Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
oleh
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa dan hasil
belajar siswa dengan menggunakan metode penemuan terbimbing pada kelas VII-5 diMTs Al-Ulum
Medan . Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini
adalah 30 siswa dan objek penelitian ini adalah metode penemuan terbimbing. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu terdiri atas 2 siklus. Dari hasil analisis data tes
awal diperoleh 17 siswa yang tidak tuntas dan 13 siswa tuntas dengan rata-rata 43,3 % yaitu tingkat
ketuntasan siswa pada kualifikasi sangat rendah. Hasil analisis data siklus I setelah dilakukan
metode penemuan terbimbing menunjukkan ketuntasan belajar 30 siswa dengan rata-rata 63,33%
dimana tingkat ketuntasan belajar siswa pada kualifikasi cukup. Hasil analisis data siklus II dengan
pembelajaran yang sama diperoleh ketuntasan belajar yaitu 90% dimana tingkat ketuntasan belajar
siswa pada kualifikasi sangat baik. Ini berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I
hingga siklus II. Pada kemandirian belajar siswa siklus I berada pada kategori cukup baik
dikarenakan rata-rata klasikal diperoleh 66,67 % . Pada siklus II diperoleh kemandirian belajar
siswa sudah baik karena tingkat kemandirian siswa klasikal dalam kategori baik. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa melalui metode penemuan terbimbing kelas VII-5 MTs Al-Ulum Medan
meningkat.
ABSTRACT
This study aims to determine the independence of student learning and increase student learning
outcomes by using guided discovery method in class VII-5 in MTs Al-Ulum Medan. This type of
research is classroom action research (PTK). Subjects in this study were 30 students and the object of
this study is the method of guided discovery. This research is a classroom action research (PTK)
which consists of 2 cycles. From the analysis of the initial test data obtained by 17 students who did
not complete and 13 students completed with an average of 43.3% is the level of student mastery at
very low qualifications. Results of the first cycle after the data analysis conducted guided discovery
methods show mastery learning 30 students with an average of 63.33% where the level of mastery
learning students in the qualification enough. Results of the data analysis cycle II with the same
learning gained mastery learning that is 90% where the level of mastery learning students on the
excellent qualifications. This means an increase in student learning outcomes from the first cycle to
the second cycle. On the independence of the student's learning cycle I was in good enough category
because the average classical gained 66.67%. In the second cycle gained independence student
learning is good because the level of student independence classical in both categories. It can be
concluded that through guided discovery methods class VII-5 MTs Al-Ulum Medan increased
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan
sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang tradisional menjadi lebih
modern.Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di negara- negara maju
membawa pengaruh dan manfaat besar terhadap kehidupan sosial dan kebudayaan umat manusia,
seperti aspek komunikasi, transformasi serta termasuk didalamnya adalah pendidikan.Untuk
menghadapi permasalahan IPTEK tersebut diperlukan Sumber daya Manusia (SDM) yang mampu
bersaing secara global.Salah satu upaya yang dilakukan untuk memenuhi tuntutan tersebut adalah
melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi
peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Sehingga
akan menimbulkan perubahan dalam dirinya. Dalam pendidikan terjadi proses interaksi yang
mendorong terjadinya belajar, dengan adanya belajar terjadilah perkembangan jasmani dan mental
siswa. Pendidikan juga usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Dalam belajar mandiri siswa berusaha sendiri terlebih dahulu untuk belajar memahami dan
mempelajari isi pelajaran melalui buku pelajaran. Jika siswa mendapat kesulitan dia akan bertanya
pada teman atau guru yang mampu mengatasi kesulitannya.
Kenyataan yang terjadi saat ini dilapangan kebanyakan dari siswa belum mampu secara
mandiri untuk menemukan,mengenal,merinci hal yang berlawanan dan membuat pernyataan dari
masalahnya,sebab siswa awalnya hanya menurut saja apa yang diberikan oleh guru atau bergantung
pada guru. Dalam hal mengerjakan tugas ataupun tugas yang diberikan guru, sebagian siswa tidak
mengerjakan sendiri terlebih dahulu dirumah tetapi hanya meniru pekerjaan teman sesampainya
disekolah.Hal tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab siswa serta rasa percaya dirinya dalam
mengerjakan tugas mata pelajaran matematika kurang optimal,padahal kemandirian dalam belajar
adalah suatu aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan
sendiri dan tanggung jawab sendiri dari siswa tersebut.
