Вы находитесь на странице: 1из 62

1.

1 Cara Pemeriksaan
1.1.1 Pemeriksaan Mikrobiologi
1.1.1.1 Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram dapat mengidentifikasi bakteri ke dalam dua kelompok, yaitu
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, serta susunan dan morfologinya.
A. Prinsip
Ketika ditambahkan alkohol, dinding sel bakteri gram positif yang mengandung
peptidoglikan tebal mengalami penyusutan karena terjadi dehidrasi, sehingga
mencegah larutnya pewarna krystal violet (ungu). Sedangkan dinding sel bakteri
gram negatif yang mengandung peptidoglikan tipis melarutkan pewarna krystal violet
dan menyerap warna tandingan, yaitu larutan fuchsin, sehingga sel akan berwarna
merah.

B. Metoda Pemeriksaan
Pengecatan Gram

C. Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Alat dan Bahan Pewarnaan Gram
Bahan Alat
1. Sampel (swab vagina, swab mata, swab 1. Kaca objek
tenggorok, urin, sputum, CSF, dan 2. Ose/kapas lidi
exudat) steril
2. Pewarna crystal violet modified: reagen 3. Pinset
Crystal violet dicampurkan dengan 4. Pembakar spiritus
larutan Sodium Hydrogen carbonate
dengan perbandingan 1:1.
3. Lugol/ iodine
4. Alkohol 96%
5. Larutan Fuchsin

D. Cara Kerja
1. Dibersihkan kaca objek dengan alkohol 70%, dilewatkan diatas nyala api
2. Sampel diambil secara aseptik dan diratakan diatas kaca objek.
a. Untuk sampel swab diratakan dengan cara diputar seperti tampak pada
gambar berikut:

Gambar 3.2. Pembuatan Preparat Sampel Swab

b. Untuk sampel dari biakan padat/koloni murni, diteteskan NaCl pada gelas
objek kemudian dicampur dengan koloni dan diratakan, sehingga
membentuk diameter 1-2 cm.
3. Preparat dibiarkan kering di udara
4. Setelah kering, preparat difiksasi dengan cara dilewatkan di atas nyala api
sebanyak 3 kali.
5. Preparat yang sudah difiksasi digenangi dengan pewarna Crystal violet modified
selama 1 menit.
6. Gelas objek dimiringkan untuk membuang kelebihan pewarna. Kemudian
digenangi dengan larutan lugol selama 1 menit
7. Dibilas dengan aquadest selama 5 detik
8. Kemudian preparat digenangi dengan alkohol 96% sampai zat warna tidak
terlihat lagi mengalir dari gelas objek selama 10-15 detik.
9. Dibilas dengan aquadest selama 5 detik
10. Preparat digenangi dengan larutan fuchsin selama 1 menit.
11. Dibilas dengan aquadest selama 5 detik dan ditiriskan
12. Diamati dengan mikroskop perbesaran objektif 100x

E. Interpretasi Hasil
Bakteri Gram positif : Berwarna biru violet
Bakteri Gram Negatif : Berwarna merah muda sampai merah

1.1.1.2 Pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)


A. Prinsip
Dinding sel BTA mengandung lipid (wax) yang tebal sehingga bakteri yang telah
menyerap zat warna utama (Carbol Fuchsin) tidak dapat dilunturkan oleh pelarut
yang bersifat kuat (asam alkohol). Bakteri tidak menyerap pewarna Methylen Blue,
sehingga sel BTA berwarna merah.

B. Metoda Pemeriksaan
Pewarnaan Ziehl-Neelsen

C. Alat dan Bahan


Tabel 3.2 Alat dan Bahan Pewarnaan BTA
Bahan Alat
1. Sampel: Pus, sputum, urin pagi 1. Kaca objek
pancaran tengah, CSF, cairan pleura, 2. Pinset
aspirasi gastrik, bilasan bronkhus, swab 3. Ose
tenggorok, cairan sendi, bubur jaringan 4. Rak Pewarnaan
(untuk pemeriksaan lepra). 5. Pembakar
Catatan: pengambilan sputum dilakukan spiritus
3x dalam 24 jam yaitu sewaktu-pagi- 6. mikroskop
sewaktu
2. Kapas Alkohol 70%
3. Minyak imersi
4. Carbol fuchsin
5. Asam Alkohol : dicampurkan 3 mL HCl
pekat dengan 97 mL etanol 95%
6. Methylene Blue

D. Cara Kerja
1. Dibuat Preparat untuk pewarnaan BTA dengan cara dibersihkan objek glass
dengan kapas alkohol 70%, kemudian dilewatkan di atas api. Setelah itu sampel
yang purulen diambil secara aseptis dan ratakan di atas objek glass (rata dan
tipis) untuk dibuat apusan dengan metode coil system (berbentuk spiral-spiral
kecil berulang) dengan ukuran 2 x 3 cm.
Catatan: Untuk pembuatan sputum yang encer, preparat dibuat berlapis-lapis,
buat apusan seperti cara di atas. Setelah kering buat apusan lagi di atasnya.
Demikian diulang beberapa kali sampai ketebalan cukup.
2. Preparat yang telah dibuat diletakkan di atas bak pewarnaan dengan bagian
apusan menghadap ke atas. Dimana antara satu preparat dengan preparat
lainnya masing-masing berjarak ± 1 jari. Jumlah maksimal preparat pada sekali
pewarnaan 12 buah.
3. Preparat digenangi dengan larutan Carbol Fuchsin, kemudian dipanaskan
bagian bawah objek glass dengan nyala api beberapa kali sampai keluar uap
(jangan sampai mendidih) selama 5 menit.
4. Dicuci dengan air mengalir (jangan ada percikan ke preparat lain) dan tiap
preparat dimiringkan dengan pinset lainnya untuk mengalirkan air yang berlebih.
5. Dilakukan dekolorisasi menggunakan asam alkohol sampai tidak ada lagi larutan
keluar dari preparat sediaan (maksimal 1 menit).
6. Dicuci dengan air mengalir (jangan ada percikan ke preparat lain) dan
dimiringkan tiap preparat dengan pinset untuk mengalirkan air yang berlebih.
7. Digenangi dengan larutan Methylen Blue selama 10-20 detik
8. Dicuci dengan air mengalir, kemudian dibiarkan mengering di udara. Jangan
mengeringkan preparat dengan menggunakan kertas serap.
9. Preparat yang telah diwarnai, diamati dengan mikroskop (untuk pengamatan
jumlah leukosit dan sel epitel menggunakan perbesaran objektif 10x, sedangkan
untuk pengamatan bakteri tahan asam menggunakan perbesaran objektif 100x
dengan minyak imersi).

E. Interpretasi Hasil
Hasil dilaporkan sesuai dengan skala IUTLD
Tabel 3.3 Pelaporan Hasil BTA
Jumlah BTA Pelaporan
Tidak ditemukan BTA
BTA Negatif
minimal dalam 100 LP
Tuliskan Jumlah BTA yang
1-9 BTA dalam 100 LP
ditemukan per 100 LP
10-99 BTA dalam 100 LP +1
1-10 BTA dalam 1 LP minimal
+2
dalam 50 LP
> 10 BTA dalam 1 LP
+3
minimal dalam 20 LP

1.1.1.3 Uji Kepekaan Bakteri


A. Prinsip
Penentuan kepekaan bakteri aerob terhadap antibiotik secara in vitro, dengan
menginokulasikan biakan murni pada media agar Mueller Hinton + darah domba 5%
dan meletakkan disk antibiotik pada permukaan agar, diinkubasi pada kondisi
tertentu, kemudian diukur diameter zona hambatnya.

B. Metoda Pemeriksaan
Kirby Bauer/Disk Diffusion Method

C. Alat dan Bahan


1. Inkubator, jangka sorong, disk dispenser, kapas lidi steril, pembakar
2. Semua jenis koloni tersangka bakteri aerob yang berumur 18 – 24 jam
3. Disk antibiotik
4. Agar Mueller Hinton atau Mueller Hinton + darah domba 5 %
5. NaCl fisiologis

D. Cara Kerja
1. Persiapan
a. Keluarkan agar Mueller Hinton, NaCl fisiologis dan disk antibiotik dari
tempat penyimpanan dan biakan hingga mencapai suhu ruang
b. Siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan

2. Prosedur uji kepekaan/resistensi


a. Gunakan inokulum bakteri yang mudah dan murni
b. Siapkan masing-masing 1 tabung untuk setiap inokulum
c. Setiap tabung diisi dengan larutan 0,85% NaCl fisiologis
d. Ambil koloni bakteri, buat suspensi dalam larutan NaCl dan lakukan
homogenisasi
e. Ukur kekeruhan suspensi inokulum dengan alat densicheck atau densimat.
Atau bandingkan dengan larutan standard yang setara dengan 0,5
McFarland. Suspensi harus segera digunakan dalam 15 menit setelah
pembuatan suspensi.
f. Kapas lidi steril dicelupkan dalam suspensi tersebut, peras pada dinding
tabung sampai tidak menetas, kemudian goreskan pada seluruh pada
seluruh permukaan agar Mueller Hinton.
Catatan: untuk bakteri golongan Streptococcus menggunakan agar Mueller
Hinton + darah domba. Penggoresan suspensi bakteri pada media agar
Mueller Hinton atau Mueller Hinton + darah domba, dilakukan pada
permukaan media. Prosedur ini diulang 2 kali, dengan cara memutar plat
media 600 sebelum ke penggoresan selanjutnya.
g. Biarkan selama 3 – 5 menit
h. Letakkan disk antibiotik di atasnya (jenis antibiotik dapat dilihat pada tabel
Panel Antibiotik).
Catatan: setiap kali akan melakukan uji kepekaan, maka 1 disk yang paling
atas harus dibuang (tidak boleh digunakan).
i. Pastikan setiap disk antibiotik telah kontak penuh pada permukaan agar
dengan cara menekan sedikit disk antibiotik ke permukaan agar. Sekali disk
antibiotik diletakkan pada permukaan agar, maka tidak boleh dipindahkan
atau digeser, karena difusi obat dari disk antibiotik ke agar telah terjadi.
j. Inkubasi pada suhu 370 selama 18 – 24 jam. Untuk bakteri Streptococcus
pneumoniae dan Neisseria gonorhoeae, inkubasi dilakukan dengan
penambahan CO2 5%.

3. Pengukuran diameter zona hambat


Ukur diameter zona hambat (dalam satuan milimeter) dengan menggunakan
jangka sorong, yang dimaksud diameter zona hambat adalah garis tengah
daerah hambatan termasuk diameter disk antibiotik.

4. Pembacaan hasil
Tentukan hasil kepekaan antibiotik dengan melihat tabel uji kepekaan metode
disk difussion dari CLSI atau Panel antibiotik yang berlaku.

5. Pembuatan larutan standar 0,5 McFarland (manual)


a. Buat larutan 0,048 mol/L BaCl2
b. Buat larutan 0,18 mol/L H2SO4
c. Campurkan 0,5 ml BaCl2 0,048 mol/L dengan 99,5 ml H2SO4 0,18 mol/L
dengan menggunakan stirrer
d. Larutan standar 0,5 McFarland di atas dapat dikonfirmasikan konsentrasinya
dengan menggunakan densitometer/ nefelometer di mana harus
menunjukan 0,5 McFarland atau menggunakan sprektofotometerr dengan
kuvet 1 cm pada panjang gelombang 625 nm, dimana absorbannya harus
antara 0,008 – 0,10 untuk mendapatkan standar 0,5 McFarland
e. Pindahkan larutan standard tersebut pada tabung 4 – 6 mL dengan tutup
screw-cap. Tabung ini harus tertutup rapat dan disimpan di tempat gelap
pada suhu ruang.
f. Sebelum digunakan sebagai pembanding, larutan standard ini harus
dovortex terlebih dahulu. Larutan standard ini harus diganti atau dicek
kekeruhannya setiap bulan. Jika terdapat partikel/gumpalan besar, maka
larutan standar harus diganti.
E. Interpretasi Hasil
1. Untuk skrining ESBL (E. coli, Klebsiella. Proteus mirabilis) bila resisten terhadap
cefotaxime atau ceftazidime yang diletakkan sejajar dengan amoxilin-clavulanic
maka dinyataka ESBL positif, dan pada pelaporan hasil seluruh antibiotik
golongan cephalosporin, aztreonam, dan ampicilin dilaporkan R. Zona hambat
yang terbentuk pada ESBL positif akan tampak lebih luas pada daerah yang
dekat dengan amoxilin-clavulanic. Sedangkan zona hambat di daerah dekat
cefotaxime atau ceftazidime seharusnya lebih kecil (R).
2. Untuk skrinning MRSA, apabila bakteri yang telah diuji adalah Staphylococcus
dan resistant (R) terhadap cefoxitin, maka MRSA positif. Untuk semua spesies
Staphylococcus, apabila MRSA positif maka penicilin, ampicilin/amoxicilin, dll
dilaporkan resistant (R). Khusus untuk S. aureus positif MRSA maka
ditambahkan keterangan skrinning MRSA pada HPsL. MRSA positif selain S.
aureus tidak ditambahkan keterangan skrining pada HPsL, hanya perubahan
interpretasi hasil uji antibiotik saja.

