Вы находитесь на странице: 1из 22

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

KERACUNAN ALKOHOL

DOSEN PEMBIMBING : CHRISTINA YULIASTUTI,S.Kep.,Ns.,M.Kep

OLEH : KELOMPOK 6

1. IDA FATMAWATI (141.0050)


2. JASINTA FIRDA P (141.0052)
3. KHARISMA (141.0054)
4. RIZA AGUSTIN (141.0086)
5. ROSSYANA V (141.0088)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ Keracunan Alkohol
” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan


Gawat Darurat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat serta pihak yang tidak bisa kami
sebutkan satu per satu karena beliau banyak membantu dalam proses penulisan
penyusunan dan diskusi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Surabaya, 27 November 2017

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................ 3

1.4 Manfaat ...................................................................................... 3

BAB 2 LANDASAN TEORI .................................................................... 5

2.1 Pengertian Alkohol .................................................................... 4

2.2 Jenis-jenis Alkohol .................................................................... 5

2.3 Mekanisme Kerja Alkohol......................................................... 6

2.4 Konsentrasi Alkohol Dalam Darah ............................................ 7

2.5 Dampak Pemakaian Alkohol ..................................................... 8

2.6 Komplikasi Keracunan Alkohol .............................................. 10

2.7 Pemeriksaan Alkohol Dalam Tubuh .......................................10

2.8 Langkah-langkah Penatalaksanaan Keracunan Alkohol ......... 11

BAB 3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian................................................................................ 13

3.2 Pemeriksaan fisik .................................................................... 13

3.3 Pemeriksaan Diagnostik .......................................................... 14

ii
3.4 Diagnosa keperawatan ............................................................ 14

3.5 Rencana keperawatan ............................................................. 14

BAB 4 PENUTUP

4.1Kesimpulan .............................................................................. 17

4.2 Saran ........................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1Latar Belakang

Kasus keracunan merupakan masalah masyarakat modern dan kejadiannya


terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga sering disebut sebagai
epidemicmodern. Keracunan adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan
fungsi organ tubuh karena kontak dengan bahan kimia. Berdasarkan gejala klinis
yang timbul, keracunan dibedakan atas keracunan akut, keracunan subklinis dan
keracunan samar, yang secara proporsional digambarkan sebagai pyramid
dengan keracunan akut (KA) sebagai puncaknya.

Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain
alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini
disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada
minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga
dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan
adalah etanol.

WHO menyebutkan, penyalahgunaan alkohol merupakan salah satu


pembunuh utama kaum muda India. Penelitian yang dilakukan oleh pemerintah
India pada tahun 2004 didapatkan bahwa 62,5 juta orang bergantung pada
minuman keras. Pada Juli 2009, 43 orang meninggal akibat miras lokal Gujarat
India Barat. Pada Mei 2008 lebih dari 168 orang meninggal di dua bagian India
Selatan, Karnataka dan Tamil Nadu, karena kasus serupa. Di Amerika Serikat
pada tahun 2012 terjadi 1612 kasus keracunan methanol. Kejadian keracunan
alkohol oplosan ini pun telah terjadi di kalangan masyarakat Indonesia,
diantaranya terdapat kejadian luar biasa miras oplosan hingga Desember 2014 di
Sumedang Jawa Barat mencapai 127 orang. Sementara di Garut terdapat korban
meninggal mencapai 16 orang. Pada Agustus 2013 di Cicalengka, Bandung
terdapat 33 kasus keracunan miras yang 12 diantaranya meninggal. Di
Yogyakarta antara Januari 2013-2014 terdapat sedikitnya 19 korban jiwa akibat
minuman keras oplosan, di Mojokerto pada Desember 2013 terdapat 17 orang
1
meninggal. Dari hasil uji laboraturium terungkap semua miras yang diminum
mengandung methanol dengan kadar 38-84% (Suaramerdeka, 2014). Di Bali
sendiri telah terjadi kasus keracunan di beberapa kabupaten yang diantaranya
Kabupaten Buleleng dan Bangli. Di Buleleng pada awal Januari 2014 telah
terjadi kasus keracunan arak methanol sebanyak 55 orang yang 3 orang
diantaranya meninggal dunia. Di Kabupaten Bangli sendiri, menurut informasi
yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada bulan September 2012
terdapat 41 kasus keracunan dan belum lagi kasus –kasus yang belum terekspos
(Pemerintah Provinsi Bali, 2012).

