Вы находитесь на странице: 1из 26

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
Materi : Hidrolisa Pati
Kelompok : 4 Kamis
Anggota
Eka Puspita Ning Rahayu NIM:21030115120049
Divan

Triana

Semarang, 2016
Mengesahkan,
Asisten

Ihdina Sulistianingtias

i
RINGKASAN

Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan
banyak digunakan pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan
yang diproses, kertas, makanan ternak, farmasi dan bahan kimia serta industri
nonpangan seperti tekstil, detergent, kemasan dan sebagainya.
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glukosidik.
Berbagai macam pati tidak sama sifat nya, tergantung dari panjang rantai C –
nya serta lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati termasuk dalam
polisakaridayang merupakan polimer glukosa, yang terdiri atas amilosa dan
amilopektin. Amilosa merupakan bagian polimer linier dengan ikatan α-(1,4) unit
glukosa yang merupakan rantai linear.
Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air.
Reaksi ini adalah orde satu, karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga
perubahan reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat dilakukan
menggunakan katalisator H+ yang dapat diambil dari asam.
Dari hasil percobaan, kadar 5% suspensi pati memiliki konversi yang
lebih besar dibanding dengan kadar 7% suspensi pati. Hal ini disebabkan karena
pada kadar yang lebih tinggi memiliki kekentalan yang lebih tinggi juga sehingga
pergerakan molekulnya semakin lambat dan mengakibatkan konversi menjadi
kecil. Sedangkan harga k (konstanta kecepatan reaksi) pada variabel 1 (5%
suspensi pati) lebih tinggi dibanding dengan variabel 2 karena tumbukan pada
variabel 1 lebih banyak dibanding variabel 2. Mekanisme katalis H2SO4 terjadi
ketika ion H+ dari katalis akan menyerang struktur pati dan mengakibatkan
ketidakstabilan pada pati sehingga pati dengan mudah bereaksi dengan air.
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa kadar 5%
suspensi pati memiliki nilai konversi dan harga yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kadar 7% suspensi pati pada hidrolisa pati. Sarannya sebaiknya
percobaan hidrolisa pati dilakukan dengan metode lainnya untuuk mengetahui
perbedaan dari pati termodifikasi lainnya.

ii
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat membuat Laporan Praktikum
Proses Kimia dengan materi Hidrolisa pati dengan lancar dan sesuai dengan
harapan kami.
Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada Allah SWT, asisten
kami yang telah membimbing kami sampai dalam pembuatan laporan sehingga
laporan ini dapat terselesaikan. Kepada teman-teman yang telah membantu
baik dalam segi waktu maupun motivasi apapun kami mengucapkan terima
kasih.
Laporan ini merupakan laporan terbaik yang saat ini dapat kami ajukan,
namun kami menyadari pasti ada kekurangan yang perlu kami perbaiki. Maka
dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... i
RINGKASAN ......................................................................................................... ii
PRAKATA ............................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan Percobaan .......................................................................................... 1
1.3 Manfaat Percobaan ........................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
II.1 Pengertian Pati .............................................................................................. 3
II.2 Amilosa dan Amilopektin ............................................................................. 3
II.3 Hidrolisa Pati ................................................................................................ 3
II.4 Modifikasi Pati .............................................................................................. 5
II.5 Variabel yang Berpengaruh .......................................................................... 5
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN .............Error! Bookmark not defined.
III.1. Bahan dan Alat yang digunakan ................Error! Bookmark not defined.
III.1.1 Bahan ...................................................Error! Bookmark not defined.
III.1.2 Alat .......................................................Error! Bookmark not defined.
III.2. Gambar Alat Utama .................................................................................... 7
III.3. Prosedur Percobaan .................................................................................... 9
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN .................................... 12
IV.1. Pengaruh % suspensi terhadap konversi .................................................. 12
IV.2. Pengaruh % suspensi terhadap konstanta kecepatan reaksi ..................... 13
IV.3. Mekanisme Katalis H2SO4 ...................................................................... 14
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 15

iv
V.1. Kesimpulan ................................................................................................ 15
V.2. Saran .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13
LEMBAR PERHITUNGAN ................................................................................. 13

v
DAFTAR TABEL

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Diagram Standarisasi Larutan Fehling ........................................... 7


