Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
usia di atas 20 minggu, merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian pada
kehamilan setelah perdarahan dan infeksi dan berdampak pada kesehatan maternal
dan fetal.2,3 Preeklampsia disebabkan oleh disfungsi trofoblast plasenta dan disfungsi
luas dan sangat individual karena terkadang susah untuk menentukan gelaja
preeklampsia mana yang lebih dahulu timbul. Dari semua gelaja, hipertensi dan
proteinuria merupakan gejala yang paling penting yang seringkali tidak disadari.
Sehingga bila sudah terdapat keluhan seperti nyeri kepala yang mengganggu,
gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.1
1
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.YGT
Umur : 32 Thn
Alamat : Kudamati
Pekerjaan : PNS
No.RM : 068752
B. Anamnesis
Sp.OG dengan keluhan saat ini nyeri kepala (+), pandangan kabur (+), kejang
(-) pusing (-), muntah (-). Pasien sementara hamil 36 minggu. Pasien
2
diabetes dan hipertensi. Pasien minum nifedipin tab 5 mg sublingual sebelum
MRS.
C. Pemeriksaan Fisik
B1 Airway: bebas
Breathing: spontan
RR: 18x/m
Bunyi napas: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
B2 Akral hangat, kering, merah
Tekanan darah: 145/95mmHg
Nadi:86x/m reguler
Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
B3 Kesadaran:
GCS: E4V5M6
Pupil isokor: 3/3 mm, RCL +/+
Suhu: 37ºC
B4 BAK kateter 1000cc/10 jam berwarna kuning
B5 Abdomen: jaringan parut (+), supel, BU +
B6 Edema (-), fraktur (-)
3
D. Pemeriksaan penunjang
E. Diagnosis
Operasi: PS ASA II
F. Rencana
SC + Tubektomy
4
G. Pre operasi
BoH
7. Teknik anestesi :
cairan RL 50 tpm
5
Setelah jarum sudah diinsersi di ruang subaraknoid, spoit berisi
jarum dan spoit segera ditarik dan dan luka bekas insersi ditutup
kembali
H. Intraoperatif
2. Maintenance: O2 3lpm
3. Keseimbangan cairan:
4. Perdarahan: + 200cc
I. Post Operatif
6
3. Pemeriksaan fisik
B1 Airway: bebas
Breathing: spontan
RR: 16x/m
Bunyi napas: vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
B2 Akral hangat, kering, merah
Tekanan darah: 136/88mmHg
Nadi:75x/m reguler
Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
B3 Kesadaran:
GCS: E4V5M6
Pupil isokor: 3/3 mm, RCL +/+
Suhu: 37ºC
B4 BAkateter
B5 Abdomen: jaringan parut (+), supel, BU +
B6 Edema (-), fraktur (-)
6. Terapi:
7
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANESTESI
Anestesi spinal membutuhkan jumlah obat yang lebih sedikit dengan efek blok yang
Kontraindikasi absolut
Pasien menolak
Peningkatan TIK
Kontraindikasi relative
8
Kondisi jantung yang tergantung pada preload (stenosis aorta, kardiomiopati
hipertrofi obstruktif)
memiliki 4 kurva, yaitu bentuk lordosis pada bagian servikal dan lumbal serta bentuk
kifosis pada bagian torakal dan sakral. Terdapat juga beberapa ligamentum bersama-
dengan kospus vertebra di sisi anterior, sisi lateral dengan pedikel dan sisi posterior
dengan lamina. Kanalis spinalis memanjang dari foramen magnum pada cranium
epidural, jaringan lemak dan serat-serat serabut saraf vertebrae. Ruangan subaraknoid
Kanalis spinalis berisi medulla spinalis yang diliputi oleh meningen, jaringan
lemak dan pleksus venosus. Meningeal disusun oleh tiga lapisan yaitu piamater,
araknoidmater dan pleksus venosus. Meningeal disusun oleh tiga lapisan yaitu
9
kelanjutan dari lapisan yang sama di cranial. Cairan serebrospinal berada di dalam
sampai setinggi level L1 pada orang dewasa. pada anak-anak medulla spinalis
