Вы находитесь на странице: 1из 39

KONSEP DASAR PENYAKIT KANKER SERVIKS

A. ANATOMI FISIOLOGI
Serviks merupakan segmen uterus berada bagian bawah yang dilapisi epitel
torak pensekresi mukus dalam kesinambungan langsung dengan epitel
vagina, yang befungsi sebagai jalan lahir.
Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng serupa dengan vagina,
dengan peralihan agak mendadak diantara keduanya, sambungan
skuamakolumnar. Serviks mengalami perubahan/dramatis selama masa usia
reproduktif maupun dalam siklus menstruasi. Sambungan skuamokolumnar
normalnya terletak dalam kanalis endoservikalis, tetapi dapat berada jauh di
luar pada ektoserviks, baik pasca persalinan atau atas dasar kongenital.
Mukus serviks dihasilkan sebagai respon terhadap estrogen dan dengan eversi
sel torak pensekresi mucus pada ektoserviks, suatu sekret mukoid dan
kadang-kadang purulen bisa dialami. Walaupun ini bisa menyebabkan secret
yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna patologi dan tampaknya tidak
mengubah kapasitas reproduksi.
Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus genitalis atas yang steril
dan vagina yang mengandung bakteri dan memudahkan sperma berjalan pada
saat ovulasi. Arsitektur endoserviks mempunyai beberapa kripta yang
memberikan penampungan untuk sperma, tempat sperma bertahan sampai
beberapa hari setelah koitus.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk
sebagai saluran lonjongan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-
kelenjar serviks, berbentuk sel-sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai
reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium
uteri internum (OUI) dan pintu vagina (OUE) Ostium Oteri Eksternum.
Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya pada penilaian jalannya
persalinan, abortus dan sebagainya.
B. DEFINISI
Suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam
mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. (Prawiroharjo,
Sarwono: 1994).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997).
Kanker cerviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau cerviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina). Kanker cerviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55
tahun.(Nanda, 2007)
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang
abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau
mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau
sekarang dalam status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang
belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.
Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling
banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil
wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor
risikonya.

C. Etiologi/ Faktor Predisposisi


Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa
faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
a. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual.
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda. Hubungan seksual pertama
kali pada usia dini (umur < 16 tahun).
b. Jumlah kehamilan dan partus.
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
c. Jumlah perkawinan.
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
d. Infeksi virus.
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
e. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah
umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
f. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari
adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.

h. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).


i. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian
menunjukkan bahwa 10-30 % wanita pada usia 30’an tahun yang sexually
active pernah menderita infeksi HPV (termasuk infeksi pada daerah
vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki
banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV
berlangsung tanpa gejala dan bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin
dbanyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH
yang berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya
perubahan kearah dysplasia.

D. Epidemiologi
Karsinoma serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada
perempuan dan bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada
perempuan di Amerika Serikat (CancerNet, 2001). Kanker servikal ini
sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%)
adalah adenokarsinoma.
Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus
papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual. Penelitian
epidemiologi diseluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor
penting dalam perkembangan kanker servikal (Bosch et al, 1995). Factor
risiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada
usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status
ekonomi yang rendah, dan merokok. (Sylvia A. Price, 2005).

E. Patofisiologi
Bentuk dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat
diangkat seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan
laser,kauter,atau bedah krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi
yang berulang penting dilakukan setelah pengobatan ini. Karsinoma serviks
invasif terjadi bila tumor menginvasi epithelium masuk dalam stroma serviks.
Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan
paraservikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat
dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal.Karsinoma servikal
invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum
kardinale,dan rongga endometrium ;invasi kelenjar getah bening dan
pembuluh darah mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang jauh. Tidak
ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.Karsinoma servikal
prainvasif tidak memiliki gejala,namun karsinoma invasive dini dapat
menyebabkan secret vagina tau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan
adalah gejala yang signifikan,perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal,
sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis.
Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak
antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor,gejala yang muncul
kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat
penekanan saraf lumbosakralis,frekuensi berkemih yang sering dan
mendesak, hematuria, atau perdarahan rectum.
Pathway Ca. Serviks

Berhub. Seks <20th Sering melahirkan Bergnti Psngn Gaya Hidup Virus Herediter Hygiene yg buruk

Proses Metaplasia

Displasia serviks

Kanker Serviks

Tahap Awal Tahap Lanjut Terapi

Nekrosis
Jar. Serviks Menyebar Pembesaran Radiasi Kemoterapi
ke pelvik Massa
Bau Busuk
P. Intrapelvik Penipisan Pre Post
Malu, Tidak sel epitel
< Pengetahuan
PD P. Intrabdomen Pemanasan Gastrointestina Ke arah
Permeabilitas Epidermis Kulit l parametrium
Gg. Citra
PD rusak Ansietas
Tubuh Nyeri P. Gaster
rusak Eritema, Menginfiltrasi
Perdarahan Pecah2, Mual, Muntah VU
Kering
Anoreksia Obstruksi
Anemia Risiko Defisit
Gg. VU/Ureter
Volume Cairan
Integritas Nutrisi
Hb Imunitas Kulit Kurang dari
HCL Perub. Pola
Keb. Tubuh
eliminasi
Suplai O2 Risti urine
Infeksi
Metabolisme Mempercepat
Memperpendek
Anaerob pertumbuhan sel
usia akar rambut
normal
Pembentukan
As. Laktat Kelelahan
Alopecia

Defisit Intoleran
Perawatan Aktivitas
Diri
F. Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus
uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan
sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat
didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi
stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3
bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding
panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum
sampai dinding panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium
tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan
daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi
keluar panggul ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau
sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.
Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks

Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan
sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana
basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada
skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea
bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu
jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan
korpus uteri.
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks:
 Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi
kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
 Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri
dan parametrium.
 Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.

