Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. ANATOMI FISIOLOGI
Serviks merupakan segmen uterus berada bagian bawah yang dilapisi epitel
torak pensekresi mukus dalam kesinambungan langsung dengan epitel
vagina, yang befungsi sebagai jalan lahir.
Ekstoserviks merupakan epitel berlapis yang gepeng serupa dengan vagina,
dengan peralihan agak mendadak diantara keduanya, sambungan
skuamakolumnar. Serviks mengalami perubahan/dramatis selama masa usia
reproduktif maupun dalam siklus menstruasi. Sambungan skuamokolumnar
normalnya terletak dalam kanalis endoservikalis, tetapi dapat berada jauh di
luar pada ektoserviks, baik pasca persalinan atau atas dasar kongenital.
Mukus serviks dihasilkan sebagai respon terhadap estrogen dan dengan eversi
sel torak pensekresi mucus pada ektoserviks, suatu sekret mukoid dan
kadang-kadang purulen bisa dialami. Walaupun ini bisa menyebabkan secret
yang berbau busuk, tetapi tidak ada makna patologi dan tampaknya tidak
mengubah kapasitas reproduksi.
Mukus memberikan sawar bakteri diantara traktus genitalis atas yang steril
dan vagina yang mengandung bakteri dan memudahkan sperma berjalan pada
saat ovulasi. Arsitektur endoserviks mempunyai beberapa kripta yang
memberikan penampungan untuk sperma, tempat sperma bertahan sampai
beberapa hari setelah koitus.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk
sebagai saluran lonjongan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-
kelenjar serviks, berbentuk sel-sel toraks bersilia dan berfungsi sebagai
reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium
uteri internum (OUI) dan pintu vagina (OUE) Ostium Oteri Eksternum.
Kedua pintu ini penting dalam klinik misalnya pada penilaian jalannya
persalinan, abortus dan sebagainya.
B. DEFINISI
Suatu keadaan dimana sel kehilangan kemampuanya dalam
mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. (Prawiroharjo,
Sarwono: 1994).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal disekitarnya . (FKUI, 1990;FKPP, 1997).
Kanker cerviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau cerviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak
vagina). Kanker cerviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55
tahun.(Nanda, 2007)
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang
abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau
mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau
sekarang dalam status sexually active. Tidak pernah ditemukan wanita yang
belum pernah melakukan hubungan seksual pernah menderita kanker ini.
Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama paling
banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil
wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor
risikonya.
D. Epidemiologi
Karsinoma serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada
perempuan dan bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada
perempuan di Amerika Serikat (CancerNet, 2001). Kanker servikal ini
sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel skuamosa dan sisanya (10%)
adalah adenokarsinoma.
Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus
papilloma manusia (HPV) yang ditularkan secara seksual. Penelitian
epidemiologi diseluruh dunia menegaskan bahwa infeksi HPV adalah faktor
penting dalam perkembangan kanker servikal (Bosch et al, 1995). Factor
risiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada
usia muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status
ekonomi yang rendah, dan merokok. (Sylvia A. Price, 2005).
E. Patofisiologi
Bentuk dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat
diangkat seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan
laser,kauter,atau bedah krio. Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi
yang berulang penting dilakukan setelah pengobatan ini. Karsinoma serviks
invasif terjadi bila tumor menginvasi epithelium masuk dalam stroma serviks.
Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan
paraservikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat
dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal.Karsinoma servikal
invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum
kardinale,dan rongga endometrium ;invasi kelenjar getah bening dan
pembuluh darah mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang jauh. Tidak
ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik.Karsinoma servikal
prainvasif tidak memiliki gejala,namun karsinoma invasive dini dapat
menyebabkan secret vagina tau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan
adalah gejala yang signifikan,perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal,
sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis.
Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak
antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor,gejala yang muncul
kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat
penekanan saraf lumbosakralis,frekuensi berkemih yang sering dan
mendesak, hematuria, atau perdarahan rectum.
Pathway Ca. Serviks
Berhub. Seks <20th Sering melahirkan Bergnti Psngn Gaya Hidup Virus Herediter Hygiene yg buruk
Proses Metaplasia
Displasia serviks
Kanker Serviks
Nekrosis
Jar. Serviks Menyebar Pembesaran Radiasi Kemoterapi
ke pelvik Massa
Bau Busuk
P. Intrapelvik Penipisan Pre Post
Malu, Tidak sel epitel
< Pengetahuan
PD P. Intrabdomen Pemanasan Gastrointestina Ke arah
Permeabilitas Epidermis Kulit l parametrium
Gg. Citra
PD rusak Ansietas
Tubuh Nyeri P. Gaster
rusak Eritema, Menginfiltrasi
Perdarahan Pecah2, Mual, Muntah VU
Kering
Anoreksia Obstruksi
Anemia Risiko Defisit
Gg. VU/Ureter
Volume Cairan
Integritas Nutrisi
Hb Imunitas Kulit Kurang dari
HCL Perub. Pola
Keb. Tubuh
eliminasi
Suplai O2 Risti urine
Infeksi
Metabolisme Mempercepat
Memperpendek
Anaerob pertumbuhan sel
usia akar rambut
normal
Pembentukan
As. Laktat Kelelahan
Alopecia
Defisit Intoleran
Perawatan Aktivitas
Diri
F. Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus
uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan
sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat
didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada
pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi
stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3
bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai dinding
panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum
sampai dinding panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium
tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan
daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi
keluar panggul ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau
sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.