Atas pertimbangan permasalahan diatas, penulis tertarik untuk mengangkat


topik permasalahan yang mengenai keracunan alkohol, agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi mahasiswa, perawat dan khusunya bagi masyarakat yang belum
mengetahui mengenai hal ini.

1. 2Rumusan Masalah

1. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis


keracunan alkohol ?

1. 3Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan asuhan keperawatan


keracunan alkohol.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan konsep dasar penyakit pada pasien dengan diagnosa


medis keracunan alkohol.

2. Menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan


diagnosa medis keracunan alkohol.

1. 4Manfaat

1.4.1 Manfaat Umum


2
Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dasar dari
keracunan alkohol.

1.4.2 Manfaat Khusus

1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan agar dapat menambah pengetahuan tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan keracunan alkohol.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktisi
kesehatan khususnya keperawatan agar dapat meningkatkan dan
mengembangkan pengetahuan dalam menyusun asuhan keperawatan
pada pasien dengan keracunan alkohol.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1Pengertian Alkohol

Alkohol adalah senyawa-senyawa dimana satu atau lebih atom hidrogen


dalam sebuah alkana digantikan oleh sebuah gugus -OH. Alkohol mempunyai
rumus umum R-OH. Strukturnya serupa dengan air, tetapi satu hidrogennya
diganti dengan satu gugus alkil. Gugus fungsi alkohol adalah gugus hidroksil, -O.
Alkohol tersusun dari unsur C, H, dan O. Struktur alkohol : R-OH primer,
sekunder dan tersier.
Alkohol adalah golongan senyawa kimia alifatik yang mempunyai 1
gugusan OH. Keracunan alkohol dapat mengakibatkan gangguan sistim saraf
pusat yang berat, gangguan abdomen dan ginjal bahkan kematian.Golongan
alkohol banyak digunakan sebagai pelarut dan yang paling sering kita jumpai
adalah methanol, etanol, dan esopropanol. Senyawa yang sering kita kenal
sebagai alkohol adalah etanol. Sedangkan glikol atau etilen glikol adalah
senyawa etan dengan 2 gugusan – OH.

Seseorang dikatakan mengalami keracunan alkohol apabila jumlah alkohol


yang dikonsumsi melebihi toleransi individu dan menimbulkan gangguan fisik
dan mental. Takaran alkohol untuk menimbulkan gejala keracunan bervariasi
begantung dari kebiasaan minum dan sensitifitas genetic perorangan. Umumnya
35 gram alkohol menyebabkan penurunan kemapuan untuk menduga jarak dan
kecepatan serta menimbulkan euphoria. Alkohol sebanyak 75-80 gram akan
menimbulkan gejala keracunan akut dan 250-500 gram alkohol dapat merupakan
takaran fatal. Sebagai gambaran dapat dikemukan di sini kadar alkohol darah
dari konsumsi 35 gram alkohol dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

A=CxPxR

A = Jumlah alkohol yang diminum

C = Kadar alkohol dalam darah (mg%)

4
P = Berat badan (kg)

R = Konstanta (0,007)

2. 2Golongan atau Jenis Alkohol

2.2.1 Berdasarkan kadarnya, minuman berakohol dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Golongan A : Kadar alkohol rendah yaitu 1-5%

Contohnya : Bir, Vibe, Vodka Mix-Max

2. Golongan B : kadar alkohol sedang yaitu 5-20%

Contohnya : Wine, Anggur, Vermouth

3. Golongan C : kadar alkohol tinggi yaitu mencapai 20-55%

Contohnya : Gin, Arak, Vodka, Brandy, Scotch, Johny Walker

2.2.2 Berdasarkan gugusan kimianya, yaitu :

1. Alkohol Primer

Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang hanya
mengikat satu atom atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut
dinamakan alkohol primer. Contoh yang paling sederhana adalah
etanol. Metanol bukan alkohol primer karena atom karbon yang
mengikat gugus –OH tidak mengikat karbon lain.