Makroskopis
a. Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut.
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

G. Gejala Klinis
a. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi
keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan
gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
1) Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks,
tetapi tidak selalu ada.
2) Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
3) Menstruasi abnormal (lebih lama dan ebih banyak)
4) Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah
muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
b. Gejala kanker serviks stadium lanjut.
1) Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan
kelelahan
2) Nyeri panggul, punggung dan tungkai
3) Dari vagina keluar air kemih atau feses

H. Pemeriksaan Diagnostik
 Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan
prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia
keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang.
Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan
pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu
sebesar 3-15%.
 Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah
melakukan aktivitas seksual sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali
hasil pemeriksaan tahunan menunjukkan negative maka selanjutnya harus
melakukan pemeriksaan setiap tiga tahun sekali sampai umur 65 tahun.
 Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu.
Alat ini memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah
abnormal yang mungkin dapat dibiopsi.
 Servikografi
 Pemeriksaan visual langsung
 Gineskopi
 Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
 Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
 Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih
besar untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
 MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai
penyebaran local dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
 Tes Schiller.
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan
yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat
sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
 Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.

I. Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan
respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun
setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio
tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat
diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%
rekurensi dalam 2 tahun.
J. Penatalaksanaan

Tingkat Penatalaksaan
0 Biopsi kerucut

Ia Histerektomi trasnsvaginal

I b dan II a Biopsi kerucut

II b , III dan Histerektomi trasnsvaginal


IV

IV a dan IV Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan


b evaluasi kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radiologi pasca pembedahan)

Histerektomi transvaginal

Radioterapi

Radiasi paliatif

Kemoterapi

K. Komplikasi
a) Berkaitan dengan intervensi pembedahan
1) Vistula Uretra
2) Disfungsi bladder
3) Emboli pulmonal
4) Infeksi pelvis
5) Obstruksi usus
b) Berkaitan dengan kemoterapi
1) Sistitis radiasi Enteritis
2) Supresi sumsum tulang
3) Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung
sisplatin
4) Kerusakan membrane mukosa GI
5) Mielosupresi

L. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
a) Mencegah terjadi infeksi HPV
b) Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
c) Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di
bawah 18 tahun.
d) Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kelamin atau
gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit
e) Jangan berganti-ganti pasangan seksual
f) Berhenti merokok
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga
tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang
dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi
perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya
pengetahuan keluarga.
d. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
f. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.

Pengkajian data dasar.


a. Aktivitas dan istirahat
Gejala:
 Kelemahan atau keletihan akibat anemia
 Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari.
 Adanya faktor-faktor yang memengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas,
dan keringat malam.
 Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan
tingkat stress tinggi.
b. Integritas ego
Gejala:
Faktor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan,
keyakinan religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan,
menyangkal diagnosis, pembedahan, menyangkal diagnosis, dan perasaan
putus asa.
c. Eliminasi
Pengkajian eliminasi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah sebagai
berikut.
 Pada kanker serviks: perubahan pada pola defekasi, perubahan
eliminasi urinalis, misalnya nyeri.
 Pada kanker ovarium didapat tanda haid tidak teratur, sering berkemih,
menopause dini, dan menoragia.
d. Makanan dan minuman
Gejala:
 Pada kanker serviks: kebiasaan diet buruk (misalnya: renah serat,
tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet rasa).
 Pada kanker ovarium: dyspepsia, rasa tidak nyaman pada abdomen,
lingkar abdomen yang terus meningkat (kanker ovarium).
e. Neurosensori
Gejala: merokok, pemajanan abses.
f. Nyeri atau kenyamanan
Gejala:
Adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyaman ringan sampai
nyeri hebat (dihubungkan dengan proses penyakit), nyeri tekan pada
payudara (pada kanker ovarium).
g. Pernapasan
Gejala: merokok, pemajanan abses.
h. Keamanan
Gejala: pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda: demam, ruam kulit, ulserasi.
i. Seksualitas
Gejala: perubahan pola respons seksual, keputihan (jumlah karakteristik,
bau), perdarahan sehabis senggama (pada kanker servix).
j. Interaksi sosial
Gejala: ketidaknyamanan atau kelemahan sistem pendukung.
k. Penyuluhan
Gejala: riwayat kanker pada keluarga, sisi primer: penyakit primer, riwayat
pengobatan sebelumnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronik berhubungan nekrotis jaringan pada serviks.
2. Ansietas berhubungan dengan konflik yang tidak disadari tentang nilai dan
tujuan hidup yang esensial.
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
4. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umun.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan fisik alopecia, bau badan.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit, faktor
mekanik (tekanan).
8. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif.
9. Resiko infeksi berhubungan dengan penekanan sistem imun.
10. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan gangguan kognisi dan
kelemahan struktur penyongkong panggul.
C. Intervensi
1. Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada serviks
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
nyeri pasien berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
b. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan
pengaruh / efek samping minimal
c. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
 Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)
 Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)
 Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
 Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)
 Ekspresi wajah pasien tidak meringis
 Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
 Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat
sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Lakukan pengkajian nyeri secara Membantu membedakan


