Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRACT
Callus induction and organogenesis were evaluated in the protocorm like bodies (PLB) culture of Dendrobium lineale Rolfe
(Orchidaceae). The globular PLB were cultured in Murashige and Skoog (MS) medium with half strength macronutrients QA MS),
supplemented with thidiazuron (TDZ 0,1, 0,5 and 1) mg/1 and 2,4 Dichlorophenoxy acetic acid (2,4-D 0.1, 0.5, 1 and 5) mg/1 as
treatments. The media containing 1 mg/1 TDZ and (1 and 5) mg/1 2,4-D was the best treatment for callus initiation (100%). The
largest diameter of callus was obtained from 1 mg/1 TDZ (average 3.5 cm). Shoot buds regeneration achieved on 1 mg/1 TDZ
(average 41.66 %). However roots regeneration was very low (average 6.66 %) obtained from 1 mg/1 2,4-D. The number of
adventitious buds produced from the regenerated shoots on media without plant growth regulator
Kata kunci: protocorm like bodies, Dendrobium lineale Rolfe, induksi kalus,organogenesis.
333
Siti Hazar Hoesen et al. - Induksi Kalus dan Organogenesis Kultur in vitro Dendrobium lineale
Foto 1. Tanaman dan bunga D. lineale sebagai sumber eksplan dan hasil semai biji secara in vitro
334
Berita Biologi 9(3) - Desember 2008
persentase eksplan membentuk akar, persentase Pengaruh TDZ ; 2,4D secara tunggal terhadap
eksplan membentuk kalus dan ukuran diameter kalus. persentase kemampuan hidup kultur D. lineale
Data dianalisis dengan menggunakan program SPSS Hasil pengamatan pada kultur yang berumur 4
11.5 for Windows. minggu dari saat pemindahan teramati bahwa
Setelah selesai pengamatan tahap penambahan TDZ 0,5 mg/1 secara tunggal menunjukkan
pembentukan kalus, kalus yang terbentuk pada nilai rataan persentase hidup tertinggi (57,27 %). Nilai
berbagai media perlakuan tersebut disubkultur untuk rataannya terendah (41,07 %), terjadi pada lultur dalam
pemeliharaan dan mempersiapkan bahan untuk media yang diberi tambahan TDZ 1 mg/1. Nilai tersebut
penelitian selanjutnya (kultur protoplas dan secara statistik menunjukkan hasil yang tidak berbeda
embriogenesis somatik) ke media MS + TDZ 0,1 mg/ nyata pada uji berjarak Duncan (Tabel 1). Tampak adanya
1 + 2,4-D 0,5 mg/1 dan disimpan di ruang gelap dengan kecenderungan persentase kultur yang hidup meningkat
suhu ruangan 26-27°C selama 4 minggu. Setelah 4 seiring dengan meningkatnya konsentrasi TDZ hingga
minggu inkubasi kultur diamati dan disubkultur ke 0,5 mg/1, kemudian menurun secara nyata pada kultur
media yang sama, selanjutnya subkultur dilakukan dengan perlakuan TDZ 1 mg/1.
sebanyak 3 kali dengan lama inkubasi selama 8 Penambahan 2,4D secara tunggal ke dalam media
minggu. Kalus yang disubkultur adalah yang menunjukkan respon yang kurang optimal; hal tersebut
bertekstur friable dan bentuk bulat saja (diduga diindikasikan dengan persentase nilai rataan kemampuan
embriogenik). Selain di media TDZ 0,1 mg/1 +2,4D 0,5 hidup kultur lebih kecil dibandingkan dengan kontrol.
mg/1 semisolid, sebagian kultur juga disubkultur ke Bahkan perlakuan 2,4D konsentrasi tertinggi 5 mg/1 nilai
media yang mengandung TDZ 0,1 mg/1 +2,4D 0,5 rataannya terkecil (38,64 %) dan hasil uji statistik juga
mg/1 cair dan media '/2MS semisolid. Untuk berbeda nyata (Tabel 2).