2. Alkohol Sekunder

Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang


mengikat dua atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut
dinamakan alkohol sekunder. Contoh alkohol sekunder adalah 2-
propanol.

5
3. Alkohol Tersier

Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang mengikat
tiga atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan
alkoholtersier. Contohnya : 2-metil-2-propanol.

4. Vinil Alkohol

Vinil alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksi


yang terikat pada atom karbon berikatan rangkap dua. Contoh: 2-
propenol.

5. Benzil Alkohol

Benzil alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksi


yang terikat pada gugus benzil. Gugus benzil mempunyai rumus
C6H5-CH2.

6. Alkohol Dihidrat

Alkohol dihidrat adalah senyawa yang mengandung dua gugus


hidroksi. Contoh alkohol dihidrat adalah etilen glikol.

7. Alkohol Trihidrat

Alkohol triidrat adalah senyawa yang mengandung tiga gugus


hidroksi.Contoh alkohol trihidrat adalah gliserol.

2.3 Mekanisme Kerja Alkohol

1. Absorbsi

Absorbsi alkohol bermula pada lambung dalam waktu 5 sampai 10 menit


setelah alkohol dikonsumsi, tetapi alkohol terutama diabsorpsi di
duodenum. Konsentrasi puncak dalam plasma dicapai 30 sampai 90 setelah
alkohol terakhir diminum.

6
2. Distribusi

Berlangsung cepat, alkohol tersebar secara merata keseluruh jaringan dan


cairan tubuh. Volume of distribution (Vd) alkohol kira-kira sama dengan
total cairan tubuh (0,5-0,7 L/kg). Pada sistem SSP, kadar alkohol meningkat
secara cepat sebab otak menerima aliran darah yang banyak dan alkohol
dapat menembus sawar uri dan msuk ke janin.

3. Metabolisme

Alkohol dimetabolisme oleh alkohol dehidrogenase (merupakan proses


orde nol, kecuali pada konsentrasi yang sangat tinggi dan sangat rendah)
menjadi asetaldehid, dimana dimetabolisme menjadi karbondioksida dan air
oleh aldehid dehidrogenase. Dalam proses ini juga terlibat proses katalisis
dan sistem oksidasi alkohol mikrosomal.

4. Ekskresi

Ekskresi alkohol lewat paru-paru dan urin. Hanya ± 2 – 10% yang


diekskresikan dalam bentuk utuh.