komprehensif [catat keluhan, lokasi penyebab nyeri dan
nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas memberikan informasi tentang
(skala 0-10) dan tindakan penghilangan kemajuan atau perbaikan
nyeri yang dilakukan] penyakit, terjadinya
komplikasi dan keefektifan
intervensi.

2 Pantau tanda - tanda vital Peningkatan nyeri akan


mempengaruhi perubahan
pada tanda - tanda vital

3 Dorong penggunaan keterampilan Memungkinkan pasien untuk


manajemen nyeri seperti teknik berpartisipasi secara aktif
relaksasi dan teknik distraksi, misalnya untuk mengontrol rasa nyeri
dengan mendengarkan musik, yang dialami, serta dapat
membaca buku, dan sentuhan meningkatkan koping pasien
terapeutik.

4 Berikan posisi yang nyaman sesuai Memberikan rasa nyaman


kebutuhan pasien pada pasien, meningkatkan
relaksasi, dan membantu
pasien untuk memfokuskan
kembali perhatiannya.

5 Dorong pengungkapan perasaan pasien Dapat mengurangi ansietas


dan rasa takut, sehingga
mengurangi persepsi pasien
akan intensitas rasa sakit.

6 Evaluasi upaya penghilangan nyeri / Tujuan yang ingin dicapai


kontrol pada pasien melalui upaya kontrol adalah
kontrol nyeri yang maksimum
dengan pengaruh / efek
samping yang minimum pada
pasien.

7 Tingkatkan tirah baring, bantulah Menurunkan gerakan yang


kebutuhan perawatan diri yang penting dapat meningkatkan nyeri

8 Kolaborasi pemberian analgetik sesuai Nyeri adalah komplikasi


indikasi tersering dari kanker,
meskipun respon individual
terhadap nyeri berbeda-beda.
Pemberian analgetik dapat
mengurangi nyeri yang
dialami pasien

9 Kolaborasi untuk pengembangan Rencana manajemen nyeri


rencana manajemen nyeri dengan yang terorganisasi dapat
pasien, keluarga, dan tim kesehatan mengembangkan kesempatan
yang terlibat pada pasien untuk mengontrol
nyeri yang dialami. Terutama
dengan nyeri kronis, pasien
dan orang terdekat harus aktif
menjadi partisipan dalam
manajemen nyeri di rumah.

10 Kolaborasi untuk pelaksanaan prosedur Mungkin diperlukan untuk


tambahan, misalnya pemblokan pada mengontrol nyeri berat
saraf (kronis) yang tidak berespon
pada tindakan lain


2. Ansietas b/d konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup
yang esensial
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, ansietas pasien
dapat berkurang / teratasi
Kriteria Hasil :
a. TTV dalam batas normal
 Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
 Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
 Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
 Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
b. Pasien melaporkan bahwa ansietas / ketakutan yang dirasakannya
menurun sampai tingkat yang dapat ditangani / dikontrol
c. Pasien tampak lebih tenang

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Observasi perubahan TTV, misalnya Perubahan pada TTV dapat


denyut nadi, frekuensi pernafasan menunjukkan tingkat ansietas /
gangguan psikologis yang
dialami pasien

2 Obervasi respon verbal dan nonverbal Kecemasan dapat ditutupi oleh


pasien yang menunjukkan adanya pasien dengan komentar/
kecemasan kemarahan yang ditunjukkan
pasien kepada pemberi
perawatan

3 Tinjau ulang pengalaman pasien / Membantu dalam identifikasi


orang terdekat sebelumnya dengan rasa takut dan kesalahan
kanker interpretasi konsep pada
pengalaman kanker sebelumnya

4 Dorong pasien untuk mengungkapkan Memberikan kesempatan untuk


pikiran dan perasaannya mengidentifikasi rasa takut yang
dialami serta kesalahan konsep
tentang diagnosis

5 Dengarkan keluhan pasien dengan Menunjukkan rasa menghargai


penuh perhatian dan menerima pasien, dan dapat
membantu meningkatkan rasa
percaya pasien kepada pemberi
perawatan.