Klasifikasi pertumbuhan sel akan kankers serviks
Mikroskopis
a. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis.
Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat
dibedakan dengan karsinoma insitu.
b. Stadium karsinoma insitu.
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan
sel cadangan endoserviks.
c. Stadium karsinoma mikroinvasif.
Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat
pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana
basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana
basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada
skrining kanker.
d. Stadium karsinoma invasif.
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea
bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu
jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan
korpus uteri.
Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks:
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah
vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi
kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri
dan parametrium.
Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang
lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
Makroskopis
a. Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut.
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya
seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
G. Gejala Klinis
a. Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi
keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan
gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
1) Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks,
tetapi tidak selalu ada.
2) Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
3) Menstruasi abnormal (lebih lama dan ebih banyak)
4) Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah
muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta bau busuk.
b. Gejala kanker serviks stadium lanjut.
1) Nafsu makan berkurang (anoreksia), penurunan berat badan, dan
kelelahan
2) Nyeri panggul, punggung dan tungkai
3) Dari vagina keluar air kemih atau feses
H. Pemeriksaan Diagnostik
Sitologi, dengan cara tes pap
Tes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi infeksi HPV dan
prakanker serviks. Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia
keras (karsinoma in situ) dan 76% pada dysplasia ringan / sedang.
Didapatkan hasil negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan
pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu
sebesar 3-15%.
Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah
melakukan aktivitas seksual sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali
hasil pemeriksaan tahunan menunjukkan negative maka selanjutnya harus
melakukan pemeriksaan setiap tiga tahun sekali sampai umur 65 tahun.
Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu.
Alat ini memberikan gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah
abnormal yang mungkin dapat dibiopsi.
Servikografi
Pemeriksaan visual langsung
Gineskopi
Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih
besar untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis.
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai
penyebaran local dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
Tes Schiller.
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan
yodium, sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat
sedangkan sel yang abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas.
I. Prognosis
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan
respons terhadap pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun
setelah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio
tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat deteksi dini dapat
diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%
rekurensi dalam 2 tahun.
J. Penatalaksanaan
Tingkat Penatalaksaan
0 Biopsi kerucut
Ia Histerektomi trasnsvaginal
Histerektomi transvaginal
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
K. Komplikasi
a) Berkaitan dengan intervensi pembedahan
1) Vistula Uretra
2) Disfungsi bladder
3) Emboli pulmonal
4) Infeksi pelvis
5) Obstruksi usus
b) Berkaitan dengan kemoterapi
1) Sistitis radiasi Enteritis
2) Supresi sumsum tulang
3) Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung
sisplatin
4) Kerusakan membrane mukosa GI
5) Mielosupresi
L. Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah kanker serviks, yaitu:
a) Mencegah terjadi infeksi HPV
b) Melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teratur
c) Tidak boleh melakukan hubungan seksual pada anak perempuan di
bawah 18 tahun.
d) Jangan melakukan hubungan seksual dengan penderita kelamin atau
gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit
e) Jangan berganti-ganti pasangan seksual
f) Berhenti merokok
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas klien.
b. Keluhan utama.
Perdarahan dan keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang dengan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga
tentang tindakan yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang
dapat memperberat, misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi
perawatan atau membawa ke Rumah Sakit dengan segera, serta kurangnya
pengetahuan keluarga.
d. Riwayat penyakit terdahulu.
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
f. Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah
dan bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronik berhubungan nekrotis jaringan pada serviks.
2. Ansietas berhubungan dengan konflik yang tidak disadari tentang nilai dan
tujuan hidup yang esensial.
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
4. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umun.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan kelelahan.
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan fisik alopecia, bau badan.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembaban kulit, faktor
mekanik (tekanan).
8. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif.
9. Resiko infeksi berhubungan dengan penekanan sistem imun.
10. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan gangguan kognisi dan
kelemahan struktur penyongkong panggul.