2.4 Konsentrasi Alkohol dalam darah (BAC)

BAC (%) Efek


0,02 – 0,03 Tidak kehilangan koordinasi fungsi tubuh, sedikit mengalami
euforia, dan kehilangan rasa malu. Efek depresan tidak
nampak.
0,04 – 0,06 Merasa segar, santai, kontrol diri yang rendah, tubuh
merasakan sensasi hangat, euforia. Teradi sedikit gangguan
pada ingatan dan memberikan alasan, kewaspadaan
menurun.
0,07 – 0,09 Sedikit gangguan pada keseimbangan, berbicara,
penglihatan, waktu bereaksi dan pendengaran. Euforia,
berkurangnya pengendalian diri dan pengambilan keputusan.
Kewaspadaan dan ingatan terganggu. Di beberapa negara,
jika seseorang telah berada pada tingkat ini, tidak
diperbolehkan mengoperasikan kendaraan bermotor.
0,10– Gangguan secraa signifikan koordinasi motorik, dan
0,125 kehilangan kemampuan ntuk mengambil keputusan dengan
baik. Berbicara kacau, terjadi penurunan keseimbangan,
waktu bereaksi dan pendengaran. Euforia. Jika seseorang
telah berada di tingkat ini, tidak diperbolehkan
7
mengoperasikan kendaraan bermotor.
0,13 – 0,15 Penurunan koordinasi motorik secara besar-besaran dan
pengurangan kontrol fisik. Penglihatan kabur dan banyak
kehilangan keseimbangan. Euforia berkurang dan disforia
mulai terlihat.
0,16 – 0,20 Disforia (ansietas, lemah) sangat menonjol, mual mungkin
muncul. Peminum terlihat minum dengan cara yang kacau.
0,25 Membutuhkan bantuan untuk berjalan, kebingungan mental
secara keseluruhan. Disforia dengan mual dan kadang-
kadang muntah.
0,30 Kehilangan kesadaran
≥ 0,40 Mulai terjadi koma, kemungkinan dapat terjadi kematian
yang diakibatkan gagal pernafasan.

2.5 Dampak Pemakaian Alkohol

Alkohol merupakan obat yang dapat menekan sistem syaraf pusat. Bila
diminum secara terus- menerus atau berlebihan, minuman beralkohol seperti bir,
arak, anggur akan menyebabkan kemampuan mental dan fisik terganggu.
Keracunan alkohol sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan alat-alat
pernafasan sehingga kematian dan kebutaan. (Damono,2005)

Selama ini, stigma yang berkembang di masyarakat adalah alkohol dapat


merusak tubuh. Agaknya, pandangan seperti ini perlu diluruskan. Pasalnya, pada
dosis yang rendah (tidak memabukkan), alkohol justru menguntungkan bagi
tubuh. Beberapa hasil studi melaporkan studi menyatakan bahwa konsumsi
alkohol mampu menurunkan serangan jantung, stroke, dan mencegah
kemungkinan munculnya serangan alzheimer (Muchlis dan Dito,2013).

Kendati alkohol dalam dosis yang rendah bermanfaat bagi tubuh, namun
alkohol juga bersifat racun. Ada dua jenis alkohol yang bersifat racun yaitu etil
alkohol atau etanol dan metil alkohol atau metanol. Etil alkohol terdapat dalam
minuman alkohol dan obat yang diolah (larutan alkohol), keracunan ini ditandai
dengan mabuk, perubahan emosi yang mendadak, mual, muntah, tidak sadarkan
diri bahkan meninggal akibat lumpuhnya alat pernapasan. Metil alkohol biasanya
digunakan sebagai campuran cat, bahan pengencer, penghancur, dan pemberi
panas pada makanan yang dikalengkan. Gejala yang ditimbulkan pada keracunan

8
alkohol etil hampir sama dengan keracunan etil alkohol. Hanya saja penderita
biasanya mengalami kebutaan akibat adanya pengrusakan saraf mata.

Pada umumnya, konsumsi alkohol merusak semua organ tubuh secara


berangsur-angsur akibat penggunaannya, dapat menyebabkan peradangan hati
(liver chirrhosis), menyebabkan pendarahan dalam perut (maag), penyakit jantung
(cardiomyopathy), hormon seks, dan sistem kekebalan tubuh. Pengaruhnya
terhadap otak dapat secara akut (intoksisasi, delirium) atau kronis (ataxia, pelupa,
koordinasi motorik) (Aliah B).

Saat keadaan normal, di dalam otak terdapat kontrol inhibitorik, yang akan
mencegah kita untuk tidak melakukan hal yang memalukan atau hal yang keliru.
Segala jenis obat-obatan terlarang yang bersifat supresif, termasuk alkohol, akan
menghambat jalan saraf otak dan menghilangkan hambatan tersebut. Kemampuan
untuk membuat penilaian, melindungi tubuh atau kehormatan, kualitas
kemanusiaan akan berada di bawah pengaruh obatobatan terlarang (Aliah B).