6 Pertahankan kontak sering dengan Memberikan keyakinan bahwa


pasien. Berikan sentuhan terapeutik pasien tidak sendiri atau ditolak.
bila perlu

7 Instruksikan pasien menggunakan Meningkatkan pelepasan


teknik relaksasi endorfin pada sistem saraf
sehingga menimbulkan rasa
tenang pada pasien dan dapat
mengurangi ansietas yang
dirasakan pasien

8 Berikan informasi yang akurat dan Pengetahuan / informasi yang


sesuai mengenai diagnosa, pengobatan, diberikan diharapkan dapat
dan konsistensi prognosis penyakit menurunkan ansietas,
pasien memperbaiki kesalahan konsep,
dan meningkatkan kerjasama
pasien dengan pemberi
perawatan

9 Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan Memudahkan pasien


yang tenang beristirahat, menghemat energi,
dan meningkatkan kemampuan
koping pasien

10 Dorong dan kembangkan interaksi Mengurangi perasaan isolasi.


pasien dengan sistem pendukung Bila sumber pendukung
keluarga tidak adekuat, sumber
luar dapat diberdayakan
misalnya kelompok penderita
kanker

11 Libatkan orang terdekat bila keputusan Menjamin sistem pendukung


mayor akan dibuat untuk pasien dan
memungkinkan orang terdekat
terlibat dengan tepat

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan


muntah
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, kebutuhan
nutrisi pasien terpenuhi secara optimal dan seimbang
Kriteria Hasil :
a. Berat badan pasien stabil (sesuai dengan BB pasien dalam kondisi
normal)
b. Pasien menunjukkan adanya peningkatan nafsu makan
c. Tidak terjadi mual ataupun muntah
d. Pasien tidak tampak pucat / lemas

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Pantau masukan makanan setiap hari Mengidentifikasi defisiensi


nutrisi

2 Ukur tinggi, berat badan. Pastikan Membantu dalam identifikasi


jumlah penurunan berat badan saat ini. malnutrisi protein dan kalori
Timbang berat badan setiap hari khususnya bila berat badan dan
pengukuran antropometrik
kurang dari normal

3 Dorong pasien untuk makan diet Kebutuhan jaringan metabolik


tinggi kalori dan nutrien dengan ditingkatkan begitu juga cairan
masukan cairan yang adekuat. Dorong (untuk menghilangkan produk
penggunaan suplemen sisa). Suplemen dapat membantu
untuk mempertahankan masukan
kalori dan protein yang adekuat
untuk pertumbuhan ibu serta
perkembangan janin

4 Kontrol faktor lingkungan (misalnya : Untuk menurunkan potensial


bau makanan yang terlalu kuat, terjadinya respon mual dan
kebisingan lingkungan, makanan yang muntah
terlalu pedas, terlalu manis, dan
berlemak)
5 Lakukan oral hygiene pada pasien Kebersihan mulut yang terjaga
dapat meningkatkan sensasi
pengecapan dan nafsu makan

6 Kolaborasi : Membantu dalam


Tinjau ulang pemeriksaan mengidentifikasi derajat
laboratorium sesuai indikasi, misalnya ketidakseimbangan biokimia dan
transferin serum dan albumin malnutrisi yang terjadi akibat
pertumbuhan sel-sel kanker,
dapat mempengaruhi dalam
penentuan intervensi diet
selanjutnya.

7 Kolaborasi : Defisiensi vitamin A, C, D, E


Pemberian vitamin A, B6, C, D, E. dapat menghambat proses
absorbsi zat-zat nutrisi pada vili
intestinum, menghambat
proliferasi sel-sel epitel normal,
dan menghambat pembentukan
antioksidan tubuh. Defisiensi
vitamin B6 dapat memperberat
perasaan depresi yang dirasakan
pasien

8 Kolaborasi : Memberikan rencana diet khusus


Rujuk pada ahli gizi / tim pendukung untuk memenuhi kebutuhan ibu
nutrisi dan janin yang dikandungnya,
serta menurunkan potensial
komplikasi yang terjadi
berkenaan dengan malnutrisi
protein / kalori dan defisiensi
mikronutrien
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, aktivitas pasien
dapat meningkat secara optimum / fungsi tercapai
Kriteria Hasil :
a. Pasien mampu melakukan aktivitas biasa dengan normal tanpa bantuan
perawat / orang terdekat
b. Pasien mengatakan lebih bertenaga dan tidak lemas

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Pantau respon fisiologis terhadap Toleransi sangat bervariasi


aktivitas, misalnya perubahan tekanan tergantung pada tahap proses
darah dan frekuensi jantung serta penyakit, status nutrisi,
pernafasan keseimbangan cairan, serta
oksigenasi.

2 Jelaskan alasan perlunya tirah baring, Tindakan ini ditujukan untuk


penggunaan posisi rekumben lateral mempertahankan janin jauh dari
kiri/miring, dan penurunan aktivitas. serviks dan meningkatkan
perfusi uterus. Tirah baring
dapat menurunkan peka
rangsang uterus.