Begitu juga hasil wawancara peneliti dengan guru matematika kelas VII MTs Al-Ulum
Medan (Eva Arisna,2015) menyatakan bahwa:
Sebagian besar siswa mengalami kesulitan jika diberikan soal dan disuruh untuk mengerjakan
sendiri masih banyak siswa yang tidak percaya akan jawabannya sendiri dan mencontek
kepada teman sebangku nya atau teman yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa kemandirian
siswa dalam menjawab soal masih rendah.
Gejala permasalahan yang telah disebutkan diatas menyebabkan hasil belajar matematika
siswa rendah.Hal di atas didukung dari hasil tes yang diberikan peneliti pada saat observasi di kelas
VII-5 MTs Al-Ulum Medan dengan soal-soal yang sederhana. Salah satu soal yang digunakan yaitu:
Perbandingan paling sederhana dari 3 jam : 48 menit adalah ...
Berdasarkan hasil jawaban tes yang diberikan sebagian besar siswa menyelesaikan soal
tersebut sendiri dan kebanyakan dari mereka hanya terfokus menyalin pekerjaan temannya, ada juga
yang tidak mengisi sedikitpun jawaban dari soal yang diberikan.Padahal untuk menyelesaikan soal
tersebut harus lah mengubah 3 jam tersebut kedalam menit lalu sederhanakan seperti
menyederhanakan pecahan. Hasil tes juga terlihat dari rata – rata hasil belajar matematika siswa
dikelas VII MTs Al-Ulum Medan Tahun ajaran 2014/2015 , dalam satu kelas sekitar 43,3 % siswa
mendapat rata-rata yang memenuhi Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai 70, selebihnya
siswa yang harus mengikuti remedial dengan rata – rata nilai 50.
Dengan demikian terlihat bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
di atas yang menuntut kemampuan dan kemandirian siswa tersebut, sehingga ketidakmampuan siswa
dalam menyelesaikan soal secara mandiri menunjukkan kemandirian siswa dan hasil belajar di MTs
Al-Ulum Medan masih rendah.
Dari masalah yang telah dikemukakan diatas, berhasilnya proses pembelajaran tidak hanya
tergantung pada guru tetapi juga tergantung kepada siswa. Guru sebagai salah satu komponen yang
menentukan keberhasilan pembelajaran dikelas harus mampu memilih model dan metode
pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran
yang sesuai dimana siswa ikut serta dalam aktivitas matematika adalahmetode penemuan
terbimbing yang dikemukakan oleh Bruner.Metode ini menghendaki keterlibatan aktif siswa dalam,
sedangkan guru mendorong siswa agar memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
. Dalam lembar aktivitas siswa (LAS) tercantum kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa.Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh siswa misalnya melakukan percobaan, menjawab
pertanyaan,menyimpulkan, dan lain-lain yang disusun berdasarkan tujuaninstruksional materi yang
ditentukan yang membuat siswa dapat secara mandiri mengerjakannya.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang masalah yaitu siswa menghadapi masalah
dalam pembelajaran skala dan perbandingan maka diperlukan pengambilan tindakan dengan
segera.Tindakan yang dimaksud yaitu dengan melakukan suatu penelitian.
Jenis penelitian yang sesuai dengan permasalahan tersebut adalah penelitian tindakan kelas
(Classroom Action Research) dengan menerapkan Pembelajaran Kontekstual, dilakukan dengan
tujuan meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa. PTK bersifat luwes dan mudah diadaptasi
sehingga cocok digunakan dalam rangka pembaharuan kegiatan pembelajaran di kelas. PTK juga
berperan dalam mengembangkan keterampilan mengajar yang bertolak darikebutuhan untuk
menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapi terkait dengan pembelajaran terutama akan
sangat terasa bagi peneliti, sebagai calon guru, itulah beberapa alasan mengapa peneliti memilih
penelitian tindakan kelas.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif
berguna untuk menemukan data yang berbentuk kata-kata seperti hasil observasi dan wawancara.