organogenesis/regenerasi kalus menjadi bakal tunas, Pengaruh TDZ, 2,4D secara tunggal terhadap
kultur diinkubasikan pada ruangan dengan intensitas persentase pembentukan dan ukuran diameter kalus
cahaya sekitar 1000 lux selama 16 j am terang per hari, pada kultur D. lineale
dengan suhu ruangan 26-27°C. Penambahan TDZ (0,1, 0,5 hingga 1) mg/1 tidak
berpengaruh nyata terhadap persentase pembentukan
HASIL dan ukuran diameter kalus. Walaupun demikian tampak
Kultur plb pada media dasar ('/2MS), 100% adanya kecenderungan pemberian TDZ 0,1 mg/1
kultur berhasil membentuk tunas/planlet dalam terbanyak membentuk kalus; lebih dari 84% kultur
kondisi 16 jam/hari terang. membentuk kalus dan semua perlakuan serta kontrol
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa berhasil membentuk kalus dengan kisaran nilai rataan
perlakuan kombinasi TDZ dan 2,4D tidak berbeda (68%-85%). Dari nilai rataan ukuran diameter kalus teramati
nyata pada selang kepercayaan 95% (Tabel 3), untuk bahwa penambahan TDZ (0,1 hingga 0,5) mg/1 dapat
mengamati persebaran nilai rataannya meningkatkan ukuran diameter kalus dan pada kultur
diperhitungkan dengan standar deviasi, dengan yang ditambah TDZ 1 mg/1 diameter kalus menurun (Tabel
demikian pengaruh faktor tunggal dianalisis. 1).
Tabel 1. Pengaruh Penambahan TDZ terhadap pembentukan kalus dan organogenesis PLB D. Lineale
Konsentrasi Persentase Persentase Persentase Persentase Diameter
TDZ Hidup Tunas Akar Kalus kalus
(mg/1) (%) (%) (%) (%) (cm)
0 44,74 b 6,14 a 1,75 a 79,82 a 2,18 a
0,1 50,31 ab 4,17a 0,00 a 84,37 a 2,46 a
0,5 57,27 a 16,67 a 0,00 a 68,18a 2,90a
1 41,07 b 13,09 a 0,00 a 80,95 a | 2,14 a
Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada selang kepercayaan 95%.
335
Siti Hazar Hoesen et al. - Induksi Kalus dan Organogenesis Kultur in vitro Dendrobium lineale
Perlakuan penambahan 2,4D hingga 5 mg/1 pembentukan akar tidak terjadi pada media yang
menghasilkan nilai rataan tertinggi terhadap persentase mengandung TDZ, hanya kontrol yang berhasil
pembentukan kalus atau jumlah kultur yang membentuk membentuk akar dengan nilai rataan 1,75 (Tabel 1 dan
kalus (95,45%), semakin tinggi konsentrasi ZPT, Gambar 1).
persentase jumlah kultur yang membentuk kalus Persentase jumlah kultur yang berhasil
semakin meningkat hingga 5 mg/12,4D. Hasil uji DMRT membentuk tunas pada kultur D. lineale menurun
Duncan menunjukkan perbedaan yang nyata pada secara nyata seiring dengan meningkatnya konsentrasi
selang kepercayaan 95% (Tabel 2). Hal sebaliknya 2,4D; bahkan pada media yang mengandung 5 mg/1
teramati pada peubah ukuran diameter kalus, ada 2,4D tunas tidak terbentuk. Akar hanya terbentuk pada
kecenderungan nilai rataan semakin menurun media yang mengandung 0,1 mg/1 2,4D dengan nilai
dibandingkan dengan kontrol 2,80 cm berturut-turut rataan 2,08. Kultur dalam media tanpa ataupun
2,67 cm, 2,34 cm, 2,49 cm dan 2,02 cm (0,1, 0,5,1 dan 5) mengandung 2,4D dengan konsentrasi yang lebih
mg/1 2,4D, namun perbedaan tersebut secara statistik tinggi dari 0,1 mg/1 gagal membentuk akar. Analisis
tidak berbeda nyata (Tabel 2 dan Gambar 2). statistik tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata
Pengaruh TDZ, 2,4D secara tunggal terhadap (Tabel 2 dan Gambar 2).