C. Intervensi
1. Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada serviks
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, diharapkan
nyeri pasien berkurang atau terkontrol
Kriteria hasil :
a. Pasien mengatakan skala nyeri yang dialaminya menurun
b. Pasien melaporkan nyeri yang sudah terkontrol maksimal dengan
pengaruh / efek samping minimal
c. TTV pasien dalam batas normal, meliputi :
Nadi normal (± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal ( ± 16 - 24 x / menit)
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal (36,5oC - 37,5oC)
Ekspresi wajah pasien tidak meringis
Pasien tampak tenang (tidak gelisah)
Pasien dapat melakukan teknik relaksasi dan distraksi dengan tepat
sesuai indikasi untuk mengontrol nyeri
NO INTERVENSI RASIONALISASI
2. Ansietas b/d konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup
yang esensial
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, ansietas pasien
dapat berkurang / teratasi
Kriteria Hasil :
a. TTV dalam batas normal
Nadi normal ( ± 60 - 100 x / menit)
Pernapasan normal (± 16 - 24 x / menit)
Tekanan darah normal ( ± 100 - 140 mmHg / 60 - 90 mmHg)
Suhu normal (± 36,5oC - 37,5oC)
b. Pasien melaporkan bahwa ansietas / ketakutan yang dirasakannya
menurun sampai tingkat yang dapat ditangani / dikontrol
c. Pasien tampak lebih tenang
NO INTERVENSI RASIONALISASI
NO INTERVENSI RASIONALISASI
NO INTERVENSI RASIONALISASI
NO INTERVENSI RASIONALISASI
NO INTERVENSI RASIONALISASI
1 Kaji kulit terhadap efek samping Efek kemerahan dapat terjadi pada
terapi kanker, observasi adanya terapi radiasi.
kerusakan/perlambatan penyembuhan -
luka. -
NO INTERVENSI RASIONALISASI
NO INTERVENSI RASIONALISASI
3 Kaji janin untuk melihat adanya tanda Deteksi dini terhadap reaksi
infeksi seperti takikardi dan penurunan infeksi yang bisa berdampak
keaktifan gerakan janin pada janin dan menghambat
pertumbuhan janin.
10. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan gangguan kognisi dan
kelemahan struktur penyongkong panggul.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam, pola eliminasi
urine pasien kembali normal (adekuat)
Kriteria Hasil :
a. Tidak terjadi hematuria
b. Tidak terjadi inkontinensia urine
c. Tidak terjadi disuria
d. Jumlah output urine dalam batas normal ( ± 0,5 - 1 cc / kgBB / jam)
NO INTERVENSI RASIONALISASI
4 Observasi adanya bau yang tidak enak Identifikasi tanda - tanda infeksi
pada urine (bau abnormal) pada jaringan traktus urinarius
PENCEGAHAN
Banyak cara, misalnya, tak terlalu sering mencuci vagina dengan
antiseptik, apalagi tanpa indikasi dan saran dokter. Jangan pula menaburkan talk
di vagina. Bisa juga dengan diet rendah lemak. Kengerianlah yang langsung
terbayang begitu mendengar kata kanker rahim. Kita tahu penyakit ganas ini
menduduki peringkat atas sebagai pembawa kematian. Tapi, tak perlu khawatir
bila sejak awal kita sudah melakukan pencegahan. Karena justru, menurut dr.
Nasdaldy, SpOG, , pencegahan menjadi bagian terpenting dari risiko kanker.
Caranya dengan mencegah terpaparnya substansi yang menyebabkan risiko
terjadinya kanker tersebut, tandasnya. Yang terjadi di sini justru sebaliknya, masih
banyak wanita yang enggan memeriksakan diri ke dokter kandungan, kendati
sudah memiliki berbagai keluhan. Jika dibiarkan kanker akan semakin
mengganas. kita ikuti sejumlah kiat mencegah kanker rahim yang dipaparkan ahli
kebidanan dan kandungan dari RS Kanker Darmais, Jakarta ini.
1. JAUHI ROKOK
Ini peringatan paling penting buat wanita perokok. Kecuali
mengakibatkan penyakit pada paru-paru dan jantung, kandungan nikotin dalam
rokok pun bisa mengakibatkan kanker serviks (leher rahim) banyak jumlah
nikotin dikonsumsi yang bisa menyebabkan kanker serviks.
2. PENCUCIAN VAGINA
Melakukan pencucian vagina dengan obat-obatan antiseptik
tertentu. Alasannya beragam, entah untuk "kosmetik" atau kesehatan. Padahal,
kebiasaan mencuci vagina bisa menimbulkan kanker serviks, baik obat cuci
vagina antiseptik maupun deodoran. Sebaiknya pencucian vagina dengan bahan-
bahan kimia tak dilakukan secara rutin. Kecuali bila ada indikasi, misalnya,
infeksi yang memang memerlukan pencucian dengan zat-zat kimia.