Sedangkan pendekatan kuantitatif berguna untuk menemukan data hasil belajar siswa yang berbentuk
angka yaitu dari tes hasil belajar siswa.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs Al-Ulum Medan T.A 2014/2015,
yaitu diambil kelas VII-5, dengan jumlah 30 siswa.Karena berdasarkan hasil wawancara dan tes yang
dilaksanakan pada saat observasi menunjukkan bahwa kemandirian dan hasil belajar siswa dikelas
tersebut rendah.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan terbimbing
untuk meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa di MTs. Al-Ulum Medan.
Prosedur Penelitian
Tahapan awal yang dilakukan peneliti sebelum melaksanakan penelitian adalah wawancara
dengan guru bidang studi matematika dan memberikan tes kepada siswa kelas VII-5 MTs Swasta Al-
Ulum Medan. Peneliti melakukan wawancara dengan guru bidang studi untuk mengetahui keadaan
awal dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika.
Kemudian peneliti mempersiapkan tes awal sebagai survey mengenai materi awal skala dan
perbandingan untuk mengidentifikasi kemampuan siswa. Setelah ditemukan masalah maka
dilaksanakan tindakan kelas.
Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research).Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif statistika karena penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan hasil belajar siswa, maka penelitian terdiri dari
beberapa tahap yang berupa siklus.Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi beberapa
permasalahan yang dijumpai. Berdasarkan permasalahan ini, dilakukan penelitian siklus demi siklus.
4
Siklus dihentikan apabila kemandirian siswa sudah mencapai kriteria tinggi dan hasil belajar sudah
mencapai ketuntasan klasikal ≥ 85 % Apabila belum, maka tindakan akan dilanjutkan ke siklus
berikutnya sampai Kriteria Ketuntasan Klasikal tercapai. Adapun setiap siklusnya dilakukan tahap-
tahap berikut:
SIKLUS I
a. Tahap Permasalahan I
Permasalahan pada siklus I diperoleh dari hasil observasi awal siswa dan
wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas bahwa kemandirian dan hasil belajar
matematika siswa kelas VII-5MTs Swasta Al-Ulum Medan belum mencapai kkm yang ditetapkan.
Sebelum melakukan perencanaan tindakan, guru memberikan tes awal yang terdiri Dari 4
soal.Tes awal berupa soal mengenai mencari skala, menyederhanakan perbandingan. Tes awal
diberikan untuk mengetahui bagaimana proses belajar siswa pada saat mengerjakan soal, serta untuk
mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Hasil tes juga
akan menjadi dasar dalam pembagian kelompok.
b. Tahap Perencanaan Tindakan I ( Alternatif Pemecahan I )
Perencanaan adalah sebuah langkah yang paling awal, yaitu langkah untuk merencakan
tindakan yang telah dipilih untuk memperbaiki keadaan.Pada tahap ini yang dilakukan yaitu membuat
secara rinci rancangan tindakan meliputi: menyusun skenario pembelajaran, membuat lembar
observasi dan penyusunan soal tes. Program pengajaran disusun sesuai dengan kegiatan mengajar
menggunakan pendekatan kontekstual yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan hasil
belajar matemtika siswa pada materi skala dan perbandingan.
d. Observasi I
Observasi merupakan suatu yang sangat penting. Menurut Sudjana (2009:84) mengatakan:
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
5
tahap ini guru matematika kelas MTs Swasta Al-Ulum Medan bertindak sebagai observer yang
mengobservasi peneliti selama kegiatan pembelajaran dengan berpedoman pada lembar observasi
untuk mengetahui ketepatan prosedur pelaksanaan tindakan.
Setelah selesai observasi, kemudian dilakukan diskusi antara guru dengan peneliti untuk
mendapatkan balikan (feedback). Balikan ini sangat diperlukan untuk memperbaiki proses
pelaksanaan tindakan.
e. Pelaksanaan Tes
Pada tahap ini peneliti memberikan tes hasil belajar I diakhir siklus kepada siswa untuk
mendapatkan hasil belajar siswa yang dibutuhkan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil
belajar setelah dilaksanakan proses pembelajaran melalui metode penemuan terbimbing. Data
kemudian diseleksi dan dianalisis untuk mendapatkan hasil tes.
f. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan perenungan terhadap tuntas tidaknya pelaksanaan tindakan pada siklus I,
jika siklus I belum mencapai ketuntasan, maka yang di refleksi kan adalah masalah-masalah apa yang
diperoleh pada pelaksanaan siklus I dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
untuk perbaikan pada pembelajaran siklus II.