organogenesis pada kultur D. lineale Pengaruh perlakuan kombinasi TDZ dengan 2,4D
Pembentukan tunas pada kultur dalam media terhadap persentase hidup kultur D. lineale
yang mengandung TDZ dan kontrol (tanpa TDZ) Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan nilai perlakuan kombinasi antara TDZ dan 2,4D (interaksi)
rataan seiring dengan meningkatnya konsentrasi TDZ tidak berbeda nyata terhadap peubah yang diamati,
hingga 0,5 mg/1, kemudian menurun pada kultur dalam untuk melihat persebarannya, nilai rataan peubah yang
media yang mengandung TDZ 1 mg/1. Namun secara diamati diperhitungkan dengan nilai standar
statistik hasil tersebut tidak berbeda nyata. Sementara deviasinya.
Tabel 2. Pengaruh penambahan 2,4-D terhadap pembentukan kalus dan organogenesis pada PLB D. Lineale
Konsentrasi Persentase Persentase Persentase Persentase Diameter
2,4-D Hidup Tunas Akar Kalus kalus
(mg/1) (%) (%) (%) (%) (cm)
0 55,00 a 26,67 a 0,00 a 56,67 c 2,80 a
0,1 50,62 ab 19,79 ab 2,08 a 69,79 be 2,67 a
0,5 51,84ab 4,38 be 0,00 a 80,70 ab 2,34 a
1 48,00 ab 4,44 be 0,00 a 82,22 ab 2,49 a
5 3 8,64 b 0,00 c 0,00 a 95,45 a 2,02 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada selang kepercayaan 95%.
I % hidup
I % tunas
% kalus 1% kalus
%akar
100n Peubah
% tunas
% hidup
Gambar 1. Pengaruh perlakuan TDZ terhadap kemampuan hidup kultur, pembentukan kalus dan organogenesis
PLB D. Lineale.
336
Berita Biologi 9(3) - Desember 2008
• %hidup
• % tunas
• %akar
Nilai S°/okalus
rataan
M diameter kalus
Peubah
50
Gambar 2. Pengaruh perlakuan 2,4D terhadap Gambar 3. Pengaruh perlakuan kombinasi TDZ dan
pembentukan kalus dan organogenesis PLB D. lineale 2,4D terhadap % hidup kultur D. lineale
% tunas
2.4D5
100- 2.4D1
2.4D0.5
2.4D0.1
2,4D0
TDZO TDZ TDZ TDZ1
0.1 0.5
TDZ TDZ TDZ TDZ
0 0.1 0.5 1 Perlakuan
Gambar 4. Pengaruh perlakuan kombinasi TDZ dan Gambar 5. Pengaruh perlakuan kombinasi TDZ dan
2,4D terhadap pembentukan tunas D. lineale 2,4D terhadap pembentukan kalus D. lineale
Tabel 3. Pengaruh penambahan kombinasi TDZ dengan 2,4-D terhadap pembentukan kalus dan organogenesis
D.lineale
Perlakuan Persentase Persentase Persentase Persentase Diameter
(mg/1) Hidup Tunas Akar Kalus kalus
TDZ 2,4-D (cm)
0 0 62,50+ 17,68 16,66 + 23,57 0,00 58,33+ 11,79 2,00 + 0,71
0,1 50,00+ 17,68 16,66 + 23,57 6,66+14,90 76,66 + 32,49 2,50+ 1,26
0,5 41,67 + 20,41 0,00 0,00 77,78+ 25.09 2,25+ 1,21
1 43,75+ 12,50 0,00 0,00 8 7,50 + 25,00 2,12+ 1,05
5 25,00 + 0,00 0,00 0,00 100,00+28,87 1,50 + 0,00
0,1 0 25,00 + 0,00 0,00 0,00 100,00 2,50
0,1 42,50 + 24,75 16,66 + 23,57 0,00 66,66-47,14 3,00 + 0,00
0,5 58,33+ 12,91 5,55 + 13,61 0,00 86,12 + 22,15 2,79+ 1,65
1 48,75 ±22,50 0,00 0,00 87,50 + 25,00 1,73 ±0,69
5 5 0,00 ±25,00 0,00 0,00 83,33 + 28,87 2,42 ± 1,23
0,5 0 55,00 + 20,92 30,00 + 29,82 0,00 53,33 ± 2 7 3 9 2,90+ 1,02
0,1 60,00 ±13,69 30,00 + 29,82 0,00 60,00 + 25,28 3,25+1,00
