Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1 Cara Pemeriksaan
1.1.1 Pemeriksaan Mikrobiologi
1.1.1.1 Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram dapat mengidentifikasi bakteri ke dalam dua kelompok, yaitu
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, serta susunan dan morfologinya.
A. Prinsip
Ketika ditambahkan alkohol, dinding sel bakteri gram positif yang mengandung
peptidoglikan tebal mengalami penyusutan karena terjadi dehidrasi, sehingga
mencegah larutnya pewarna krystal violet (ungu). Sedangkan dinding sel bakteri
gram negatif yang mengandung peptidoglikan tipis melarutkan pewarna krystal violet
dan menyerap warna tandingan, yaitu larutan fuchsin, sehingga sel akan berwarna
merah.
B. Metoda Pemeriksaan
Pengecatan Gram
D. Cara Kerja
1. Dibersihkan kaca objek dengan alkohol 70%, dilewatkan diatas nyala api
2. Sampel diambil secara aseptik dan diratakan diatas kaca objek.
a. Untuk sampel swab diratakan dengan cara diputar seperti tampak pada
gambar berikut:
b. Untuk sampel dari biakan padat/koloni murni, diteteskan NaCl pada gelas
objek kemudian dicampur dengan koloni dan diratakan, sehingga
membentuk diameter 1-2 cm.
3. Preparat dibiarkan kering di udara
4. Setelah kering, preparat difiksasi dengan cara dilewatkan di atas nyala api
sebanyak 3 kali.
5. Preparat yang sudah difiksasi digenangi dengan pewarna Crystal violet modified
selama 1 menit.
6. Gelas objek dimiringkan untuk membuang kelebihan pewarna. Kemudian
digenangi dengan larutan lugol selama 1 menit
7. Dibilas dengan aquadest selama 5 detik
8. Kemudian preparat digenangi dengan alkohol 96% sampai zat warna tidak
terlihat lagi mengalir dari gelas objek selama 10-15 detik.
9. Dibilas dengan aquadest selama 5 detik
10. Preparat digenangi dengan larutan fuchsin selama 1 menit.
11. Dibilas dengan aquadest selama 5 detik dan ditiriskan
12. Diamati dengan mikroskop perbesaran objektif 100x
E. Interpretasi Hasil
Bakteri Gram positif : Berwarna biru violet
Bakteri Gram Negatif : Berwarna merah muda sampai merah
B. Metoda Pemeriksaan
Pewarnaan Ziehl-Neelsen
D. Cara Kerja
1. Dibuat Preparat untuk pewarnaan BTA dengan cara dibersihkan objek glass
dengan kapas alkohol 70%, kemudian dilewatkan di atas api. Setelah itu sampel
yang purulen diambil secara aseptis dan ratakan di atas objek glass (rata dan
tipis) untuk dibuat apusan dengan metode coil system (berbentuk spiral-spiral
kecil berulang) dengan ukuran 2 x 3 cm.
Catatan: Untuk pembuatan sputum yang encer, preparat dibuat berlapis-lapis,
buat apusan seperti cara di atas. Setelah kering buat apusan lagi di atasnya.
Demikian diulang beberapa kali sampai ketebalan cukup.
2. Preparat yang telah dibuat diletakkan di atas bak pewarnaan dengan bagian
apusan menghadap ke atas. Dimana antara satu preparat dengan preparat
lainnya masing-masing berjarak ± 1 jari. Jumlah maksimal preparat pada sekali
pewarnaan 12 buah.
3. Preparat digenangi dengan larutan Carbol Fuchsin, kemudian dipanaskan
bagian bawah objek glass dengan nyala api beberapa kali sampai keluar uap
(jangan sampai mendidih) selama 5 menit.
4. Dicuci dengan air mengalir (jangan ada percikan ke preparat lain) dan tiap
preparat dimiringkan dengan pinset lainnya untuk mengalirkan air yang berlebih.
5. Dilakukan dekolorisasi menggunakan asam alkohol sampai tidak ada lagi larutan
keluar dari preparat sediaan (maksimal 1 menit).
6. Dicuci dengan air mengalir (jangan ada percikan ke preparat lain) dan
dimiringkan tiap preparat dengan pinset untuk mengalirkan air yang berlebih.
7. Digenangi dengan larutan Methylen Blue selama 10-20 detik
8. Dicuci dengan air mengalir, kemudian dibiarkan mengering di udara. Jangan
mengeringkan preparat dengan menggunakan kertas serap.
9. Preparat yang telah diwarnai, diamati dengan mikroskop (untuk pengamatan
jumlah leukosit dan sel epitel menggunakan perbesaran objektif 10x, sedangkan
untuk pengamatan bakteri tahan asam menggunakan perbesaran objektif 100x
dengan minyak imersi).
E. Interpretasi Hasil
Hasil dilaporkan sesuai dengan skala IUTLD
Tabel 3.3 Pelaporan Hasil BTA
Jumlah BTA Pelaporan
Tidak ditemukan BTA
BTA Negatif
minimal dalam 100 LP
Tuliskan Jumlah BTA yang
1-9 BTA dalam 100 LP
ditemukan per 100 LP
10-99 BTA dalam 100 LP +1
1-10 BTA dalam 1 LP minimal
+2
dalam 50 LP
> 10 BTA dalam 1 LP
+3
minimal dalam 20 LP
B. Metoda Pemeriksaan
Kirby Bauer/Disk Diffusion Method
D. Cara Kerja
1. Persiapan
a. Keluarkan agar Mueller Hinton, NaCl fisiologis dan disk antibiotik dari
tempat penyimpanan dan biakan hingga mencapai suhu ruang
b. Siapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
4. Pembacaan hasil
Tentukan hasil kepekaan antibiotik dengan melihat tabel uji kepekaan metode
disk difussion dari CLSI atau Panel antibiotik yang berlaku.
B. Metoda Pemeriksaan
Kultur
D. Cara Kerja
1. Penanganan sampel
a. Setelah darah masuk ke botol Bactec, masukkan botol tersebut ke dalam
Inkubator Bactec
b. Inkubasikan botol Bactec sampai 5 hari
c. Jika sebelum hari ke-5, ada botol yang menunjukkan positif, maka keluarkan
botol Bactec dari incubator Bactec dan lakukan inokulasi
2. Inokulasi sampel:
a. Dengan menggunakan disposable syringe, diambil 1 ose atau 10 uL
suspense dan botol yang menunjukkan hasil positif
b. Dilakukan pewarnaan Gram dan suspense positif tersebut.
c. Digoreskan suspense positif tersebut dengan ose (dilakukan secara aseptic)
pada agar SS/ Chromogar Salmonella.
d. Diinkubasi pada suhu 370C selama 18- 24 jam
e. Terhadap koloni yang tumbuh dilakukan identifikasi dan uji kepekaan.
B. Metoda Pemeriksaan
Oksidase
D. Cara Kerja
1. Bactident Oxidase:
a. Secara aseptic, diambil koloni dengan menggunakan ose dan digoreskan
pada reaction zone
b. Setelah 20- 60 detik, diamati warna yang terbentuk dengan membandingkan
dengan colour acale
c. Dibuang strip yang telah digunakan ke dalam sampah yang berisi
desinfektan
d. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
(a) Koloni bakteri dari media agar tanpa dyes, indicator atau inhibitors
(b) Koloni bakteri yang diambil dari media dengan pH < 5,5 dapat
memberikan hasil negative palsu
2. Oxidase Test
a. Dibuka plastik penutup tabung, kemudian diletakkan ke bawah dengan
dalam menghadap ke atas
b. Diambil stick dan ditutup tabung dengan hati-hati
c. Secara aseptic, diambil koloni berumur 24-48 jam dengan mengguankan
ose dan goreskan pada reaction zone
d. Setelah 20- 60 detik, diambil warna yang terbentuk
e. Dibuang stick yang telah digunakan ke dalam sampah yang berisi
desinfektan
E. Interpretasi Hasil
Dinyatakan positif : terbentuk warna biru sampai ungu atau biru sampai violet.