1.1.1.4 Kultur gal


Kultur gal dilakukan untuk membiakkan dan mengidentifikasi Salmonella terdapat
dalam sampel darah.
A. Prinsip
Membiakkan dan menginokulasi bakteri yang terdapat pada sampel darah pada
media agar; Jika terdapat pertumbuhan koloni tersangka Salmonella, diidentifikasi,
dan selanjutnya dilakukan uji kepekaan.

B. Metoda Pemeriksaan
Kultur

C. Alat dan Bahan


1. Darah : untuk manual : 1-2 mL, untuk Bactec : 8- 10 mL (dewasa), 1-3 mL (anak-
anak)
2. Agar Salmonella Shigella atau agar Chromegar Salmonella
3. Larutan pewarnaan Gram
4. Tabung steril dengan koagulan SPS (untuk kultur manual), Bactec 9050,
BacT/Alert 240 atau BacT/Alert 3D, incubator, ose, pembakar spirtus/Bunsen

D. Cara Kerja
1. Penanganan sampel
a. Setelah darah masuk ke botol Bactec, masukkan botol tersebut ke dalam
Inkubator Bactec
b. Inkubasikan botol Bactec sampai 5 hari
c. Jika sebelum hari ke-5, ada botol yang menunjukkan positif, maka keluarkan
botol Bactec dari incubator Bactec dan lakukan inokulasi

2. Inokulasi sampel:
a. Dengan menggunakan disposable syringe, diambil 1 ose atau 10 uL
suspense dan botol yang menunjukkan hasil positif
b. Dilakukan pewarnaan Gram dan suspense positif tersebut.
c. Digoreskan suspense positif tersebut dengan ose (dilakukan secara aseptic)
pada agar SS/ Chromogar Salmonella.
d. Diinkubasi pada suhu 370C selama 18- 24 jam
e. Terhadap koloni yang tumbuh dilakukan identifikasi dan uji kepekaan.

E. Perhitungan dan Interpretasi Hasil


1. Hasil kultur yang dinyatakan tidak ada pertumbuhan jika sampai dengan 5 hari
tidak ada pertumbuhan bakteri pada botol Bactec atau BacT/Alert dan atau tidak
terdapat pertumbuhan pada agar SS/ Chromogar Salmonella.
2. Hasil kultur dinyatakan ada pertumbuhan jika =< 5 hari, jika ada pertumbuhan
bakteri pada botol Bactec atau BacT/Alert dan atau ada pertumbuhan pada
media SS/ Chromogar Salmonella.

1.1.1.5 Tes oksidase


Enzyme cytochrome oxidase diproduksi oleh banyak organisme. Oksidase test ini
digunakan untuk identifikasi bakteri (screening dan presumptive).
A. Prinsip
Cytochrome oxidase merupakan enzim yang termasuk kelompok iron porphyrine.
Cytochrome oxidase mengoksidasi, sehingga mengurangi cytochrome c dan diubah
sendiri ke bentuk yang tidak aktif. Perubahan ke bentuuk yang aktif melalui transfer
electron ke molecular oksigen. Adanya molecular oksigen cytochrome oxidase/
cytochrome c dapat dikurangi dari substansi senyawa organic, misalnya reagen NaDi (1-
napthol+ dimethylpharaphenylene diamine) dengan pembentukan kondensasi molekul
indophenol biru. Bakteri yang menghasilkan cytochrome oxidase akan memberikan
reaksi warnan biru sampai ungu atau biru sampai violet.

B. Metoda Pemeriksaan
Oksidase

C. Alat dan Bahan


1. Koloni murni biakan bakteri yang tumbuh oada media agar (fresh)
2. Bactident Oxidase/ Oxidase test/ Oxidase Detection Stripe
3. Pembakar Spirtus/gas burner, Ose, Cawan petri

D. Cara Kerja
1. Bactident Oxidase:
a. Secara aseptic, diambil koloni dengan menggunakan ose dan digoreskan
pada reaction zone
b. Setelah 20- 60 detik, diamati warna yang terbentuk dengan membandingkan
dengan colour acale
c. Dibuang strip yang telah digunakan ke dalam sampah yang berisi
desinfektan
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
(a) Koloni bakteri dari media agar tanpa dyes, indicator atau inhibitors
(b) Koloni bakteri yang diambil dari media dengan pH < 5,5 dapat
memberikan hasil negative palsu

2. Oxidase Test
a. Dibuka plastik penutup tabung, kemudian diletakkan ke bawah dengan
dalam menghadap ke atas
b. Diambil stick dan ditutup tabung dengan hati-hati
c. Secara aseptic, diambil koloni berumur 24-48 jam dengan mengguankan
ose dan goreskan pada reaction zone
d. Setelah 20- 60 detik, diambil warna yang terbentuk
e. Dibuang stick yang telah digunakan ke dalam sampah yang berisi
desinfektan

3. Oxidase Detection Strip


a. Secara aseptic, diambil koloni yang akan diuji dengan menggunakan ose
platinum ke Oxidase Detection strip
b. Diratakan koloni pada Oxidase Detection strip dan diamati perubahan warna
yang terjadi pada strip dalam 5 detik
c. Dibuang strip yang telah digunakan ke dalam tempat sampah yang berisi
desinfektan
Atau dapat dilakukan dengan:
d. Disentuh koloni yang akan diuji dengan Oxidase Detection strip, diamati
perubahan warna yang terjadi pada strip dalam 5 detik
e. Dibuang strip yang telah digunakan ke dalam tempat sampah yang berisi
desinfektan

Hal- hal yang perlu diperhatikan:


1. Penambahan koloni yang akan diuji menggunakan ose platinum, bukan ose
nichrome/besi. Penggunaan ose nichrome/besi dapat mengkatalisis
oksidasi reagen oksidase
2. Hati-hati dalam pengambilan koloni dari media agar darah, karena sel darah
merah mengandung cytochrome oxidase yang dapat menimbulkan hasil
positif palsu
3. Uji oksidase tidak boleh dilakukan pada koloni yang diambil langsung dari
media yang mengandung karbohidrat, pH rendah koloni uji dan media dapat
mengakibatkan hasil negative palsu.

E. Interpretasi Hasil
Dinyatakan positif : terbentuk warna biru sampai ungu atau biru sampai violet.
Dinyatakan negatif : tidak terdapat perubahan warna

1.1.1.6 Tes Koagulasi


Tes oksidasi bertujuan untuk membedakan bakteri Staphylococcus aureus dengan
Staphylococcus lainnya
A. Prinsip
Enzim koagulase yang terdapat pada bekteri Staphylococcus aureus (clumping
factor dan free coagulase) dimana clumping factor ini yang mengikat dinding sel
bakteri dan membentuk gumpalan ketika suspense bakteri dicampur dengan plasma,
dan free coagulase yang mengandung enzim koagulase menyebabkan gumpalan
ketika sel bakteri dalam plasma.

B. Metode
Koagulasi

C. Alat dan Bahan


1. Koloni biakan bakteri coccus gram positif yang tumbuh pada media agar darah
(umur biakan 18- 24 jam)
2. Reagen: remel Staphaurex dan MicrogenTM STAPH
3. Card/ lingkaran reaksi (terdapat dalam kit)
4. Ose, Pembakar spirtus/bunsen
D. Cara Kerja
1. Persiapan:
a. Keluarkan reagen, disk antobiotik dan media dari lemari es dan biarkan
hingga mencapai suhu kamar
b. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Prosedur kerja :
a. Dihomogenkan reagen MicrogenTM STAPH atau reagen remel Staphaurex,
ditambahkan 1 tetes MicrogenTM STAPH di atas lingkaran test pada reaction
card.
b. Dengan menggunakan ose steril, pindahkan secara aseptic koloni bakteri
tersangka ke lingkaran test pada reaction card.
c. Dicampurkan isi lingkaran test dengan menggunakan ose dan campurkan
isi lingkaran kontrol.
d. Digoyang perlahan-lahan reaction card sampai dengan 2 menit dan amati
ada/tidaknya aglutinasi.
e. Dibuang reaction card yang telah digunakan.

3. Pengerjaan kontrol:
a. Diteteskan 1 tetes kontrol positif MicrogenTM STAPH (untuk kontrol positif)
dan koloni Staphylococcus epidermidis (untuk kontrol negatif) di atas
lingkaran test pada reaction card.
b. Ditambahkan 1 tetes MicrogenTM STAPH yang sudah dihomogenkan di atas
lingkaran test pada reaction card.
c. Dicampurkan isi lingkaran test dengan menggunakan ose dan campurkan
isi lingkaran kontrol.
d. Digoyang perlahan-lahan reaction card sampai dengan 2 menit dan amati
ada/ tidaknya aglutinasi.
e. Buang reaction card yang telah digunakan.

E. Interpretasi Hasil
1. Dinyatakan positif bila terjadi penggumapalan pada suspensi tes selama
pencampuran.
2. Dinyatakan negatif bila tidak terjadi penggumpalan pada suspense test selama
pencampuran

1.1.1.7 Identifikasi bakteri dengan Api 20 E


A. Prinsip
Strip API 20 E mempunyai 20 sumur test yang berisi substrat biokimia kering
(dehydrated) yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri golongan
Enterobacteriaceae dan bakteri batang gram negatif non fastidious. Sumur-sumur test
tersebut diisi dengan suspensi bakteri tersangka yang akan diidentifikasi. Setelah diisi,
strip tersebut diinkubasi pada suhu tertentu selama 24 jam. Hasil metabolism yang terjadi
akan memberikan perubahan warna baik secara spontan maupun setelah ditambahkan
reagen. Reaksi dibaca dengan menggunakan table penuntun dan identifikasi diperoleh
dengan mencocokan hasil tersebut dengan buku profil identifikasi.

B. Metoda Pemeriksaan
Reaksi gula spesifik

C. Alat dan Bahan


1. Strip API 20 E, API suspension medium, kit reagen API 20 E (TDA), reagen ZN
2. MINI API, densitometer, inkubator, mikropipet atau ATB inoculator, gas
burner/pembakar spirtus

D. Cara Kerja
1. Uji oksidase
Uji oksidase harus dilakukan dan hasilnya dicatat pada lembar hasil sebagai
bagian hasil yang perlu dilengkapi dari keseluruhan profil identfikasi (sehingga
keseluruhan profil identifikasi berjumlah 21 test identifikasi)
2. Persiapan strip
a. Siapkan box inkubasi (tray dan lid)dan masukkan 5 mL aquadest ke dalam
sumur honey-combed tray untuk menjaga kelembaban udara
b. Lepaskan strip API 20 E dari kemasan dan buang desicant
c. Tulis nomor pasien pada sisi strip
3. Persiapan inokulum
a. Buka tutup ampul API NaCl 0,85% medium (5 ml) atau dapat menggunakan
tabung steril yang terisi aquadest steril tanpa zat aditif
b. Dengan menggunakan swab steril, suspensikan koloni bakteri tersangka
pada API NaCl 0,85 % medium. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
pastikan koloni bakteri tersangka dan NaCl 0,85 % tercampur sempurna dan
koloni bakteri yang berumur 18 – 24 jam. Suspensi ini harus segera
dimasukan ke dalam sumur-sumur pada strip ID 20 E
4. Inokulasi pada strip
a. Dengan menggunakan pipet yang sama, masukan susupensi bakteri ke
dalam tube dan cupule sumur test CIT, VP, GEL. Untuk sumur test lainnya,
suspensi bakteri hanya dimasukan ke dalam tube saja.
b. Untuk sumur test ADH, LDC, ODC, H2S, dan URE tambahkan 2 tetes
mineral oil (untuk membuat suasana menjadi anaerobik). Tutup box inkubasi
c. Inkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 36 ± 2 0C.
Catatan: pembacaa harus segera dilakukan setelah inkubasi selesai. Jika
tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka setelah inkubasi selesai, strip
harus segera disimpan pada suhu 2 – 8 0C sampai pembacaan dilakukan.
5. Pembacaan strip
a. Setelah masa inkubasi selesai, lakukan pembacaan mengacu pada Reading
Table, catat hasil reaksi pada lembar hasil.
b. Jika 3 atau lebih test (GLU + atau - ) menunjukan hasil positif, maka catat
pada lembar hasil kemudian ulangi pengujian dengan menambahkan
reagen: uji TDA dengan reagen TDA, uji IND dengan reagen JAMES, dan
uji VP dengan reagen VP1 dan VP2
c. Jika jumlah uji yang positif kurang dari 3 sebelum penambahan reagen,
maka: inkubasi ulang strip selama 24 jam pada suhu 36 ± 2 0C tanpa
penambahan reagen apapun, ulangi engujian dengan penambahan reagen
TDA, IND, dan VP. Lengkapi hasil pengujian jika dibutuhkan lakukan uji
tambahan (suplemen lainnya)

