Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Tuhan sangat
menyayangi seluruh alam semesta, semua makhluk ciptaannya, semua bangsa,
semua suku, semua manusia diseluruh dunia. Tuhan pun Maha Adil, itu berarti
Tuhan selalu bersikap adil terhadap semua ciptaannya tanpa memihak, atau
mengistimewakan salah satu diantara ribuan suku bangsa yang ada didunia ini.
Tafsir Al-Qur'an yang merupakan mukjizat bagi makhluk semesta alam pun harus
berlandaskan dan berbasis pengertian adil dan Tuhan yang menyanyayangi semua
umatnya ini. Sehingga hasil tafsir Al-Qur'an seharusnya dapat membuat semua
manusia dan seluruh mahluk lainnya tersenyum bahagia, merasa senang akan tafsir
yang adil, tidak itu saja, bahkan tafsir tafsir tersebut dapat menginspirasi dan
memajukan kesejahteraan manusia itu sendiri.
Pembawaan disini berarti adat pembawaan kita sehari-hari dari lahir yaitu
pandangan-pandangan dari suku bangsa kita berasal , hal ini bisa mengenai
pakaian, kebiasaan, perilaku ,pandangan hidup, kepercayaan dan lain sebagainya.
Surah Yasin (36: 8), ” Sesungguhnya kami telah memasang belenggu dileher
mereka, lalu tangan mereka ( diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka
tertengadah.
Surah Yasin (36:9), ” Dan kami adakan di hadapan mereka dinding (pula), dan kami
tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.
Surah Yasin (36:10), ” Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan
kepada mereka , mereka tidak akan beriman”.
Hasilnya sungguh beraneka ragam dan mungkin agar menjadi menarik saya
meminta anda juga menerjemahkan menurut versi anda juga.
1.Penggambaran seseorang di neraka, yang tidak mematuhi perintah Allah swt.
2.Menggambarkan seseorang yang tidak bisa diberi petunjuk.
3.Penggambaran orang terbelenggu di neraka.
4. menurut versi anda….
Hasil interpretasi berdasarkan teks diatas inilah yang disebut interpretasi tekstual.
Dalam sehari hari , kita paling sering menjumpai ulama tekstual seperti ini. Jadi
hanya mengira2 saja berdasarkan teks2 yang ada .Sedangkan ulama
kontekstual berdasarkan pertimbangan sejarah turunnya ayat tersebut. Jadi
Alquran ayat2nya juga berisi sejarah yang terjadi di masa Nabi .Beberapa ayat Al
Qur’an memang turun karena beberapa peristiwa yang terjadi saat itu. Kejadian2 itu
dicatat dalam kitab tersendiri yaitu Kitab Asbabun Nuzul, atau kitab yang mencatat
sebab2 turunnya suatu ayat (buku ini banyak di jual di toko2 buku). Ibnu Taimiyyah (
Lahir di Bagdad 22 januari 1263, more info ketik google:biografi Ibnu Tamiyah)
mengemukakan , bahwa mengetahui asbabun nuzul suatu ayat al-Quran dapat
membantu kita memahami pesan-pesan yang dikandung ayat tersebut. Lebih lanjut
Syaikhul Islam itu menambahkan , pengetahuan ikhwal Asbabun Nuzul suatu ayat
memberikan dasar yang kokoh dalam menyelami kandungan ayat tersebut( 1:V ).
Kemudian para mahasiswa itu saya tunjukkan kejadian yang menjadi penyebab
turunnya ayat tersebut (asbabun nuzul). Pembaca dipersilahkan untuk menilainya
dibawah ini.