Dinyatakan negatif : tidak terdapat perubahan warna
B. Metode
Koagulasi
2. Prosedur kerja :
a. Dihomogenkan reagen MicrogenTM STAPH atau reagen remel Staphaurex,
ditambahkan 1 tetes MicrogenTM STAPH di atas lingkaran test pada reaction
card.
b. Dengan menggunakan ose steril, pindahkan secara aseptic koloni bakteri
tersangka ke lingkaran test pada reaction card.
c. Dicampurkan isi lingkaran test dengan menggunakan ose dan campurkan
isi lingkaran kontrol.
d. Digoyang perlahan-lahan reaction card sampai dengan 2 menit dan amati
ada/tidaknya aglutinasi.
e. Dibuang reaction card yang telah digunakan.
3. Pengerjaan kontrol:
a. Diteteskan 1 tetes kontrol positif MicrogenTM STAPH (untuk kontrol positif)
dan koloni Staphylococcus epidermidis (untuk kontrol negatif) di atas
lingkaran test pada reaction card.
b. Ditambahkan 1 tetes MicrogenTM STAPH yang sudah dihomogenkan di atas
lingkaran test pada reaction card.
c. Dicampurkan isi lingkaran test dengan menggunakan ose dan campurkan
isi lingkaran kontrol.
d. Digoyang perlahan-lahan reaction card sampai dengan 2 menit dan amati
ada/ tidaknya aglutinasi.
e. Buang reaction card yang telah digunakan.
E. Interpretasi Hasil
1. Dinyatakan positif bila terjadi penggumapalan pada suspensi tes selama
pencampuran.
2. Dinyatakan negatif bila tidak terjadi penggumpalan pada suspense test selama
pencampuran
B. Metoda Pemeriksaan
Reaksi gula spesifik
D. Cara Kerja
1. Uji oksidase
Uji oksidase harus dilakukan dan hasilnya dicatat pada lembar hasil sebagai
bagian hasil yang perlu dilengkapi dari keseluruhan profil identfikasi (sehingga
keseluruhan profil identifikasi berjumlah 21 test identifikasi)
2. Persiapan strip
a. Siapkan box inkubasi (tray dan lid)dan masukkan 5 mL aquadest ke dalam
sumur honey-combed tray untuk menjaga kelembaban udara
b. Lepaskan strip API 20 E dari kemasan dan buang desicant
c. Tulis nomor pasien pada sisi strip
3. Persiapan inokulum
a. Buka tutup ampul API NaCl 0,85% medium (5 ml) atau dapat menggunakan
tabung steril yang terisi aquadest steril tanpa zat aditif
b. Dengan menggunakan swab steril, suspensikan koloni bakteri tersangka
pada API NaCl 0,85 % medium. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
pastikan koloni bakteri tersangka dan NaCl 0,85 % tercampur sempurna dan
koloni bakteri yang berumur 18 – 24 jam. Suspensi ini harus segera
dimasukan ke dalam sumur-sumur pada strip ID 20 E
4. Inokulasi pada strip
a. Dengan menggunakan pipet yang sama, masukan susupensi bakteri ke
dalam tube dan cupule sumur test CIT, VP, GEL. Untuk sumur test lainnya,
suspensi bakteri hanya dimasukan ke dalam tube saja.
b. Untuk sumur test ADH, LDC, ODC, H2S, dan URE tambahkan 2 tetes
mineral oil (untuk membuat suasana menjadi anaerobik). Tutup box inkubasi
c. Inkubasi selama 18 – 24 jam pada suhu 36 ± 2 0C.
Catatan: pembacaa harus segera dilakukan setelah inkubasi selesai. Jika
tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka setelah inkubasi selesai, strip
harus segera disimpan pada suhu 2 – 8 0C sampai pembacaan dilakukan.
5. Pembacaan strip
a. Setelah masa inkubasi selesai, lakukan pembacaan mengacu pada Reading
Table, catat hasil reaksi pada lembar hasil.
b. Jika 3 atau lebih test (GLU + atau - ) menunjukan hasil positif, maka catat
pada lembar hasil kemudian ulangi pengujian dengan menambahkan
reagen: uji TDA dengan reagen TDA, uji IND dengan reagen JAMES, dan
uji VP dengan reagen VP1 dan VP2
c. Jika jumlah uji yang positif kurang dari 3 sebelum penambahan reagen,
maka: inkubasi ulang strip selama 24 jam pada suhu 36 ± 2 0C tanpa
penambahan reagen apapun, ulangi engujian dengan penambahan reagen
TDA, IND, dan VP. Lengkapi hasil pengujian jika dibutuhkan lakukan uji
tambahan (suplemen lainnya)
E. Interpretasi Hasil
Hasil identifikasi diperoleh hasil numerik
1. Determinasi hasil numerik
Pada lembar hasil, pengujian dibagi menjadi 3 kelompok, dan angka 1, 2, atau
4, ditetapkan pada masing-masing hasil pengujian; Dengan penjumlahan angka
yang berhubungan dengan reaksi positif dari tiap kelompok; 7 digit profil numerik
diperoleh untuk 20 pengujian pada strip 20 E. Reaksi oksidase merupakan
pengujian ke 21 dan jika hasilnya positif mempunyai nilai 4.
2. Identifikasi
Identifikasi dilakukan menggunakan database dengan analytical Profile Index
(dengan melihat profil numerik dari daftar profil), atau database dengan software
identifikasi (dengan memasukan 7 digit profil numerik secara manual)
Untuk beberapa kasus (jika hasil pengecatan adalah bakteri Gram negatif
dengan oksidase positif) 7 digit profil numerik tidak cukup dan harus diikuti
dengan pengujian tambahan lain yang dibutuhkan yaitu reduksi nitrit menjadi
pembentukan gas N2.
B. Metoda Pemeriksaan
Reflectance photometry
C. Alat dan Bahan
1. Cobas U411
2. Tabung S-Y System yang bermulut
3. Urin pasien
D. Cara Kerja
1. Spesimen dicampur homogen dan tidak boleh disentrifuge. Jika suhu sampel 2-
8 oC, dibiarkan mencapai suhu kamar sebelum dikerjakan.
2. Dituang 10 atau 12 mL sampel kedalam tabung S-Y System, yang sudah diberi
identitas/barcode.
3. Sampel dikerjakan pada suhu kamar.
4. Dicelupkan strip ke sampel sampai semua bagian tercelup, pencelupan
maksimal 1 detik.
5. Kelebihan sampel disapukan pada pinggiran tabung atau dapat dengan
menyentuhkan ke kertas saring (jangan pakai tissue).