berakhir pada L3, tetapi akan bertambah naik ke kranial seiring dengan pertambahan
usia. Sakus duralis pada orang dewasa berakhir pada S2 dan sering S3 pada anak-
anak.2
dihasilkan oleh pleksus koroideus lateralis, ventrikel III dan ventrikel IV. Total
volume cairan serebrospinal adalah 120-150 mL, yang distribusinya merata ke kranial
dan spinal. Tekanan cairan serebrospinal nornalnya pada daerah lumbal pada posisi
Persiapan
Sebelum anestesi spinal di mulai, pasien harus disiapkan seperti persiapan bila
melakukan anestesi umum. Hal ini bertujuan untuk sebagai antisipasi perubahan
mendadak tekanan darah, laju nadi atau masalah oksigenasi. Harus ada akses
intravena yang adekuat dan perlengkapan monitor pasien antara lain EKG, monitor
tekanan darah, dan pulse oxymeter. Mesin anestesi, sungkup wajah, sumber oksigen
dan suction harus tersedia dan siap dipakai. Obat-obatan sedasi, induksi, emergensi
10
Posisi pasien
Terdapat 3 posisi utama yang biasa digunakan pada teknik penyuntikan obat
anestetik lokal pada anesthesia spinal, penyuntikan jarum dengan posisi lateral
dekubitus dan posisi duduk yang paling banyak dikerjakan. Pada posisi lateral
dekubitus penderita tidur miring di atas meja operasi dan membelakangi ahli
anestesiologi, pinggang dan lutut difleksikan secara maksimal dan dada serta leher
difleksikan mendekat kearah lutut. Posisi ini juga nyaman pada ibu hamil karena
meningkatkan aliran darah plasenta. Posisi duduk dipilih karena mudah untuk
Menentukan tempat insersi misalnya L2-3 atau L3-4 atau L4-5. Tusukan pada
11
Gambar 1. Posisi anestesi dan cara penyuntikan
Cara insersi median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar dapat
digunakan jarum spinal besar 22G, 23G, 25G sedangkan untuk anak kecil
digunakan jarum spinal 27G dan 29G. Setelah jarum disuntikan dan resistensi
sudah menghilang madrin jarum spinal dapat di cabut dan terjadi pengeluaran
liquor, spoit yang berisi obat kemudian di pasang dan diberikan obat. Obat
Komplikasi Tindakan:2
2. Bradikardia: dapat muncul akibat penurunan aliran balik vena atau karena
12
3. Hipoventilasi: akibat paralisis nervus frenikus atau karena hipoperfusi ke
4. Blok spinal tinggi atau blok total: tindakan anestesi spinal ketika obat
7. Retensi urin
8. Nyeri punggung
9. Pruritus
Umur: pada usia tua, penyebaran obat anesthesia lokal lebih ke sefalad akibat
dari ruang subarachnoid dan epidural menjadi lebih kecil dan terjadi
subarachnoid.
13
Tekanan intraabdominal: peningkatan tekanan intraabdomen sering dikaitkan
subarachnoid.
yang dicapai lebih tinggi, terutama bila dilakukan oleh pasien segera setelah
14
Anestesi yang digunakan pada pasien dengan preeclampsia:
hipertensi dapat meningkatkan sirkulasi uteroplasenta. Selain itu, teknik ini juga
2. Anestesi spinal mungkin terkait dengan hipotensi berat yang tiba-tiba akibat
penurunan perfusi uteroplasenta dan asfiksia janin Karena itu umumnya tidak
3. Anastesi umum dilakukan untuk persalinan sesar darurat bila pasien memiliki
mengalami edema jaringan lunak pada area glottis, menjadikan induksi cepat.
stroke dan edema paru. Efek sensitisasi pada pelumpuh otot harus
dipertimbangkan.1,2
15
B. PENYAKIT HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DAN PREEKLAPSIA
Kehamilan kembar
Penyakit trofoblast
Hidraamnion
Diabetes mellitus
20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan
b. Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui adanya hipertensi
d. Dapat disertai keterlibatan organ lain seperti mata, jantung, otak dan ginjal.