Gangguan yang terjadi akibat penggunaan alkohol waktu lama : gangguan


amnesia, lesi N, abducen (N. VI) dan terjadi sindrom korsakoff, dengan gejala
amnesia antrogarde dan amnesia antrograde dan amnesia retro grade, gangguan
dalam pengertian abstrak, gangguan pemahaman visnospastial dan gangguan
belajar. Alkohol merusak enzyme tranketolase, selanjutnya dapat terjadi demensia
konsumsi alkohol dalam tekanan besar dan jangka panjang dapat menyebabkan
gangguan mood, depresi dan kecemasan serupa serangan panik. Ketergantungan
akan alkohol harus dipertimbangkan dengan gangguan mental lainnya seperti :
gangguan kepribadian, anti sosial, gangguan skizofrenia, gangguan bipolar dan
depresi (Soetjiningsih, 2004).

2.6 Komplikasi Keracunan Alkohol


Komplikasi berat dapat terjadi akibat keracunan alkohol, termasuk:
1. Tersedak : alkohol dapat menyebabkan muntah.Karena alkohol menekan
refleks muntah perut, hal ini meningkatkan risiko tersedak saat muntah
jika seseorang sudah pingsan.

9
2. Menghentikan pernapasan : tidak sengaja menghirup muntahan ke dalam
paru-paru dapat menyebabkan gangguan berbahaya atau gangguan
pernapasan fatal (sesak napas).
3. Dehidrasi berat : muntah dapat menyebabkan dehidrasi hebat, yang
menyebabkan tekanan darah sangat rendah dan denyut jantung cepat.
4. Kejang : tingkat gula darah kemungkinan akan menurun signifikan
sehingga berpotensi menyebabkan kejang.
5. Hipotermia : suhu tubuh bisa turun menjadi begitu rendah sehingga bisa
menyebabkan serangan jantung.
6. Kerusakan otak : minum berat dapat menyebabkan kerusakan otak yang
bersifat ireversibel.
7. Kematian : salah satu masalah di atas dapat menyebabkan kematian.

2.7 Pemeriksaan alkohol dalam tubuh


1. Gamma Glutamyltranferase (GGT)
Biasanya sensitif dengan efek-efek alkohol. Nilai diatas 24 U/L pada
perempuan dan diatas 37 U/L pada laki-laki dapat mengindikasikan
penyalahgunaan alkohol.
Metode pemeriksaan untuk tes GGT adalah spektrofotometri atau fotometri,
dengan menggunakan spektrofotometer/fotometer atau alat kimia otomatis.
Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin.
2. Mean Cospular Volume (MCV)
Rasio hitung sel darah merah (SDM) hematokrit, mengindikasikan ukuran
SDM dan membantu mendiagnosa anemia, akibat dari alkoholisme. Nilai
MCV yang normal adalah 80 sampai 96 µm³.
3. Pemeriksaan Darah
Dapat mengindikasikan malabsorbsi folat,vitamin B, dan lemak (pada
sekitar satu setengah dari penyalahgunaan alkohol).
4. Test Alkohol Cepat
Penggunaan Tes-Alkohol-Cepat ini ditujukan sebagai metode cepat untuk
mendeteksi kadar alkohol dalam saliva sebagaimana jika blood alcohol
concentration (BAC) melebihi kadar 0.02%. Telah dipublikasikan/dipahami

10
sebelumnya bahwa konsentrasi alkohol dalam saliva hampir setara dengan
konsentrasi alkohol dalam darah. Tes cepat ini ditujukan sebagai semi-
kwantisasi alkohol ethyl dalam saliva manusia.
Prinsip Tes-Alkohol-Cepat ini didasarkan pada spesifisitas tinggi dari
alcohol oxidase (ALOx) bagi alkohol ethyl dalam kehadiran peroxidase dan
enzim substrasi seperti tetramethylbenzidine (TMB). Warna yang berbeda
pada pad reaktif dapat diobservasi kurang dar 20 detik setelah ujungnya
mengalami kontak dengan sampel saliva dengan konsentrasi alkohol ethyl
yang melebihi 0,02%. Harus diketahui bahwa jenis alkohol lain seperti:
methyl, propanyl dan allyl akan menghasilkan warna yang sama pada pad
reaktif. Walaupun demikian, alkohol-alkohol jenis ini biasanya tidak terdapat
pada saliva.