Hasil yang diperoleh dari tahap tindakan I dan observasi dikumpulkan serta dianalisis pada
tahap ini, sehingga dapat diketahui dari tindakan I yang dilakukan dari hasil tes tahap I (siklus I).Hasil
refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan berikutnya (siklus berikutnya).Dimana
kriteria ketuntasan minimal secara klasikal yang harus dicapai siswa pada pembelajaran skala dan
perbandingan yang telah ditentukan.Bila telah tercapai atau lebih telah berhasil nilai yang diperoleh
dengan baik pada saat memberikan tes.Maka pembelajaran pada siklus I dianggap tuntas.Tetapi
apabila setelah dilaksanakan siklus I dan hasil belum sesuai dengan tingkat penguasaan sesuai kriteria
yang telah ditetapkan, maka perlu dilaksanakan siklus berikutnya dan mengetahui masalah serta
kelemahan-kelemahan yang terjadi pada proses pelaksanaan siklus I.
SIKLUS II
Setelah dilaksanakan siklus I dan hasil perbaikan belum tercapai pada siklus I, maka tindakan
masih perlu dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II diadakan perencanaan kembali dengan mengacu
pada hasil refleksi siklus I. Siklus II ini merupakan kesatuan dari kegiatan tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi serta tahap refleksi
Tes
Dalam penelitian ini diberikan tes yang berbentuk esai bertujuan untuk mengetahui kesulitan
belajar yang dialami siswa. Tes terdiri dari beberapa soal yang berisi tentang materi skala dn
perbandingan.
Untuk mencari validitas tes yang dimaksud diminta penilaian kepada beberapa orang ahli
matematika, sehingga layak digunakan untuk mengukur ketuntasan belajar siswa. Dengan
demikian,validitas isi tidak memerlukan uji coba atau analisis statistik dalam bentuk angka-angka.
Tes hasil belajar pada penelitian ini terdiri dari soal berupa essay tes. Tes ini digunakan untuk
mengukur adanya peningkatan hasil belaar siswa. Tes ini terdiri dari tes hasil belajarI (setelah
pemberian tindakan I) dan tes hasil belajarII (setelah pemberian tindakan II).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti sebelum menyusun tes, diantaranya
adalah:
6
1. Menentukan ruang lingkup pertanyaan.
2. Menentukan apa yang diukur meliputi aspek kognitifnya, yaitu pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), dan penerapan (C3).
3. Menyusun kisi-kisi tes, dalam kisi-kisi tes tampak ruang lingkup materi yang diujikan,
bentuk soal dan jumlah soal.
4. Menyusun soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
5. Membuat penyelesaian soal
Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran melalui
metode penemuan terbimbing dapat dilihat dari :
Wawancara
Wawancara dilakukan sebanyak dua kali.Wawancara pertama dilakukan kepada guru mata
pelajaran matematika MTs Swasta Al-Ulum Medan sebelum diadakan penelitian, wawancara ini
bertujan untuk mengetahui masalah pembelajaran di kelas VII MTs Swasta Al-Ulum Medan
khususnya materi skala dan perbandingan.
Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap gejala
yang tampak pada objek penelitian. Instrumen ini berfungsi untuk merekam kegiatan siswa selama
proses belajar mengajar, sehingga diperoleh gambaran mengenai kegiatan siswa menurut tingkatnya
masing-masing.Menurut Arikunto (2009:157):
Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi terhadap subjek penelitian
yang dilakukan untuk mengetahui kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Observer (pengamat)
dilakukan oleh seorang yang ahli atau guru kelas (guru bidang studi Matematika MTs Swasta Al-
Ulum Medan) mulai dari awal pelaksanaan sampai akhirnya pelaksanaan pengajaran dengan metode
penemuan terbimbing
Analisis Tes
1. Reduksi data
Data penelitian yang telah terkumpul berupa tes, dan observasi. Data tersebut ditelaah secara
menyeluruh sejak awal data dikumpulkan sampai seluruh data penelitian terkumpul. Reduksi data
dilakukan setelah data terkumpul, meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian data. Setelah
diklasifikasikan, data dikelompokkan kemudian dilanjutkan pada pemaparan data kemudian
penyimpulan. Kegiatan reduksi ini bertujuan untuk melihat kesalahan jawaban siswa dalam
menyelesaikan soal-soal tentang skala dan perbandingan.