Gambar 3.2. Diagram Hidrolisis Pati .................................................................. 7
Gambar 3.3. Diagram Penetuan Kadar Pati Awal ............................................... 9
Gambar 3.4. Rangkaian alat hidrolisis................................................................. 9
Gambar 4.1. Grafik hubungan Xa dengan waktu (t) ........................................ 12
Gambar 4.2. Grafik hubungan ln{1/(1-Xa)} dengan waktu (t) ......................... 13
Gambar 4.3. Mekanisme hidrolisis dengan katalisator asam ............................ 14

vii
DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN SEMENTARA

LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

LEMBAR PERHITUNGAN

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pati dan juga produk turunannya merupakan bahan yang multiguna dan
banyak digunakan pada berbagai industri antara lain pada minuman, makanan
yang diproses, kertas, makanan ternak, farmasi dan bahan kimia serta industri
nonpangan seperti tekstil, detergent, kemasan dan sebagainya. Dalam industri
makanan sebagai pembentuk gel dan encapsulating agent. Dalam industri kertas
digunakan sebagai zat aditive seperti wet-end untuk surface size dan coating
binder, bahan perekat, dan glass fiber sizing. (Chiu & Solarek, 2009)
Berbagai varian pati didasarkan pada perbedaan struktural, kandungan
amilosa, amilopketin, protein dan lipid. Secara umum kandungan pati yang utama
yaitu polimer anhidroglukosa meliputi amilosa dan amilopketin, keduanya diikat
dengan ikatan α(1,4) dalam segmen linear, serta ikatan α(1,6) di titik percabangan.
Amilopektin merupakan kandungan utama pati, berkisar 70-80% dan berpengaruh
pada physiochemical serta cita rasa pati (Dona, Pages, & Kuchel, 2010)

Pada reaksi hidrolisa biasanya dilakukan dengan menggunakan katalisator


asam seperti HCl (asam klorida). Bahan yang digunakan untuk proses hidrolisis
adalah pati. Di indonesia banyak dijumpai tanaman yang menghasilkan pati.
Tanaman-tanaman itu seperti seperti padi, jagung, ketela pohon, umbi-umbian,
aren dan sebagainya.

1.2 Tujuan Percobaan

1. Mempelajari pengaruh % suspensi pati terhadap konversi hidrolisa pati.


2. Menghitung konstanta kecepatan reaksi dan menganalisa pengaruh
% suspensi terhadap konstanta kecepatan reaksi.

1
1.3 Manfaat Percobaan

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh % suspensi pati terhadap konversi


hidrolisa pati.
2. Mahasiswa dapat menghitung konstanta kecepatan reaksi dan
menganalisa pengaruh %suspensi terhadap konstanta kecepatan reaksi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pati

Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glukosidik. Berbagai


macam pati tidak sama sifat nya, tergantung dari panjang rantai C – nya serta lurus
atau bercabang rantai molekulnya. Pati mempunyai dua ujung berbeda, yakni
ujung non reduksi dengan gugus OH bebas yang terikat pada atom nomor 4 dan
ujung pereduksi dengan gugus OH anomerik. Gugus hidroksil dari polimer
berantai lurus / bagian lurus dari struktur berbentuk cabang yang terletak sejajar
akan berasosiasi melalui ikatan hidrogen yang mendorong pembentukan kristal
pati. Pati terdiri dari 2 fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi
terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak larut disebut amilopektin. Amilosa
mempunyai struktur lurus dan amilopektin mempunyai rantai cabang (Winarno,
2002).

2.2 Amilosa dan Amilopektin

Pati termasuk dalam polisakaridayang merupakan polimer glukosa, yang


terdiri atas amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan bagian polimer linier
dengan ikatan α-(1,4) unit glukosa yang merupakan rantai linear. Derajat
polimerisasi (DP) amilosa berkisar antara 500 − 6.000 unit glukosa bergantung
pada sumbernya. Adapun amilopektin merupakan polimer α (1,4) unit glukosa
dengan rantai samping α-(1,6) unit glukosa. Ikatan α-(1,6) unit glukosa ini
jumlahnya sangat sedikit dalam suatu molekul pati, berkisar antara 4−5%. Namun,
jumlah molekul dengan rantai cabang, yaitu amilopektin, sangat banyak dengan
DP berkisar antara 105 dan 3x106 unit glukosa dan merupakan komponen utama
yang dapat mempengaruhi physiochemical dan cita rasa dari pati.