3 Berikan tindakan kenyamanan seperti Menurunkan tegangan otot dan


gosokan punggung, perubahan posisi, kelelahan serta meningkatkan
atau penurunan stimulus dalam ruangan rasa nyaman
(misalnya lampu redup)

4 Evaluasi laporan kelelahan. Perhatikan Menentukan derajat dari


kemampuan tidur / istirahat dengan ketidakmampuan pasien
tepat
5 Kaji kemampuan untuk berpartisipasi Mengidentifikasi kebutuhan
pada aktivitas yang diinginkan / individual dan membantu dalam
dibutuhkan pemilihan intervensi

6 Identifikasi faktor stres / psikologis Mungkin mempunyai efek


yang dapat memperberat kumulatif terhadap kondisi fisik
yang dapat terus berlangsung
bila masalah tersebut belum
diatasi

7 Buat tujuan aktivitas realistis dengan Memberikan rasa kontrol dan


pasien perasaan mampu menyelesaikan

8 Dorong pasien untuk melakukan Meningkatkan rasa membaik


aktivitas ringan, bila mungkin. dan mencegah terjadinya frustasi
Tingkatkan tingkat partisipasi pasien pada pasien
sesuai toleransi pasien

9 Rencanakan periode istirahat adekuat Mencegah kelelahan berlebihan


dan menghemat energi untuk
proses penyembuhan

10 Berikan bantuan dalam aktivitas sehari- Memungkinkan berlanjutnya


hari sesuai dengan derajat aktivitas yang dibutuhkan pasien
ketidakmampuan pasien

11 Dorong masukan nutrisi Masukan nutrisi adekuat perlu


untuk memenuhi kebutuhan
energi ibu untuk beraktivitas dan
pertumbuhan serta
perkembangan janin

12 Kolaborasi : Adanya hipoksemia dapat


Berikan suplemen 02 sesuai indikasi menurunkan ketersediaan 02
untuk ambilan seluler ibu dan
plasenta janin dan dapat
memperberat terjadinya
intoleransi pada aktivitas

5. Defisit perawatan diri b/d kelemahan dan kelelahan.


Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ........x 24 jam diharapkan
perawatan diri dapat teratasi.
Kriteria hasil :
a.
6. Gangguan cirta tubuh b/d fisik alopecia, bau badan.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ........x 24 jam diharapkan
gangguan body image dapat teratasi.
Kriteria hasil:
a. Pasien mampu mengembangkan mekanisme koping.
b. Pasien mampu memahami tentang perubahan struktur tubuh.

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Diskusikan dengan pasien bagaimana Membantu mengidentifikasi


pengobatan mempengaruhi kehidupan masalah untuk menemukan
pasien. pemecahannya.

2 Jelaskan bahwa tidak samping terjadi Membantu pasien untuk


pada pasien. menyiapkan diri beradaptasi.

3 Berikan dukungan emosi. Membantu klien untuk percaya


diri.

4 Gunakan sentuhan selama interaksi Meningkatkan kepercayaan diri


dan pertahankan kontak mata. pasien.

7. Kerusakan integritas kulit b/d kelembaban kulit, factor mekanik (tekanan).


Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
integritas kulit dapat terjaga dengan baik.
Kriteria hasil:
a. Pasien berpartisipasi dalam mencegah komplikasi.
b. Tidak terjadi kerusakan kulit.

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Kaji kulit terhadap efek samping Efek kemerahan dapat terjadi pada
terapi kanker, observasi adanya terapi radiasi.
kerusakan/perlambatan penyembuhan -
luka. -

2 Mandikan dengan air hangat dan Mempertahankan kebersihan kulit


sabun ringan. tanpa mengiritasi kulit.

3 Dorong pasien untuk menghindari Membantu menghindari trauma


menggaruk kulit. kulit.

4 Ubah posisi tubuh dengan sering. Meningkatkan sirkulasi dan


mencegah tekanan pada kulit.

8. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan tubuh secara


aktif akibat pendarahan
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
keseimbangan volume cairan adekuat
Kriteria Hasil :
a. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
 Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
 Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
 Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
 Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
b. Membran mukosa lembab
c. Turgor kulit baik (elastis)
d. Pengisian kapiler cepat ( kembali dalam ± 2-3 detik setelah ditekan )
e. Ekspresi wajah pasien tidak pucat

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Awasi masukan dan haluaran. Ukur Memberikan pedoman untuk


volume darah yang keluar melalui penggantian cairan yang perlu
pendarahan diberikan sehingga dapat
mempertahankan volume sirkulasi
yang adekuat untuk transport
oksigen pada ibu dan janin.

2 Catat kehilangan darah ibu dan Bila kontraksi uterus disertai


kemungkinan adanya kontraksi uterus dilatasi serviks, tirah baring dan
medikasi mungkin tidak efektif di
dalam mempertahankan
kehamilan. Kehilangan darah ibu
secara berlebihan menurunkan
perfusi plasenta

3 Hindari trauma dan pemberian tekanan Mengurangi potensial terjadinya


berlebihan pada daerah yang peningkatan pendarahan dan
mengalami pendarahan trauma mekanis pada janin

4 Pantau status sirkulasi dan volume Kejadian perdarahan potensial


darah ibu merusak hasil kehamilan,
kemungkinan menyebabkan
hipovolemia atau hipoksia
uteroplasenta

5 Pantau TTV. Evaluasi nadi perifer, Menunjukkan keadekuatan


dan pengisian kapiler volume sirkulasi
6 Catat respon fisiologis individual Simtomatologi dapat berguna
pasien terhadap pendarahan, misalnya untuk mengukur berat / lamanya
kelemahan, gelisah, ansietas, pucat, episode pendarahan.
berkeringat / penurunan kesadaran Memburuknya gejala dapat
menunjukkan berlanjutnya
pendarahan / tidak adekuatnya
penggantian cairan

7 Kaji turgor kulit, kelembaban Merupakan indikator dari status


membran mukosa, dan perhatikan hidrasi / derajat kekurangan cairan
keluhan haus pada pasien

8 Kolaborasi : Penggantian cairan tergantung


Berikan cairan IV sesuai indikasi pada derajat hipovolemia dan
lamanya pendarahan (akut /
kronis). Cairan IV juga digunakan
untuk mengencerkan obat
antineoplastik pada penderita
kanker.