E. Interpretasi Hasil
Hasil identifikasi diperoleh hasil numerik
1. Determinasi hasil numerik
Pada lembar hasil, pengujian dibagi menjadi 3 kelompok, dan angka 1, 2, atau
4, ditetapkan pada masing-masing hasil pengujian; Dengan penjumlahan angka
yang berhubungan dengan reaksi positif dari tiap kelompok; 7 digit profil numerik
diperoleh untuk 20 pengujian pada strip 20 E. Reaksi oksidase merupakan
pengujian ke 21 dan jika hasilnya positif mempunyai nilai 4.
2. Identifikasi
Identifikasi dilakukan menggunakan database dengan analytical Profile Index
(dengan melihat profil numerik dari daftar profil), atau database dengan software
identifikasi (dengan memasukan 7 digit profil numerik secara manual)
Untuk beberapa kasus (jika hasil pengecatan adalah bakteri Gram negatif
dengan oksidase positif) 7 digit profil numerik tidak cukup dan harus diikuti
dengan pengujian tambahan lain yang dibutuhkan yaitu reduksi nitrit menjadi
pembentukan gas N2.

1.1.2 Pemeriksaan Urinalisa


1.1.2.1 Pemeriksaan Urin Rutin (Carik Celup) dengan Alat Cobas U411
A. Prinsip
Warna area tes yang diberikan oleh sampel, disinari dengan panjang gelombang
tertentu, kemudian sinar dipantulkan kembali dengan intensitas yang sebanding dengan
warna pada area tes dan ditangkap oleh detector sebgaia remisi yang kemudian
dikonversikan terhadap suatu standar.

B. Metoda Pemeriksaan
Reflectance photometry
C. Alat dan Bahan
1. Cobas U411
2. Tabung S-Y System yang bermulut
3. Urin pasien

D. Cara Kerja
1. Spesimen dicampur homogen dan tidak boleh disentrifuge. Jika suhu sampel 2-
8 oC, dibiarkan mencapai suhu kamar sebelum dikerjakan.
2. Dituang 10 atau 12 mL sampel kedalam tabung S-Y System, yang sudah diberi
identitas/barcode.
3. Sampel dikerjakan pada suhu kamar.
4. Dicelupkan strip ke sampel sampai semua bagian tercelup, pencelupan
maksimal 1 detik.
5. Kelebihan sampel disapukan pada pinggiran tabung atau dapat dengan
menyentuhkan ke kertas saring (jangan pakai tissue).
6. Strip dimasukkan dan dibaca hasilnya pada alat.

E. Interpretasi Hasil
1. Warna : Kuning, Kuning Muda, Coklat, Merah
2. Kejernihan
a. Jernih : tidak terlihat adanya partikel-partikel
b. Agak keruh : kelihatan beberapa partikel dimana tulisan pada kertas
Koran tidak berubah atau tidak mengabur ketika dilihat
didepan tabung sampel.
c. Keruh : kertas Koran dapat dilihat dari depan tabung sampel,
tetapi hurufnya berubah atau kabur.
d. Sangat keruh : kertas Koran tidak dapat dilihat dari depan tabung sampel.
3. Berat Jenis normal : 1,005 – 1,030
4. pH : 5-9
5. Leukosit Esterase : negatif, 25 (+), 100 (++), 500 (+++) leu/uL
6. Nitrit : negatif, positif
7. Albumin : negatif, 25(+), 75 (++), 150 (+++), 500 (++++) mg/dL
8. Glukosa : negatif (normal), 50 (+1), 100(+2), 300(+3), 400(+4) mg/dL
9. Keton : negatif, 5(+1), 15 (+2), 50 (+3), 150 (+4) mg/dL
10. Urobilinogen : normal, 1(+1), 3(+2), 6(+3), mg/dL
11. Bilirubin : negatif, 1(+1), 3(+2), 6 (+3) mg/dL
12. Darah (blood) : negatif, 10(+), 25 (++), 50 (+++), 150 (++++), ≥ 2500
ery/uL

1.1.2.2 Pemeriksaan Urin Rutin (Carik Celup) dengan Alat Urysis 1100
1. Prinsip
Strip dicelupkan pada sampel urin, kemudian strip dimasukkan ke alat dan akan
dibaca oleh reading head dari alat. Reading head berisi lampu LED yang memancarkan
suatu cahaya dengan panjang gelombang tertentu ke permukaan blok uji pada sudut
maksimum. Cahaya tersebut akan menabrak zona tes, sehingga menghasilkan pantulan
warna yang akan ditangkap oleh detektor berupa phototransistor. Detektor akan
mengirimkan analog berupa sinyal listrik ke A/D converter, yang akan mengubahnya ke
bentuk digital. Kemudian mengubah ini ke nilai reflektansi relative dengan mengacu
kepada standar kalibrasi. Terakhir, nilai reflektansi akan dibandingkan dengan batas
range yang telah ditentukan (nilai reflektansi yang telah diprogram ke dalam analisa untuk
setiap parameternya).
Setiap blok uji dapat membaca secara fotometri setelah sekitar 55 – 65 detik. Dan
dapat mengoreksi secara otomatis berat jenisnya bila sampel bersifat basa kuat.
2. Alat dan Bahan
1. Urysis 1100
2. Kontrol
a. Jenis : Liquicheck Urynalisis Control Level 1 (Normal) atau Level 2
(Patologis) dan Biorad
b. Penanganan : Siap pakai, dicampur dengan baik sebelum digunakan dan
dibiarkan pada suhu kamar sebelum digunakan
c. Stabilitas : Pada suhu 2- 8 0C stabil sampai tanggal kadaluwarsa.
Setelah dibuka dapat disimpan pada suhu 2 – 80C stabil selama 30 hari.
3. Sampel Urin Segar 15-30 mL Segera dikerjakan < 2 jam
4. Tabung S-Y
5. Combur UX

3. Cara Kerja
1. Kontrol
a. Kontrol dikeluarkan dari lemari es dan dibiarkan mencapai suhu kamar
b. Tutup pemutar pada botol kontrol dilepaskan secara hati-hati
c. Kemudian squeezer cap dilekatkan dengan kuat pada bagian atas tutup
pemutar botol kontrol
d. Kontrol urin dihomogenkan dengan membolak-balikkan botol
e. Tutup putih dari squeezer cap kemudian dilepaskan
f. Ketika akan diteteskan pada strip urin, bagian sisi dari squeezer cap ditekan
dengan hati-hati lalu cairan kontrol urin dipindahkan melintasi semua pad/
parameter dalam strip urin sampai terisi penuh
g. Kelebihan kontrol pada strip urin dapat disapukan pada pinggiran tabung
atau dengan meniriskan tepi strip secara tegak lurus pada kertas saring
h. Kemudian strip dibaca pada alat
1. Pemeriksaan Sampel
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Tray untuk pengujian
harus dipastikan bersih dari residu apapun
b. Diperiksa tanggal kadaluwarsa dari strip
c. Urysis 1100 Urine Analyzer siap untuk digunakan pengukuran bila nilai
kalibrasinya telah valid
d. Sampel yang dimasukkan ke dalam lemari pendingin harus disesuaikan
terlebih dahulu dengan suhu ruangan
e. Tes strip dicelupkan ke dalam sampel urin sebentar (1 detik) kemudian strip
dikeluarkan dari container specimen dengan bagian pinggir menyentuh
dinding container secara perlahan untuk menghilangkan kelebihan urin
f. Bagian belakang strip yang tidak mengandung blok reagen disentuhkan
pada tissue untuk menghilangkan kelebihan urin
g. Strip diletakkan pada tray pengujian dengan blok yang mengandung reagen
ditempatkan menghadap ke atas
h. Kemudian tombol START ditekan, maka akan terdengar bunyi “bip” dan bar
penahan tertutup dan tray pengujian akan maju
i. Alat akan mulai membaca reaksi
j. Setelah pengukuran selesai, tes strip yang akan digunakan dibuang dan
alat dibersihkan dari sisa residu urin dengan menggunakan alkohol 70%.

2. Kalibrasi
Untuk kalibrasi harus dilakukan secara rutin, karena bertujuan untuk validasi dan
memastikan bahwa alat masih bekerja dengan baik atau tidak. Urysis 1100 Urine
Analyzer harus dikalibrasi setiap tujuh hari atau ketika muncul pesan Repeat
Calibration pada display. Langkah kerja proses kalibrasi yaitu :
a. Apabila pada display muncul pesan Repeat Calibration, petunjuk fungsi
YES di sebelah kiri ditekan. Maka akan muncul pesan Start Calibration. Jika
alat dalam keadaan mode Ready-to-Measure, maka ditekan petunjuk
fungsi sebelah kiri untuk memilih Calibration. Akan muncul pesan Start
Calibration
b. Strip kalibrasi ditempatkan pada tray dengan bagian pad mengandung
reagen mengarah ke atas. Dengan kira-kira 2 mm dari strip harus disimpan
di bawah penjepit
c. Tombol START ditekan
d. Apabila kalibrasi valid, akan muncul pesan pada display
3. Maintenance
Tray test strip dibersihkan dengan air dan desinfektan sekali setiap hari. Caranya
:
a. Alat dimatikan terlebih dahulu
b. Tray strip ditarik keluar dari alat
c. Tray dicuci dengan air mengalir
d. Lapisan kristal yang mengendap dihilangkan, terutama kotoran yang
menahan mekanisme palang atau penggerak pada sisi bawah dari tray
strip, dengan menggunakan sikat lembut
e. Bagian bawah tray strip dilap dengan alkohol 70% atau desinfektan lain
yang sesuai. Kemudian dikeringkan dengan lap lembut
f. Tray test strip dipasangkan pada alat
g. Kemudian alat dinyalakan kembali

4. Interpretasi Hasil
1. Warna : Kuning, Kuning Muda, Coklat, Merah
2. Kejernihan
a. Jernih : tidak terlihat adanya partikel-partikel
b. Agak keruh : kelihatan beberapa partikel dimana tulisan pada kertas
Koran tidak berubah atau tidak mengabur ketika dilihat
didepan tabung sampel.
c. Keruh : kertas Koran dapat dilihat dari depan tabung sampel,
tetapi hurufnya berubah atau kabur.
d. Sangat keruh : kertas Koran tidak dapat dilihat dari depan tabung sampel.
3. Berat Jenis normal : 1,005 – 1,030
4. pH : 5-9
5. Leukosit Esterase : negatif, 25 (+), 100 (++), 500 (+++) leu/uL
6. Nitrit : negatif, positif
7. Albumin : negatif, 25(+), 75 (++), 150 (+++), 500 (++++) mg/dL
8. Glukosa : negatif (normal), 50 (+1), 100(+2), 300(+3), 400(+4) mg/dL
9. Keton : negatif, 5(+1), 15 (+2), 50 (+3), 150 (+4) mg/dL
10. Urobilinogen : normal, 1(+1), 3(+2), 6(+3), mg/dL
11. Bilirubin : negatif, 1(+1), 3(+2), 6 (+3) mg/dL
12. Darah (blood) : negatif, 10(+), 25 (++), 50 (+++), 150 (++++), ≥ 2500
ery/uL
1.1.2.3 Pemeriksaan Sedimen Urin
Pemeriksaan sedimen urin dapat digunakan untuk mengetahui adanya kelainan
pada ginjal dan saluran kemih, serta berat ringannya penyakit.
A. Prinsip
Urine diputar dalam waktu 5 menit dengan kecepatan 400-450 g (1700 rpm),
kemudian diambil endapannya dan diperiksa di bawah mikroskop.