2.3 Hidrolisa Pati

Hidrolisa merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil (-OH) oleh suatu


senyawa. Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis dapat
digolongkan menjadi hidrolisis murni, hidrolisis katalis asam, hidrolisis katalis
basa, hidrolisis gabungan alkali dengan air dan hidrolisis dengan katalis enzim.
Sedangkan berdaasarkan fase reaksi yang terjadi diklasifikasikan menjadi
3
hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap.
Hidrolisis pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini
adalah orde satu, karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan
reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat dilakukan menggunakan
katalisator H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada hidrolisis
pati adalah sebagai berikut :
(C6H10O5) x + H2O → x C6H12O6
Berdasarkan teori kecepatan reaksi :
-rA = k. C pati. C air ...(1)
karena volume air cukup besar, maka dapat dianggap konsentrasi air selama
perubahan reaksi sama dengan k’, dengan besarnya k’ :

k’ = k . Cair ...(2)

sehingga persamaan 1 dapat ditulis sebagai berikut -rA = k’. C pati dari
persamaan kecepatan reaksi ini, reaksi hidrolisis merupakan reaksi orde satu. Jika
harga –rA = -dCA/dt maka persamaan 2 menjadi

...(3)

...(4)

Apabila CA = CA0 (1-xA) dan diselesaikan dengan integral dan batas kondisi t1,
CA0 dan t2 : CA akan diperoleh persamaan :

...(5)

...(6)

...(7)

Dimana xA = konversi reaksi setelah satu detik.

4
Persamaan 7 dapat diselesaikan dengan menggunakan pendekatan regresi y = mx

+ c, dengan dan x = t2.

2.4 Modifikasi Pati

Pati asli pada umumnya memiliki struktur granular, tidak larut air, dan dalam
bentuk ini digunakan hanya dalam beberapa aplikasi spesifik yang terbatas.
Modifikasi adalah pati yang gugus hidroksinya telah mengalami perubahan. Pati
memiliki sifat tidak dapat digunakan secara langsung dan oleh karena itu harus
dimodifikasi secara kimia atau fisik untuk meningkatkan sifat positif dan
mengurangi sifat yang tidak diinginkan. Pati biasanya digunakn untuk produk
makanan, bahan perekat dan glass fiber sizing. Selain itu juga ditambahkan dalam
plastik untuk mempercepat proses degradasi. Modifikasi secara kimia umumnya
meliputi esterifikasi, etherifikasi, hidrolisis, oksidasi dan cross-linking (Chiu &
Solarek, 2009). Pati yang telah termodifikasiakan mengalami perubahan sifat yang
dapat disesuaikan untuk keperluan-keperluan tertentu. Akan tetapi sama seperti
pati alami, pati termodifikasi bersifat tidak larut dalam air dingin (Koswara, 2009).

2.5 Variabel yang Berpengaruh

Variabel - variabel yang berpengaruh dalam reaksi hidrolisa pati meliputi


1. Katalisator
Hampir sama semua reaksi hidrolisa membutuhkan katalisator untuk
mempercepat jalannya reaksi. Katalisator yang dipakai dapat berupa enzim atau
asam karena kinerjanya lebih cepat. Asam yang dipakai beraneka jenisnya
mulai dari HCl (Agra dkk, 1973; Stout & Rydberg Jr, 1939), H2SO4 sampai
HNO3. Yang mempengaruhi kecapatan reaksi adalah konsentrasi ion H+,
bukan jenis asamnya. Meskipun demikian, didalam industri umumnya dipakai
asam klorida (HCl). Pemilihan ini didasarkan atas sifat garam yang terbentuk
pada penetralan tidak menimbulkan gangguan apa-apa selain rasa asin jika
konsentrasinya tinggi. Oleh karena itu, konsentrasi asam dalam air
penghidrolisa ditekan sekecil mungkin. Umumnya dipergunakan larutan asam
yang mempunyai konsentrasi asam yang lebih tinggi daripada pembuatan sirup.
Hidrolisa pada tekanan 1 atm memerlukan asam yang jauh lebih pekat.