9 Kolaborasi : Transfusi darah diperlukan untuk


Berikan transfusi darah (Hb, Hct) dan memperbaiki jumlah darah dalm
trombosit sesuai indikasi tubuh ibu dan mencegah
manifestasi anemia yang sering
terjadi pada penderita kanker.
Transfusi trombosit penting untuk
memaksimalkan mekanisme
pembekuan darah sehingga
pendarahan lanjutan dapat
diminimalisir.

10 Kolaborasi : Perlu dilakukan untuk


Awasi pemeriksaan laboratorium, menentukan kebutuhan resusitasi
misalnya : Hb, Hct, sel darah merah cairan dan mengawasi keefektifan
terapi

9. Risiko infeksi b/d penekanan sistem imun.


Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pasien tidak
mengalami infeksi
Kriteria Hasil :
a. Tidak tampak tanda - tanda infeksi (kalor, rubor, dolor, tumor, fungsio
laesia)
b. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
 Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
 Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
 Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
 Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
c. Nilai WBC (sel darah putih) dari pemeriksaan laboratorium berada
dalam batas normal (4 - 9 103/µL)

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Kaji tanda / gejala infeksi secara Pengenalan dini dan intervensi


kontinyu pada semua sistem tubuh segera dapat mencegah
(misalnya : pernafasan, pencernaan, perkembangan infeksi lebih
genitourinaria) lanjut

2 Pantau perubahan suhu pasien Peningkatan suhu pada ibu hamil


dengan kanker serviks dapat
terjadi karena proses
penyakitnya, infeksi, dan efek
samping kemoterapi yang
dijalaninya. Identifikasi dini
proses infeksi memungkinkan
terapi yang tepat untuk dimulai
segera

3 Kaji janin untuk melihat adanya tanda Deteksi dini terhadap reaksi
infeksi seperti takikardi dan penurunan infeksi yang bisa berdampak
keaktifan gerakan janin pada janin dan menghambat
pertumbuhan janin.

4 Pertahankan teknik perawatan aseptik. Menurunkan risiko kontaminasi


Hindari / batasi prosedur invasif agen infeksius

5 Utamakan personal hygiene Membantu mengurangi pajanan


potensial sumber infeksi dan
menimalisir paparan
pertumbuhan sekunder patogen

6 Kolaborasi : Diferensial dan peningkatan


Awasi hasil laboratorium untuk WBC merupakan salah satu
melihat adanya diferensial atau respon tubuh untuk mengatasi
peningkatan WBC infeksi yang timbul oleh antigen

7 Kolaborasi : Mengidentifikasi organisme


Dapatkan kultur sesuai indikasi penyebab dan terapi yang tepat

8 Kolaborasi : Digunakan untuk menghambat


Berikan antibiotik sesuai indikasi perkembangan agen infeksius

10. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan gangguan kognisi dan
kelemahan struktur penyongkong panggul.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pola eliminasi
urine pasien kembali normal (adekuat)
Kriteria Hasil :
a. Tidak terjadi hematuria
b. Tidak terjadi inkontinensia urine
c. Tidak terjadi disuria
d. Jumlah output urine dalam batas normal ( ± 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)

NO INTERVENSI RASIONALISASI

1 Catat keluaran urine, selidiki Penurunan aliran urine tiba-tiba


penurunan / penghentian aliran urine dapat mengindikasikan adanya
tiba-tiba obstruksi / disfungsi pada traktus
urinarius

2 Kaji pola berkemih (frekuensi dan Identifikasi kerusakan fungsi


jumlahnya). Bandingkan haluaran vesika urinaria akibat metastase
urine dan masukan cairan serta catat sel-sel kanker pada bagian
berat jenis urine tersebut

3 Observasi dan catat warna urine. Penyebaran kanker pada traktus


Perhatikan ada / tidaknya hematuria urinarius (salah satunya di vesika
urinaria) dapat menyebabkan
jaringan di vesika urinaria
mengalami nekrosis sehingga
urine yang keluar berwarna merah
karena bercampur dengan darah

4 Observasi adanya bau yang tidak enak Identifikasi tanda - tanda infeksi
pada urine (bau abnormal) pada jaringan traktus urinarius

5 Dorong peningkatan cairan dan Mempertahankan hidrasi dan


pertahankan pemasukan akurat aliran urine baik

6 Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, Indikator keseimbangan cairan


turgor kulit, pengisian kapiler, dan dan menunjukkan tingkat hidrasi
membran mukosa

7 Kolaborasi : Pemeriksaan diagnostik dan


Siapkan untuk tes diagnostik, prosedur penunjang misalnya pemeriksaan
penunjang sesuai indikasi retrograd dapat digunakan untuk
mengevaluasi tingkat infiltrasi
kanker pada traktus urinarius
sehingga dapat menjadi dasar
untuk intervensi selanjutnya