2.8 Langkah-langkah Penatalaksanaan


1. Tindakan Emergensi
a. Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi
b. Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernapasan tidak adekuat.
c. Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar
atau dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit
bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila
diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau
gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita
yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan
dalam 4 jam setelah keracunan.

11
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga
berat tindakankumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4. Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada
tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit sampai timbul
gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal (Suzanne C. Brenda
G.2011).

12
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.Pengkajian
1. Pengkajian di fokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan
sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa, keadaan status
jantung, dan status kesadaran
2. Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan berapa lama diketahui
setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan
sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
3. Keluhan utamanya biasanya mual terus menerus seperti hendak muntah
namun tidak dapat memuntahkan isi perutnya. Nyeri kepala di kedua sisi
kepala seperti tertindih benda berat terus menerus yang tidak dipengaruhi
perubahan posisi tubuh, nafsu makan menurun.
3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Kesadaran bisanya menurun, kelemahan, keletihan
2. Pernafasan : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (pada kasus
berat), aritmia jantung, pucat, sianosis, keringat banyak, dispnea
3. Pencernaan/eliminasi : Mual, muntah, nyeri perut, dan perdarahan saluran
pencernaan, perubahan warna urin, anoreksia, diare
4. Kardiovaskuler : Hipertensi, nadi aritmia
5. Integumen : Berkeringat, akral dingin
6. Persyarafan : Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan,
paralise, disorientasi, delirium, kejang sampai koma, sakit kepala
7. Muskuloskeletal : Kelelahan, kelemahan
8. Integrasi Ego : Gelisah, ansietas
9. Selaput lendir : Hipersaliva
10. Sensori : Mata mengecil/membesar, pupil miosis
11. Gangguan metabolisme karbohidrat: ekresi asam organik, dalam jumlah
besar, hipogligemi dan ketoasis.
12. Gangguan koagulasi: gangguan aggregasi trombosit, dan trombositopenia.

13
13. Gangguan elektrolit: hiponatremia, hipokalsemia, dan hipokalsemia

(Mansjoer Arif,2009)

3.3 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah,
cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit,
urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen,
Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif
(Mansjoer Arif,2009).
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada miokard
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna makanan
3.5 Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernafasan
Tujuan : mempertahankan keefektifan pola nafas

Intervensi Rasional

Pantau tingkat irama Efek alkohol yang mungkin dapat


pernapasan dan suara napas mengakibatkan hilangnya kepatenan
serta pola pernapasan aliran udara atau depresi
pernapasan, pengkajian yang
berulang sangat penting karena
kadar toksisitas mungkin berubah-
ubah secara drastis

Tinggikan kepala tempat tidur Menurunkan kemungkinan


aspirasi,diafragma bagian bawah
untuk meningkatkan inflasi paru

Dorong untuk batuk/nafas Memudahkan ekspansi paru dan


dalam mobilisasi sekresi untuk
mengurangi resiko
atelektasis/pneumonia

Auskultasi suara napas Pasien dapat beresiko atelektasis


dihubungkan dengan hipoventilisasi
dan pneumonia

14
Berikan 02 jika dibutuhkan Hipoksia mungkin terjadi akibat
depresi pernapasan

2. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan efek toksik pada miokard


Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat

Intervensi Rasional

Kaji adanya perubahan tanda- Data tersebut berguna dalam


tanda vital. menentukan perubahan perfusi

Kaji daerah ekstremitas Ekstremitas yang dingin,sianosis


dingin,lembab,dan sianosis menunjukan penurunan perfusi
jaringan

Berikan kenyamanan dan istirahat Kenyamanan fisik memperbaiki


kesejahteraan pasien istirahat
mengurangi komsumsi oksigen

Kolaborasi dengan dokter dalam Obat antidot (penawar) dapat


pemberian terapi antidotum mengakumulasi penumpukan
racun.