6. Strip dimasukkan dan dibaca hasilnya pada alat.
E. Interpretasi Hasil
1. Warna : Kuning, Kuning Muda, Coklat, Merah
2. Kejernihan
a. Jernih : tidak terlihat adanya partikel-partikel
b. Agak keruh : kelihatan beberapa partikel dimana tulisan pada kertas
Koran tidak berubah atau tidak mengabur ketika dilihat
didepan tabung sampel.
c. Keruh : kertas Koran dapat dilihat dari depan tabung sampel,
tetapi hurufnya berubah atau kabur.
d. Sangat keruh : kertas Koran tidak dapat dilihat dari depan tabung sampel.
3. Berat Jenis normal : 1,005 – 1,030
4. pH : 5-9
5. Leukosit Esterase : negatif, 25 (+), 100 (++), 500 (+++) leu/uL
6. Nitrit : negatif, positif
7. Albumin : negatif, 25(+), 75 (++), 150 (+++), 500 (++++) mg/dL
8. Glukosa : negatif (normal), 50 (+1), 100(+2), 300(+3), 400(+4) mg/dL
9. Keton : negatif, 5(+1), 15 (+2), 50 (+3), 150 (+4) mg/dL
10. Urobilinogen : normal, 1(+1), 3(+2), 6(+3), mg/dL
11. Bilirubin : negatif, 1(+1), 3(+2), 6 (+3) mg/dL
12. Darah (blood) : negatif, 10(+), 25 (++), 50 (+++), 150 (++++), ≥ 2500
ery/uL
1.1.2.2 Pemeriksaan Urin Rutin (Carik Celup) dengan Alat Urysis 1100
1. Prinsip
Strip dicelupkan pada sampel urin, kemudian strip dimasukkan ke alat dan akan
dibaca oleh reading head dari alat. Reading head berisi lampu LED yang memancarkan
suatu cahaya dengan panjang gelombang tertentu ke permukaan blok uji pada sudut
maksimum. Cahaya tersebut akan menabrak zona tes, sehingga menghasilkan pantulan
warna yang akan ditangkap oleh detektor berupa phototransistor. Detektor akan
mengirimkan analog berupa sinyal listrik ke A/D converter, yang akan mengubahnya ke
bentuk digital. Kemudian mengubah ini ke nilai reflektansi relative dengan mengacu
kepada standar kalibrasi. Terakhir, nilai reflektansi akan dibandingkan dengan batas
range yang telah ditentukan (nilai reflektansi yang telah diprogram ke dalam analisa untuk
setiap parameternya).
Setiap blok uji dapat membaca secara fotometri setelah sekitar 55 – 65 detik. Dan
dapat mengoreksi secara otomatis berat jenisnya bila sampel bersifat basa kuat.
2. Alat dan Bahan
1. Urysis 1100
2. Kontrol
a. Jenis : Liquicheck Urynalisis Control Level 1 (Normal) atau Level 2
(Patologis) dan Biorad
b. Penanganan : Siap pakai, dicampur dengan baik sebelum digunakan dan
dibiarkan pada suhu kamar sebelum digunakan
c. Stabilitas : Pada suhu 2- 8 0C stabil sampai tanggal kadaluwarsa.
Setelah dibuka dapat disimpan pada suhu 2 – 80C stabil selama 30 hari.
3. Sampel Urin Segar 15-30 mL Segera dikerjakan < 2 jam
4. Tabung S-Y
5. Combur UX
3. Cara Kerja
1. Kontrol
a. Kontrol dikeluarkan dari lemari es dan dibiarkan mencapai suhu kamar
b. Tutup pemutar pada botol kontrol dilepaskan secara hati-hati
c. Kemudian squeezer cap dilekatkan dengan kuat pada bagian atas tutup
pemutar botol kontrol
d. Kontrol urin dihomogenkan dengan membolak-balikkan botol
e. Tutup putih dari squeezer cap kemudian dilepaskan
f. Ketika akan diteteskan pada strip urin, bagian sisi dari squeezer cap ditekan
dengan hati-hati lalu cairan kontrol urin dipindahkan melintasi semua pad/
parameter dalam strip urin sampai terisi penuh
g. Kelebihan kontrol pada strip urin dapat disapukan pada pinggiran tabung
atau dengan meniriskan tepi strip secara tegak lurus pada kertas saring
h. Kemudian strip dibaca pada alat
1. Pemeriksaan Sampel
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Tray untuk pengujian
harus dipastikan bersih dari residu apapun
b. Diperiksa tanggal kadaluwarsa dari strip
c. Urysis 1100 Urine Analyzer siap untuk digunakan pengukuran bila nilai
kalibrasinya telah valid
d. Sampel yang dimasukkan ke dalam lemari pendingin harus disesuaikan
terlebih dahulu dengan suhu ruangan
e. Tes strip dicelupkan ke dalam sampel urin sebentar (1 detik) kemudian strip
dikeluarkan dari container specimen dengan bagian pinggir menyentuh
dinding container secara perlahan untuk menghilangkan kelebihan urin
f. Bagian belakang strip yang tidak mengandung blok reagen disentuhkan
pada tissue untuk menghilangkan kelebihan urin
g. Strip diletakkan pada tray pengujian dengan blok yang mengandung reagen
ditempatkan menghadap ke atas
h. Kemudian tombol START ditekan, maka akan terdengar bunyi “bip” dan bar
penahan tertutup dan tray pengujian akan maju
i. Alat akan mulai membaca reaksi
j. Setelah pengukuran selesai, tes strip yang akan digunakan dibuang dan
alat dibersihkan dari sisa residu urin dengan menggunakan alkohol 70%.
2. Kalibrasi
Untuk kalibrasi harus dilakukan secara rutin, karena bertujuan untuk validasi dan
memastikan bahwa alat masih bekerja dengan baik atau tidak. Urysis 1100 Urine
Analyzer harus dikalibrasi setiap tujuh hari atau ketika muncul pesan Repeat
Calibration pada display. Langkah kerja proses kalibrasi yaitu :
a. Apabila pada display muncul pesan Repeat Calibration, petunjuk fungsi
YES di sebelah kiri ditekan. Maka akan muncul pesan Start Calibration. Jika
alat dalam keadaan mode Ready-to-Measure, maka ditekan petunjuk
fungsi sebelah kiri untuk memilih Calibration. Akan muncul pesan Start
Calibration
b. Strip kalibrasi ditempatkan pada tray dengan bagian pad mengandung
reagen mengarah ke atas. Dengan kira-kira 2 mm dari strip harus disimpan
di bawah penjepit
c. Tombol START ditekan
d. Apabila kalibrasi valid, akan muncul pesan pada display
3. Maintenance
Tray test strip dibersihkan dengan air dan desinfektan sekali setiap hari. Caranya
:
a. Alat dimatikan terlebih dahulu
b. Tray strip ditarik keluar dari alat
c. Tray dicuci dengan air mengalir
d. Lapisan kristal yang mengendap dihilangkan, terutama kotoran yang
menahan mekanisme palang atau penggerak pada sisi bawah dari tray
strip, dengan menggunakan sikat lembut
e. Bagian bawah tray strip dilap dengan alkohol 70% atau desinfektan lain
yang sesuai. Kemudian dikeringkan dengan lap lembut
f. Tray test strip dipasangkan pada alat
g. Kemudian alat dinyalakan kembali
4. Interpretasi Hasil
1. Warna : Kuning, Kuning Muda, Coklat, Merah
2. Kejernihan
a. Jernih : tidak terlihat adanya partikel-partikel
b. Agak keruh : kelihatan beberapa partikel dimana tulisan pada kertas
Koran tidak berubah atau tidak mengabur ketika dilihat
didepan tabung sampel.
c. Keruh : kertas Koran dapat dilihat dari depan tabung sampel,
tetapi hurufnya berubah atau kabur.
d. Sangat keruh : kertas Koran tidak dapat dilihat dari depan tabung sampel.