2. Paparan Data
Dalam kegiatan ini data yang diperoleh dari hasil belajar siswa dipaparkan dalam bentuk tabel
dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan.
Untuk menentukan ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
7
T
KB = x100%
Tt
Dengan kriteria :
Dari uraian diatas dapat diketahui siswa belum tuntas belajar atau yang sudah belajar secara
individual. Untuk melihat tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan adalah dengan
menggunakan prinsip konversi lima. Pedoman konversi yang digunakan dalam mengubah skor
menjadi skor standar dengan norma absolut adalah berdasarkan atas tingkat penguasaan terhadap
bahan yang diberikan. Tingkat penguasaan itu akan tercermin pada tingkat rendahnya skor mentah
yang 90% - 100% tingkat penguasaan sangat tinggi tercapai. Pedoman yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Dikatakan mencapai tingkat penguasaan siswa apabila mencapai kriteria paling sedikit
sedang.
Selanjutnya dapat juga diketahui apakah ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai,
dilihat dari presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dirumuskan sebagai berikut:
X
PKK = x100%
N
Keterangan : PKK = Persentase ketuntasan kalisikal
8
N = Jumlah siswa
Suatu kelas dikatakan tuntas dalam belajar jika Persentase Ketuntasan Klasikal (PKK) telah
mencapai paling sedikit 85%.
Dari hasil jawaban akan diperoleh presentase ketuntasan belajar siswa. Petunjuk yang
digunakan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terdapat kriteria ketuntasan belajar perorangan
dan klasikal. Ketuntasan belajar siswa secara individual dan klasikal sebagai berikut :
1. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa tersebut telah mencapai skor
paling sedikitnya 70% dari total skor.
2. Suatu kelas dikatakan telah tuntas belajar jika dalam kelas tersebut mencapai skor paling
sedikitnya 85% dari jumlah siswa seluruhnya yang telah mencapai skor 70 %.
Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi dengan
baik jika telah memenuhi:
3. Menarik Kesimpulan
Setelah data diperoleh dan dianalisis maka ditarik kesimpulan berkenaan dengan hasil
penelitian yang dilakukan. Kesimpulan yang diambil merupakan dasar bagi pelaksanaan siklus
berikutnya dilanjutkan atas permasalahan yang diduga.
Selanjutnya Arikunto (2009: 264) untuk menghitung hasil dari observasi tersebut, digunakan
rumus: P =
N i
n
Dimana : P = Pencapaian indikator
n = banyak indikator
Pencapaian indikator (P) tersebut digunakan sebagai dasar dalam menentukan keberhasilan observasi
dengan kriteria sebagai berikut :
Kondisi Nilai
9
Baik 2,6 – 3,5
Pembelajaran dikatakan efektif jika hasil pengamatan observer, pembelajaran termasuk dalam
kategori baik atau sangat baik.
b. Rata-rata setiap indikator kemandirian siswa. Untuk memperoleh rata-rata setiap indikator
kemandirian siswa klasikal , skor tes siklus dianalisis sebagai berikut,
1) Masing-masing butir soal dikelompokkan sesuai dengan indikator kemandirian siswa.
