Вы находитесь на странице: 1из 25

PE

A. Tinjauan Mata Kuliah


Salah satu indikator yang menentukan pelayanan kesehatan dapat dilihat dari
angka kematian ibu dan bayi. Masa bersalin merupakan masa krisis untuk terjadinya
kasus kematian pada ibu karena itu diperlukan penanganan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan. Penanganan yang tepat ditunjang oleh pengetahuan dan ketrampilan bidan
yang kompeten. Bidan sebagai salah satu ujung tombak dalam penurunan angka kematian
ibu dan bayi. Beban tanggung jawab yang ada pada diri bidan tidaklah mudah, peran aktif
dalam setiap kegiatan akan memberikan pengaruh terhadap masyarakat.
Bab ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan asuhan
kebidanan pada ibu dalam persalinan dengan pendekatan manajemen kebidanan didasari
konsep-konsep, sikap dan keterampilan serta hasil evidence based dengan pokok bahasan
Melaksanakan asuhan kebidanan pada kala II persalinan, mendeteksi adanya komplikasi
dan penyulit persalinan kala II dan cara mengatasinya serta temuan keadaan abnormal
pada partograf.

B. Manfaat
Dengan adanya mata kuliah asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa menjadi lebih
kompeten dan lebih profesional dalam menjelaskan konsep dasar asuhan kebidanan pada
ibu dalam masa persalinan.
C. Standar Kompetensi
Standar kompetensi mata kuliah ini adalah mahasiswa diharapkan mampu memberikan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala II.
D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Materi pokok dan sub materipokok yang dipelajari adalah :
1. Mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit persalinan kala II dan cara mengatasinya
2. Temuan keadaan abnormal pada partograf
E. Petunjuk Penggunaan Modul
Mahasiswa dapat mempelajari bahan ajar (Modul) ini dan membaca referensi yang
direkomendasikan sebagai buku acuan.
1. KompetensiDasar
Melakukan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
2. Indikator
a. Mendeteksi adanya komplikasi dan penyulit persalinan kala II dan cara mengatasinya
b. Temuan keadaan abnormal pada partograf
Mata Kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk memberikan
asuhan kebidanan pada ibu dalam persalinan dengan pendekatan manajemen kebidanan
didasari konsep-konsep, sikap dan keterampilan serta hasil evidence based dengan pokok
bahasan Melaksanakan asuhan kebidanan pada kala II persalinan, mendeteksi adanya
komplikasi dan penyulit persalinan kala II dan cara mengatasinya serta temuan keadaan
abnormal pada partograf.
MATERI TENTANG KOMPLIKASI DAN PENYAKIT PERSALINAN KALA II DAN
CARA MENGATASINYA

A. Mendeteksi Adanya Komplikasi Dan Penyakit Persalinan Kala II Dan Cara


Mengatasinya
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
kesehatan dalam mengambil keputusan dalam penatalaksanaan partograf dimulai pada
pembukaan 4 cm fase aktif. Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin,
tanpa menghiraukan apakah persalinan itu normal atau dengan komplikasi.
1. Kegunaan utama dari partograf adalah :
a. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan mendeteksi
dini persalinan lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai
kemungkinan persalinan lama.
b. Menentukan apakah persalinan berjalan normal dan mendeteksi dini peralinan
lama sehingga bidan dapat membuat deteksi dini mengenai kemungkinan
persalinan lama
c. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan menbantu
penolong persalinan untuk :
1) Mencatat kemajuan persalinan.
1) Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
2) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
3) Menggunakan informasi yang tercatat untuk seacara dini mengidentifikasi
adanya penyulit.
2. Halaman depan partograf mencantumkan:
a. Informasi tentang ibu
b. Kondisi janin
c. Kemajuan persalinan
d. Jam dan waktu
e. Obat-obat dan cairan yang diberikan
f. Kondisi ibu
g. Asuhan pengamatan dan keputusan lainnya.
3. Partograf harus digunakan :
a. Untuk semua ibu pase aktif kala I persalinan sebagai elemen penting asuhan
persalinan. Partograf harus digunkan, baik tanpa apapun adanya penyulit.
Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi
dan membuat keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai
dengan penyulit.
b. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat ( rumah, puskesmas, klinik bidan
swasta, rumah sakit, dll )
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepala ibu
selama persalinan dan kelahiran ( spesialis obgin, bidan, dokter umum, residen
dan mahasiswa kedokteran )
Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya
mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah
terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka.
4. Pencatatan Selama Fase Laten Persalinan.
Kala I dalam persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif yang dibatasi oleh
servik
a. Fase Laten : Pembukaan servik kurang dari 4 cm.
b. Fase Aktif : Pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm. Selama
fase laten persalinan, semua asuhan, pengamatan
dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat
direkam secaara terpisah dalam catatan kemajuan
persalinan atau pada Kartu Menuju Sehat (KMS)
ibu hamil. Tanggal dan waktu harus dituliskan
setiap kali membuat catatan selama fase laten
persalinan. Semua asuahan dan intervenís harus
dicatat.

5. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan dicatat secra seksama, yaitu
a. Denyut jantung janin : setiap ½ jam.
b. Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam
c. Nadi : setiap ½ jam.
d. Pembukaan servik : setiap 4 jam.
e. Penurunan : setiap 4 jam.
f. Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam.
g. Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 sampai 4 jam.

Jika ditemui tanda – tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi, harus lebih
sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila dalam diagnosa ditetapkan
adanya penyulit dalam persalinan. Jka frekwensi kontraksi berkurang dalam satu
tay dua jam pertama, nilai ulang kesehatan dan kondisi aktual ibu dan bayinya. Bila
tidak ada tanda-tanda kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk
kembali jika kontraksinya menjadi teratur dan lebih sering. Jika asuhan dilakukan
dirumah, penolong persalinan boleh meninggalkan ibu hanya setelah dipastikan
bahwa ibu dan bayinya dalam kondis baik. Pesankan pada ibu dan keluargannya
untuk memberitahukan penolong persalinan jika terjadi peningkatan frekwensi
kontraksi.

6. Pencatatan selama fase aktif persalinan ( partograf )


a. Informasi tentang ibu. Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada
saat memulai asuhan persalinan. Waktu kedatangan (tertulis sebagai Jam pada
partograf dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan.
Catat waktu terjadinya pecah ketuban.
b. Keselamatan dan kenyamanan janin
7. Denyut jantung janin.
Dengan menggunakan metode seperti yang diuraikan pada bagian pemeriksan fisik
dalam bab ini, nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering
jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjuka waktu 30
menit. Skala angka disebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan
memberikan tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ.
Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis tidak terputus.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal angka 180 dan 100.
tetapi, penolong sudah harus waspada bila DJJ di bawah 120 atau diatas 160.
8. Warna dan adanya air ketuban.
Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam dan nilai warna air ketuban
jika selaput ketuban pecah. Catat temuan- temuan dalam kotak yang sesuai dibawah
lajur DJJ.
9. Gunakan lambang-lambang berikut ini
a. U : Ketuban utuh ( belum pecah )
b. J : Ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
c. M : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.
d. D : Ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.
e. K : Ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering )
10. Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin.
Jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda
dawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut
jantung janin < 100 atau < 180 kali per menit), ibu segera dirujuk kefasilitas
kesehatan yang sesuai. Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibuke
tempat yang memiliki asuhan kegawatdaruratan obstetric dan bayi baru lahir.
11. Molase (penyusupan kepala janin)
Penyusupan adalah indicator penting seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan
diri dengan bagian keraspanggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau
tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD).
Ketidak mampuan akomodasi akanbenar-benar terjadi jika tulang kepala yang saling
menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul,
penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan. Lakukan
tndakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi
tulang ke fasilitas kesehatan yang memadai. Setiap kali melakukn pemeriksaan dalam,
nilai penyusup kepala janin. Catat temuan di kotak yang sesuai di bawah lajur air
ketuban.
12. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
a. 0 : tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah
dapat dipalpasi.
b. 1 : tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
c. 2 : tulang –tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih
dapat dipisahkan.
d. 3 : tulang – tulang kepala janin tupang tindih dan tidak dapat
dipisahkan.
13. Kemajuan Persalinan.
Pembukaan Servik. Dengan menggunakan metode yang dijelaskan dibagian
pemeriksan fisik dalam bab ini, nilai dan catat pembukaan servik setiap 4 jam ( lebih
sering dilakukan jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif
persalinan, catat pada partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda ’ X ”
harus ditulis di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan servik. Beri
tanda untuk temuan – temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali
selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungankan tanda ’ X ’ dari setiap
pemeriksaan dengan garis utuh ( tidak terputus )
14. Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin.
Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab
ini, nilai dan catat pembukaan servik (setiap 4 jam) lebih sering dilakukan jika ada
tanda-tanda penyulit, nilai dan catat turunnya bagian terbawah atau presentasi janin.
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serik umumnya diikuti dengan
turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan
pembukaan servik umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi
janin. Tapi kadangkala, turnnya bagian terbawah /presentasi janin baru terjadi setelah
pembukaan serviksebesar 7 cm. Kata-kata ” turunnya kepala ” dan garis tidak terputus
dari 0-5 tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan servik. Berikan tanda ” O
” pada garis waktu yang sesuia. Sebagai contoh, jika kepala bisa dipalpasi 4/5, tulis
tanda ”O” dinomer 4, hubungkan tanda ” O ” dari setiap pembukaan dengan garis
tidak terputus.
15. Garis Waspada dan garis Bertindak.
Garis waspada dimuali pada pembukaan servik 4 cm dan berakhir pada titik di mana
pembukaaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm / jam. Pencatatan
selam faseaktif persalinan harus dimulai digaris waspada jika pembukaan ervik
mengarah kesebelah kanan garis waspada ( pembukaan < 1 cm/jam ), maka harus
dipertimbangkan adanya penyulit ( misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dll ).
Perimbangkan pula adanya tindakan interfensi yang diperlukan, misalnya persiapan
rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan ( rumah sakit atau puskesmas ) yang mampu
menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar
dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur kesisi kanan. Jika
pembukaan servik berada disebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk
menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tib ditempat rujukan sebelum
garis bertindak terlampaui.
16. Jam dan Waktu
Waktu mulainya fase aktif persalinan . Dibagian bawah partograf ( pembukaan servik
dan penurunan ) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1 -16. setiap kotak menyatakan
waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. Waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif. Tertera kotak-kotak
untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menytakan 1
jam penuh dan berkaitan dengan 2 kotak waktu 30 menit pada lajur kotak diatasnya
atau lajur kontraksi dibawahnya. Saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan catatkan
pembukaan servik digaris waspada kemudian catatkan wakyu aktual pemeriksaan ini
dikotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh, jika pemeriksaan dalam menunjukan ibu
mengalami pembukaan 6 cm pada pukul 15.00, tuliskan tanda X digaris waspada
yang sesuai dengan angka 6 yang tertera disisi luar kolom paling kiri dan catat waktu
yang sesuai pada kotak waktu dibawahnya ( kotak ketiga dari kiri )
17. Kontaraksi Uterus.
Persalinan yang normal disertai his yang normal. Pada persalinan normal, makin
lanjut persalinan berlangsung, his akan makin lama, makin sering dan semakin sakit.
a. Mengamati his. Pengamatan his dilakukan setiap jam dalam fase laten, dan setiap
setengah jam dalam fase aktif. Yang harus diamati adalah :
1) frekuensi : diukur jumlah his / 10 menit
2) lama : dalam detik dari permulaan his terasa dengan palpasi perut sampai
hilang.
3) Mencatat his pada partograf : Di bawah garis waktu, ada 5 kotak kosong
melintang sepanjang partograf, yang pada sisi kirinya tertulis “ his/10 menit”.
Satu kotak menggambarkan satu his. Kalau ada 2 his dalam 10 menit, ada 2
kotak yang diarsir.
4) Ada 3 cara mengarsir :
< 20 detik ( berupa titik-titik) 2. 20-40 detik (garis miring/arsiran) 3. > 40
detik ( dihitamkan penuh).
5) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
Oksitosin
Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam
satuan tetesan per menit.
6) Obat-obatan lain dan cairan intravena
Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dqan atau cairan intravena
dalam kotak yang seuai dengan kolom waktunya.
18. Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinikn disisi luar kolom
partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan dalam persalinan. Cantumkan
juga tanggal dan waktu saat membuat catatan persalinan.
19. Asuhan, pengamatan atau keputusan klinik mencakup :
a. Jumlah cairan peroral yang diberikan
b. Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur.
c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya (obgyn, bidan, dokter umum)
d. Persiapan sebelum melakukan rujukan.
e. Upaya rujukan.

