarbital dengan dosis
8-10 mg/kg BB/hr dibagi dalam 2 dosis, diberikan selama 2 hari (dimulai 4 jam setelah pemberian dosis
awal). Hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hr dibagi dalam 2 dosis. Bila tidak tersedia diazepam,
fenobarbital dapat langsung diberikan dengan dosis awal dan selanjutnya dosis rumat.

Penyebab utama meningitis purulenta pada bayi atau anak di Indonesia(Jakarta) ialah H. influenzaedan
pneumoccocus sedangkan meningococcus jarang sekali,maka diberikan ampisilin IV sebanyak 400mg/kg
BB/hr dibagi 6 dosis ditambah kloramfenikol 100mg/kg BB/hr iv dibagi dalam 4 dosis.

Pada hari ke 10 pengobatan dilakukan pungsi lumbal ulangan dan bila ternyata menunjukkan hasil yang
normal pengobatan tesebut dilanjutkan 2 hari lagi. Tetapi jika masih belum dan pengobatan dilanjutkan
dengan obat dan cara yang sama seperti di atas dan diganti dngan obat yang sesuai dengan hasil biakan
dan uji resistensi kuman.

Meningitis paru pada neunatus berbeda,karena biasa dan disebabkan oleh baksil colifom
danstaphylococcus, maka pengobatan pada neonatus sebagai berikut:
Pilihan pertama: Sefalosporin 200mg/kg BB/hr IV dibagi dalam 2 dosis, dikombinasi dengan amikasin
dengan dosis awal 10 mg/kg BB/hr IV,dilanjutkan dengan dosis 15 mg/kg BB/hr atau dengan gentamisin
6 mg/kg BB/hr masing-masing dibagi dalam 2 dosis.

Pilihan kedua : Amphisilin 300-400 mg/kg BB/hr IV dibagi dalam 6 dosis,dikombinasi dengan
kloramfenikol 50 mg/kg BB/hr IV dibagi dalam 4 dosis. Pada bayi kurang bulan dosis kloramfenikol tidak
boleh melebihi 30 mg/kg Bb/hr (dapat terjadi grey baby).

Pilihan selanjutnya kotrimoksazol 10 mg TMP/kg BB/hr IV dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari dilanjutkan
dengan dosis 6 mg TMP/kg BB/hr IV dibagi dalam 2 dosis. Lama pengobatan neonatus adalah 2
hr.Sefalosporin dan kotrimaksozol tidak diberikan pada bayi yang berumur kurang 1 minggu.

Ulangan pungsi lumbal pada meningitis paru anak dilakukan pada hari ke 10 pengobatan sedang pada
neunatus pada hari ke 21. Terapi pilihan pada bayi yang telah mengalami meningitis bakterial dengan
komplikasi hidrocephalus adalah dilakukan pembedahan dengan tujuan untuk pemasangan shunt guna
mengalirkan cerebrospinal fluid yang tersumbat di dalam otak. Ada beberapa jenis shunt antara lain (VP)
ventrikulo peritoneal shunt dan (VA) ventriculoatrial shunt.

Penatalaksanaan pada bayi dengan hidrocehalus adalah pemberian posisi head up dan pengawasan
pemberian cairan yang adekuat.

ASKEP MENINGITIS APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan Keperawatan Meningitis
Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat dari literature-literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tiinggal, dan
lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi dalam memberikan asuhan
keperawatan.
Keluhan Utama

Keluhan utama pasien meningitis biasanya demam, mual dan muntah dan terdapat ciri khas kaku kuduk

Riwayat penyakit masa lalu

Penyakit masa lalu seperti infeksi TBC, virus, dan lain-lain.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP MENINGITIS MENGGUNAKAN 13 DOMAIN NANDA

PROMOSI KESEHATAN

Data Subjektif:

Penyakit yang lalu lalu seperti TBC, infeksi virus dan lain-lain

Pengetahuan tentang penyakit tidak ada

DO:

Alergi ada atau tidak

Status imunisasi lengkap atau tidak

KU biasanya tampak sedang atau berat

TTV: TD biasanya naik atau turun, RR takipnea, bradikardi dan suhu tubuh biasanya meningkat atau
demam

NUTRISI

DS:

BB biasanya menurun

Klien biasanya mengeluh ual dan muntah dan tidak nafsu makan

DO:
Klien tampak mual dan tidak nafsu makan

Jika berat biasanya klien terpasang NGT

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Tidur dan istirahat

DS:

Klien biasanya tidak dapat tidur nyenyak dan sering bangun

DO:

Tampak gelisah

Aktivitas

DS:

Keterbatasan dalam aktivitas dan biasanya membutuhkan bantuan untuk ADLs

ADLsnya biasanya butuh bantuan

Makan, minum, berpakaian, mandi dan toileting biasanya butuh bantuak jika berat

DO:

Risiko cidera saat berativitas

KOOPING DAN TOLERANSI STRESS

DS:

Kemampuan untuk mengatasi rasa takut, rasa sedih dan rasa duka bagaimana?
DO:

Perilaku yang menampakkan rasa cemas, duka, rasa ingin menguasai, rasa takut

KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN

DS:Kebutuhan akan selimut

Klien biasanya demam

DO:

Suhu tubuh biasanya tinggi

Keringat dingin

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG DIAGNOSA


KEPERAWATAN MENINGITIS

Lumbal Punksi

Dari hasil pemeriksaan lumbal punksi biasanya didapatkan hasil tekanan cairan meningkat, jumlah sel
darah putih meningkat, glukosa menurun, protein meningkat.

Selain lumbak punksi dapat dilakukan pemeriksaan penunjang juga sebagai berikut:

 Kultur swab hidung dan tenggorokan

 Darah: leukosit meningkat, CRP meningkat, U&E, glukosa, pemeriksaan factor pembekuan,
golongan darah dan penyimpanan

 Mikroskopik, biakan dan sensitivitas: darah, tinja, usap tenggorok, urin, rapid antigen screen
 CT scan: jika curiga TIK meningkat hindari pengambilan sample dengan LP

 LP untuk CSS: merupakan kontra indikasi jika dicurigai tanda neurologist fokal atau TIK
meningkat

 CSS pada meningitis bakteri: netrofil, protein meningkat (1-5g/L), glukosa menurun (kadar
serum <50%)

 CSS pada meningitis virus: limfosit (pada mulainya netrofil), protein normal/meningkat ringan,
glukosa normal, PCR untuk diagnosis

 CSS: mikroskopik (pulasan Gram, misal, untuk basil tahan asam pada meningitis TB), biakan dan
sensitivitas.

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN MENINGITIS

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit

3. Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan neuromuskular

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN MENINGITIS

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:

Memperlihatkan pengendaian nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 tidak pernah

2 jarang

3 kadang-kadang

4 sering
5 selalu

Indicator 1 2 3 4 5

Mengenali awitan nyeri

Menggunakan tindakan pencegahan

Melaporkan nyeri dapat dikendaikan

Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:

1 sangat berat

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak ada

Indicator 1 2 3 4 5

Ekspresi nyeri pada wajah

Gelisah atau ketegangan otot

Durasi episode nyeri

Merintih dan menangis

gelisah

 memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan

 mempertahankan nyeri pada ….atau kurang (dengan skala 0-10)

 melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis

 mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi factor tersebut

 melaporkan nyeri kepada pelayan kesehatan

 melaporkan pola tidur yang baik


Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan informasi
pengkajian

 Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10.

 Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan efek
sampingnya

 Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien

 Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat perkembangan
pasien

Manajemen nyeri:

 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan factor presipitasinya

 Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu
berkomunikasi efektif

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum, frekuensi,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan
khusus saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang yang harus dihubungi bila mengalami
nyeri membandel.

 Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada perawat jika peredaan nyeri tidak dapat
dicapai

 Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan
strategi koping yang ditawarkan

 Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic narkotik atau oploid (resiko ketergantungan atau
overdosis)

Manajemen nyeri:
 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur

 Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi, terapi)

Aktivitas kolaboratif

 Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (missal, setiap 4 jam
selama 36 jam) atau PCA

Manajemen nyeri:

 Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat

 Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan
perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu

Perawatan dirumah

 Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk perawatan dirumah

 Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan teknologi yang diperlukan dalam pemberian
obat

Diagnosa 2 : Hipertermia berhubungan dengan penyakit

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan termoregulasi yang dibuktikan oleh indicator
sebagai berikut:

1 ganguan eksterm

2 berat

3 sedang

4 ringan
5 tidak ada gangguan

Indicator 1 2 3 4 5

Peningkatan suhu kulit

Hipertermia

Dehidrasi

Mengantuk

Berkeringat saat panas

Denyut nadi radialis

Frekuensi pernapasan

Intervensi Keperawatan (NIC)

Baca juga aktivitas keperawatan untuk “resiko ketidakseimbangan suhu tubuh”

Pengkajian

 Pantau aktivitas kejang

 Pantau hidrasi (turgor kulit, kelembaban membrane mukosa)

 Pantau td, nadi dan pernapasan

 Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan sesuai dengan suhu lingkungan

Untuk pasien bedah:

 Dapatkan riwayat hipertermi maligma, kematian akibat anastesi, atau demam pasca bedah pada
indivudu atau keluarga

 Pantau tanda hipertermi maligna

Regulasi suhu:

 Pantau suhu minima setiap dua jam sesuai dengan kebutuhan


 Pasang alat pantau suhu inti tubuh kontinuou, jika perlu

 Pantau warna kulit dan suhu

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga

 Ajarkan pasien dan keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini
hipertermi

 Regulasi suhu (nic); ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang
diperlukan , jika perlu

Aktivitas kolaboratif regulasi suhu:

 Berikan obat antipiretik, jika perlu

 Gunakan matras dingin dan mandi air

 Hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh jika perlu

Aktivitas lain

 Lepaskan pakaian yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selimut saja

 Gunakan waslap dingin di aksila, kening, tengkuk dan lipat paha

 Anjurkan asupan cairan oral, sedikitnya 2 liter sehari dengan tambahan cairan selama aktivitas
berlebihan atau aktivitas dalam cuaca panas

 Gunakan kipas yang berputar diruangan pasien

 Gunakan selimut pendingin

Untuk hipertermi maligna:

 Lakukan perawatan kedaruratan sesuai dengan protocol

 Sediakan peralatan kedaruratan diarea operasi sesuai dengan protocol

Perawatan dirumah

 Banyak intervensi diatas sesuai diterapkan untuk perawatan dirumah


 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan thermometer

 Kaji suhu lingkungan rumah, bantu untuk mendapatkan kipas angina tau ac jika perlu

Untuk bayi dan anak-anak

 Ajarkan orang tua agar tidak memberikan aspirin untuk demam pada anak-anak dibawah usia 18
thun

 Ajarkan orang tua bahwa tidak perlu selalu mengobati semua jenis demam pada anak-anak.
Sebagai pedoman, demam pada anak yang tidak memiliki riwayat kejang tidak perlu diobati,
kecuali mencapai suhu lebih dari 40 derajat selsius.

 Kompres hangat dapat digunakan untuk mengatasi demam, tetapi dapat meningkatkan rasa
tidak nyaman anak dan dapat menyebabkan anak menangis dan gelisah dan menghambat efek
pendinginan dari kompres tersebut

Untuk lansia

 Ajarkan pasien dan keluarga bahwa lansia lebih berisiko mengalami hipertermi dan dehidrasi

 Ajarkan pasien dan pemberi asuhan/keluarga tanda awal hipertermia atau sangat panas

 Instruksikan untuk menghindari alcohol dan kafein dalam cuaca panas

 Pertimbangkan suhu oral yang lebih tinggi dari 37,2 C atau peningkatan 0,8-1,1 sebagai demam
pada lansia

 Jangan melakukan pemeriksaan suhu rectum pada klien yang mengalami dimensia karena dapat
mengundang rasa marah

 Ajarkan klien lansia untuk menghubungi dokter perawatan primer jika mereka mengalami
demam

Diagnosa 3 : Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan
neuromuskular

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)


Setelah diberikan perawatan pasien akan:

 Mencapai mobilitas ditempat tidur, yang dibuktikan oleh pengaturan posisi tubuh; kemauan
sendiri, performa mekanika tubuh, gerakan terkoordinasi, pergerakan sendi aktif, dan mobilitas
yang memuaskan

 Mendemonstrasikan mobilitas, yang dibuktikan dengan indicator sebagai berikut:

1 gangguan eksterm

2 berat

3 sedang

4 ringan

5 tidak mengalami gangguan

Indicator 1 2 3 4 5

Koordinasi

Performa posisi tubuh

Pergerakan otot dan sendi

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian

 Lakukan pengkajian mobilitas pasien secara terus menerus

 Kaji tingkat kesadaran

 Kaji kekuatan otot dan mobilitas sendi

Penyuluhan untuk pasien/keluarga

 Latih rentang pergerakan sendi aktif dan pasif untuk memperbaiki kekuatan dan daya tahan otot

 Latih teknik membalik dan memperbaiki kesejajaran tubuh


Aktivitas kolaboratif

Gunakan ahli terapi fisik/okupasi sebagai sumber dalam penyusunan rencana untuk mempertahankan
dan meningkatkan mobilitas ditempat tidur

Aktivitas lain

 Tempatkan tombola tau lampu pemanggil bantuan ditempat yang mudah diraih

 Berikan alat bantu, jiak perlu

 Berikan penguatan positif selama aktivitas

 Lakukan tindakan pengendalian nyeri sebelum memulai latihan atau terapi fisik

 Pastikan rencana perawatan mencakup jumlah persona yang dibutuhkan untuk membalik posisi
pasien

Itulah askep meningitis aplikasi nanda nic noc yang dapat saya sampaikan mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi anda.

Sumber:

Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi
Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.

Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domain-nanda/ di edit oleh


admin portalperawat.com.

Вам также может понравиться