1. Dalam suatu riwayat dikemukakan , ketika Rasulullah saw, membaca surah 32 as-
Sajdah dengan nyaring, orang2 Quraishy merasa terganggu. Mereka bersiap2 untuk
menyiksa Rasulullah saw, tapi tiba2 tangan mereka terbelenggu di pundak2nya dan
mereka menjadi buta sama sekali. Mereka mengharapkan pertolongan Nabi saw
dan berkata : ” kami sangat mengharapkan bantuan tuan atas nama Allah dan atas
nama keluarga .” Kemudian Rasulullah saw berdoa dan merekapun sembuh. Namun
tak seorangpun dari mereka yang beriman . Berkenaan dengan peristiwa tersebut ,
turunlah ayat2 tersebut. ( QS 36 Yasin 1-10) Diriwayatkan oleh abiu Nu’aim di dalam
kitab ad-dala-il, yang bersumber dari Ibnu ’Abbas. (1)
2. Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Abu Jahl berkata ; ” Sekiranya aku
bertemu dengan Muhammad , pasti aku akan berbuat (mencelakainya).” Ketika Nabi
Muhammad berada disekitar Abu Jahl, orang2 menunjukkan bahwa Muhammad
berada disisinya. Akan tetapi Abu Jahl tetap bertanya2:” mana dia ? ” karena tidak
dapat melihatnya. Ayat ini (QS 36 Yasin 8-9) turun sebagai penjelasan bahwa
pandangan Abu Jahl saat itu ditutup oleh Allah sehingga tidak dapat melihat
Muhammad. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari ’Ikrimah. (1)
Ada empat perbedaan mengapa dulu , pada jaman sahabat dan Kekhalifahan di
Persia , ulama dulu, jilbab tidak diwajibkan tetapi ulama sekarang berpendapat jilbab
wajib. Hal ini karena khalifah dan ulama dulu menafsirkan ayat berdasarkan konteks
turunnya ayat Al Ahzab 59 dan An Nur 31. Sedang ulama sekarang adalah ulama
tekstual , karena pada ayat tersebut menyebut kata jilbab , kerudung .
A. Perbedaan pertama .
Jauh hari , ribuan tahun sebelum turunnya Islam pada Tahun 600 M ( abad ke 6 M)
di Arab Saudi, Jilbab telah dipakai meluas di kawasan Timur Tengah. Kerajaan
Assyria ( lihat profile kerajaannya : google : Kerajaan Assyria ) pada tahun 1075 SM
membuat undang – undang yang dikenal sebagai The Assyrian Code . Tertulis
dalam Hukum Assyrian (. Google ketik: Assyrian code Fordham univ. Lihat I.40) :
Pelacur tidak boleh berjilbab. Driver dan Miles dalam bukunya “the Assyrian Law”
lebih lengkap menulis : wanita bangsawan , wanita merdeka harus berjilbab dan
budak tidak boleh berjilbab (7:44-46). Pencitraan jilbab sebagai pakaian wanita
terhormat ( wanita bangsawan dan wanita merdeka harus memakainya) dan pakaian
wanita suci ( pelacur dan budak tidak boleh memakainya) di mulai dari sini.
Karena di undangkan, yang melanggar akan dikenai sangsi, otomatis pakaian ini
akan dikenakan turun temurun dari ibu ke anak . dari anak ke cucu , dari cucu ke
cicit seterusnya sampai ke anak cucunya yang menyebar ke Jazirah Arab sampai
hampir 1500 tahun kemudian pada saat hidup Nabi dan para sahabat. Demikianlah
akhirnya pakaian jilbab menjadi simbol pakaian yang dianggap suci , terhormat
,bergengsi, bermartabat itu , menjadi pakaian adat mereka. Kemudian akhir-akhir
ini jilbab diangkat sebagai tuntunan Islam atau yang dikenal sebagai Islami.Sebuah
kesalah pahaman yang harus diluruskan , karena jilbab produk masyarakat Arab
bukan produk agama Islam.
Allah maha adil dan bijaksana tentu hasil dari aturannya yang berupa ayat Alquran
akan ditafsirkan umat manusia akan memberi dampak kerukunan , kedamaian dan
hidup harmonis . Bila terjadi penafsiran diantara umat apalagi para ulama besar
yang dianggap paling pandai menafsirkan sebuah ayat , tetapi hasilnya malah
menimbulkan pertengkaran , tentu terjadi sesuatu yang kesalahan tafsir.
Pertengkaran dua ulama hebat karena kedalaman keilmuannya antara Syaikh
Hammud At-Tuwaijiri dan Syaikh Al Albani ( anda dapat mencarinya sendiri di
google ) dibawah ini dapat menjadi pelajaran untuk kita , bahwa masing-masing
suku/bangsa mempunyai auratnya sendiri-sendiri .Karena kedua beliau-beliau ini
saling menyalahkan pihak lain dari kacamata budaya nya masing-masing.