0,5 71,25 + 7,50 0,00 0,00 75,00+ 3151 2,67+ 1,18
1 55,00+ 11,18 13,33 + 29,82 0,00 66,66+ 31,18 3,20+ 1,04
5 41,67+ 14,43 0,00 0,00 100,00 + 0,00 2,17+ 1,04
1 0 62,50+ 17,68 41,66 + 11,79 0,00 41,66+ 11,79 3 5 0 + 2,12
0,1 43,75 + 12,50 12,50 + 25,00 0,00 75,00 + 28,87 2,00 + 0,71
0,5 33,33 + 14,43 16,67 + 28,87 0,00 83,33 + 28,87 1,17 + 0,29
1 37,50+ 17,68 0,00 0,00 100,00+0,00 3,00 + 0,00
5 33,33 + 14,43 0,00 0,00 100,00+0,00 1,83+ 1,04
Keterangan: Angka-angka yang tercantum pada tabel merupakan jumlah rataan ± std deviasi.
337
Siti Hazar Hoesen et al. - Induksi Kalus dan Organogenesis Kultur in vitro Dendrobium lineale
338
Berita Biologi 9(3) - Desember 2008
kalus yang menggelembung dan kompak masih Penambahan auksin (2,4D, NAA dan IAA)
terbentuk dan semakin berkurang hingga subkultur ke secara tunggal dan dikombinasikan dengan sitokinin
tiga (Foto 2). Sementara kalus yang dipelihara pada (BA, kinetin), yang telah diaplikasikan pada kultur
media ViMS tanpa perlakuan ZPT dapat membentuk berbagai macam eksplan (akar, hipokotil, kotiledon dan
tunas/planlet (Foto 3) potongan daun), berhasil membentuk kalus dan
organogenesis pada kultur tanaman Safflower cv.
PEMBAHASAN Bhima (Nikam dan Shitole, 1999).
Keberhasilan teknik in vitro sangat Auksin (2,4D) dikombinasikan dengan
ditentukan oleh komposisi media yang digunakan, sitokinin sering digunakan untuk menginduksi
bahan organik, ZPT (zat pengatur tumbuh) yang pembentukan kalus dan kultur suspensi. Pembentukan
ditambahkan sesuai dengan fase pertumbuhan dan kalus embriogenik temulawak, inisiasi kalus dan
perkembangan, serta jenis eksplan (George, 1993). regenerasi kultur jahe (Zingiberaceae) dan inisiasi kalus
Media Murashige and Skoog (MS), mengandung serta pembentukan PLB anggrek Dendrobium
garam-garam mineral dengan konsentrasi relatif tinggi, formosum yang berasal dari eksplan potongan daun,
terutama untuk mendorong terjadinya organogenesis berhasil terbentuk pada media yang diberi perlakuan
eksplan (Murashige, 1975; Gamborg dan Shyluk, 1981). kombinasi 2,4D dan BA (Mukhri et al., 1985; Syahid
ZPT yang ditambahkan ke dalam media kultur dan Mariska, 1997; Nasiruddin, etal, 2003b). Penelitian
jaringan untuk mengatur pertumbuhan dan induksi kalus dan embriogenesis somatik pada kultur
perkembangan eksplan. Rasio antara ZPT dari luar Dendrobium Queen Sonia juga telah dilakukan dengan
dengan hormon yang diproduksi tanaman (endogen) perlakuan 2,4 D dan BA serta perlakuan kadar sukrosa
akan menentukan arah perkembangan kultur dan tipe (Aswath, 2001)
pembentukan organnya. Penambahan ZPT dari luar Kalus D. lineale yang diduga embriogenik
tersebut akan mengubah level ZPT endogen, dengan pembentukannya didorong pula oleh keberadaan 2,4
demikian level baru ZPT akan menjadi faktor pemicu D (auksin) yang dikombinasikan dengan thidiazuron