20. Pencatatan pada lembar belakang partograf.


21. Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran, serta tindakan-tindakan yang dilakukan sejak
persalinan kala I sampai persalinan kala IV (termasuk Bayi baru lahir). Itulah
sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Niali dan catat asuhan yang
diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan kala IV untuk
memungkinkan penolong persalinan mencegah terjadinya penyulit dan membuat
keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat
keputusan klinik, terutama peamantauan kala IV ( mencegah terjadinya perdarahan
pasca persalinan ). Selain itu, catatan persalinan (yang sudah diisi dengan lengkap dan
tepat) dapat pula digunakan untuk menilai atau memantau sejauh mana telah
dilakukan pelaksanaan persalinan bersih dan aman.
22. Catatan persalinan terdiri dari unsur-unsur berikut :
a. Data dasar.
b. Kala I
c. Kala II
d. Kala III
e. Bayi baru lahir.
f. Kala IV

B. Temuan Keadaan Abnormal Pada Partograf


1. Denyut Jantung Janin
Normal : 120 – 160 x/menit
Abnormal : < 120 x /menit atau > 160 x /menit (curigai adanya
gawat janin)
Penanganan :
a. Bila sedang dalam infus oksitosi, segera hentikan.
b. Ibu berbaring miring ke kiri.
c. Cari penyebab DJJ yang abnormal, misalnya ibu demam/efek obat tertentu.
Bila penyebab diketahui, atasi permasalahannya.
d. Lakukan PD untuk mengetahui hal-hal berikut :
1) Kemajuan persalinan
2) Adakah kompresi tali pusat
3) Air ketuban sedikit
e. Bila terdapat oligohidramnion akibat ketuban pecah maka
kompresi tali pusat diatasi dengan amnio infuse
f. Bila DJJ tetap abnormal, segera akhiri persalinan dengan cara
yang sesuai syarat tindakan.
g. Pada kala II sebanyak 30-40% dapat terjadi bradikardi akibat
kompresi, bila persalinan lancar tidak perlu tindakan.

2. Air Ketuban
Normal :
a. U : selaput utuh
b. J : selaput pecah, air ketuban jernih
Abnormal :
a. M : Air ketuban bercampur mekonium
b. D : Air ketuban bercampur darah
c. K : Tidak ada cairan ketuban/kering
Penanganan :

a. Jangan biarkan bayi kedinginan, bersihkan mulut dan jalan


nafas.
b. Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang
dimasukkan ke dalam mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12
mmHg. Dapat juga dilakukan mounth to mounth respiration, heart massae
(masase jantung) atau menekan dan melepaskan dada bayi. Pemberian O2
harus hati-hati, terutama pada bayi premature bisa menyebabkan lenticlar
fibrosis oleh pemberian O2 dalam konsentrasi lebih dari 35% dan lebih dari
24 jam sehingga bayi menjadi tua.
c. Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post
partum, jadi kepala dapat di rendahkan supaya lendir yang menyumbat
pernafasan dapat keluar.
d. Pemberian coramine, lobelin, sekarang tidak dilakukan lagi.
e. Kalau ada dugaan perdarahan otak diberikan injeksi vitamin K
1-2 mg
f. Berikan tranfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.