16
2. HIPERTENSI GESTASIONAL (transient hypertension) adalah hipertensi yang
b. Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di usia
d. Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati dan
trombositopenia
3. PREEKLAMPSIA
Patofisiologi Preeklampsia
vasodilator terutama PGE2 dan mungkin zat lain yang mengurangi reaktivitas
menurun dan tekanan darah juga menurun. Pada ginjal, resistensi vaskular, RPF dan
Aldosteron meningkatkan reabsorbsi Na+ di bagian distal. Dari semuanya NaCl dan
17
air akan diretensi pada kehamilan, meskipun GFR meningkat dan volume plasma
hamil. Gejala ini mengarah pada kerusakan ginjal sehingga digunakan istilah
18
Plasenta pada pasien preeklampsia juga mengalami penurunan kemampuan
meningkat. Di satu sisi, hal ini menyebabkan vasokonstriksi perifer dan hipertensi,
dan di sisi lain meningkatkan resistensi di pembuluh darah ginjal, RPF dan GFR
menurun. Karena terjadi kekurangan volume, jumlah Na+ yang direabsorbsi di tubulus
proksimal meningkat aliran ke lumen jadi berkurang, waktu kontak dengan epitel jadi
Volume Plasma
volume plasma pada kehamilan normal terjadi pada umur kehamilan 32-34 minggu.
19
Sebaliknya oleh sebab yang tidak jelas pada preeklampsia terjadi penurunan volume
cepat dan banyak. Sebaliknya, preeklampsia sangat peka terhadap kehilangan darah
waktu persalinan. Oleh karena itu, observasi cairan masuk dan keluar harus ketat.1
Hipertensi
tetapi hipertensi dideteksi umumnya pada trimester II. Tekanan darah yang tinggi
pada preeklampsia bersifat labil dan mengikuti iram sirkadian normal. Tekanan darah
berat kembalinya tekanan darah normal dapat terjadi 2-4 minggu pascapersalinan.
Tekanan darah tergantung pada curah jantung, volume plasma, resistensi perifer dan
viskositas darah.1
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg yang disertai proteinuria, mempunyai korelasi dengan
kematian yang tinggi pada perinatal. Proteinuria berkorelasi dengaan nilai absolute
20
tekanan darah diastolik, maka kenaikan (perbedaan) tekanan darah tidak digunakan
MAP jarang digunakan oleh sebagian besar klinisi karena kurang praktis dan sering
standar.1
Fungsi Ginjal:1
d. Gagal ginjal akut akibat nekrosis tubular ginjal. Bila sebagian besar korteks
ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis korteks ginjal yang bersifat
ireversibel
21
2. Proteinuria1
pada infeksi saluran kemih atau anemia. Jarang ditemukan proteinuria pada
300mg/24 jam.
3. Asam Urat Serum: umumnya meningkat ≥ 5 mg/cc. Hal ini disebabkan Karena
glomerulus sehingga sekresi asam urat menurun. Peningkatan asam urat juga
4. Kreatinin
Sama halnya dengan kadar asam urat serum, kadar kreatinin plasma pada
preeklampsia juga meningkat. Hal ini juga disebabkan Karena hipovolemia yang
22
sehingga terjadi penurunan sekresi kreatinin disertai peningkatan kreatinin
plasma. Dapat mencapai kadar kreatinin plasma ≥ 1mg/cc, dan biasanya terjadi
Oliguria dan anuria terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ginjl
Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Pada preeklampsia
kadar elektrolit total sama seperti pada kehamilan normal, kecuali bila diberi
diuretikum yang banyak, retriksi konsumsi garam atau pemberian cairan oksitosin
eklampsia kadar bikarbonat menurun, disebabkan timbulnya asidosis laktat dna akibat
kompensasi hilangnya karbon dioksida. Kadar natrium dan kalium pada preeklampsia
sama dengan kadar pada kehamilan normal yaitu sesuai dengan jumlah air dalam
tubuh. karena kadar natrium dan kalium tidak berubah pada preeklampsia, maka tidak
terjadi retensi natrium yang berlebihan. Ini berarti pada preeklampsia tidak diperlukan
23
Tekanan Osmotik Koloid Plasma/Tekanan Onkotik
jarang yang berat tetapi sering dijumpai. Pada preeklampsia terjadi peningkatan FDP,
Viskositas Darah
organ.1
Hematokrit
meningkat lagi pada trimester III akibat peningkatan produksi urin. Pada
beratnya preeklampsia.