3. Berat Jenis normal : 1,005 – 1,030
4. pH : 5-9
5. Leukosit Esterase : negatif, 25 (+), 100 (++), 500 (+++) leu/uL
6. Nitrit : negatif, positif
7. Albumin : negatif, 25(+), 75 (++), 150 (+++), 500 (++++) mg/dL
8. Glukosa : negatif (normal), 50 (+1), 100(+2), 300(+3), 400(+4) mg/dL
9. Keton : negatif, 5(+1), 15 (+2), 50 (+3), 150 (+4) mg/dL
10. Urobilinogen : normal, 1(+1), 3(+2), 6(+3), mg/dL
11. Bilirubin : negatif, 1(+1), 3(+2), 6 (+3) mg/dL
12. Darah (blood) : negatif, 10(+), 25 (++), 50 (+++), 150 (++++), ≥ 2500
ery/uL
1.1.2.3 Pemeriksaan Sedimen Urin
Pemeriksaan sedimen urin dapat digunakan untuk mengetahui adanya kelainan
pada ginjal dan saluran kemih, serta berat ringannya penyakit.
A. Prinsip
Urine diputar dalam waktu 5 menit dengan kecepatan 400-450 g (1700 rpm),
kemudian diambil endapannya dan diperiksa di bawah mikroskop.
B. Metoda Pemeriksaan
Mikroskopik
D. Cara Kerja
1. Setelah sampel diperiksa uji carik celup, untuk sampel di dalam tabung standart
S-Y ditutup dengan penutup yang tersedia, kemudian diputar dalam waktu 5
menit dan dengan kecepatan 400-450 g (1700 rpm).
2. Untuk tabung sentrifuge S-Y: dibuang supernatan dengan cara membalikkan
tabung dan secara otomatis urin akan tersisa 0,6 mL sebagai sedimen untuk
volume tabung 12 mL atau 0,5 mL sedimen untuk tabung 10 mL (jumlah sedimen
standart untuk dipekatkan 20 X).
Untuk tabung sentrifuge biasa: Dibuang 10 mL atau 12 mL sepernatan urine
dengan satu gerakan, hinggan tersisa kira-kira 1 mL sedimen.
3. Tabung dikocok untuk meresuspensikan sedimen.
4. Dengan menggunakan botol reagen AIM Sedi Uristain, ditambahkan 1 tetes
pewarna (atau +- 50 mL pewarna dengan menggunakan pipet SY ke dalam
tabung, dan dikocok dengan hati-hati untuk meresuspensikan sedimen.
5. Diteteskan campuran di atas pada objek glass sebanyak 20 secara hari-hati,
kemudian tutup dengan kaca penutup ukuran 22 x 22 mm.
6. Campuran tersebut diteteskan pada bilik hitung yang ada dengan jumlah
secukupnya sampai seluruh bilih hitung terisi penuh.
7. Dibaca pada keempat sisi deck glass, kemudian ke tengah, dan dihitung jumlah
rata-rata unsur sedimen dalam minimal 10 lapang pandang.
8. Dilakukan pembacaan unsur-unsur sedimen dengan menggunakan kamar
hitung dengan luas 3 mm x 3 mm.
9. Sedimen diperiksa pada lensa objektif 10x (LPK) untuk melihat unsur sedimen
secara keseluruhan. Contoh: Silinder.
10. Pada objektif 10 x 10 (LPK) pembacaan dilakukan pada kamar hitung yang
mempunyai ukuran 3 mm x 3 mm yang terdiri dari 81 kotak, sedangkan untuk
objektif 10 x 40 (LPB). Pembacaan dilakukan pada kamar hitung yang
mempunyai ukuran 0,33 mm x 0,33 mm yang terdiri dari 9 kotak kecil dengan
pembacaan secara diagonal.
11. Di hitung jumlah rata-rata unsur sedimen yang ditemukan pada saat pembacaan.
E. Interpretasi Hasil
1. Eritrosit
Normal : 0-2 / LPB
Tinggi : bila terdapat ganguan ginjal, adanya batu ginjal/saluran kemih,
pada wanita bias fisiologis. Pada kadar kecil belum tentu patologis.
2. Leukosit
Normal : 0-5/ LPB atau negatif
Tinggi : ISK, kerusakan ginjal, keputihan
3. Silinder
Normal : 0-2 /LPK, disebutkan jumlah beserta nama silindernya
Tinggi : indikasi gangguan ginjal
4. Epitel
Epitel gepeng/ squamous : dilihat dalam LPK, nilai normal < 10/ LPK
Epitel trasisional : epitel renal tubular/epitel tubular ginjal dilihat
dalam LPB, nilai normal < 10/ LPB
5. Bakteri
Normal : negatif
Bila ditemukan : indikasi adanya infeksi, urine terlalu lama, pada wanita bisa
fisiologis
6. Kristal
Kristal normal seperti calcium oxalate, triple fosfat, asam urat, ammonium biuret,
amorf urat/ fosfat dihitung dalam LPB. Sedangkan kristal abnormal seperti
cholesterol, cysteine, tyrosin, sulfonamide, bilirubin, hemosiderin dihitung dalam
LPK. Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
7. Lain-lain
a. Spermatozoa
Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
Cara Pelaporan : Rata-rata jumlah sperma ang ditemukan/ LPB (lihat
batasan pelaporan sedimen urin)
Catatan : Dilaporkan hanya jika ditemukan pada laki – laki
atau pada kasus khusus (contoh pada anak kecil)
b. Benang mukosa
Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
Dilihat dengan perbesaran 400 x
c. Sel ragi/ hypa
Nilai Normal : negatif.
Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
Dilihat dengan perbesaran 400 x
d. Parasit Tricomonas
Normal : negatif.
Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
Dilihat dengan perbesaran 400 x
e. Cells
Berupa glitter cell, oval fat bodies, histiosit
Dinyatakan dalam : (+), (++), (+++)
Dilihat dengan perbesaran 400 x
Catatan : Untuk Oval fat bodies dapat diperiksa dengan
menggunakan pewarna Sudan III dan akan terlihat
bulatan – bulatan berwarna orange yang berarti
positif.
Tabel 3.4 Batasan Unsur Sedimen yang Ditemukan
Jumlah batasan rata-rata unsur sedimen yang
ditemukan
mucosa, cell
(LPB
Spermatozoa +++
+ ++
(LPB)
1.1.2.4 Pemeriksaan Berat Jenis Urin
Bila didapatkan berat jenis urin carik celup ≤ 1.005 dan ≥ 1.030 maka dilakukan
pemeriksaan dengan menggunakan refraktometer sebagai pemeriksaan konfirmasi, dan
hasil yang dilaporkan adalah hasil dari refraktometer.
A. Prinsip
Index refraksi sesuai dengan cairan yang bertambah secara linier dengan banyaknya
zat larut.
B. Metode Pemeriksaan
Refraktometri
D. Cara Kerja
1. Dihomogenkan urin dalam pot urin.
2. Diambil dengan pipet dan teteskan 1-2 tetes pada refraktometer.
3. Dilihat di cahaya terang, berapa Bj dengan melihat batas garis biru pada skala
refraktometer.
E. Interpretasi Hasil
Bila didapatkan berat jenis urin dari carik celup 1.005, dan pada refraktometer 1.007
maka dilaporkan 1.007. nilai normal 1.005-1.025.