3. Perubahan Bentuk Kepala


Normal :
0 : Sutura terpisah
1 : Pertemuan 2 tulang tengkorak yang tepat/bersesuaian
2 : Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki.
Abnormal:
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki. Evaluasi kemajuan
persalinan dan posisi/presentasi. Presentasi selain oksiput anterior dengan flexi
sempurna digolongkan dalam malpersentasi.

4. Penurunan Kepala
Normal:
Bagian terbesar kepala sudah masuk panggul dengan adanya kontraksi kepala
semakin turun hingga dasar panggul
Abnormal:
a. Bagian terbesar kepala tidak masuk panggul.
b. Dengan adanya kontraksi kepala tidak mengalami penurunan,
kepala mengalami kemajuan yang kurang baik, pada persalinan
dapat menyebabkan persalinan lama.
Penanganan: Perubahan bentuk kepala dengan molase tingkat 3
dan kepala tidak turun walaupun ada his

5. Pembukaan Mulut Rahim/Servik


Normal : Kecepatan pembukaan servik paling sedikit 1 cm/jam selama persalinan
a. Fase aktif berlangsung disebelah kiri garis waspada.
b. Servik dipenuhi oleh bagian terbawah dari janin
Abnormal:
Kecepatan pembukaan servik lebih lambat
a. Fase aktif berlangsung disebelah garis waspada
Penanganan :
a. Fase aktif > 8 jam :
1) Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan servik
serta tak didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang
diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam keadaan
inpartu.
2) Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan
servik, lakukan drip oxsitosin dengan 5 unit dalam 500 cc
dextrose/NaCl mulai dengan 8 tetes/menit, setiap 30 menit
ditambah 4 tetes sampai his adekuat (max. 40 tetes/menit)
atau diberikan preparat prostaglandin. Lakukan
penilaianulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif
setelah dilakukan oxsitosin lakukan SC.
3) Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban
tetap utuh selama pemberian oxitosin untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya penularan HIV.
4) Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi
dengan oxsitosin 5 IU dalam 500 cc dextrose / NaCl mulai dengan 8 tetes /
menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (max. 40
tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin serta obati infeksi dengan
ampisilin 29 IU sebagai dosis awal dan 1 gram IU setiap 6 jam dan gentamisin
2 x 8 gram.
6. W a k t u
Normal :
a. Fase aktif tidak boleh > 8 jam
b. Persalinan tidak berangsung > 12 jam tanpa kelahiran bayi
Abnormal :
a. Fase aktif > 8 jam
b. Persalinan telah berlangsung > 12 jam tanpa kelahiran bayi
Penanganan :
Persalinan yang telah berlangsung > 12 jam :

a. Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena


mengurangi jumlah O2 ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan
mengedan secara spontan. Mengedan dan menahan nafas yang terlalu lama
tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ. Bradikardi yang lama mungkin terjadi
akibat lilitan tali pusat, dalam hal ini lakukan tindakan extraksi vacuum /
forceps bila syarat terpenuhi.
b. Bila mal persentasi dan tanda obstruksi bisa di singkirkan
berikan oxsitosin drip. Bila pemberian oxitosin drip tidak ada kemajuan
dalam 1 jam lahirkan dengan bantuan vacum / forceps bila persyaratan
dipenuhi lahirkan dengan SC bila persyaratan vacuum dan forceps tidak
dipenuhi.
7. Kontraksi
Normal:
Kontraksi teratur yang progresif dan peningkatan frekuensi dan durasi.
Abnormal:
Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
Penanganan :
a. Kontraksi uterus tidak adekuat (inersia Uteri)
Bila kontraksi uterus tidak adekuat dan disproporsi/obstruksi bias
disingkirkan, penyebab paling banyak partus lama adalah kontraksi uters
yang tidak adekuat.
1) Lakukan induksi dengan oxsitosin 5 IU dalam 500 cc Dextrose (NaCl) /
prostaglandin.

2) Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal setiap jam :


Bila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan SC.
Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.