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi secara adekuat
Intervensi Rasional
Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien Mengetahui kekurangan nutrisi klien

Kaji penurunan nafsu makan klien Agar dapat dilakukan intervensi dalam
pemberian makanan pada klien

Jelaskan pentingnya makanan bagi Dengan pengetahuan yang baik tentang


proses penyembuhan nutrisi akan memotivasi untuk
meningkatkan pemenuhan nutrisi

Ukur tinggi dan berat badan klien Membantu dalam identifikasi malnutrisi
protein-kalori, khususnya bila berat

15
badan kurang dari normal

Dokumentasikan masukan oral selama Mengidentifikasi ketidakseimbangan


24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori kebutuhan nutrisi
dengan tepat (intake)

Ciptakan suasana makan yang Membuat waktu makan lebih


menyenangkan menyenangkan, yang dapat
meningkatkan nafsu makan

Berikan makanan selagi hangat Untuk meningkatkan nafsu makan

Berikan makanan dengan jumlah kecil Untuk memudahkan proses makan


dan bertahap

Menyarankan kebiasaan untuk oral Meningkatkan selera makan klien


hygine sebelum dan sesudah makan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu
membantu memilih makanan yang gizi yang membantu klien memilih
dapat memenuhi kebutuhan gizi selama makanan sesuai dengan keadaan
sakit sakitnya, usia, tinggi, berat badannya

16
BAB 4

PENUTUP

4. 1 Kesimpulan

Keracunan alkohol adalah keadaan dimana apabila seseorang meminum


alkohol dalam waktu singkat dan menimbulkan efek seperti perubahan tingkah
laku, perubahan tanda vital, dan risiko untuk gangguan kesehatan dan kematian.

Alkohol biasanya adalah etanol atau grain alkohol. Etanol dapat dibuat dari
fermentasi buah atau gandum dengan ragi. etanol adalah salah satu obat reakreasi
(obat yang digunakan untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak
digunakan di dunia. Semua alkohol bersifat toksik (beracun), tetapi etanol tidak
terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.

Alkohol merupakan obat yang dapat menekan sistem saraf pusat. Bila
diminum secara terus menerus atau belebihan, minuman beralkohol seperti bir,
arak, anggur, akan menyebabkan kemampuan mental dan fisik terganggu.
Keracunan alkohol sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan alat-alat
pernafasan sehingga menimbulkan kematian dan kebutaan.

4. 2 Saran

Untuk menghindari segala efek buruk dari alkohol, diharapkan seluruh


lapisan masyarakat bisa secara selektif untuk menggunakan alkohol.

Sebagai seorang perawat jika kita menemui pasien dengan masalah keracunan
alkohol maka harus dilakukan penanganan sesegera mungkin untuk menghindari
komplikasi lebih lanjut yang tidak diinginkan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aliah B. Purwakania Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islam, hlm. 233.


Aliah B. Purwakania Hasan, Pengantar Psikologi Kesehatan Islam, hlm. 230-231.
Damono. 2005. Toksikologi Narkoba Dan Alkohol Pengaruh Neurotoksisitasnya
Pada Saraf Pusat . Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Mansjoer Arif,2009, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 jilid 1 Media


Aesculapius,FKUI,Jakarta

Muchlis Achsan Udji Sofro dan Dito Anurogo, 5 Menit Memahami 55


Problematika Kesehatan, (Yogyakarta: D-Medika, 2013), hlm. 20.

https://www.scribd.com/document/359027354/Gadar-Keracunan-Alkohol

Вам также может понравиться