B. Metoda Pemeriksaan
Harrison
D. Cara Kerja
1. 5 mL urine yang lebih dahulu dikocok, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 5 mL larutan BaCl2 10 %, kemudian disaring dengan kertas saring.
3. Kertas saring yang berisi presipitat diangkat dari corong, dibuka lipatannya dan
ditampung mendatar di atas corong. Dibiarkan beberapa lama sampai agak
kering.
4. Diteteskan 2-3 tetes reagen Fouchet ke atas kertas saring
5. Timbulnya warna hijau menandakan adanya bilirubin.
E. Interpretasi Hasil
Positif : timbul warna hijau pada kertas saring
Negatif : tidak timbul warna hijau pada kertas saring
B. Metoda Pemeriksaan
Immunocromatografphy
E. Interpretasi Hasil
1. Negatif : terbentuk 2 garis berwarna, pada zona garis kontrol dan garis tes.
Hasil negatif ini tidak mengindikasikan tidak ada obat obatan
(NAPZA) pada sample, tetapi hanya mengindikasikan bahwa kadar
metabolit pada sampel adalah di bawah cut-off.
2. Positif : terbentuk 1 garis pada sampel di atas cut-off.
3. Invalid : jika tidak timbul garis warna pada kontrol, maka test dinyatakan
gagal. Ulangi test dengan rapid test baru
B. Metoda Pemeriksaan
Rapid kromatografi immunoassay
D. Cara Kerja
1. Sebelum dikerjakan, spesimen urin dikondisikan mencapai suhu kamar (15-
30oC)
2. Dibawa dan dikondisikan kemasan tes pada temperatur kamar sebelum dibuka.
Kotak tes ABON hCG digunakan sesegera mungkin.
3. Diletakkan kotak tes ABON hCG di tempat yang bersih dan datar. dipegang pipet
dengan posisi tegak lurus dan diteteskan 3 tetes urin yang telah terlebih dahulu
dihomogenkan ke dalam lubang sampel (S) pada kotak tes, dan mulailah untuk
dibaca. Dihindari gelembung udara dalam lubang sampel (S).
4. Di tunggu sampai muncul garis berwarna. Kemudian dibaca hasilnya dalam
waktu 3 menit.
E. Interpretasi Hasil
1. Positif : muncul 2 garis, di area C dan T
2. Negatif : muncul 1 garis, hanya di area C
3. Invalid : muncul 1 garis di area T
B. Metoda Pemeriksaan
Makroskopis dan Mikroskopis
D. Cara Kerja
Pemeriksaan Makroskopis feses dilakukan dengan cara diamati karakteristik feses
meliputi warna, konsistensi, lendir dan darah. Sedangkan pemeriksaan Mikroskopis
feses dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Satu tetes larutan pewarna eosin 2 % diletakkan pada sebelah kiri objek glass
dan 1 tetes lugol di sebelah kanan objek glass.
2. Dengan lidi diambil feses (2-4 mm2), tinja dihancurkan dalam masing-masing
larutan perwarna sampai menjadi suspensi.
3. Jika sampel feses konsistensinya keras, dibuat suspensi dengan menambahkan
larutan NaCl fisiologis secukupnya. Untuk pemeriksaan mikroskopis lakukan
langkah 1, diambil suspensi feses, diteteskan pada masing-masing pewarna,
kemudian dcampur dengan menggunakan lidi.
4. Lalu ditutup dengan penutup kaca.
5. Diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 10x dan 40x
6. Diamati adanya perasit, telur cacing, lemak, karbohidrat, serat-serat, leukosit
dan eritrosit.
E. Interpretasi Hasil
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Warna
Feses normal berwarna coklat yang berasal dari urobilinogen yang
eroksidasi dalam usus menjadi urobilin
Dilaporkan : coklat, kuning, hijau, merah, hitam atau warna lainnya.
b. Konsistensi
Pada keadaan normal, konsistensi feses agak lunak dan berbentuk
Dilaporkan : lembek, agak keras, keras, dan cair.
c. Lendir
Tidak dijumpai pada fese normal.Adanya lender dalam tinja dikaitkan
dengan adanya rangsangan dalam dinding usus misalnya gangguan
pergerakan usus atau beberapa penyakit seperti colitis, disentri basiler,
villous adenoma dan inflamasi rectum
Jika ditemukan adanya lendir, dilaporkan : positif.
Jika tidak ditemukan adanya lendir, dilaporkan : negatif.
d. Darah
Tidak dijumpai pada feses normal
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Sisa pencernaan
Jika ditemukan lemak, karbohidrat, serat, dilaporkan positif dan jika tidak
ditemukan, dilaporkan negative.
b. Sel Leukosit dan Eritrosit
Jika ditemukan, laporkan yang ditulis rata-rata jumlah sel per LPB dan jika
tidak ditemukan laporkan negative.
c. Parasit
Jika ditemukan laporan yang ditulis ditemukan dan disebutkan nama parasit
dan stadiumnya. Misal: ditemukan Entamoeba colistadium kista (dan atau
vegetatif).
d. Telur cacing
Jika ditemukan, laporan yang ditulis ditemukan dan disebutkan nama telur
cacing. Misal: ditemukan A. lumbricoides.
e. Jamur
Jika ditemukan, laporan yang ditulis ditemukan dan disebutkan jamurnya
(seperti yeast cell, hifa, atau pseudohifa) dan jika tidak, dilaporkan negatif
atau tidak ditemukan.
B. Metode
Immuno-kromatografi
D. Cara kerja
1. Untuk feses padat : buka tabung specimen collection, ambil aplikatornya gunakan
untuk mengambil specimen feses, ambil feses di tiga tempat, kira-kira 50 mg
(sebesar kacang hijau)
2. Untuk feses cair : ambil specimen dengan pipet tetes, pegang pipet tegak lurus,
aspirasi specimen ambil 2 tetes ( sekitar 80 uL) masukan ke dalam tabung
specimen collection. Tutup kembali, lalu kocok kuat-kuat tabung specimen
collection hingga feses bercampur baik dengan buffernya.
3. Lalu biarkan selama 2 menit
4. Patahkan ujung tutup tabung specimen collection
5. Buka kemasan tes, pegang dengan posisi terbalik tabung specimen collection,
tepat di atas lubang sampai tes device teteskan specimen yang telah diekstraksi
dengan tetesan penuuh sebanyak 2 tetes (80 uL) hindari terbentuknya gelembung
pada sampel yang diteteskan, pasang timer
6. Baca hasilnya 10 menit kemudian.
E. Interpretasi Hasil :
Positif = muncul dua garis berwarna ungu pada garis C dan T
Negatif = jika garis muncul pada garis C saja.
B. Metode Pemeriksaan
Makroskopis dan Mikroskopis
D. Cara Kerja
Semua parameter analisa sperma dikerjakan setelah terjadi liquifaksi sempurna, jika
sampai satu jam belum terjadi liquifaksi sempurna, maka pemeriksaan lain boleh
dikerjakan dengan diberi catatan pada hasil pasien “pemeriksaan dilakukan pada
sampel yang belum diliquifaksi sempurna”.
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Bau
b. Warna
c. pH
Cara Kerja :
1) Diteteskan 1 tetes sampel di atas kertas pH, kemudian disebarkan
secara merata
2) Setelah 30 detik dibandingkan warna yang terjadi dengan kertas standar
dari kertas pH.
d. Liquifaksi (Pencairan)
Tujuan : Mengetahui waktu liquifaksi sempurna.