B. Metoda Pemeriksaan
Mikroskopik

C. Alat dan Bahan


1. Urin minimal 15 mL
2. Reagen: Pewarna Sedimen AIM Sedi Uristain di kemas dalam DBD (Direct Drop
Bottle) ukuran 20 mL dan 5 mL
3. Centrifuge, Tabung S-Y System yang bermulut

D. Cara Kerja
1. Setelah sampel diperiksa uji carik celup, untuk sampel di dalam tabung standart
S-Y ditutup dengan penutup yang tersedia, kemudian diputar dalam waktu 5
menit dan dengan kecepatan 400-450 g (1700 rpm).
2. Untuk tabung sentrifuge S-Y: dibuang supernatan dengan cara membalikkan
tabung dan secara otomatis urin akan tersisa 0,6 mL sebagai sedimen untuk
volume tabung 12 mL atau 0,5 mL sedimen untuk tabung 10 mL (jumlah sedimen
standart untuk dipekatkan 20 X).
Untuk tabung sentrifuge biasa: Dibuang 10 mL atau 12 mL sepernatan urine
dengan satu gerakan, hinggan tersisa kira-kira 1 mL sedimen.
3. Tabung dikocok untuk meresuspensikan sedimen.
4. Dengan menggunakan botol reagen AIM Sedi Uristain, ditambahkan 1 tetes
pewarna (atau +- 50 mL pewarna dengan menggunakan pipet SY ke dalam
tabung, dan dikocok dengan hati-hati untuk meresuspensikan sedimen.
5. Diteteskan campuran di atas pada objek glass sebanyak 20 secara hari-hati,
kemudian tutup dengan kaca penutup ukuran 22 x 22 mm.
6. Campuran tersebut diteteskan pada bilik hitung yang ada dengan jumlah
secukupnya sampai seluruh bilih hitung terisi penuh.
7. Dibaca pada keempat sisi deck glass, kemudian ke tengah, dan dihitung jumlah
rata-rata unsur sedimen dalam minimal 10 lapang pandang.
8. Dilakukan pembacaan unsur-unsur sedimen dengan menggunakan kamar
hitung dengan luas 3 mm x 3 mm.
9. Sedimen diperiksa pada lensa objektif 10x (LPK) untuk melihat unsur sedimen
secara keseluruhan. Contoh: Silinder.
10. Pada objektif 10 x 10 (LPK) pembacaan dilakukan pada kamar hitung yang
mempunyai ukuran 3 mm x 3 mm yang terdiri dari 81 kotak, sedangkan untuk
objektif 10 x 40 (LPB). Pembacaan dilakukan pada kamar hitung yang
mempunyai ukuran 0,33 mm x 0,33 mm yang terdiri dari 9 kotak kecil dengan
pembacaan secara diagonal.
11. Di hitung jumlah rata-rata unsur sedimen yang ditemukan pada saat pembacaan.

E. Interpretasi Hasil
1. Eritrosit
Normal : 0-2 / LPB
Tinggi : bila terdapat ganguan ginjal, adanya batu ginjal/saluran kemih,
pada wanita bias fisiologis. Pada kadar kecil belum tentu patologis.
2. Leukosit
Normal : 0-5/ LPB atau negatif
Tinggi : ISK, kerusakan ginjal, keputihan
3. Silinder
Normal : 0-2 /LPK, disebutkan jumlah beserta nama silindernya
Tinggi : indikasi gangguan ginjal
4. Epitel
Epitel gepeng/ squamous : dilihat dalam LPK, nilai normal < 10/ LPK
Epitel trasisional : epitel renal tubular/epitel tubular ginjal dilihat
dalam LPB, nilai normal < 10/ LPB
5. Bakteri
Normal : negatif
Bila ditemukan : indikasi adanya infeksi, urine terlalu lama, pada wanita bisa
fisiologis
6. Kristal
Kristal normal seperti calcium oxalate, triple fosfat, asam urat, ammonium biuret,
amorf urat/ fosfat dihitung dalam LPB. Sedangkan kristal abnormal seperti
cholesterol, cysteine, tyrosin, sulfonamide, bilirubin, hemosiderin dihitung dalam
LPK. Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
7. Lain-lain
a. Spermatozoa
Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
Cara Pelaporan : Rata-rata jumlah sperma ang ditemukan/ LPB (lihat
batasan pelaporan sedimen urin)
Catatan : Dilaporkan hanya jika ditemukan pada laki – laki
atau pada kasus khusus (contoh pada anak kecil)
b. Benang mukosa
Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
Dilihat dengan perbesaran 400 x
c. Sel ragi/ hypa
Nilai Normal : negatif.
Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
Dilihat dengan perbesaran 400 x
d. Parasit Tricomonas
Normal : negatif.
Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
Dilihat dengan perbesaran 400 x
e. Cells
Berupa glitter cell, oval fat bodies, histiosit
Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
Dilihat dengan perbesaran 400 x
Catatan : Untuk Oval fat bodies dapat diperiksa dengan
menggunakan pewarna Sudan III dan akan terlihat
bulatan – bulatan berwarna orange yang berarti
positif.
Tabel 3.4 Batasan Unsur Sedimen yang Ditemukan
Jumlah batasan rata-rata unsur sedimen yang
ditemukan

Silinder (LPK) Negatif 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 >50

Kristal Negatif 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 >50


Abnormal
Kristal Normal Negatif +++
+ ++
(LPK)
Eritrosit (LPB) 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100

Leukosit (LPB) 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100

Squamous 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100


Epitel (LPK)
Epitel lain : 0-2 2-5 5-10 10-25 25-50 50-99 >100
Renal Tubular,
Transisional
(LPB)
Bakteri, jamur,
trichomonas,
lemak, benang + ++ +++

mucosa, cell
(LPB
Spermatozoa +++
+ ++
(LPB)
1.1.2.4 Pemeriksaan Berat Jenis Urin
Bila didapatkan berat jenis urin carik celup ≤ 1.005 dan ≥ 1.030 maka dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan refraktometer sebagai pemeriksaan konfirmasi, dan
hasil yang dilaporkan adalah hasil dari refraktometer.
A. Prinsip
Index refraksi sesuai dengan cairan yang bertambah secara linier dengan banyaknya
zat larut.

B. Metode Pemeriksaan
Refraktometri

C. Alat dan Bahan


1. Refraktometer, Pipet tetes
2. Urin, Tissue

D. Cara Kerja
1. Dihomogenkan urin dalam pot urin.
2. Diambil dengan pipet dan teteskan 1-2 tetes pada refraktometer.
3. Dilihat di cahaya terang, berapa Bj dengan melihat batas garis biru pada skala
refraktometer.

E. Interpretasi Hasil
Bila didapatkan berat jenis urin dari carik celup 1.005, dan pada refraktometer 1.007
maka dilaporkan 1.007. nilai normal 1.005-1.025.

1.1.2.5 Pemeriksaan Bilirubin Urin


A. Prinsip
Bilirubin dalam urine di pekatkan di atas kertas saring dengan jalan mempresipitatkan
fosfat-fosfat yang ada di dalam urin memakai BaCl2, dan bilirubin melekat pada presipitat
tersebut; bilirubin yang telah dikumpulkan, dioksidasi menjadi biliverdin yang hijau
dengan reagen fouchet.

B. Metoda Pemeriksaan
Harrison

C. Alat dan Bahan


1. Sampel Urin, BaCl2 10 %, Reagen Fouchet
2. Tabung reaksi, Kertas saring, Corong

D. Cara Kerja
1. 5 mL urine yang lebih dahulu dikocok, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 5 mL larutan BaCl2 10 %, kemudian disaring dengan kertas saring.
3. Kertas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka lipatannya dan
ditampung mendatar di atas corong. Dibiarkan beberapa lama sampai agak
kering.
4. Diteteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas kertas saring
5. Timbulnya warna hijau menandakan adanya bilirubin.

E. Interpretasi Hasil
Positif : timbul warna hijau pada kertas saring
Negatif : tidak timbul warna hijau pada kertas saring

1.1.2.6 Pemeriksaan NAPZA


Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi secara kualitatif kandungan NAPZA
(Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif), seperti Methamphetamin, Benzodiazepin,
Morfin, Cocain, Marijuana dan metabolitnya pada urin manusia.
A. Prinsip
Immunokromatografi Kompetitif

B. Metoda Pemeriksaan
Immunocromatografphy

C. Alat dan Bahan


1. Sampel urine 15 mL
2. Rapid Diagnostic tes Card Oncoprobe

D. Cara Kerja Pemeriksaan NAPZA


1. Dibiarkan sampel urin dan rapid tes mencapai suhu kamar sebelum dilakukan
pemeriksaan. Jangan membuka kartu tes sebelum pemeriksaan siap dilakukan.
2. Dikeluarkan kartu tes dari bungkusnya.
3. Diletakkan kartu tes pada permukaan yang datar. Ambil pipet kecil.
4. Diteteskan sampel 3 tetes (+_ 90 mikron) ked lam lubang sampel.
5. Dibaca hasil antara 10-30 menit setelah meneteskan sampel.

E. Interpretasi Hasil
1. Negatif : terbentuk 2 garis berwarna, pada zona garis kontrol dan garis tes.
Hasil negatif ini tidak mengindikasikan tidak ada obat obatan
(NAPZA) pada sample, tetapi hanya mengindikasikan bahwa kadar
metabolit pada sampel adalah di bawah cut-off.
2. Positif : terbentuk 1 garis pada sampel di atas cut-off.
3. Invalid : jika tidak timbul garis warna pada kontrol, maka test dinyatakan
gagal. Ulangi test dengan rapid test baru

1.1.2.7 Pemeriksaan Kehamilan Dini


Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu deteksi dini kehamilan dengan
mendeteksi secara kualitatif hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam urin.
A. Prinsip
Tes menggunakan 2 garis untuk menunjukkan hasil. Garis tes menggunakan
kombinasi antibody termasuk antibody monoclonal hCG untuk secara selektif mendeteksi
peningkatan kadar hCG. Garis kontrol tersusun dari antibody poliklonal dari kambing
jantan serta partikel koloidal emas. Tes dilakukan dengan menambahkan specimen urin
pada lubang specimen yang terdapat pada perangkat tes dan lakukan observasi
pembentukan garis berwarna. Specimen bermigrasi melalui kapiler sepanjang membrane
untuk bereaksi dengan konjugat yang berwarna. Specimen yang positif beresaksi
dsengan antibody spesifik-hCG-konjugat berwarna untuk membentuk garis berwarna
pada area membrane garis tes. Tidak tebentuknya garis warna menunjukkan hasil
negatif. Sebagai kontrol, gaaris warna akan muncul pada garis kontrol yang menunjukna
kesesuaian volume yang ditambahkan fan sumbu membrane akan terbentuk.

B. Metoda Pemeriksaan
Rapid kromatografi immunoassay

C. Alat dan Bahan


1. Urin pagi pertama (yang terbaik) ± 100-500 mL
2. Urin sewaktu ± 100-500 mL
3. One Step Pregnancy Test Device (urine) ABON HcG

D. Cara Kerja
1. Sebelum dikerjakan, spesimen urin dikondisikan mencapai suhu kamar (15-
30oC)
2. Dibawa dan dikondisikan kemasan tes pada temperatur kamar sebelum dibuka.
Kotak tes ABON hCG digunakan sesegera mungkin.
3. Diletakkan kotak tes ABON hCG di tempat yang bersih dan datar. dipegang pipet
dengan posisi tegak lurus dan diteteskan 3 tetes urin yang telah terlebih dahulu
dihomogenkan ke dalam lubang sampel (S) pada kotak tes, dan mulailah untuk
dibaca. Dihindari gelembung udara dalam lubang sampel (S).
4. Di tunggu sampai muncul garis berwarna. Kemudian dibaca hasilnya dalam
waktu 3 menit.

E. Interpretasi Hasil
1. Positif : muncul 2 garis, di area C dan T
2. Negatif : muncul 1 garis, hanya di area C
3. Invalid : muncul 1 garis di area T

1.1.2.8 Pemeriksaan Feses


Pemeriksaan feses dilakukan untuk melihat karakteristik makroskopik feses, unsur-
unsur dalam feses termasuk adanya parasit dan telur cacing
A. Prinsip
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan cara memeriksa sejumlah kecil
suspensi tinja, kemudian dilakukan pewarnaan menggunakan eosin 2 %, lugol dan sudan
III. Secara kualitatif dengan pewarnaan eosin 2% dapat dinilai adanya leukosit, eritrosit,
spora, telur parasit serta sisa makanan yang tidak tercerna dengan baik seperti serat
daging dan serat tumbuhan. Pewarna lugol untuk melihat adanya amylum. Secara
kualitatif lemak pada feses akan tampak dengan pewarnaan sudan III, dan diamati serta
dilaporkan jumlah globul yang akan berwarna orange sampai merah.