Jangan sembarangan membeli obat-obatan pencuci vagina.
pembersih tersebut umumnya akan membunuh kuman-kuman. Termasuk kuman
Basillus doderlain di vagina yang memproduksi asam laktat untuk
mempertahankan pH vagina. Bila pH enggak seimbang lagi di vagina, maka
kuman lain, seperti jamur dan bakteri, bisa punya kesempatan hidup di tempat
tersebut.
3. MENABURI TALK
Pemakaian talk pada vagina wanita usia subur bisa memicu terjadi
kanker ovarium (indung telur). Sebab di usia subur berarti sering ovulasi. Padahal
bisa dipastikan saat ovulasi terjadi perlukaan di ovarium. Bila partikel talk masuk
akan menempel di atas luka tersebut. Akibatnya, bisa merangsang bagian luka
untuk berubah sifat jadi kanker. Karena itu sangat tidak dianjurkan memberi talk
di daerah vagina. Karena dikhawatirkan serbuk talk terserap masuk kedalam.
Lama-lama akan bertumpuk dan mengendap menjadi benda asing yang bisa
menyebabkan rangsangan sel menjadi kanker.
4. DIET RENDAH LEMAK
Penting diketahui, timbulnya kanker pun berkaitan erat dengan
pola makan seseorang. Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih
berisiko terkena kanker endometrium (badan rahim). Sebab lemak memproduksi
hormon estrogen. Untuk mencegah timbulnya kanker endometrium, sebaiknya
hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi.
5. KEKURANGAN VITAMIN C
Pola hidup mengkonsumsi makanan tinggi lemak pun akan
membuat orang tersebut melupakan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin
C, dan asam folat. Padahal, kekurangan ketiga zat gizi ini bisa menyebabkan
timbul kanker serviks. Beta karoten, vitamin C, dan asam folat dapat memperbaiki
atau memperkuat mukosa diserviks. Jika kekurangan zat-zat gizi tersebut akan
mempermudah rangsangan sel-sel mukosa tadi menjadi kanker. Beta karoten
banyak terdapat dalam wortel, vitamin C terdapat dalam buah-buahan berwarna
oranye, sedangkan asam folat terdapat dalam makanan hasil laut.
6. HUBUNGAN SEKS TERLALU DINI
Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-
benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari ia sudah menstruasi
atau belum. Tapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa, yang terdapat
diselaput kulit bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel-sel mukosa baru matang
setelah wanita tersebut berusia 20 tahun ke atas. Seorang wanita yang menjalin
hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16
tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks si
wanita. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya,
masih rentan terhadap rangsangan sehingga tak siap menerima rangsangan dari
luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma.
7. BERGANTI-GANTI PASANGAN
Bisa juga kanker serviks muncul pada wanita yang berganti-ganti
pasangan seks. Bila berhubungan seks hanya dengan pasangannya, dan
pasangannya pun tak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka tidak
akan mengakibatkan kanker serviks. Bila berganti-ganti pasangan, hal ini terkait
dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human
Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa
hingga membelah menjadi lebih banyak.
8. TERLAMBAT MENIKAH
Sebaliknya wanita yang tidak atau terlambat menikah pun bisa
berisiko terkena kanker ovarium dan kanker endometrium. Sebab, golongan
wanita ini akan terus-menerus mengalami ovulasi tanpa jeda. Jadi, rangsangan
terhadap endometrium pun terjadi terus-menerus. Akibatnya bisa membuat sel-sel
di endometrium berubah sifat jadi kanker. Risiko yang sama pun akan dihadapi
wanita menikah yang tidak mau punya anak. Karena ia pun akan mengalami
ovulasi terus-menerus. Bila haid pertama terjadi di bawah usia 12 tahun, maka
paparan ovulasinya berarti akan semakin panjang. Kemungkinan terkena kanker
ovarium akan semakin besar.
Salah satu upaya pencegahannya tentu dengan menikah dan hamil. Atau bisa juga
dilakukan dengan mengkonsumsi pil KB. Sebab penggunaan pil KB akan
mempersempit peluang terjadinya ovulasi. Hasil penelitian menunjukkan
penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi dapat menurunkan kejadian kanker
ovarium sampai 50 persen.
9. PENGGUNAAN ESTROGEN
Risiko yang sama akan terjadi pada wanita yang terlambat
menopause. Karena rangsangan terhadap endometrium akan lebih lama, sehingga
endometriumnya akan lebih sering terpapar estrogen. Jadi, sangat memungkinkan
terjadi kanker. Tak heran bila wanita yang memakai estrogen tak terkontrol sangat
memungkinkan terkena kanker. Umumnya wanita yang telah menopause di
negara maju menggunakan estrogen untuk mencegah osteroporosis dan serangan
jantung. Namun, pemakaiannya sangat berisiko karena estrogen merangsang
semakin menebalnya dinding endometrium dan merangsang sel-sel endometrium
sehingga berubah sifat menjadi kanker.