5
2. Suhu dan Tekanan
Pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi mengikuti persamaan Arrhenius,
dimana semakin tinggi suhu maka semakin cepat laju reaksinya. Untuk
mencapai konversi tertentu, diperlukan waktu sekitar 3 jam untuk
menghidrolisa pati ketela rambat pada suhu 100 °C. Tetapi jika suhunya
dinaikkan hingga 135 °C, konversi yang sama dapat dicapai dalam waktu 40
menit (Agra dkk, 1973). Hidrolisis pati gandum dan jagung dengan katalisator
H2SO4 memerlukan suhu 160 °C. Karena panas reaksi mendekati nol dan
reaksi berjalan dalam fase cair maka suhu dan tekanan tidak banyak
mempengaruhi keseimbangan.

3. Pencampuran (pengadukan)
Supaya zat pereaksi dapat saling bertumbukan dengan sebaik-baiknya perlu
adanya pencampuran. Untuk proses Batch, hal ini dapat dicapai dengan
bantuan pengaduk atau alat pengocok (Agra dkk, 1973). Apabila prosesnya
berupa proses alir (kontinyu), maka pecampuran dilakukan dengan cara
mengatur aliran didalam reaktor supaya terbentuk olakan.

4. Perbandingan zat pereaksi


Jika salah satu zat pereaksi dibuat berlebihan jumlahnya maka keseimbanga n
dapat bergeser kearah kanan dengan baik. Oleh karena itu, suspensi pati yang
kadarnya rendah memberi hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang
kadarnya tinggi. Bila kadar suspensi pati diturunkan dari 40% menjadi 20%
atau 1% maka konversi akan bertambah dari 80% menjadi 87 atau 99 %
(Groggis, 1958). Pada permukaan, kadar suspensi pati yang tinggi sehingga
molekul-molekul zat pereaksi akan sulit bergerak. Untuk menghasilkan glukosa
biasanya dipergunakan suspensi pati sekitar 20%.

6
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Rancangan Percobaan

3.1.1. Diagram Rancangan Percobaan

a. Standarisasi Larutan Fehling

Gambar 3.1 Diagram Standarisasi Larutan Fehling

b. Hidrolisa Pati

Gambar 3.2 Diagram Hidrolisa Pati

7
c. Penentuan Kadar Pati Awal

Gambar 3.3 Diagram Penentuan Kadar Pati

3.2 Bahan dan Alat yang digunakan

3.2.1 Bahan yang digunakan

1. Glukosa anhidrit 2 gr 5. Indikator MB

2. Tepung Beras 94,5 gr 6. Fehling A

3. NaOH 0,01 N 7. Fehling B

4. H2SO4 0,2 N 8. Aquadest

3.2.2 Alat yang Digunakan

1. Gelas Ukur 5. Buret

2. Termometer 6. Labu leher tiga

3. Erlenmeyer 7. Labu takar

4. Statif dan Klem

8
3.3. Gambar Alat Utama

Keterangan:
1. Magnetic stirer + heater
2. Waterbath
3. Labu leher tiga
4. Termometer
5. Pendingin balik
6. Klem
7. Statif

Gambar 3.4 Rangkaian alat hidrolisis


3.4. Prosedur Percobaan

1. Persiapan awal
a. Menghitung densitas pati
Ke dalam gelas ukur, 5 ml aquades dimasukkan 1 gram pati, catat
penambahan volume.

b. Menghitung densitas HCl


Timbang berat picnometer kosong (m1), masukkan HCl ke dalam
picnometer yang telah diketahui volumenya (v), timbang beratnya
(m2), hitung densitas HCl

c. Membuat glukosa standar


Glukosa anhidrit sebanyak 2 gram dilarutkan dalam 1000 ml
aquades.

2. Penentuan kadar pati


a. Standarisasi larutan fehling
5 ml Fehling A + 5 ml Fehling B + 15 ml glukosa standar, dipanaskan sampai
mendidih. Setelah mendidih ditambahkan 3 tetes MB, kemudian larutan
dititrasi dengan glukosa standard hingga warna berubah menjadi merah bata.
Catat volume titran (F) yang diperlukan, proses titrasi dilakukan dalam
keadaan mendidih (diatas kompor).