B. Metoda Pemeriksaan
Makroskopis dan Mikroskopis

C. Alat dan Bahan


1. Sampel feses, NaCl 0,9 %
2. Eosin 2% untuk melihat Eritrosit, Leukosit, Telur Cacing/larva, Protozoa tropozoid
dan Kista.
3. Sudan III untuk melihat lemak.
4. Lugol 1% / Iodium untuk melihat karbohidrat dan serat – serat.
5. Mikroskop, Objek glass, Kaca penutup 22 x 22 cm, Tusuk gigi

D. Cara Kerja
Pemeriksaan Makroskopis feses dilakukan dengan cara diamati karakteristik feses
meliputi warna, konsistensi, lendir dan darah. Sedangkan pemeriksaan Mikroskopis
feses dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Satu tetes larutan pewarna eosin 2 % diletakkan pada sebelah kiri objek glass
dan 1 tetes lugol di sebelah kanan objek glass.
2. Dengan lidi diambil feses (2-4 mm2), tinja dihancurkan dalam masing-masing
larutan perwarna sampai menjadi suspensi.
3. Jika sampel feses konsistensinya keras, dibuat suspensi dengan menambahkan
larutan NaCl fisiologis secukupnya. Untuk pemeriksaan mikroskopis lakukan
langkah 1, diambil suspensi feses, diteteskan pada masing-masing pewarna,
kemudian dcampur dengan menggunakan lidi.
4. Lalu ditutup dengan penutup kaca.
5. Diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10x dan 40x
6. Diamati adanya perasit, telur cacing, lemak, karbohidrat, serat-serat, leukosit
dan eritrosit.

E. Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Warna
Feses normal berwarna coklat yang berasal dari urobilinogen yang
eroksidasi dalam usus menjadi urobilin
Dilaporkan : coklat, kuning, hijau, merah, hitam atau warna lainnya.
b. Konsistensi
Pada keadaan normal, konsistensi feses agak lunak dan berbentuk
Dilaporkan : lembek, agak keras, keras, dan cair.
c. Lendir
Tidak dijumpai pada fese normal.Adanya lender dalam tinja dikaitkan
dengan adanya rangsangan dalam dinding usus misalnya gangguan
pergerakan usus atau beberapa penyakit seperti colitis, disentri basiler,
villous adenoma dan inflamasi rectum
Jika ditemukan adanya lendir, dilaporkan : positif.
Jika tidak ditemukan adanya lendir, dilaporkan : negatif.
d. Darah
Tidak dijumpai pada feses normal
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Sisa pencernaan
Jika ditemukan lemak, karbohidrat, serat, dilaporkan positif dan jika tidak
ditemukan, dilaporkan negative.
b. Sel Leukosit dan Eritrosit
Jika ditemukan, laporkan yang ditulis rata-rata jumlah sel per LPB dan jika
tidak ditemukan laporkan negative.
c. Parasit
Jika ditemukan laporan yang ditulis ditemukan dan disebutkan nama parasit
dan stadiumnya. Misal: ditemukan Entamoeba colistadium kista (dan atau
vegetatif).
d. Telur cacing
Jika ditemukan, laporan yang ditulis ditemukan dan disebutkan nama telur
cacing. Misal: ditemukan A. lumbricoides.
e. Jamur
Jika ditemukan, laporan yang ditulis ditemukan dan disebutkan jamurnya
(seperti yeast cell, hifa, atau pseudohifa) dan jika tidak, dilaporkan negatif
atau tidak ditemukan.

1.1.2.9 Pemeriksaan H. Pylori Antigen (ABON)


One step H.pylori Antigen test device (feses) adalah imunoassay repid
kromatografi untuk deteksi antigen H.pylori secara kualitatif dalam feses untuk membantu
diagnosa infeksi H. Pylori
A. Prinsip pemeriksaan
Tes one step H.pylori antigen (feses) merupakan kulitatif. Lateral flow imunoasaay
untuk mendeteksi antigen H.pylori didalam specimen feses manusia. Pada tes ini,
membrane dilapisi dengan antibodi anti H.pylori pada garis tes yang terdapat di area tes.
Selama pemeriksaan specimen beraksi dengan partikel yang dilapisi antibodi anti-H.
Pylori. Reaksi campuran ini bermigrasi menuju membrane secara kapilaris untuk beraksi
dengan antibodi anti-H. pylori pada membrane membentuk garis berwarna. Munculnya
garis berwarna pada area test menandakan hasil positif, sebaiknya jika tidak ada garis
maka hasil negatif, sebagai kontrol, garis merah akan muncul pada garis kontrol yang
menunjukan kesesuaian volume sampel yang ditambahkan dan sumbu memrane akan
terbentuk.

B. Metode
Immuno-kromatografi

C. Alat dan bahan


One step H. Pylori antigen test Device (feses) ABON

D. Cara kerja
1. Untuk feses padat : buka tabung specimen collection, ambil aplikatornya gunakan
untuk mengambil specimen feses, ambil feses di tiga tempat, kira-kira 50 mg
(sebesar kacang hijau)
2. Untuk feses cair : ambil specimen dengan pipet tetes, pegang pipet tegak lurus,
aspirasi specimen ambil 2 tetes ( sekitar 80 uL) masukan ke dalam tabung
specimen collection. Tutup kembali, lalu kocok kuat-kuat tabung specimen
collection hingga feses bercampur baik dengan buffernya.
3. Lalu biarkan selama 2 menit
4. Patahkan ujung tutup tabung specimen collection
5. Buka kemasan tes, pegang dengan posisi terbalik tabung specimen collection,
tepat di atas lubang sampai tes device teteskan specimen yang telah diekstraksi
dengan tetesan penuuh sebanyak 2 tetes (80 uL) hindari terbentuknya gelembung
pada sampel yang diteteskan, pasang timer
6. Baca hasilnya 10 menit kemudian.

E. Interpretasi Hasil :
Positif = muncul dua garis berwarna ungu pada garis C dan T
Negatif = jika garis muncul pada garis C saja.

1.1.2.10 Pemeriksaan Sperma


Pemeriksaan cairan semen secara makroskopis dan mikroskopis untuk menilai
karakteristik marfologi/kemampuan fungsional dan konstituen spermatozoa, dengan
memperhatikan kualitas stabilitas semen. Umumnya untuk studi infertilitas, post-
vacektomi, diagnosa azoospermatozoa, oligozoospermia dan lain-lain.
A. Prinsip
1. Secara Makroskopik
Pengamatan terhadap warna, bau, lamnya waktu yang dibutuhkan untuk
mencair (liquefaksi), mengukur pH, viskositas, dan pengukuran volume
dilakukan paling akhir minimal setelah proses pemeriksaan motilitas dilakukan
(untuk mengurangi resiko kontaminasi dari tabung/ gelas ukur dengan
mengistimasi banyaknya sperma yang telah digunakan).
2. Secara Mikroskopik
Pengamatan terhadap keberadaan sel spermatozoa dalam cairan semen yang
sudah homogen, melakukkan perhitungan terhadap jumlah spermatozoa,
motilitas, dan morfologi serta mengamati adanya aglutinasi, leukosit, dan
viabilitas spermatozoa.

B. Metode Pemeriksaan
Makroskopis dan Mikroskopis

C. Alat dan Bahan


1. Cairan semen (mani/ejakulat)
a. Jumlah : semua ejakulat yang dikeluarkan (tidak boleh ada yang
tumpah)
b. Stabilitas : Dalam 1 jam pada suhu kamar sejak dikeluarkan dengan
puasa seksual 2-7 hari.
2. Giemsa (Romanovsky-Giemsa)
Aquabidest
Metanol p.a
Formalin Sperma 0,5% (Larutan pengencer untuk jumlah spermatozoa)
Eosin 0,5% (Digunakan untuk pemeriksaan viabilitas)
3. Gelas Objek, Cover glass, Mikroskop, Kamar hitung improved neubauer, Tabung
reaksi, Stopwatch, Batang pengaduk, Mikropipet, Penggaris

D. Cara Kerja
Semua parameter analisa sperma dikerjakan setelah terjadi liquifaksi sempurna, jika
sampai satu jam belum terjadi liquifaksi sempurna, maka pemeriksaan lain boleh
dikerjakan dengan diberi catatan pada hasil pasien “pemeriksaan dilakukan pada
sampel yang belum diliquifaksi sempurna”.
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Bau
b. Warna
c. pH
Cara Kerja :
1) Diteteskan 1 tetes sampel di atas kertas pH, kemudian disebarkan
secara merata
2) Setelah 30 detik dibandingkan warna yang terjadi dengan kertas standar
dari kertas pH.
d. Liquifaksi (Pencairan)
Tujuan : Mengetahui waktu liquifaksi sempurna.
Cara Kerja :
1) Catat jam pengeluaran semen, amati proses pencairan sperma,
disiapkan stopwatch.
2) Sampel diaduk dengan baik menggunakan batang pengaduk kaca
dalam wadah penampungan, dianjurkan untuk melakukan pengadukan
yang berkesinambungan selama pengerjaan dengan cara pemutaran
wadah sampel untuk mengurangi kesalahan.
Cara Pelaporan :
Perhitungan liquifaksi = jam liquifaksi – jam pengeluaran sperma
e. Viskositas
Cara Kerja :
1) Sperma yang telah homogen diisap secara perlahan menggunakan
pipet 5 µL. Dengan posisi tegak lurus, sperma dibiarkan menetas karena
gaya berat.
2) Diukur panjang benang dari tetesan tersebut dengan batang pengaduk,
batang pengaduk kaca dimasukkan ke dalam wadah sampel
3) Ditarik batang pengaduk, diukur panjang benang yang terbentuk pada
saat batang pengaduk ditarik.
Catatan: jika didapatkan sampel sangat encer, sehingga tidak terbentuk
benang maka dilaporkan < 1 cm
f. Volume
Dikerjakan di akhir dengan memperhitungkan volume sample yang telah
digunakan untuk pemeriksaan, karena ditakutkan terjadi kontaminasi.

2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Motilitas
Cara Kerja :
1) Pada sediaan basah amati penyebaran sperma seluruh lapang pandang
untuk memastikan sampel sudah terhomogenisasi dengan baik.
Kemudian, diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali.
Pemeriksaan dilakukan duplo dengan membuat 2 sediaan dan dihitung
rata-ratanya.
2) Diamati motilitas dari permatozoa dan hitung sedikitnya dalam 200
spermatozoa.
3) Lakukan penilaian terhadap motilitas, untuk memisahkan sperma-
sperma motil dari yang immotile, laporkan dengan ketegori sebagai
berikut:
- Progressive (PR) : Spermatozoa yang bergerak aktif, baik, linear
atau dilingkaran besar baik cepat ataupun lambat.
- Non-progressive (NP) : Semua pola pergerakan lainnya dari
motilitas dengan kemajuan, missal berenang dilingkaran kecil, atau
hanya terlihat geraakan ekornya saja (Bergerak ditempat).
- Immotil (IM) : Spermatozoa yang tidak bergerak sama
sekali.
4) Pembacaan Mikroskopis
- Pemilihan area pembacaan tidak boleh terlalu mendekati pinggiran
kaca penutup untuk menghindari pengamatan motilitas
spermatozoa pada area yang mongering.
- Pilih lapang pandang secara acak (Hindari memilih lapang pandang
berdasarkan jumlah motilitas spermatozoa).
- Pilih area pengamatan pada pertengahan lapang pandang.
- Semua spermatozoa dalam ketegori PR dihitung terlebih dahulu,
baru terakhir IM pada lapang pandang yang sama.
5) Buat prosentase tiap kategori dari motilitas spermatozoa untuk masing-
masing sediaan.
% motilitas spermatozoa = Jumlah tiap kategori motilitas x 100%
Total sperma

6) Hitung rata-rata dan selisih dari presentase kategori motilitas yang


paling banyak antar kedua sediaan. Tentukan apakah selisih yang
masih diperbolehkan dengan mengacu pada table kesesuaian
persentase.
Tabel 3.5 Kesesuaian Presentase
Rata–rata Selisih yang Rata–rata Selisih yang
% diperbolehkan % diperbolehkan

0 1 66-76 9

1 2 77-83 8

2 3 84-88 7

3-4 4 89-92 6

5-7 5 93-95 5
8-11 6 96-97 4

12-16 7 98 3

17-23 8 99 2

24-34 9 100 1

35-65 10

7) Nilai Rujukan
Motilitas Progressive (PR) ≥ 32%
8) Hasil dari dua perhitungan % dari tiap kategori tidak boleh berbeda >
5%, jika perbedaan > 5%, maka dibuat sediaan baru dan dihitung
kembali dengan pengadukan lebih homogen.
9) Jika pada sediaan basah tidak ditemukan spermatozoa maka:
Buat sediaan baru dan lakukan pemeriksaan oleh analis yang berbeda.