2) Berdasarkan pedoman penskoran, dihitung jumlah skor tiap indikator selanjutnya
dihitung rata-rata dengan rumus sebagai berikut,
jumlahskortotal
rata − rata = x̅i = x 100%
jumlahskormaksimal seluruh siswa
Kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran juga mengalami peningkatan, dari hasil observasi
pada siklus I kerja sama siswa dalam kelompok masih kategori kurang dan belum mencapai target
peneliti setelah siklus II diperoleh hasil observasi kerja sama siswa berada pada kategori baik dan
mencapai target peneliti. Dengan adanya peningkatan kemandirian dari siswa tersebut maka metode
penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dan hasil belajar siswa
10
penemuan terbimbing rata-rata nilai tes hasil belajar I meningkat menjadi 65,3 dengan tingkat
ketuntasan klasikal 63,33 %. Pada siklus I terdapat 19 siswa (63,33 %) yang tuntas dalam belajar dan
11 siswa (36,67 %) yang tidak tuntas. Ini berarti terjadi peningkatan 10 % dan peningkatan klasikal
nya 20,03 % dari tes awal yang dilaksanakan. Kemudian setelah pemberian tindakan II, dimana
pembelajaran masih tetap menggunakan metode penemuan terbimbing namun telah dikombinasikan
dengan diskusi kelompok yang anggota kelompoknya telah dirubah dari anggota sebelumnya
membahas soal-soal yang ada pada LKS diperoleh nilai rata-rata tes hasil belajar II adalah 83,8
dengan ketuntasan klasikal 90 % yang berarti mengalami peningkatan sebesar 18,5 Dan peningkatan
klasikalnya 26,67 % dari tes hasil .Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu terdapat 27 siswa (90
%) yang tuntas dalam belajar dan 3 siswa (10 %) yang tidak tuntas belajar sehingga tercapailah
ketuntasan belajar secara klasikal, yakni sedikitnya 90 % siswa yang mengikuti tes dengan
memperoleh ≥ 70 pada tes hasil belajar I.
Hasil Belajar
83.8
100.0
65.3
80.0 55.3
60.0
40.0
20.0
0.0
tes awal siklus I siklus II
Ternyata dengan menggunakan metode penemuan terbimbing pada materi skala dan persegi
panjang pada siswa kelas VII-5 MTs Swasta Al-Ulum Medan mampu meningkatkan kemandirian
siswa dan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal skala dan perbandingan. Penerapan
kerangka meode penemuan terbimbing ini mampu membuat siswa bersemangat dan tetap terdorong
untuk tetap fokus mengikuti pelajaran, dikombinasikan dengan diskusi kelompok sehingga siswa
mampu bekerja dalam kelompok masing-masing,mampu menumbuhkan sikap saling mendukung
antar siswa dalam kelompoknya dan dituntut untuk menguasai materi agar dapat menyelesaikan kuis
individu yang akan diberikan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa metode penemuan terbimbing
dapat meningkatkan hasil belajar siswa MTs Swasta Al-Ulum Medan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dari bab IV dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada siswa disklus I diperoleh nilai rata-rata 65,3 dan
meningkat pada siklus II menjadi 83,8 sehingga diperoleh peningkata rata-rata hasil belajar
sebesar 18,5. Selain itu diperoleh ketuntasan belajar sebanyak 8 orang siswa (26,7 %) yaitu 19
orang siswa (63,33 %) dari siklus I meningkat menjadi 27 orang siswa (90 %) pada siklus II dan
tingkat keuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus II yakni 90 % sudah mencukupi syarat
ketuntasan klasikal ≥ 85 % siswa yang mencapai tes hasil belajar ≥ 70.
11
2. Berdasarkan hasil observasi kemandirian yang diberikan kepada observer disiklus I diperoleh
nilai rata-rata 19,2 dan meningkat pada siklus II menjadi 22,7 sehingga diperoleh peningkatan
rata-rata hasil belajar sebesar 3,5. Selain itu diperoleh ketuntasan kemandirian dari siklus I 66,67
% meningkat 72,2 % pada siklus II dan tingkat keuntasan klasikal yang diperoleh pada siklus II
yakni 72,2 % sudah mencukupi syarat ketuntasan klasikal ≥ 70 % siswa yang mencapai
indikator kemandirian siswa
REFERENSI
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineke Cipta.
Trianto, 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kharisma Putra Utama
Utami, Maya Ningsih . 2014. Upaya Meningkatkan Kemandirian dan Hasil Belajar Siswa
Dengan Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing Di Kelas VIII SMP Swasta
Raksana Medan. Unimed: FMIPA.
Yasmin, Martinis. 2010. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jambi: Gaung
Persada Press Jakarta.
12