Cara Kerja :
1) Catat jam pengeluaran semen, amati proses pencairan sperma,
disiapkan stopwatch.
2) Sampel diaduk dengan baik menggunakan batang pengaduk kaca
dalam wadah penampungan, dianjurkan untuk melakukan pengadukan
yang berkesinambungan selama pengerjaan dengan cara pemutaran
wadah sampel untuk mengurangi kesalahan.
Cara Pelaporan :
Perhitungan liquifaksi = jam liquifaksi – jam pengeluaran sperma
e. Viskositas
Cara Kerja :
1) Sperma yang telah homogen diisap secara perlahan menggunakan
pipet 5 µL. Dengan posisi tegak lurus, sperma dibiarkan menetas karena
gaya berat.
2) Diukur panjang benang dari tetesan tersebut dengan batang pengaduk,
batang pengaduk kaca dimasukkan ke dalam wadah sampel
3) Ditarik batang pengaduk, diukur panjang benang yang terbentuk pada
saat batang pengaduk ditarik.
Catatan: jika didapatkan sampel sangat encer, sehingga tidak terbentuk
benang maka dilaporkan < 1 cm
f. Volume
Dikerjakan di akhir dengan memperhitungkan volume sample yang telah
digunakan untuk pemeriksaan, karena ditakutkan terjadi kontaminasi.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Motilitas
Cara Kerja :
1) Pada sediaan basah amati penyebaran sperma seluruh lapang pandang
untuk memastikan sampel sudah terhomogenisasi dengan baik.
Kemudian, diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali.
Pemeriksaan dilakukan duplo dengan membuat 2 sediaan dan dihitung
rata-ratanya.
2) Diamati motilitas dari permatozoa dan hitung sedikitnya dalam 200
spermatozoa.
3) Lakukan penilaian terhadap motilitas, untuk memisahkan sperma-
sperma motil dari yang immotile, laporkan dengan ketegori sebagai
berikut:
- Progressive (PR) : Spermatozoa yang bergerak aktif, baik, linear
atau dilingkaran besar baik cepat ataupun lambat.
- Non-progressive (NP) : Semua pola pergerakan lainnya dari
motilitas dengan kemajuan, missal berenang dilingkaran kecil, atau
hanya terlihat geraakan ekornya saja (Bergerak ditempat).
- Immotil (IM) : Spermatozoa yang tidak bergerak sama
sekali.
4) Pembacaan Mikroskopis
- Pemilihan area pembacaan tidak boleh terlalu mendekati pinggiran
kaca penutup untuk menghindari pengamatan motilitas
spermatozoa pada area yang mongering.
- Pilih lapang pandang secara acak (Hindari memilih lapang pandang
berdasarkan jumlah motilitas spermatozoa).
- Pilih area pengamatan pada pertengahan lapang pandang.
- Semua spermatozoa dalam ketegori PR dihitung terlebih dahulu,
baru terakhir IM pada lapang pandang yang sama.
5) Buat prosentase tiap kategori dari motilitas spermatozoa untuk masing-
masing sediaan.
% motilitas spermatozoa = Jumlah tiap kategori motilitas x 100%
Total sperma
0 1 66-76 9
1 2 77-83 8
2 3 84-88 7
3-4 4 89-92 6
5-7 5 93-95 5
8-11 6 96-97 4
12-16 7 98 3
17-23 8 99 2
24-34 9 100 1
35-65 10
7) Nilai Rujukan
Motilitas Progressive (PR) ≥ 32%
8) Hasil dari dua perhitungan % dari tiap kategori tidak boleh berbeda >
5%, jika perbedaan > 5%, maka dibuat sediaan baru dan dihitung
kembali dengan pengadukan lebih homogen.
9) Jika pada sediaan basah tidak ditemukan spermatozoa maka:
Buat sediaan baru dan lakukan pemeriksaan oleh analis yang berbeda.
b. Aglutinasi
Yang disebut aglutinasi adalah spermatozoa motil yang saling melekat satu
dengan yang lainnya, biasanya kepala dengan kepala, bagian tengah
dengan bagian tengah, ekor dengan ekor atau campurannya atau yang
saling melekat satu sama lain adalah spermatozoa yang sudah immotile.
Cara kerja:
1) Pada waktu mengerjakan motilitas diamati pula adanya aglutinasi dalam
10 lapang pandang secara acak.
2) Amati adanya aglutinasi, walau ada bebrapa kelompok kecil tetap
dicatat dan dilaporkan.
Untuk memastikan adanya aglutinasi, dilakukan:
1) 1 tetes sperma + 1 tetes NaCl 0,9 %
2) Campur, tutup dengan deck glass
3) Lihat dibawah mikroskopis dengan pembesaran 400 kali.
Interpretasi Hasil :
Negatif : Jika tidak ada aglutinasi
Positif :
(+1) : terdapat < 10 spermatozoa per aglutinasi
(+2) : terdapat 10-50 spermatozoa per aglutinasi
(+3) : terdapat > 50 spermatozoa per aglutinasi
(+4) : semua spermatozoa teraglutinasi, dimana aglutinasi saling
berhubungan
7. Cara Pelaporan
Sebutkan jumlah spermatozoa yang didapat dari perhitungan konsentrasi
dengan dikali 106/mL dan jumlah spermatozoa dengan 106/ejakulat.
Tabel 3.6 Pengenceran Spermatozoa
Faktor Konversi untuk
Jumlah Spermatozoa/LPB Perhitungan
Pengenceran (sampel + p) 25 10
5 kotak
kotak kotak
<15 1 : 5 (1+4) 20 8 4
>15-40 1 : 10 (1+9) 10 4 2
>40-200 1 : 20 (1+19) 5 2 1
>200 1 : 50 (1+49) 2 0.8 0.4
Catatan:
Jika ditemukan jumlah spermatozoa <15/LPB, (tetapi >1-2/LPB) maka
dihitung konsentrasi spermatozoa dengan menggunakan table pengenceran
diatas (tanpa sentrifugasi), serta morfologi motilitas dikerakan dengan cara
sebagai berikut:
1) Diambil sampel disentrifuge terlebih dahulu 2000-2300 rpm (600 g)
selama 15 menit.
2) Dibuang supernatan dan dibuat apusan dari endapan atau diteteskan
untuk motilitas.
3) Cara kerja selanjutnya dilaporkan lihat pada bagian morfologi dan
motilitas (laporkan dalam %).
Jika didapat jumlah spermatozoa < 1-2/LPB, maka dilakukan:
1) Sampel disentrifuge terlebih dahulu
2) Jika setelah disentrifuge tetap didapat <1-2/LPB, maka dilaporkan :
konsentrasi : < 2 juta/mL
3) Juga diberi catatan tentang kondisi sampel/ mitilitas sampel yang dilihat.
Jika tidak ditemukan spermatozoa/LPB, maka dilakukan:
1) Semua sampel disentrifuge
2) Kemudian diperiksa kembali apakah ditemukan/tidak spermatozoa.
d. Vitalitas (viabilitas)
Pemeriksaan vitalitas (viabilitas) dilakukan bila jumlah spermatozoa yang
tidak hidup (tidak motil) > 60%
1) Campur sampel sampai homogen
2) Ambil 1 tetes sampel + 1 tetes Eosin Y 0,5%, aduk rata diatas kaca
objek.