b. Aglutinasi
Yang disebut aglutinasi adalah spermatozoa motil yang saling melekat satu
dengan yang lainnya, biasanya kepala dengan kepala, bagian tengah
dengan bagian tengah, ekor dengan ekor atau campurannya atau yang
saling melekat satu sama lain adalah spermatozoa yang sudah immotile.
Cara kerja:
1) Pada waktu mengerjakan motilitas diamati pula adanya aglutinasi dalam
10 lapang pandang secara acak.
2) Amati adanya aglutinasi, walau ada bebrapa kelompok kecil tetap
dicatat dan dilaporkan.
Untuk memastikan adanya aglutinasi, dilakukan:
1) 1 tetes sperma + 1 tetes NaCl 0,9 %
2) Campur, tutup dengan deck glass
3) Lihat dibawah mikroskopis dengan pembesaran 400 kali.
Interpretasi Hasil :
Negatif : Jika tidak ada aglutinasi
Positif :
(+1) : terdapat < 10 spermatozoa per aglutinasi
(+2) : terdapat 10-50 spermatozoa per aglutinasi
(+3) : terdapat > 50 spermatozoa per aglutinasi
(+4) : semua spermatozoa teraglutinasi, dimana aglutinasi saling
berhubungan

c. Jumlah dan konsentrasi spermatozoa


Diperoleh dari pencacahan jumlah spermatozoa pada sediaan basah yang
digunakan bersamaan dengan pengamatan motilitas.
1) Aduk sampel dengan batang pengaduk. Buat pengenceran berdasarkan
jumlah pencacahan spermatozoa, sesuai dengan table pengenceran.
2) Siapkan kamar hitung “Improved Neubauer” dan kaca penutup.
Kemudian teteskan 10µl sampel yang sudah diencerkan pada bilik
hitung dilakukan duplo.
3) Masukkan kamar hitung kedalam cawan petri lembab selama ±5menit.
Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali.
4) Lakukan perhitungan spermatozoa pada tiap-tiap baris di area 5 hingga
didapatkan sekurang-kurangnya 200 spermatozoa. Selesaikan
perhitungan hingga 1 baris utuh meskipun jumlah spermatozoa yang
dihitung sudah melebihi 200 spermatozoa.
5) Ditulis jumlah rata-rata spermatozoa yang ditemukan per LPB yang
dilihat dibawah mikroskop.
6) Bila selisih yang diperoleh terlalu tinggi ulangi perhitungan dengan
membuat 2 pengenceran baru. Jika sudah diperbolehkan lakukan
perhitungan terhadap konsentrasi dan jumlah spermatozoa.
Rumus Konsentrasi : (N/n) x (1/V) x P
N = Jumlah seluruh spermatozoa dari 2 pencacahan
n = Jumlah total baris/total area ke 2 pencacahan
V = Volume baris/volume area pencacahan
P = Pengenceran yang dipakai
Rumus Jumlah Spermatozoa = Konsentrasi x Volume Ejakulat

7. Cara Pelaporan
Sebutkan jumlah spermatozoa yang didapat dari perhitungan konsentrasi
dengan dikali 106/mL dan jumlah spermatozoa dengan 106/ejakulat.
Tabel 3.6 Pengenceran Spermatozoa
Faktor Konversi untuk
Jumlah Spermatozoa/LPB Perhitungan
Pengenceran (sampel + p) 25 10
5 kotak
kotak kotak
<15 1 : 5 (1+4) 20 8 4
>15-40 1 : 10 (1+9) 10 4 2
>40-200 1 : 20 (1+19) 5 2 1
>200 1 : 50 (1+49) 2 0.8 0.4

Catatan:
Jika ditemukan jumlah spermatozoa <15/LPB, (tetapi >1-2/LPB) maka
dihitung konsentrasi spermatozoa dengan menggunakan table pengenceran
diatas (tanpa sentrifugasi), serta morfologi motilitas dikerakan dengan cara
sebagai berikut:
1) Diambil sampel disentrifuge terlebih dahulu 2000-2300 rpm (600 g)
selama 15 menit.
2) Dibuang supernatan dan dibuat apusan dari endapan atau diteteskan
untuk motilitas.
3) Cara kerja selanjutnya dilaporkan lihat pada bagian morfologi dan
motilitas (laporkan dalam %).
Jika didapat jumlah spermatozoa < 1-2/LPB, maka dilakukan:
1) Sampel disentrifuge terlebih dahulu
2) Jika setelah disentrifuge tetap didapat <1-2/LPB, maka dilaporkan :
konsentrasi : < 2 juta/mL
3) Juga diberi catatan tentang kondisi sampel/ mitilitas sampel yang dilihat.
Jika tidak ditemukan spermatozoa/LPB, maka dilakukan:
1) Semua sampel disentrifuge
2) Kemudian diperiksa kembali apakah ditemukan/tidak spermatozoa.

Jika tetap tidak ditemukan setelah sentrifuge, maka lakukan pengulangan


sampel dengan menggunakan sampel baru, dengan jarak waktu antara 1-3
minggu

d. Vitalitas (viabilitas)
Pemeriksaan vitalitas (viabilitas) dilakukan bila jumlah spermatozoa yang
tidak hidup (tidak motil) > 60%
1) Campur sampel sampai homogen
2) Ambil 1 tetes sampel + 1 tetes Eosin Y 0,5%, aduk rata diatas kaca
objek.
3) Tutup dengan kaca penutup dan biarkan selama 30 detik
4) Lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Hitung dalam 200
spermatozoa, kecuali jumlah spermatozoa yang sangat sedikit, maka
dapat dihitung dalam 100 spermatozoa
5) Bedakan sperma yang hidup (tidak berwarna) dengan spermatozoa
yang mati (merah atau jingga)

e. Morfologi
1) Dicampur sampel supaya homogen, dibuat apusan sampel di atas
object glass yang benar-benar bersih dan keringkan di udara
2) Dibuat 2 preparat (1 preparat untuk cadangan), dengan ketentuan:
 Jika konsentrasi (jumlah) sperma >20 juta/mL, maka volume yang
dipakai untuk membuat preparat 5 µL
 Jika konsentrasi (jumlah) sperma <20 juta/mL, maka volume yang
dipakai untuk membuat preparat adalah 10-20 µL.
3) Sediaan yang sudah kering, difiksasi dan metanol sedikitnya 5 menit,
kemudian diwarnai dengan pewarna giemsa selama 30 menit
4) Dicuci dengan larutan buffer fosfat pH 6,9 kemudian keringkan di udara
5) Dibaca dengan perbesaran 1000 kali, dihitung dalam 200 spermatozoa
laporkan sangat sedikit maka dapat dihitung dalam 100 spermatozoa
laporkan dalam presentasi yang masing-masing bentuk.

E. Interpretasi Hasil
1. Volume normal : Lebih dari 2,0 mL
2. Bau normal : Khas
Cara Pelaporan
Khas : jika bau seperti bunga akasia
Tidak khas: jika bau tidak seperti bunga akasia
3. Warna normal : Putih keabu-abuan
Cara pelaporan : Dilaporkan sesuai warna yang terlihat misalnya putih
keabu-abuan, putih jernih, cokelat, kuning
4. pH
pH normal : ≥7,2
5. Liquifaksi
Normal : Mencair maksimal dalam waktu 60 menit.
Tidak normal : Apabila mencair ≥60 menit
6. Viskositas
Nilai normal : ≤ 2 cm
7. Motilitas
Excellent : Gerakan cepat dan maju lurus
Good : Gerakan lambat/sulit maju lurus
Poor : Tidak bergerak maju/bergerak ditempat
None : Tidak bergerak
8. Aglutinasi
Negatif : jika tidak ada aglutinasi
Positif : jika ada aglutinasi
Disebutkan jenis aglutinasinya, kepala dengan kepala, bagian tengah dengan
tengah, ekor dengan ekor atau campuran
9. Jumlah (konsentrasi) spermatozoa
Nilai normal : konsentrasi ≥20 juta/mL
Cara pelaporan : Ditulis jumlah rata-rata spermatozoa yang ditemukan per
LPB yang dilihat dibawah mikroskop.
10. Vitalitas (viabilitas)
Nilai normal : ≥75%
Cara pelaporan : Ditulis presentase spermatozoa yang hidup (tidak
berwarna).
Contoh : Jumlah spermatozoa yang hidup = 40 buah
Total presentase = 40x100% / 200 = 20%
vitalitas / vitabilitas = 20%
11. Morfologi
Normal : kepala, leher dan ekor memiliki bentuk dan ukuran normal
(bentuk lengkap dan ukuran normal). Morfologi normal
≥30%
Abnormal : adanya kelainan pada bentuk kepala, meliputi kepala
besar, kecil, bentuk lisong/taper, bola lampu/round, kepala
kembar atau kombrasi, terato (amorf), pir.
Adanya kelainan bentuk leher/bagian tengah meliputi leher dan ekor
membentuk sudut lebih besar dari 90°, ketidak simetrisan dari bagian tengah
sampai kepala, bagiantengah tipis, bagian tengah
membengkok/irregulasi/bengkok atau kombinasi dari semuanya.
Kelainan ekor, meliputi: ekor pendek, ganda, seperti tusuk rambut, patah,
tergulung, lebar teratur

1.1.3 Laboratorium Hematologi


1.1.3.1 Hematologi Rutin dengan Alat Sysmex Xs 800-i
Pemeriksaan ini digunakan untuk evaluasi anemia, leukemia, reaksi inflamasi dan
infeksi, karakteristik sel darah perifer, tingkat hidrasi dan dehidrasi, polisitemia, penyakit
hemolitik pada bayi baru lahir, dan menentukan perlu atau tidaknya kemoterapi.
A. Prinsip
Hydro Dynamic Focusing Method: di dalam detektor, sample nozzle terletak di
depan lubang sejajar dengan pusat. Setelah sampel diencerkan di dorong dari sampel
nozzle ke conica chamber, yang dikelilingi oleh bidang sheat reagent dan melewati pusat
lubang. Dengan melewati lubang enceran sampel dikirim ke catcher tube.
Flow Cytometry Method Using Semiconductor Laser: Cytometer digunakan untuk
menganalisa secara fisiologis dan kimia karakteristik dari sel-sel dan partikel-partikel
biologi lainnya. Flowcytometry digunakan untuk menganalisa sel-sel dan partikel-partikel
tersebut ketika melewati jalur yang sangat kecil. Sampel darah dihisap, diukur, dan
diwarnai. Sampel kemudian maseuk ke dalam flowcell. Mekanisme aliran sheat
memperbaiki akurasi dan reproducibility perhitungan sel. Karena partikel-partikel sel
darah berbaris melewati pusat flow cell, timbulnya pulsa darah abnormal dicegah dan
kontaminasi flow cell dikurangi. Sinar laser semikonduktor dipancarkan ke sel-sel darah
melewati flow cell. Sinar yang dihamburkan ke depan diterima oleh photodiode dan sinar
yang dihamburkan ke samping diterima oleh photomultiplier tube. Sinar diubah menjadi
pulsa elektrik, sehingga diperoleh informasi mengenai sel darah.
SLS – Hemoglobin Method: metode SLS – hemoglobin adalah suatu metode analisis
yang menggunakan keuntungan dari dua metode cyanmethemoglobin dan
oxyhemoglobin. Dengan metode oxyhemoglobin, kecepatan perubahan hemoglobin dari
metode SLS – hemoglobin cepat dan metode ini tidak menggunakan senyawa racun.
Karena dapat digunakan untuk mengukur methemoglobin, ini juga dapat mengukur
secara akurat darah yang mengandung methemoglobin seperti kontrol.