9
b. Penentuan kadar pati awal
Untuk variabel 1, sebanyak 19,5 gram pati, 25,62 ml katalis HCl dan 379,645
ml aquadest dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu
70oC, selama 1 jam. Setelah itu larutan didinginkan, diencerkan dengan
aquades sampai 500 ml lalu diambil 20 ml dan dinetralkan dengan NaOH (PH
= 7). Larutan diambil 5 ml diencerkan sampai 100 ml, diambil 5 ml. Ke
dalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan + 5 ml Fehling A + 5 ml fehling
B + 15 ml glukosa standard, kemudian dipanaskan sampai mendidih. Lalu
ditambahkan 2 tetes indikator MB. Kemudian larutan dititrasi dengan glukosa
standard sehingga berubah warna menjadi warna merah bata. Catat volum
titran yang dibutuhkan (M). Yang perlu diperhatikan, proses titrasi dilakukan
dalam keadaan mendidih diatas kompor. Lakukan hal yang sama untuk
variabel lain.
c. Hidrolisa pati
Sebanyak 19,5 gram pati, 25,62 ml katalis HCl dan 379,645 ml aquadest
dimasukkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu 70oC, anggap
sebagai t0 diambil sampel sebanyak 20 ml. Kemudian sampel dinetralkan
dengan NaOH (PH = 7). Larutan diambil 5 ml diencerkan sampai 100 ml,
diambil 5 ml. Kedalam Erlenmeyer dimasukkan 5 ml larutan +5 ml Fehling A
+ 5 ml fehling B + 15 ml glukosa standard, kemudian dipanaskan sampai
mendidih. Lalu ditambahkan 2 tetes indikator MB.Kemudian larutan dititrasi
dengan glukosa standard sehingga berubah warna menjadi warna merah bata.
Catat V titran yang dibutuhkan (M). Yang perlu diperhatikan, proses titrasi
dilakukan dalam keadaan mendidih diatas kompor. Pengambilan sampel
dilakukan setiap selang waktu 5 menit sebanyak 5 kali yaitu 20 menit.
(t0=menit ke-0 ,t1=menit ke-5, t2=menit ke-10, t3=menit ke-15, t4=menit ke-
20). Lakukan hal yang sama untuk variabel 2

Rumus penentuan kadar pati awal =

Dimana N = 0,002 gr/ml


W = berat pati
10
Perhitungan kebutuhan reagen:
a) Menghitung kebutuhan HCl

Dimana :
kadar HCl = 0,25 untuk 25%
0,37 untuk 37%
grek HCl = 1

b) Menghitung kebutuhan pati

Dimana :

11
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh % Suspensi terhadap Konversi

1.1
1
0.9
0.8
0.7
0.6
Xa

0.5 7% pati
0.4
5% pati
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25
t (menit)

Gambar 4.1 Grafik hubungan Xa dengan waktu (t)

Dari hasil percobaan melalui gambar 4.1 dapat dilihat bahwa


variabel 1 (5% suspensi pati) pada t=0 menit, 5 menit, 10 menit, 15 menit
dan 20 menit masing-masing memiliki konversi sebesar 0,81; 0,84; 0,86;
0,87; 0,96. Sedangkan pada variabel 2 (7% suspensi pati) pada t=0 menit,
5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit masing-masing memiliki
konversi sebesar 0,66; 0,71; 0,79; 0,85 dan 0,95.
Data ini menunjukkan bahwa variabel 1 memiliki konversi yang
lebih kecil daripada konversi variabel 2 (7% suspensi pati) seiring
bertambahnya waktu reaksi. Hal ini disebabkan karena pada variabel 1,
terjadi penambahan air berlebih sehingga kesetimbangan bergeser ke arah
kanan dan menyebabkan larutan variabel 1 menjadi lebih encer dan
pergerakan molekul pada variabel 1 menjadi lebih cepat dan menyebabkan
tumbukan antar partikel semakin besar. Akibatnya konstanta kecepatan
reaksinya semakin besar dan menyebabkan konversinya juga semakin
besar. Hal ini sesuai berdasarkan rumus (Levenspiel, 1999) :
 ln( 1  Xa)  kt

𝑋𝑎 = 1 − 𝑒 −𝑘𝑡

12
4.2 Pengaruh % Suspensi terhadap Konstanta Kecepatan Reaksi

4
3.5
3 y1 = 0,0762x + 1,4464
R² = 0,7201
2.5
ln (1/1-Xa)