8 Kolaborasi : Kadar BUN dan kreatinin yang


Pantau nilai BUN dan kreatinin abnormal dapat menjadi indikator
kegagalan fungsi ginjal sebagai
akibat komplikasi metastase sel-
sel kanker pada traktus urinarius
hingga ke organ ginjal.
PENDIDIKAN KESEHATAN

Di Indonesia, setiap harinya 40-45 perempuan terdiagnosis kanker


serviks dan 20-25 diantaranya meninggal karenanya Kanker serviks merupakan
kanker tersering di Indonesia.
Dampak yang dapat ditimbulkan kanker serviks pada perempuan
sangat banyak, dikarenakan kasus kanker serviks terbanyak muncul pada saat
perempuan berada dalam usia produktif yaitu antara 30-50 thn.
Dampak yang dapat timbul adalah:
1. Gangguan kualitas hidup : psikis, fisik dan kesehatan seksual.

2. Dampak sosial dan ekonomi (finansial).

3. Pengaruh pada perawatan, pendidikan anak dan suasana kehidupan keluarga.

APA ITU KANKER SERVIKS??


Kanker serviks merupakan pertumbuhan dari suatu kelompok sel
yang tidak normal pada serviks (leher rahim). Perubahan ini biasanya memakan
waktu beberapa tahun sebelum berkembang menjadi kanker. Oleh sebab itu
sebenarnya terdapat kesempatan yang cukup lama untuk mendeteksi apabila
terjadi perubahan pada sel serviks melalui skrining (papsmear atau IVA) dan
menanganinya sebelum menjadi kanker serviks.
Serviks adalah bagian dari tubuh manusia, terutama pada tubuh
wanita, yang terletak di rahim, tepatnya leher rahim. Leher rahim berhubungan
dengan rahim dan indung telur. Kanker serviks merupakan suatu beban pada
seorang wanita karena akan memberikan banyak dampak bagi yang menderita
kanker serviks. Penderita akan mengalami gangguan kualitas hidup, baik pada
psikologis, fisik, dan kesehatan seksual. Selanjutnya akan berdampak pada
kehidupan sosial dan ekonomi (finansial). Dan juga akan berpengaruh pada
perawatan, pendidikan anak dan suasana kehidupan keluarga. Hal-hal tersebut
disebabkan karena si penderita mengalami sakit yang sangat luar biasa dan akan
berpengaruh pada sekitarnya.
PENYEBABNYA
Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma
(HPV) yang dapat menyebabkan kanker. HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili
70% penyebab kanker serviks. Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh
dengan sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat
berkembang menjadi kanker serviks.
Yang perlu diketahui mengenai virus HPV:
1. HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual.

2. Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan


seksual.