untuk proses pertumbuhan dan morfogenesis eksplan (sitokinin) (Tabel 3; Gambar 5 dan Gambar 6). Efek 2,4D
(Gunawan, 1988). secara tidak langsung dapat mendorong embriogenesis
Auksin berpengaruh terhadap pembelahan, terjadi pada tanaman Avena, Oryza, Panicum (George,
pembesaran dan pemanjangan sel. Biasanya auksin 1993). Penggunaan 2,4 D dan zeatin (sitokinin), serta
diaplikasikan untuk merangsang pertumbuhan kalus, penggunaan dicamba (auksin: 3,6-dichloro-2-
suspensi sel dan organ serta inisiasi akar. Sementara methoxybenzoic acid) dan zeatin berhasil pula
sitokinin berperanan dalam pengaturan pembelahan sel, menginduksi inisiasi kalus pada embriogenesis dan
jaringan dan organogenesis. regenerasi kultur suspensi tanaman pisang yang biasa
Pada kultur PLB D. lineale, penambahan 2,4D dimakan segar (dessert-AA dan AAA) dan pisang
secara tunggal hingga konsentrasi 5 mg/1 berhasil olahan (cooking-ABB), serta kultur pisang kultivar
membentuk kalus 95,45 % (Tabel 2 dan Gambar 2). Rasthali (AAB) (Novak et al., 1989; Ganapathi, et al.,
Sementara itu, 2,4D (auksin) sering digunakan untuk 2001).
merangsang inisiasi kalus; dalam proses inisiasi Kombinasi ZPT auksin (NAA) dan sitokinin
embriogenesis somatik juga sering digunakan auksin (BA), diaplikasikan pada kultur sel lapisan tipis (thin
(terutama 2,4D) dengan konsentrasi tinggi. layer cell) Dendrobium candidum dan berhasil
Pengaplikasian 2,4D tersebut tidak dianjurkan pada fase meregenerasikan tunas dan akar dari kalus. Perlakuan
pemeliharaan kalus, karena apabila digunakan pada fase kombinasi NAA dan BA tersebut menunjukkan respon
ini kadang-kadang menimbulkan adanya variasi genetik positif terhadap proliferasi tunas kultur anggrek
(George, 1993). Penambahan auksin secara tunggal Dendrobium lainnya (Zhao etal., 2007; Nasiruddin et
pada tahap regenerasi seringkali tidak berhasil a/., 2 0 0 3 a ) . • <-•'••
membentuk kalus yang embrionik.
339
Siti Hazar Hoesen et al. - Induksi Kalus dan Organogenesis ICultur in vitro Dendrobium lineale
Pembentukan akar terjadi pada kultur kalus (NAA) dengan tingkat rasio sitokinin hingga 4x
D. lineale dalam media yang ditambah kombinasi (sitokinin : auksin =2 :0,5)(Borthakure/a/., 1999).
antara 2,4D 0,1 mg/1 tanpa TDZ (Tabel 2 & 3, gambar Pada fase pemeliharaan kalus D. lineale dari
2). Fase pembentukan tunas dan akar dari kalus subkultur pertama hingga ke tiga pada media yang
(organogenesis), biasanya dipengaruhi oleh rasio mengandung TDZ 0,1 mg/1 +2,4D 0,5 mg/1, teramati
konsentrasi sitokinin dan auksin. Rasio antara sitokinin bahwa adanya pembentukan kalus baru yang friable
: auksin dengan level tinggi, akan menginduksi dan berwarna kekuningan. Hal ini diduga sel-sel bakal
pembentukan tunas pada eksplan secara langsung. kalus embrionik (proembrionik) membelah diri kembali
Sedangkan auksin secara tunggal cenderung dan membentuk sel-sel yang proembrionik (Foto 2).