3) Tutup dengan kaca penutup dan biarkan selama 30 detik
4) Lihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Hitung dalam 200
spermatozoa, kecuali jumlah spermatozoa yang sangat sedikit, maka
dapat dihitung dalam 100 spermatozoa
5) Bedakan sperma yang hidup (tidak berwarna) dengan spermatozoa
yang mati (merah atau jingga)
e. Morfologi
1) Dicampur sampel supaya homogen, dibuat apusan sampel di atas
object glass yang benar-benar bersih dan keringkan di udara
2) Dibuat 2 preparat (1 preparat untuk cadangan), dengan ketentuan:
Jika konsentrasi (jumlah) sperma >20 juta/mL, maka volume yang
dipakai untuk membuat preparat 5 µL
Jika konsentrasi (jumlah) sperma <20 juta/mL, maka volume yang
dipakai untuk membuat preparat adalah 10-20 µL.
3) Sediaan yang sudah kering, difiksasi dan metanol sedikitnya 5 menit,
kemudian diwarnai dengan pewarna giemsa selama 30 menit
4) Dicuci dengan larutan buffer fosfat pH 6,9 kemudian keringkan di udara
5) Dibaca dengan perbesaran 1000 kali, dihitung dalam 200 spermatozoa
laporkan sangat sedikit maka dapat dihitung dalam 100 spermatozoa
laporkan dalam presentasi yang masing-masing bentuk.
E. Interpretasi Hasil
1. Volume normal : Lebih dari 2,0 mL
2. Bau normal : Khas
Cara Pelaporan
Khas : jika bau seperti bunga akasia
Tidak khas: jika bau tidak seperti bunga akasia
3. Warna normal : Putih keabu-abuan
Cara pelaporan : Dilaporkan sesuai warna yang terlihat misalnya putih
keabu-abuan, putih jernih, cokelat, kuning
4. pH
pH normal : ≥7,2
5. Liquifaksi
Normal : Mencair maksimal dalam waktu 60 menit.
Tidak normal : Apabila mencair ≥60 menit
6. Viskositas
Nilai normal : ≤ 2 cm
7. Motilitas
Excellent : Gerakan cepat dan maju lurus
Good : Gerakan lambat/sulit maju lurus
Poor : Tidak bergerak maju/bergerak ditempat
None : Tidak bergerak
8. Aglutinasi
Negatif : jika tidak ada aglutinasi
Positif : jika ada aglutinasi
Disebutkan jenis aglutinasinya, kepala dengan kepala, bagian tengah dengan
tengah, ekor dengan ekor atau campuran
9. Jumlah (konsentrasi) spermatozoa
Nilai normal : konsentrasi ≥20 juta/mL
Cara pelaporan : Ditulis jumlah rata-rata spermatozoa yang ditemukan per
LPB yang dilihat dibawah mikroskop.
10. Vitalitas (viabilitas)
Nilai normal : ≥75%
Cara pelaporan : Ditulis presentase spermatozoa yang hidup (tidak
berwarna).
Contoh : Jumlah spermatozoa yang hidup = 40 buah
Total presentase = 40x100% / 200 = 20%
vitalitas / vitabilitas = 20%
11. Morfologi
Normal : kepala, leher dan ekor memiliki bentuk dan ukuran normal
(bentuk lengkap dan ukuran normal). Morfologi normal
≥30%
Abnormal : adanya kelainan pada bentuk kepala, meliputi kepala
besar, kecil, bentuk lisong/taper, bola lampu/round, kepala
kembar atau kombrasi, terato (amorf), pir.
Adanya kelainan bentuk leher/bagian tengah meliputi leher dan ekor
membentuk sudut lebih besar dari 90°, ketidak simetrisan dari bagian tengah
sampai kepala, bagiantengah tipis, bagian tengah
membengkok/irregulasi/bengkok atau kombinasi dari semuanya.
Kelainan ekor, meliputi: ekor pendek, ganda, seperti tusuk rambut, patah,
tergulung, lebar teratur
B. Metode
Flow cytometry, SLS – Hemoglobin, dan Hydro Dynamic Focusing
D. Cara Kerja
1. Diamkan sampel 15 menit pada suhu kamar dan dihomogenkan pada roller
mixing 5 – 10 menit.
2. Dimasukkan data pasien pada alat (no registrasi, nama, jenis kelamin)
3. Dihisap sampel sesuai dengan data yang telah dimasukkan
4. Diamati hasil pemeriksaan pasien pada menu browser apakah ada nilai yang
harus dikonfirmasi atau ada flagging dari alat yang muncul
E. Interpretasi Hasil
1. Bila didapatkan:
a. Trombosit rendah
Periksa apusan darah, dan tentukan estimasi jumlah trombosit dan melihat
kondisi trombosit. Jika jumlah trombosit pada apusan sebanding dengan
jumlah tombosit alat, maka hasil alat dapat dikeluarkan. Jika tidak sesuai,
maka kerjakan manual. Jika didapat bekuan pada sampel, maka gunakan
sampel baru dengan antikoagulan Na sitrat 3,2% 1:9, hasilnya dikalikan 1,1
sebagai faktor.
b. Pemeriksaan Hb dengan sampel dalam keadaan keruh, lipemik atau ikterik,
maka dapat dilakukan koreksi terhadap hasil Hb dari alat. Catat Hb dan Hct
alat, centrifuge sampel 200rpm selama 10 menit. Aliquot plasma kemudian
periksa Hb plasma, dan catat hasil alat.
Hb terkoreksi = Nilai Hb lipemik, keruh, atau ikterik – [(1,0 – HCT) X Hb
plasma)]
Gunakan nilai Hb yang terkoreksi untuk menghitung ulang nilai MCH dan
MCHC
Flagging
Konfirmasi jika:
Leukosit : >15.000/ atau <3000/ , cek manual dengan Turk
Trombosit : < 150.000/ , cek estimasi dengan preparat
Platelet clumps, blast, left shift, immature gran, NRBC, atypical lymph, Hb
defect, Monosit + (>13), cek preparat atau hitung diff manual.
keluar dari limit linearitas
*Result unreliable, lihat browser (F8) apakah ada flagging yang perlu
dikonfirmasi.
F. Validasi hasil
1. Memverifikasi hasil MCHC untuk deteksi error pada alat dengan melihat rasio
C. Kalibrasi
1. Kalibrasi dikerjakan oleh teknisi dengan memakai kalibrator (sesuai rekomendasi
sysmex)
2. Kalibrasi dilakukan sesuai jadwal kalibrasi yang telah ditetapkan, minimal 1 tahun
sekali.
3. Kalibrasi dilakukan pada kondisi dibawah ini
4. Pertama kali digunakan
5. Setelah pemeliharaan alat berkala / perbaikan / service
6. Setelah penggantian spare part yang berpengaruh langsung terhadap proses
analitik (Hasil Pemeriksaan)
7. Jika alat direlokasi ketempat lain
8. Jika performa data QC bermasalah
D. Kontrol
1. Dikerjakan bila ada permintaan pemeriksaan dengan ketentuan
2. Setiap hari (bila ada pasien) dikerjakan minimal dua level control dalam satu bulan
telah mengerjakan tiga level control.
3. Setelah kalibrasi
4. Setiap penggantian reagen baru
5. Untuk cabang yang jumlah pasien sedikit, cukup menjalankan 2 level control.
6. Sebelum mengerjakan control, keluarkan vial control dari refrigerator dan biarkan
hingga mencapai suhu ruang (18-300C) selama 15 menit.