3. HPV dapat bertahan dalam suhu panas.

PENCEGAHAN
Banyak cara, misalnya, tak terlalu sering mencuci vagina dengan
antiseptik, apalagi tanpa indikasi dan saran dokter. Jangan pula menaburkan talk
di vagina. Bisa juga dengan diet rendah lemak. Kengerianlah yang langsung
terbayang begitu mendengar kata kanker rahim. Kita tahu penyakit ganas ini
menduduki peringkat atas sebagai pembawa kematian. Tapi, tak perlu khawatir
bila sejak awal kita sudah melakukan pencegahan. Karena justru, menurut dr.
Nasdaldy, SpOG, , pencegahan menjadi bagian terpenting dari risiko kanker.
Caranya dengan mencegah terpaparnya substansi yang menyebabkan risiko
terjadinya kanker tersebut, tandasnya. Yang terjadi di sini justru sebaliknya, masih
banyak wanita yang enggan memeriksakan diri ke dokter kandungan, kendati
sudah memiliki berbagai keluhan. Jika dibiarkan kanker akan semakin
mengganas. kita ikuti sejumlah kiat mencegah kanker rahim yang dipaparkan ahli
kebidanan dan kandungan dari RS Kanker Darmais, Jakarta ini.
1. JAUHI ROKOK
Ini peringatan paling penting buat wanita perokok. Kecuali
mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam
rokok pun bisa mengakibatkan kanker serviks (leher rahim) banyak jumlah
nikotin dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker serviks.
2. PENCUCIAN VAGINA
Melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik
tertentu. Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau kesehatan. Padahal,
kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci
vagina antiseptik maupun deodoran. Sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-
bahan kimia tak dilakukan secara rutin. Kecuali bila ada indikasi, misalnya,
infeksi yang memang memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia.
Jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina.
pembersih tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman. Termasuk kuman
Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk
mempertahankan pH vagina. Bila pH enggak seimbang lagi di vagina, maka
kuman lain, seperti jamur dan bakteri, bisa punya kesempatan hidup di tempat
tersebut.
3. MENABURI TALK
Pemakaian talk pada vagina wanita usia subur bisa memicu terjadi
kanker ovarium (indung telur). Sebab di usia subur berarti sering ovulasi. Padahal
bisa dipastikan saat ovulasi terjadi perlukaan di ovarium. Bila partikel talk masuk
akan menempel di atas luka tersebut. Akibatnya, bisa merangsang bagian luka
untuk berubah sifat jadi kanker. Karena itu sangat tidak dianjurkan memberi talk
di daerah vagina. Karena dikhawatirkan serbuk talk terserap masuk kedalam.
Lama-lama akan bertumpuk dan mengendap menjadi benda asing yang bisa
menyebabkan rangsangan sel menjadi kanker.
4. DIET RENDAH LEMAK
Penting diketahui, timbulnya kanker pun berkaitan erat dengan
pola makan seseorang. Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih
berisiko terkena kanker endometrium (badan rahim). Sebab lemak memproduksi
hormon estrogen. Untuk mencegah timbulnya kanker endometrium, sebaiknya
hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.
5. KEKURANGAN VITAMIN C
Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan
membuat orang tersebut melupakan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin
C, dan asam folat. Padahal, kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan
timbul kanker serviks. Beta karoten, vitamin C, dan asam folat dapat memperbaiki
atau memperkuat mukosa diserviks. Jika kekurangan zat-zat gizi tersebut akan
mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi menjadi kanker. Beta karoten
banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan berwarna
oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.
6. HUBUNGAN SEKS TERLALU DINI
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-
benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi
atau belum. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa, yang terdapat
diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang
setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Seorang wanita yang menjalin
hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16
tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks si
wanita. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya,
masih rentan terhadap rangsangan sehingga tak siap menerima rangsangan dari
luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma.
7. BERGANTI-GANTI PASANGAN
Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti
pasangan seks. Bila berhubungan seks hanya dengan pasangannya, dan
pasangannya pun tak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka tidak
akan mengakibatkan kanker serviks. Bila berganti-ganti pasangan, hal ini terkait
dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human
Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa
hingga membelah menjadi lebih banyak.
8. TERLAMBAT MENIKAH
Sebaliknya wanita yang tidak atau terlambat menikah pun bisa
berisiko terkena kanker ovarium dan kanker endometrium. Sebab, golongan
wanita ini akan terus-menerus mengalami ovulasi tanpa jeda. Jadi, rangsangan
terhadap endometrium pun terjadi terus-menerus. Akibatnya bisa membuat sel-sel
di endometrium berubah sifat jadi kanker. Risiko yang sama pun akan dihadapi
wanita menikah yang tidak mau punya anak. Karena ia pun akan mengalami
ovulasi terus-menerus. Bila haid pertama terjadi di bawah usia 12 tahun, maka
paparan ovulasinya berarti akan semakin panjang. Kemungkinan terkena kanker
ovarium akan semakin besar.
Salah satu upaya pencegahannya tentu dengan menikah dan hamil. Atau bisa juga
dilakukan dengan mengkonsumsi pil KB. Sebab penggunaan pil KB akan
mempersempit peluang terjadinya ovulasi. Hasil penelitian menunjukkan
penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi dapat menurunkan kejadian kanker
ovarium sampai 50 persen.
9. PENGGUNAAN ESTROGEN
Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat
menopause. Karena rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga
endometriumnya akan lebih sering terpapar estrogen. Jadi, sangat memungkinkan
terjadi kanker. Tak heran bila wanita yang memakai estrogen tak terkontrol sangat
memungkinkan terkena kanker. Umumnya wanita yang telah menopause di
negara maju menggunakan estrogen untuk mencegah osteroporosis dan serangan
jantung. Namun, pemakaiannya sangat berisiko karena estrogen merangsang
semakin menebalnya dinding endometrium dan merangsang sel-sel endometrium
sehingga berubah sifat menjadi kanker.

Pencegahan dapat dilakukan dengan vaksinasi. Vaksin dikenal


sebagai kuman yang dilemahkan dan diformulasikan secara khusus lalu
dimasukkan ke dalam tubuh. Vaksin ini melatih daya tahan tubuh untuk
mendeteksi virus yang masuk. Vaksin VLP (Virus-Like Particle) adalah vaksin
yang akan disuntikan pada tubuh untuk mencegah terjadinya infeksi HPV.
Vaksinasi VLP direkomendasikan bagi setiap wanita yang berumur 10-55 tahun.
Pencegahan yang kedua adalah dengan skrining (deteksi dini).
Beberapa metode yang digunakan pada skrining diantaranya adalah, tes Pap-pap
Smear, Kolposkopi, tes HPV DNA, dan Diopsi. Wanita yang tidak melakukan
skrining akan terkena resiko terkena kanker lima kali lebih tinggi dibandingkan
wanita yang melakukan skrining, minimal satu kali seumur hidup, terutama pada
usia 30an. Skrining dapat dilakukan pada wanita yang sudah menikah, wanita
yang telah berhubungan seksual, dan wanita yang berumur lebih dari 18 tahun.
Skrining dapat dilakukan tiga tahun sekali dan setidak-tidaknya sekali dalam
seumur hidup pada usia 35 tahun. Vaksinasi sangat baik apabila dilakukan dengan
skrining, karena keduanya secara efektif dapat mengurangi resiko terkena kanker
serviks

Вам также может понравиться