mendorong pembentukan akar. Pembentukan akar Selanjutnya kalus tersebut dipelihara, dipersiapkan
umum terjadi apabila rasio auksin : sitokinin tinggi untuk penelitian selanjutnya antara lain somatik
(Friedman etal, 1985). Kombinasi ZPT BA dan NAA embriogenesis dan kultur protoplast. Kultur dalam
yang ditambahkan ke dalam media kultur Catharanthus media ViMS tanpa ZPT membentuk tunas adventif.
roseus (L.) G. Don berhasil menginduksi pembentukan Sering kali pembentukan tunas adventif melalui kalus,
kalus berakar pada kultur tanaman penghasil ajmalisin tetapi kadang-kadang langsung membentuk tunas
tersebut secara optimum dengan rasio auksin (10 7 M (Foto 3).
NAA): sitokinin (lO 5 M BAP) (Aprianitae/a/., 2003).
Perlakuan kombinasi NAA + 2iP, serta NAA + BA , KESEMPULAN
berhasil membentuk kalus, akar dan planlet pada kultur Penambahan ZPT auksin dan sitokinin ke
berbagai macam eksplan Philodendron goeldii dalam media MS untuk induksi kalus dan
(Irawati,2000). organogenesisnya berhasil direspon secara positif
Penambahan TDZ 1 mg/1 secara tunggal pada oleh kultur D. lineale. Dari penelitian tersebut, formulasi
penelitian kultur D. lineale berhasil menginduksi media terbaik untuk induksi kalus dan
pembentukan tunas, meningkatkan persentase organogenesisnya telah diketahui. Proliferasi tunas/
keberhasilan hidup kultur kalus D. lineale. Dari nilai planlet dari kalus tersebut dapat diaplikasikan untuk
rataan tersebut mengindikasikan adanya konsentrasi perbanyakan massal dan pembibitan. Di samping
TDZ yang dapat meningkatkan, tahap optimal, menyediakan kalus yang embriogenik sebagai bahan
kemudian menurunkan persentase kemampuan hidup penelitian, keragaman tanaman dari planlet yang
kultur dan pembentukan tunas. Dari kultur dalam media terbentuk kemungkinan akan terjadi. Kalus yang
yang ditambah TDZ tanpa 2,4D; teramati pula bahwa embriogenik berhasil diinduksi dari penelitian tersebut
ZPT tersebut berhasil mendorong pertumbuhan bakal untuk bahan penelitian embriogenesis somatik dan
tunas (Tabel 1 dan Gambar 1). Pada kultur kalus dari kultur protoplas. Dengan dikuasainya teknik
suku lainnya, bakal tunas dan bakal akar dari kalus menginduksi kalus (yang embriogenik) dan
yang embriogenik juga berhasil terbentuk pada media organogenesisnya, akan memberikan peluang untuk
yang diberi perlakuan kombinasi auksin (IBA) dan keberhasilan teknik rekayasa genetika secara
sitokinin (BA) pada kultur tanaman hias Clematis nonkonvensional. Sebagai cara alternatif karena
integrifolia X C. Viticella (Ranunculaceae). Respon adanya ketidak serasian genetis.
yang hampir sama juga terjadi pada induksi inisiasi
kalus kultur tanaman manggis (Mandegaran dan Sieber, SARAN
2000; Qosim et al, 2007; http://wikipedia.org/wiki/ Penelitian lanjutan disarankan ke arah
Clematis). Sementara pembentukan tunas ganda embriogenesis somatik dan kultur protoplast untuk
{multiple shoots) berhasil diinduksi pada kultur hibridisasi somatik, sebagai cara alternatif pada
Alpinia galanga (Zingiberaceae) dalam media yang tanaman yang tidak berhasil dengan cara hibridisasi
diberi tambahan kombinasi sitokinin (BA) dan auksin konvensional.
340
Berita Biologi 9(3) - Desember 2008
341