7% pati
2
5% pati
1.5 y2 = 0,0721x + 0,9552
R² = 0,9418 Linear (7% pati)
1
Linear (5% pati)
0.5
0
0 5 10 15 20 25
t (menit)

Gambar 4.2 Grafik hubungan ln{1/(1-Xa)} dengan waktu (t)

Berdasarkan gambar 4.2, konstanta kecepatan reaksi pada variabel 1 ( 5%


suspensi pati) dengan k = 0,0762 lebih besar daripada konstanta kecepatan reaksi
pada variabel 2 ( 7% suspensi pati) dengan k= 0,0721.

Hal ini disebabkan karena pada variabel 1, penambahan air dibuat berlebih
sehingga kesetimbangan bergeser kearah kanan dan menyebabkan konversinya
semakin lebih besar. Selain itu akibat penambahan air pada variabel 1 lebih
banyak daripada variabel 2, menyebabkan larutan pati pada variabel 1 lebih encer
dan pergerakan molekulnya semakin lebih cepat dan juga tumbukan antarmolekul
semakin banyak. Semakin banyak tumbukan maka semakin besar juga harga k
(konstanta kecepatan reaksi). Pernyataan ini sesuai dengan persamaan berikut:

𝑘 = 𝐴𝑒 −𝐸𝑎/𝑅𝑇

Jika tumbukan yang terjadi semakin banyak maka faktor tumbukannya


juga semakin besar dan menyebabkan konstanta reaksi semakin besar pula.

4.3 Mekanisme Katalis H2SO4 pada Hidrolisa Pati

Menurut Philipp (1984) telah menjelaskan mekanisme reaksi hidrolisis


dengan menggunakan katalisator asam seperti terlihat pada Gambar 4.3. Unit-unit
monosakarida pada polisakarida dihubungkan melalui ikatan glikosida. Atom O
pada ikatan glikosida memiliki dua pasang elektron bebas, elektron bebas ini akan
mengikat proton yang berasal dari asam dalam bentuk H3O + sehingga terbentuk
suatu senyawa yang bersifat tidak stabil karena bermuatan positif. Agar senyawa
tersebut stabil maka dalam reaksi ini H2O dilepaskan sehingga atom O hanya akan
mengikat H+ dan bermuatan positif. Atom O yang bermuatan positif selanjutnya
akan memutus ikatannya dari monosakarida dan menghasilkan 70 glukosa.
Monosakarida yang telah melepaskan ikatannya dengan atom O kemudian akan
mengikat kembali H2O dan melepas H+ sehingga terbentuk suatu polisakarida
dengan rantai lebih pendek (Laka et al., 2013).

13
Gambar 4.3 Mekanisme reaksi hidrolisis dengan katalisator asam

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pada percobaan, kadar suspensi 7% pati memiliki konversi yang lebih kecil
dibanding dengan kadar suspensi 5% pati.

2. Harga k (konstanta kecepatan reaksi) pada kadar 5% suspensi pati lebih besar
daripada kadar 7% suspensi pati akibat adanya tumbukan yang lebih banyak.

3. Mekanisme katalis H2SO4 terjadi ketika ion H+ pada katalis akan menyerang
struktur ikatan pati sehingga ikatannya menjadi tidak stabil. Karena
ketidakstabilan tersebut maka pati dengan mudah bereaksi dengan air.

5.2 Saran

Percobaan hidrolisa pati sebaiknya dikembangkan dengan menggunakan


metode lain untuk mengetahui perbedaan pati termodifikasi yang dihasilkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abu Khalaf, A.M., “Chemical Engineering Education”, 28 (1), 48. 1994