B. Metode
Flow cytometry, SLS – Hemoglobin, dan Hydro Dynamic Focusing

C. Alat dan Bahan


1. Sysmex XS – 800i
2. Darah EDTA 100 , setiap running . Stabilitas kurang dari 4 jam pada
suhu ruangan, dan 24 jam pada 2-8 . Sebelum pemeriksaan sampel
dihomogenkan di roller mixing selama 5-10 menit.
3. Diluents : cell pack
4. WBC/HGB lyse reagent : Stromatolyzer-WH
5. Detergent : cell clean
6. Kontrol: Eight check – 3WP

D. Cara Kerja
1. Diamkan sampel 15 menit pada suhu kamar dan dihomogenkan pada roller
mixing 5 – 10 menit.
2. Dimasukkan data pasien pada alat (no registrasi, nama, jenis kelamin)
3. Dihisap sampel sesuai dengan data yang telah dimasukkan
4. Diamati hasil pemeriksaan pasien pada menu browser apakah ada nilai yang
harus dikonfirmasi atau ada flagging dari alat yang muncul

E. Interpretasi Hasil
1. Bila didapatkan:
a. Trombosit rendah
Periksa apusan darah, dan tentukan estimasi jumlah trombosit dan melihat
kondisi trombosit. Jika jumlah trombosit pada apusan sebanding dengan
jumlah tombosit alat, maka hasil alat dapat dikeluarkan. Jika tidak sesuai,
maka kerjakan manual. Jika didapat bekuan pada sampel, maka gunakan
sampel baru dengan antikoagulan Na sitrat 3,2% 1:9, hasilnya dikalikan 1,1
sebagai faktor.
b. Pemeriksaan Hb dengan sampel dalam keadaan keruh, lipemik atau ikterik,
maka dapat dilakukan koreksi terhadap hasil Hb dari alat. Catat Hb dan Hct
alat, centrifuge sampel 200rpm selama 10 menit. Aliquot plasma kemudian
periksa Hb plasma, dan catat hasil alat.
Hb terkoreksi = Nilai Hb lipemik, keruh, atau ikterik – [(1,0 – HCT) X Hb
plasma)]
Gunakan nilai Hb yang terkoreksi untuk menghitung ulang nilai MCH dan
MCHC

Flagging
Konfirmasi jika:
Leukosit : >15.000/ atau <3000/ , cek manual dengan Turk
Trombosit : < 150.000/ , cek estimasi dengan preparat

(bergerombol/hitung trombosit), Hb <

Platelet clumps, blast, left shift, immature gran, NRBC, atypical lymph, Hb
defect, Monosit + (>13), cek preparat atau hitung diff manual.
keluar dari limit linearitas
*Result unreliable, lihat browser (F8) apakah ada flagging yang perlu
dikonfirmasi.

F. Validasi hasil
1. Memverifikasi hasil MCHC untuk deteksi error pada alat dengan melihat rasio

2. Hasil Hb Hematokrit, untuk memvalidasi hasil metode photometric.

3. Hasil hematokrit/PCV = 3 X Hb, untuk deteksi proses validasi perhitungan


partikel/ sel darah pada alat.
4. Adanya flagging yang muncul
5. Perbandingan data histogram ukuran sel darah atau bentuk visual lainnya
6. Diagnosis/status pasien bila ada
7. Konfirmasi preparat
8. Cek linearitas alat
9. Hasil WBC biasa tidak valid/linear sesuai batas maksimum atau minimum alat
10. Amati morfologi, jumlah dan pewarnaan sel darah saat pembacaan diif count
11. Bila menemukan sel lain seperti limfosit plasma biru, limfosit atipik, eritrosit
berinti (dalam jumlah < 10/100leukosit) laporkan sebagai catatan (PRILI) atau
untuk POHP sebagai HPSL beri catatan secara manual dan sebagai comment
masing-masing parameter pada SISPRO
12. Bila POHP tidak memenuhi validasi maka ulang dengan homogenisasi sampel
dan konsultasikan dengan dokter penanggungjawab terkait.

1.1.3.2 Hematologi Rutin dengan Alat Sysmex XP-100


Pemeriksaan ini untuk menentukan jumlah Sel Darah Merah dan Trombosit, %
dari setiap jenis sel darah putih dan kandungan hemoglobin. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk evaluasi anemia leukemia, inflamasi, dan infeksi karakteristik peripheral blood
cellular, bagian hidrasi dan dehidrasi, polistemia, penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
untuk menentukan peru tidaknya kemoterapi. Pemeriksaan hematology rutin terdiri dari :
Hb, Eritrosit, Leukosit, Trombosit, Hematokrit, dan nilai MC.
A. Prinsip Pemeriksaan
1. Impedance : Menghitung sel darah berdasarkan perubahan arus listrik. Besarnya
amplitudo masing – masing pulsa (Perubahan arus listrik) Sebanding dengan
volume pertikel yang dideteksi.
2. Photometri
Pengukuran konsentrasi Hb berdasarkan intensitas warna ang diserap
(Cyanmethemoglobin).
Tabel 3.7 Jenis dan Parameter Berdasarkan Metode dan Pengukuran
No. Parameter Prinsip Penjelasan Keterangan

1. RBC Impedance Sel dihitung berdasarkan Dihitung oleh alat


perubahan arus listrik
2. WBC Impedance Sel dihitung berdasarkan Dihitung oleh alat
perubahan arus listrik
3. HGB Photometrik Fotometri dengan reagent Dihitung oleh alat
SLS yang bebas sianida sel
dihitung berdasarkan
perubahan arus listrik
4. PLT Impedance Fotometri dengan reagent Dihitung oleh alat
SLS yang bebas sianida sel
dihitung berdasarkan
perubahan arus listrik
5. HCT Cumulative Akumulasi tinggi pulsa / Dihitung oleh alat
Pulse puncak sel-sel RBC dengan (Kelebihannya
adaptasi mikrohematokrit adanya metode
pada pengerjaan manual pembanding/sta
ndar yaitu
mikrohematokrit.

6. MCV Perhitungan Mean Cell Volume / Rata-


oleh alat rata volume eritrosit (fl)
dalam darah diperoleh dari
perhitungan menggunakan
formula yang terdapat
dalam operator manual
Book sysmex Xp-100
7. MCH Perhitungan Mean Cell Hb / Rata-rata
oleh alat volume Hb (pg) dalam
eritrosit diperoleh dari
perhitungan menggunakan
formula yang terdapat
dalam operator manual
Book sysmex Xp-100
8. MCHC Perhitungan Mean Cell Hb consentration
oleh alat / Rata-rata konsentrasi Hb
diperoleh dari perhitungan
menggunakan formula yang
terdapat dalam operator
manual Book sysmex Xp-
100
9. RDW-CV Perhitungan RBC Distribution width
oleh alat coefficient variation / lebar
distribusi ukuran RBC,
diperoleh di daerah
perpotongan histogram
68,26%
10. RDW-SD Perhitungan RBC Distribution Width
oleh alat Standardt Deviation / lebar
distribusi ukuran RBC,
diperoleh dari daerah
perpotongan histogram
20%

B. Alat dan Bahan Reagen


1. Diluent Cell Pack
2. WBC/HGB Lyser reagent
3. Detergent Cell Clean
4. Stromatolyzer-WH
5. Disimpan pada alat stabil sampai dengan tanggal kadaluarsa.
6. Bahan Kontrol E1GT check-3Wp
- Sebelum dibuka stabil sampai dengan tanggal kadaluarsa pada 2-100C sampai
tanggal kadaluarsa
- Setelah dibuka stabil 7 hari 2-100C atau 12 jam pada suhu kamar (18-250C)
7. Kalibrator SCS 1000 2mL
- Sebelum dibuka stabil sampai tanggal kkadaluarsa 2-80C
- Setelah dibuka stabil 4 jam pada suhu kamar (18-250C)
8. Sampel
- Darah EDTA (Vena/kapiler) Jumlah minimal 250µl/running.
- Stabilitas < 4 jam setelah disuhu kamar.
- 24 jam setelah pengambilan darah (2-80C).

C. Kalibrasi
1. Kalibrasi dikerjakan oleh teknisi dengan memakai kalibrator (sesuai rekomendasi
sysmex)
2. Kalibrasi dilakukan sesuai jadwal kalibrasi yang telah ditetapkan, minimal 1 tahun
sekali.
3. Kalibrasi dilakukan pada kondisi dibawah ini
4. Pertama kali digunakan
5. Setelah pemeliharaan alat berkala / perbaikan / service
6. Setelah penggantian spare part yang berpengaruh langsung terhadap proses
analitik (Hasil Pemeriksaan)
7. Jika alat direlokasi ketempat lain
8. Jika performa data QC bermasalah

D. Kontrol
1. Dikerjakan bila ada permintaan pemeriksaan dengan ketentuan
2. Setiap hari (bila ada pasien) dikerjakan minimal dua level control dalam satu bulan
telah mengerjakan tiga level control.
3. Setelah kalibrasi
4. Setiap penggantian reagen baru
5. Untuk cabang yang jumlah pasien sedikit, cukup menjalankan 2 level control.
6. Sebelum mengerjakan control, keluarkan vial control dari refrigerator dan biarkan
hingga mencapai suhu ruang (18-300C) selama 15 menit.
7. Homogenkan control dengan meletakkan vial control diantara kedua telapak
tangan dan lakukan gerakan menggulung maju-mundur diantara kedua telapak
tangan sebanyak 10 kali. Balik posisi kontol lalu diulangi gerakkan yang sama.
Lakukkan prosedur penghomogenan tersebut kurang lebih 8 kali atau sekitar 2
menit.
8. Setelah control homogeny, kerjakan control dengan perlakuan yang sama seperti
sampel pasien.
9. Hapus sisa darah control pada tutup dan mulut vial dengan tisu bebas serat.
10. Tutup dengan rapat dan segera simpan kembali ke refrigerator.
11. Letakkan dengan posisi tegak lurus.

E. Pemeriksaan
Sesudah hasil kalibrasi dan control memenuhi ketentuan, bias dilanjutkan ke
pemeriksaan sampel:
1. Diamkan sampel beberapa menit disuhu kamar.
2. Homogenkan sampel dengan meletakkan pada “Roller mixing” selama ± 5-10
menit.
3. Lakukan pemeriksaan sampel /control / kalibrator sesuai IK alat.

F. Interpretasi Hasil
Untuk hasil pemeriksaan yang meragukan atau hasil abnormal, hasil tidak dapat
langsung dikeluarkan ke pasien, tetapi harus dilakukkan konfirmasi manual dan atau
dengan sediaan apus darah.
1. Jika trombosit rendah atau tinggi periksa slide apusan darah untuk menentukan
estimasi jumlah trombosit dan melihat kondisi trombosit atau dihitung manual
menggunakan bilik hitung Improved Neubauer.
2. Jika ditemukan trombosit bergrombol ulangi dengan sampel baru menggunakan
antikoagulan Na Citrat 3,2% (0,109 M) dengan perbandingan 1 : 9 (Na Citrat :
Darah) lalu dilaporkan dengan hasil akhir dikali 1.1 sebagai faktor koreksi.
3. Jika Leukosit rendah atau tinggi periksa slide apusan darah untuk menentukan
estimasi jumlah leukosit atau dihitung manual menggunakan bilik hitung Improved
Neubauer.
4. Perhatikan Flagging yang dikeluarkan alat.
Tabel 3.8 Flagging pada alat Sysmex XP 100
Tanda Arti Penyebab Tindakan

++++ Data Melebihi - Pengenceran


display diluar

**** Data tidak dapat - Alat diperbaiki


dihitung karena
kesalahan alat

____ Data tidak dapat - Ulangi / rivew


dihitung karena data manual
eror

WL Frekuensi relative Trombosit-EDTA tidak Pencucian sel


WBC-LD melebihi compatible (PLT clumps), darah atau
batas Lyse-resisten RBC, review ulang
normoblast/eritroblast,
cold agglutinin, NRBC,
large PLT, PLT aglutinasi
diposisi fibrin.

WU Frekuensi relative Unlysed, immature WBC, Pencucian sel


WBC-UD melebihi agglutinasi WBC, PLT darah atau
batas sstelitism review ulang

T1 Posisi T1 Kondisi patologis seperti Pencucian sel


diskriminator tidak CML, Unlysed dan atau konfirmasi
dapat ditentukan sample yang sudah lama dengan
mikroskop,
review manual

DW Lebar distribusi RBC Anisositosis Review manual


(RBC tidak dapat
dikalkulasi
DW Lebar distribusi PLT Fragmen RBC, PLT size Pencucian
(PLT) tidak dapat dissimilitude, darah atau
dikalkulasi cryoglobulin. review manual.

MP Adanya puncak lebih Tranfusi darah, treatment Review manual


(RBC) dari satu anemia, several size of
cell group appear.

MP Adanya puncak lebih Kondisi patologis seperti Review manual


(PLT) dari satu CML, unlysed dan sampel
yang sudah lama

PL Frekuensi Relative High Blank value Pencucian


PLT-LD melebihi (Reagent), Cell darah atau
batas fragments, cryoglobulin, review manual.
fragmen RBC, Fragmen
sitoplasma dari sel
leukemia.

PU Frekuensi Relative Clotted blood sample, Review


PLT-UD melebihi EDA-Induced PLT manual.
batas clumping, mikro RBC,
giant PLT, PLT agregat,
fragmen RBC,
Cryoglobulin pellet.