8. Tekanan Darah
Normal :

a. Sistolik : 110-140 mmHg


b. Diastolik : 60-80 mmHg

Abnormal :
a. Sistolik : < 110 atau >140 mmHg
b. Diastolik : < 60 atau >90 mmHg
9. Urin :
Normal :

a. 300 -350 mmHg, tidak ada proteinuri dan aseton


b. Abnormal :
Terdapat aseton dan proteinuri
Penanganan :
a. Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi,
sampai tekanan diastolik diantara 90-110 mmHg.
1) Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge/>)
2) Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi
Overload
3) Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan
proteiniru. Jika jumlah urin < 30 ml perjam :
a) Infuse cairan dipertahankan 11/8 jam
b) Pantau kemungkinan edem paru
c) Jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai
aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
d) Observasi tanda-tanda vital, refleks dan DJJ setiap jam
e) Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edem paru.
Krepitasi merupakan tanda-tanda edem paru, jika edem
paru, stop pemberian cairan, dan berikan deuretik
misanya Furesemide 40 mg IU.
f) Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bed
side. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit,
kemungkinan terdapat koagulapati.
10.N a d i
Normal : 50 x / menit – 100 x / menit
Abnormal : Denyut nadi ibu meningkat, mungkin dalam keadaan
dehidrasi.
Penanganan : Beri minum yang cukup, evaluasi kondisi patologis lain.
11. S u h u
Normal: 36 – 37,5 oC, Abnormal : > 37,5 oC (infeksi), < 36 oC
(dehidrasi)
Penanganan : Lakukan penanganan infeksi.
1. Kegunaan utama dari patograf adalah :
a. Mengamati dan mencatat informasi kemajuan berjalan normal dan mendeteksi
dini persalinan lama.
b. Sebagai dokumentasi kebidanan
c. Mengetahui ada tidaknya kesalalahan dalam pelaksanaan asuhan persalinan
d. Untuk mendapatkan kemajuan persalinan pada fase laten
2. Ketuban apabila sudah pecah dengan warna jernih dilambangkan dengan huruf :
a. U
b. D
c. K
d. J
3. Dalam partograf untuk mencatat kemajuan persalinan setiap berapa jam sekali :
a. 5
b. 4
c. 3
d. 2
4. Perubahan Bentuk Kepala dengan angka 2 berarti :
a. Sutura terpisah
b. Pertemuan 2 tulang tengkorak yang tepat/bersesuaian
c. Sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki.

d. Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki. Evaluasi kemajuan persalinan dan
posisi/presentasi. Presentasi selain oksiput anterior dengan flexi sempurna
digolongkan dalam malpersentasi.
5. Dalam pencatatan Denyut jantung janin dilakukan setiap :
a. 15 menit
b. 20 menit
c. 25 menit
d. 30 menit
Jika Anda minimal dapat menjawab dengan benar 4 soal maka Anda sudah kompeten dalam
asuhan kebidanan pada kala II
1. Tugas baca (buku utama, buku acuan, buku penunjang, jurnal)
2. Tugas terstruktur (laporan praktikum di skills lab dan laporan praktek di lapangan)
3. Tugas kelompok (makalah, bahan diskusi/seminar).
www.scribd.com/mobile/doc/186031241
www.oshigita.wordpress.com/temuankeadaanabnormalpadapartograf
www.jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/partograf
Partograf : Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan.
Kala I : pembukaan 1 – 10

Fase Laten : Pembukaan servik kurang dari 4 cm


Fase Aktif : Pembukaaan servik dari 4 sampai 10 cm
Kala II : dari pembukaan 10 sampai dengan lahirnya bayi
Kala III : dari lahirnya bayi sampai lahirnya placenta
Kala IV : 2 jam post partum
DJJ : denyut jantung janin
Meconium : kotoran atau feses yang dihasilkan bayi selama di dalam rahim
Molase : penyusupan kepala janin
Air ketuban : cairan yang terdapat dalam ruangan yang diliputi selaput janin
Kontraksi/his : serangkaian kontraksi rahim yang teratur karena otot-otot polos rahim yang
bekerja dengan baik dan sempurna secara bertahap akan mendorong janin
melalui serviks (rahim bagian bawah) dan vagina (jalan lahir), sehingga janin
keluar dari rahim ibu.

Вам также может понравиться