Bej, Barnali, RK Basu and S N Ash.2008.Journal of Scientific & Indusrtial
Research “Kinetic studies on acid catalysed hydrolysis of
starch”.Departement of Chemical Engineering.University of Calcutta.
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S., “Applied Mathematics
in Chemical Engineering” 2nd end.,Mc. Graw Hill Book Ltd. 1987, New
York
Chiu, C.-w., & Solarek, D. 2009. Modification of starch. Starch: Chemistry and
Technology, Third Edition ISBN: 978-0-12-746275-2.
Dona, A. C., Pages, G., & Kuchel, P. W. 2010. Digestion of starch:In vivo andin
vitro kinetic models used to characterise. Carbohydrate Polymers 80
(2010) 599–617.
Hill, G.C., “An Introduction to Chemical Engineering Kinetika and Reactor
Design”. 1nd ed, John Willey, New York, N.Y, 1977
Jacobs, H. and J.A. Delcour. 1998. Hydrothermal modifications of granular starch,
with retention of the granular structure: a review. J. Agric. Food Chem.
46(8): 2895−2905.
Koswara, S. 2009. Teknologi Modifikasi Pati. ebookpangan.com.
Levenspiel. O., “Chemical Reaction Engineering” 2nd ed, Mc. Graw Hill Book
Kogakusha Ltd, Tokyo, 1970
Wei, Benzi., et al. 2013. Effect on pHs on Dispersity of Maize Starch Nanocrystals
in Aqueous Medium. The State Key Laboratory of Food Science and
Technology. China.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

15
LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

 Perhitungan Densitas Pati


𝑚𝑝𝑎𝑡𝑖 1 𝑔𝑟
𝜌𝑝𝑎𝑡𝑖 = = = 2 𝑔𝑟/𝑚𝑙
∆𝑉 0,5 𝑚𝑙

 Perhitungan Densitas H2SO4


𝑚 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔(𝑚1) = 29,97 𝑔𝑟
𝑚 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 + 𝐻2𝑆04 (𝑚2) = 79,063 𝑔𝑟
𝑚2 − 𝑚1 79,063 − 29,97 𝑔𝑟
𝜌𝐻𝐶𝑙 = = = 1,636 𝑔𝑟/𝑚𝑙
∆𝑉 30 𝑚𝑙

 Perhitungan Kebutuhan H2SO4 0,2 N


Kebutuhan H2SO4 0,2 N dalam 415 ml
(𝑁𝑥𝐵𝑀)𝐻2𝑆𝑂4 𝑥𝑉𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 0,2𝑥98𝑥415
𝑉𝐻2𝑆𝑂4 = =
𝜌𝐻𝐶𝑙 𝑥𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐻2𝑆𝑂4𝑥1000𝑥𝑔𝑟𝑒𝑘 1,636𝑥0,97𝑥1000𝑥2
= 25,62 𝑚𝑙

𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 + 𝑉𝑎𝑖𝑟 + 𝑉𝐻2𝑆𝑂4


𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 + 𝑉𝑎𝑖𝑟 = 𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 − 𝑉𝐻2𝑆𝑂4
𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 + 𝑉𝑎𝑖𝑟 = 415 − 25,62 𝑚𝑙 = 389,38 𝑚𝑙

Variabel 1 (5% suspensi pati)

%𝑚 𝑝𝑎𝑡𝑖 5% 𝑚
%𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 = = = 2,5% 𝑉
𝜌 𝑝𝑎𝑡𝑖 2
2,5
𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 = 100 𝑥389,38 𝑚𝑙 = 9,735 𝑚𝑙
97,5
𝑉𝑎𝑖𝑟 = 𝑥389,38 𝑚𝑙 = 379,645 𝑚𝑙
100
𝑊𝑝𝑎𝑡𝑖 = 𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑥 𝜌𝑝𝑎𝑡𝑖 = 9,735 𝑥 1,636 = 19,5 𝑔𝑟

Variabel 2 (7% suspensi pati)

%𝑚 𝑝𝑎𝑡𝑖 7% 𝑚
%𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 = = = 3,5% 𝑉
𝜌 𝑝𝑎𝑡𝑖 2
3,5
𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 = 100 𝑥389,38 𝑚𝑙 = 13,628 𝑚𝑙
96,5
𝑉𝑎𝑖𝑟 = 𝑥389,38 𝑚𝑙 = 375,752 𝑚𝑙
100
𝑊𝑝𝑎𝑡𝑖 = 𝑉𝑝𝑎𝑡𝑖 𝑥 𝜌𝑝𝑎𝑡𝑖 = 13,628 𝑥 1,636 = 27,256 𝑔𝑟