24
Edema
Edema dapat terjadi pada kehamilan normal. Edema yang terjadi pada
kehamilan normal, 60% edema dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi, dan 80%
Edema yang patologik adalah edema yang nondependent pada wajah dan tangan, atau
edema generalisata, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.1
Hematologik
gejala hemolisis. Disebut trombositopenia bila trombosit < 100.000 sel/ml. hemolisis
Hepar
Dasar perubahan pada hepar ialah vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Bila
terjadi perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar
dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga di bawah kapsula
25
nyeri di daerah epigastrium dan dapat menimbulkan rupture hepar, sehingga perlu
pembedahan.1
Neurologik1
edema.
b. Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus
Kardiovaskular
26
Paru
Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada
pembuluih darah kapiler paru dan menurunnya dieresis. Dalam menangani edema
Janin
plasenta
Gejala
Gambaran klinik preeclampsia bervariasi luas dan sangat individual namun secara
teoritik gejala yang timbul pada preeclampsia adalah edema, hipertensi dan
proteinuria. Dari gejala-gejala ini gejala yang penting adalah hipertensi dan
proteinuria dan sering tidak disadari oleh penderita, dan biasanya bila sudah terdapat
27
keluhan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium maka penyakit ini
Diagnosis
Preeklampsia digolongkan sebagai preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih
a. Hipertensi: tekanan darah ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat
f. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
28
h. Hemolisis mikroangiopatik.
trombositopenia.
Tatalaksana
Preeklampsia Ringan
1. Rawat jalan
Dianjurkan agar ibu banyak beristirahat (berbaring dan tidur miring). Pada
aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini juga akan
29
Pada preeklampsia juga tidak diperlukan dilakukan retriksi garam sepanjang
fungsi ginjal masih normal. Diet yang mengandung 2 g natrium atau 4-6 g
diimbangi dengan konsumsi cairan yang banyak berupa susu dan dan air
buah.1
fungsi ginjal.1
2. Rawat inap
Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsia ringan perlu di rawat di
rumah sakit ialah: bila tidak ada perbaikan: tekanan darah, kadar proteinuria
evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion. Pemeriksaan nostress test
dilakukan 2 minggu sekali dan juga dilakukan konsultasi dengan bagian mata,
30
3. Perawatan obstetrik (sikap terhadap kehamilan)
Pada kehamilan preterm (<37 minggu), bila tekanan darah mencapi normotensif
aterm (>37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan pada
taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan; bila perlu
Preeklampsia Berat
1. Pasien dengan preeklampsia berat harus dirawat di rumah sakit dan dianjurkan
risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Oleh karena itu,
monitoring input cairan (oral maupun infus) dan output cairan (melalui urin)
menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa
jumlah cairan yag dimasukkan dan dikeluaekan melalui urin. Bila terjadi tanda-
cairan faali jumlah < 125cc/jam atau b. infus dekstros 5% yang tiap 1 liternya
diselingi dengan infuse RL (60-125 cc/jam) 500 cc. Dipasang Foley Catheter
untuk pengukuran pengeluaran urin. Oliguria terjadi bila produksi urin <30cc/jam
dalam 2-3 jam atau < 500cc/24 jam. diberikan antasida untuk menetralisir asam
31
lambung sehingga bila terjadi kejang dapat menghindari risiko aspirasi asam
MgSO4.
Loading dose: initial dose: 4gr MgSO4: intravena, (40% dalam 10 cc)
selama 15 menit.
Maintenance dose: diberikan infuse 6gr dalam larutan ringer/6 jam; atau
32
Pemberian magnesium sulfat dapat menurunkan risiko kematian ibu dan
3. Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-paru, payah
4. Antihipertensi4
33
Terapi antihipertensi dianjurkan untuk hipertensi pascasalin berat
terhambat)
1. Pada ibu dengan eklampsia, bayi harus segera dilahirkan dalam 12 jam sejak
terjadinya kejang.
janin yang belum viable atau tidak akan viabl e dalam 1-2 minggu.
3. Pada ibu dengan preeklampsia berat, di mana usia kehamilan antara 34 dan 37
hipertensi yang tidak terkontrol, disfungsi organ ibu, dan gawat janin
persalinan dianjurkan.
34
5. Pada ibu dengan preeklampsia ringan atau hipertensi gestasional ringan yang
35
DAFTAR PUSTAKA
2014
2012
3. Miller RS, Rudra CB, Williams MA. First-trimester mean arterial pressure
Republik Indonesia;2013
Jakarta:EGC;2006
36