AG Agregasi PLT, PLT Kurang EDTA, alergi Review


besar – besar EDTA, EDTA manual manual.
sehingga terbaca (Ketetapan kadar +
pada histogram Pengocokkan)
WBC
I Keluar dari limit - Pengenceran
linearitas diluar

+ Melebihi batas atas - -


patient limit

- Melebihi batas - -
bawah patient limit

* Result unreliable - Review


manual.

Catatan :
LD = Lower Detector
UD = Upper Detector

1.1.3.3 Laju Endap Darah (LED)


LED merupakan indikator penyakit infeksi dan tingkat inflamasi (peradangan) yang
tidak spesifik, namun dapat digunakan untuk membedakan tingkat peradangan atau
pembentukan antibodi terhadap dua penyakit yang secara klinis sulit dibedakan (misal:
rheumatoid artritis dan artritis akibat degeneratif). Seseorang dengan nilai LED tinggi
belum tentu mengalami inflamasi, karena LED dipengaruhi faktor eritrosit, plasma dan
mekanik. Pemeriksaan ini digunakan untuk uji saring adanya keganasan, penyakit
kolagen atau infeksi.

A. Prinsip
Darah yang ditambahkan antikoagulan ditempatkan di dalam tabung, bila didiamkan
dalam suhu kamar dalam waktu tertentu, maka eritrosit akan turun ke dasar tabung
berdasarkan perbedaan berat jenis antara eritrosit dan plasma. Tinggi lapisan
plasma sampai tepat di atas perbatasan eritrosit yang paling padat dilaporkan
sebagai LED dengan satuan mm.

B. Metoda Pemeriksaan
Modifikasi westergreen

C. Alat dan Bahan


1. Pipet LED westergreen 2,5 mm dengan skala 0-200 mm, Tabung plastik 5mL,
Mikropipet 250 dan 1000 , Tip Biru
2. Bahan: NaCl fisiologis, Darah EDTA (2 ml). Maksimum dikerjakan 2 jam setelah
diambil darah.

D. Cara Kerja
1. Dimasukkan NaCl fisiologis sebanyak 250 ke dalam tabung, ditambahkan
darah EDTA 1000
2. Dimasukkan pipet LED ke dalam tabung, dinyalakan timer dengan waktu 60
menit. Dibaca hasilnya setelah 60 menit

E. Interpretasi Hasil
Tinggi lapisan plasma sampai tepat di atas perbatasan eritrosit yang paling padat
dilaporkan sebagai LED dengan satuan mm/jam. Nilai LED yang tinggi menunjukkan
adanya inflamasi, keganasan, dan anemia

1.1.3.4 Golongan Darah dan Rhesus Factor


Pemeriksaan golongan darah adalah pemeriksaan yang digunakan untuk
mengetahui golongan darah seseorang berdasarkan antigen pada eritrositnya. Antigen
akan berikatan dengan antibodi yang sesuai membentuk aglutinasi. Darah manusia dapat
digolongkan menjadi A, B, AB, dan O serta Rhesus positif atau negatif. Ketidaksesuaian
(inkompabilitas) golongan darah dapat berakibat fatal pada transfusi. Selain itu,
ketidaksesuaian Rhesus dapat terjadi pada ibu dengan Rhesus negatif yang
mengandung anak dengan Rhesus positif hingga menyebabkan erythroblastosis fetalis
(secara alami si ibu akan menghasilkan antibodi yang menyerang sel darah janinnya).
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan golongan darah pada individu yang
akan melakukan transfusi darah, wanita hamil dan bayi baru lahir. Mendeteksi prognosis
penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, pemeriksaan awal kehamilan, dan sebagai upaya
perlindungan pada individu yang melakukan operasi obstetrik atau pada kasus
perdarahan yang lain.
A. Prinsip
Reagen antibodi kering pada kartu akan mengaglutinasi sel darah merah dengan
antigen yang sesuai.

B. Metode
Aglutinasi

C. Alat dan Bahan


1. Eldon Card 5. Reagen kering pada Eldon Card
2. Mikropipet 6. Aquadest
3. Tip Kuning 7. Darah EDTA
4. Pengaduk

D. Cara Kerja
1. Satu tetes aquadest (10 L) diteteskan pada setiap lingkaran reagen,
ditambahkan darah 30 L pada tiap lingkaran
2. Diaduk selama 10 detik, diratakan dan dimiringkan ke 4 sisi kartu selama 10
detik.
3. Dibaca hasilnya, apakah ada aglutinasi atau tidak. Reagen berwarna biru
merupakan kontrol negatif.

E. Interpretasi Hasil
Adanya aglutinasi menunjukkan adanya antigen pada eritrosit. Warna hujau anti A,
merah anti B, kuning anti D, biru untuk kontrol.
Kontrol internal berupa lingkaran reagen kering berwarna biru; hasilnya valid, jika
menunjukkan hasil negatif. Jika invalid, maka darah diencerkan dengan PBS 1:1, jika
masih invalid maka cuci eritrosit. pencucian eritrosit dilakukan dengan cara 200 L
darah + 5 mL NaCl fisiologis, kemudian diputar 3000 rpm selama 10 menit sebanyak
3 kali pencucian.

1.1.3.5 Retikulosit dan HbH


Pemeriksaan hitung retikulosit dilakukan untuk mengukur jumlah sel darah merah
muda dalam volume darah tertentu. Pada kondisi normal, jumlah retikulosit mencapai 1%
dari total jumlah sel darah merah. Peningkatan pembentukan retikulosit merupakan
respon sumsum tulang terhadap kondisi tubuh yang memerlukan lebih banyak sel darah
merah seperti yang terjadi pada kondisi anemia. Dengan demikian, pemeriksaan ini
merupakan penilaian terhadap fungsi sumsum tulang. Evaluasi aktivitas eritropoetik yang
dapat menunjukkan kondisi anemia hemolitik dan perdarahan; dan menentukan terapi
pada berbagai kondisi anemia. Hitung rekulosit rendah berkaitan dengan derajat anemia.
HbH merupakan benda inklusi intra eritrosit yang terbentuk disebut Heinz Bodies;
Pemeriksaan HbH digunakan untuk mendeteksi adanya HbH disease yaitu kehilangan 3
globin  dan thalasemia -1, yaitu kehilangan 2 globin .
A. Prinsip
Retikulosit berwarna biru bila diwarnai dengan metilen blue di dalamnya
mengandung substansi basofil (SGF), sedangkan Badan inklusi HbH akan berwarna
biru bila diwarnai dengan metilen blue.

B. Metode
Supravital

C. Alat dan Bahan


1. Tabung plastic 7. Darah EDTA minimal 150 L.
2. Mikropipet 50 L Stabilitas kurang dari 1 jam.
3. Tip kuning sampel ditolak (mutlak) jika
4. Objek glass hemolisis, ada bekuan, dan (tidak
5. Cover glass mutlak) jika lipemik.
6. Mikroskop 8. New Metilen Blue
D. Cara Kerja
1. Dimasukkan 50 L new metilen blue ke dalam tabung, ditambahkan 50 L darah
EDTA ke dalam tabung tersebut
Jika nilai hematokrit rendah, maka volume darah dalam pembuatan campuran
dengan new metilen blue lebih banyak, dan sebaliknya
2. Diinkubasi selama 15 menit, diambil sebanyak 20 L untuk dibuat apusan
3. Diinkubasi selama 2-3 jam untuk HbH, kemudian dibuat apusan
4. Apusan dibiarkan kering
5. Dibaca menggunakan mikroskop, diamati pada perbesaran 1000x, hitung jumlah
retikulosit per 1000 eritrosit.
6. Dari apusan HbH diamati apakah ada atau tidak badan inklusi HbH

E. Interpretasi

Jika nilai hematokrit rendah, maka nilai retikulosit terkoreksi


=

1.1.3.6 Eosinofil Absolute


A. Prinsip
Cairan pengencer akan memberi warna pada granula Eosinofil.

B. Metode
Manual

C. Nilai Rujukan : 0,045 – 0,440

D. Alat dan Bahan


1. Tabung 7. Darah EDTA minimal 50 / 100 L.
2. Mikropipet 20 L, 200 L 8. Reagen Eosin Yellow 2% 50 L
3. Tip kuning ditambah 250 L Aceton dan 20 L
4. Mikroskop campur homogeny aquadest.
5. Bilik hitung
6. Cover glass

E. Cara Kerja
1. Pioet 20 L darah EDTA ditambahkan 180 L reagen.
2. Dicampur hingga homogeny.
3. Dimasukkan ke dalam kamar hitung lalu disimpan dalam cawan petri lembab selama
15 menit dalam suhu 2-80C
4. Hitung Jumlah Eosinofil dalam seluruh bidang 9 kotak besar.

F. Interpretasi
Perhitungan:
Jumlah Eosinofil (103/L darah) = n x 10 x 10/9
1000
1.1.3.7 Hitung Jumlah Leukosit
Hitung jumlah leukosit manual dilakukan jika pada alat hematology analyzer jumlah
leukosit pasien kurang dari 3000/ atau lebih dari 15000/ ; Penurunan jumlah leukosit
dapat terjadi karena infeksi tertentu, terutama virus dan malaria.
A. Prinsip
Penambahan reagen/larutan acid dalam darah akan melisiskan sel darah merah dan
trombosit.

B. Metode
Manual cara tabung
C. Alat dan Bahan
1. Tabung plastik, Mikropipet, Tip kuning dan biru, Mikroskop, Bilik hitung improve
neubauer, Cover glass
2. Sampel: darah EDTA 100 L, stabilitas sampel <2 jam pada 18 -25

3. Reagen: Turk, stabilitas hingga tanggal kadaluarsa pada 2 -25 . Jika ada
kristalisasi, lakukan penyaringan atau ganti dengan reagen baru.

D. Cara Kerja
1. Dipipet reagen turk sebanya 380 L, ditambahkan 20 L darah EDTA
(pengenceran = 20x)
2. Tabung dikocok selama 2-3 menit agar sel darah merah dan trombosit sudah
lisis. Bilik hitung diisi, dan biarkan 1 menit agar leukosit mengendap.
3. Diamati pada perbesaran objektif 10x pada 4 bidang besar. Selisih tiap bidang
<10 sel, dilakukan duplo pada bilik atas dan bawah, selisih < 15 %.

E. Interpretasi

Koreksi dari sediaan apus:


Misal terukur di alat darah, dari 100 leukosit terdapat 25 sel darah merah

berinti, maka

1.1.3.8 Hitung Jumlah Trombosit


Hitung jumlah trombosit manual dilakukan bila apada alat hematology analyzer
terdapat flagging platelet clump sedangkan bila jumlah trombosit < 150.000/
dikonfirmasi dengan estimasi jumlah trombosit dari preparat. Dengan pewarnaan May
Grunwald–Giemsa trombosit akan terlihat sebagai sel tak berinti, bulat, dengan
sitoplasma biru keabuan yang berisi granula merah-ungu.
A. Prinsip
Dengan penambahan ammonium oxalate 1% maka darah akan encer dan sel selain
trombosit akan lisis.

B. Metode
Brecker Cronkite

C. Alat dan Bahan


1. Tabung plastic, Mikropipet, Tip kuning dan biru, Mikroskop, Kamar hitung
improve neubauer, Cover glass,
2. Sampel : Darah EDTA 150 L (stabil 1 jam, 18-25 )

3. Reagen : ammonium oxalate 1%, stabil sampai ED pada 18-30

D. Cara Kerja
1. Dipipet ammonium oxalat sebanyak 1980 L ke dalam tabung, ditambahkan
darah EDTA 20 L
2. Dihomogenisasi selama 5-10 menit. (Dibuat 2 pengenceran).
3. Kamar hitung dibersihkan dengan etanol, kemudian diisi dengan kedua
pengenceran.
4. Kamar hitung diinkubasi 15-30 menit dalam cawan lembab untuk mengendapkan
trombosit dan mencegah penguapan.
5. Diamati dan dihitung dalam kotak besar pada perbesaran objektif 40x, dilakukan
penghitungan pada bilik atas adan bawah, rata-rata kedua hasil selisihnya <10%

E. Perhitungan dan Hasil


Jika trombosit bergerombol, maka ulangi dengan Na sitrat 3,2% (0,109 M) 1:9
kemudian periksa dengan hematology analyzer, yang dilaporkan hanya trombosit
saja, hasinya dikalikan 1,1 sebagai faktor.
Estimasi jumlah trombosit dari preparat dilakukan dengan menghitung jumlah
trombosit dalam 1000 eritrosit, kemudian hasilnya dikalikan 5000.

Вам также может понравиться