16
LEMBAR PERHITUNGAN

 Standarisasi Larutan Fehling


F = 40,5 ml

 Perhitungan Kadar Pati Awal

Variabel 1
M = 14 ml
500 100
(𝐹 − 𝑀)𝑥𝑁𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑥 𝑥 𝑥0,9
𝑋𝑝0 = 𝑣𝑜𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 5
𝑊𝑝𝑎𝑡𝑖
500 100
(40,5 − 14)𝑥0,002𝑥 𝑥 𝑥0,9
𝑋𝑝0 = 415 5 = 0,0589
19,5

Variabel 2
M= 9 ml
500 100
(𝐹 − 𝑀)𝑥𝑁𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑥 𝑥 𝑥0,9
𝑋𝑝0 = 𝑣𝑜𝑙 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 5
𝑊𝑝𝑎𝑡𝑖
500 100
(40,5 − 9)𝑥0,002𝑥 𝑥 𝑥0,9
𝑋𝑝0 = 415 5 = 0,0,501
27,256

 Perhitungan Kadar Pati Terhidrolisa


100
(𝐹 − 𝑀)𝑥𝑁𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 𝑥 𝑥0,9
𝑋𝑝 = 5
𝑊𝑝𝑎𝑡𝑖
𝑋𝑝
𝑋𝐴 =
𝑋𝑝0

 Penentuan Harga Konstanta Laju Reaksi


−𝑟𝐴 = 𝑘𝐶𝐴
𝑑𝐶𝐴
− = 𝑘𝐶𝐴
𝑑𝑡
𝐶𝐴 𝑡
𝑑𝐶𝐴
∫ = 𝑘 ∫ 𝑑𝑡
𝐶𝐴𝑂 𝐶𝐴 0

𝐶𝐴
−𝑙𝑛 = 𝑘𝑡 + 𝑐
𝐶𝐴𝑂
𝐶𝐴 = 𝐶𝐴𝑂 (1 − 𝑋𝐴 )
−𝑙𝑛(1 − 𝑋𝐴 ) = 𝑘𝑡 + 𝑐
𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐
Variabel 1
𝐹 = 40,5 𝑚𝑙
𝑁𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 = 0,002
𝑊𝑝𝑎𝑡𝑖 = 19,5 𝑔𝑟
𝑋𝑝0 = 0,0589

17
t(menit) (x) M (ml) Xp 𝑿𝑨 Ln{1/(1-𝑿𝑨 )} (y) x2 xy

0 15 0,0406 0,810379 1,66273 0 0

5 13,9 0,0423 0,844311 1,85989 25 9,299

10 13,4 0,0431 0,860279 1,96811 100 19,681

15 12,8 0,0440 0,878244 2,10573 225 31,586

20 10 0,0485 0,968064 3,44402 400 68,880

50 11,0408 750 129,446


𝑛£𝑥𝑦−£𝑥£𝑦 5. 129,446−50. 11,0408
𝑚=𝑘= = = 0,0762/menit
𝑛£𝑥 2 −(£𝑥)2 5.750−502

£𝑥 2 £𝑦 − £𝑥£𝑥𝑦 750.2,2233 − 50 . 31,73


𝑐= 2 2
= = 1,4464
𝑛£𝑥 − (£𝑥) 5.750 − 502

Variabel 2
𝐹 = 40,5 𝑚𝑙
𝑁𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎 = 0,002
𝑊𝑝𝑎𝑡𝑖 = 27,256 𝑔𝑟
𝑋𝑝0 = 0,0501

t(menit) (x) M (ml) Xp 𝑿𝑨 Ln{1/(1-𝑿𝑨 )} (y) x2 xy

0 23 0,0389 0,6604 1,0801 0 0,0000

5 21,5 0,0423 0,7182 1,2664 25 6,3322

10 19,5 0,0467 0,7929 1,5744 100 15,744

15 18 0,048 0,8489 1,8898 225 28,3468

20 16 0,049 0,9681 2,5718 400 51,4353

50 8,3825 750 101,8584

𝑛£𝑥𝑦−£𝑥£𝑦 5. 101,8584−50. 8,3825


𝑚=𝑘= = = 0,0721/menit
𝑛£𝑥 2 −(£𝑥)2 5.750−502

£𝑥 2 £𝑦 − £𝑥£𝑥𝑦 750.2,9919 − 50.39,978


𝑐= 2 2
= = 0,9552
𝑛£𝑥 − (£𝑥) 5.750 − 502

18

Вам также может понравиться