7. Homogenkan control dengan meletakkan vial control diantara kedua telapak
tangan dan lakukan gerakan menggulung maju-mundur diantara kedua telapak
tangan sebanyak 10 kali. Balik posisi kontol lalu diulangi gerakkan yang sama.
Lakukkan prosedur penghomogenan tersebut kurang lebih 8 kali atau sekitar 2
menit.
8. Setelah control homogeny, kerjakan control dengan perlakuan yang sama seperti
sampel pasien.
9. Hapus sisa darah control pada tutup dan mulut vial dengan tisu bebas serat.
10. Tutup dengan rapat dan segera simpan kembali ke refrigerator.
11. Letakkan dengan posisi tegak lurus.
E. Pemeriksaan
Sesudah hasil kalibrasi dan control memenuhi ketentuan, bias dilanjutkan ke
pemeriksaan sampel:
1. Diamkan sampel beberapa menit disuhu kamar.
2. Homogenkan sampel dengan meletakkan pada “Roller mixing” selama ± 5-10
menit.
3. Lakukan pemeriksaan sampel /control / kalibrator sesuai IK alat.
F. Interpretasi Hasil
Untuk hasil pemeriksaan yang meragukan atau hasil abnormal, hasil tidak dapat
langsung dikeluarkan ke pasien, tetapi harus dilakukkan konfirmasi manual dan atau
dengan sediaan apus darah.
1. Jika trombosit rendah atau tinggi periksa slide apusan darah untuk menentukan
estimasi jumlah trombosit dan melihat kondisi trombosit atau dihitung manual
menggunakan bilik hitung Improved Neubauer.
2. Jika ditemukan trombosit bergrombol ulangi dengan sampel baru menggunakan
antikoagulan Na Citrat 3,2% (0,109 M) dengan perbandingan 1 : 9 (Na Citrat :
Darah) lalu dilaporkan dengan hasil akhir dikali 1.1 sebagai faktor koreksi.
3. Jika Leukosit rendah atau tinggi periksa slide apusan darah untuk menentukan
estimasi jumlah leukosit atau dihitung manual menggunakan bilik hitung Improved
Neubauer.
4. Perhatikan Flagging yang dikeluarkan alat.
Tabel 3.8 Flagging pada alat Sysmex XP 100
Tanda Arti Penyebab Tindakan
- Melebihi batas - -
bawah patient limit
Catatan :
LD = Lower Detector
UD = Upper Detector
A. Prinsip
Darah yang ditambahkan antikoagulan ditempatkan di dalam tabung, bila didiamkan
dalam suhu kamar dalam waktu tertentu, maka eritrosit akan turun ke dasar tabung
berdasarkan perbedaan berat jenis antara eritrosit dan plasma. Tinggi lapisan
plasma sampai tepat di atas perbatasan eritrosit yang paling padat dilaporkan
sebagai LED dengan satuan mm.
B. Metoda Pemeriksaan
Modifikasi westergreen
D. Cara Kerja
1. Dimasukkan NaCl fisiologis sebanyak 250 ke dalam tabung, ditambahkan
darah EDTA 1000
2. Dimasukkan pipet LED ke dalam tabung, dinyalakan timer dengan waktu 60
menit. Dibaca hasilnya setelah 60 menit
E. Interpretasi Hasil
Tinggi lapisan plasma sampai tepat di atas perbatasan eritrosit yang paling padat
dilaporkan sebagai LED dengan satuan mm/jam. Nilai LED yang tinggi menunjukkan
adanya inflamasi, keganasan, dan anemia
B. Metode
Aglutinasi
D. Cara Kerja
1. Satu tetes aquadest (10 L) diteteskan pada setiap lingkaran reagen,
ditambahkan darah 30 L pada tiap lingkaran
2. Diaduk selama 10 detik, diratakan dan dimiringkan ke 4 sisi kartu selama 10
detik.
3. Dibaca hasilnya, apakah ada aglutinasi atau tidak. Reagen berwarna biru
merupakan kontrol negatif.
E. Interpretasi Hasil
Adanya aglutinasi menunjukkan adanya antigen pada eritrosit. Warna hujau anti A,
merah anti B, kuning anti D, biru untuk kontrol.
Kontrol internal berupa lingkaran reagen kering berwarna biru; hasilnya valid, jika
menunjukkan hasil negatif. Jika invalid, maka darah diencerkan dengan PBS 1:1, jika
masih invalid maka cuci eritrosit. pencucian eritrosit dilakukan dengan cara 200 L
darah + 5 mL NaCl fisiologis, kemudian diputar 3000 rpm selama 10 menit sebanyak
3 kali pencucian.
B. Metode
Supravital
E. Interpretasi
B. Metode
Manual
E. Cara Kerja
1. Pioet 20 L darah EDTA ditambahkan 180 L reagen.
2. Dicampur hingga homogeny.
3. Dimasukkan ke dalam kamar hitung lalu disimpan dalam cawan petri lembab selama
15 menit dalam suhu 2-80C
4. Hitung Jumlah Eosinofil dalam seluruh bidang 9 kotak besar.
F. Interpretasi
Perhitungan:
Jumlah Eosinofil (103/L darah) = n x 10 x 10/9
1000
1.1.3.7 Hitung Jumlah Leukosit
Hitung jumlah leukosit manual dilakukan jika pada alat hematology analyzer jumlah
leukosit pasien kurang dari 3000/ atau lebih dari 15000/ ; Penurunan jumlah leukosit
dapat terjadi karena infeksi tertentu, terutama virus dan malaria.
A. Prinsip
Penambahan reagen/larutan acid dalam darah akan melisiskan sel darah merah dan
trombosit.
B. Metode
Manual cara tabung
C. Alat dan Bahan
1. Tabung plastik, Mikropipet, Tip kuning dan biru, Mikroskop, Bilik hitung improve
neubauer, Cover glass
2. Sampel: darah EDTA 100 L, stabilitas sampel <2 jam pada 18 -25
3. Reagen: Turk, stabilitas hingga tanggal kadaluarsa pada 2 -25 . Jika ada
kristalisasi, lakukan penyaringan atau ganti dengan reagen baru.
D. Cara Kerja
1. Dipipet reagen turk sebanya 380 L, ditambahkan 20 L darah EDTA
(pengenceran = 20x)
2. Tabung dikocok selama 2-3 menit agar sel darah merah dan trombosit sudah
lisis. Bilik hitung diisi, dan biarkan 1 menit agar leukosit mengendap.
3. Diamati pada perbesaran objektif 10x pada 4 bidang besar. Selisih tiap bidang
<10 sel, dilakukan duplo pada bilik atas dan bawah, selisih < 15 %.
E. Interpretasi
berinti, maka
B. Metode
Brecker Cronkite
D. Cara Kerja
1. Dipipet ammonium oxalat sebanyak 1980 L ke dalam tabung, ditambahkan
darah EDTA 20 L
2. Dihomogenisasi selama 5-10 menit. (Dibuat 2 pengenceran).
3. Kamar hitung dibersihkan dengan etanol, kemudian diisi dengan kedua
pengenceran.
4. Kamar hitung diinkubasi 15-30 menit dalam cawan lembab untuk mengendapkan
trombosit dan mencegah penguapan.
5. Diamati dan dihitung dalam kotak besar pada perbesaran objektif 40x, dilakukan
penghitungan pada bilik atas adan bawah, rata-rata kedua hasil selisihnya <10%