Kejadiannya hampir serupa tapi tidak sama di Indonesia sekarang , karena sejak
ribuan tahun yang lalu rambut dimasyarakat kita bukan termasuk aurat ( sesuatu
yang tidak layak diperlihatkan ke masyarakat umum) seperti halnya ( ma’af)
payudara , bokong , pusar dan lain sebagainya. Umat Islam di Indonesia , hanya
ikut-ikutan dengan pendapat para ulama kita yang terpengaruh –para guru mereka
di Arab Saudi / Timur Tengah , yang menganggap bahwa rambut termasuk anggota
badan yang tidak layak diperlihatkan ( rambut termasuk aurat ). Buktinya adalah
sehari-hari kita tidak risih melihat para wanita di televisi atau dalam kehidupan
sehari-hari yang terlihat rambutnya. Ini tentu berbeda sekali bila kita melihat wanita
yang terlihat payudara atau pusarnya sebagai misal. Kita akan merasa risih , malu
dan bermacam-macam perasaan lainnya.
Perdebatan ini diambil dari buku “ Mendudukan polemik berjilbab” karangan Syaikh
Nashiruddin Al Albani ( gbr : 1 ). Banyak dari kita umat Islam yang merasa bahwa
model jilbab kita yang tampak wajahnya ( gbr : 3 ) adalah model jilbab yang paling
benar. Hal ini sangat keliru , karena ada ulama hebat lain dari Arab Saudi , yang
mengkritik model jilbab in karena dianggap belum menutup aurat semuanya...Nah..
Syaikh Hammud At-Tuwaijiri, dari adat seluruh tubuh adalah aurat ( gbr : 2 )
menyerang pendapat Syaikh Al Albani ( gbr:3 ) seperti model jilbab kita, dengan
kata-kata : “Barang siapa yang membolehkan wanita membuka wajahnya,
sebagaimana pendapat Albani, maka ia telah membuka lebar-lebar pintu tabarruj
(bersolek berlebihan) dan mendorong kaum perempuan untuk melakukan perbuatan
tercela sebagaimana yang dilakukan oleh kaum perempuan tanpa penutup wajah
sekarang ini.” ( 6: 18 ) Bahkan ia mengatakan Syaikh Al Albani telah
menyelewengkan ayat-ayat Allah dan menyimpangkannya (6: 71).. Tentu saja
Syaikh Al Albani membalas menuduh Syaikh At Tuwaijiri-lah yang mempunyai sikap
yang ekstrim dan fanatik (6: 45). Sambil mengutip sebuah hadist: “Barang siapa
yang memanggil seseorang dengan kekafiran atau mengatakan, Hai musuh Allah!
Padahal ia tidak demikian, maka hal itu akan kembali kepadanya.”(6:71) Tetapi bila
kedua beliau ini mengikuti jejak para sahabat ( yang tentu dengan sepertujuan Nabi)
mengacu ke penggalan An Nur 24 : 31 :
Gambar kiri : Penemuan lukisan dinding yang terkubur saat kekhalifahan Th 800an
,kira-kira 100 an tahun lebih, sejak dari meninggalnya sang Nabi. Tampak pada
lukisan 2 gadis sedang menari, bukti Sahabat & khalifah tidak mewajibkan jilbab (1).
Saat ini ulama besar pemberi fatwa Abu Yusuf ,tidak mewajibkan jilbab. ( Google
ketik : Abu Yusuf ulama Khalifah Harun Al Rashid ).Gambar kanan : Lukisan
ditemukan didaerah merah (selatan Damaskus), daerah kekuasaan Umar bin
Khatab & Ali bin Abu thalib. Lukisan ini di era dinasti Abbasiyah(2).
SETIAP SUKU BANGSA DIDUNIA BOLEH BERAGAMA ISLAM DENGAN PAKAIAN
ADATNYA MASING –MASING
Setiap suku bangsa Auratnya berbeda-beda. “ Sesungguhnya kamu benar-benar
dalam keadaan berbeda pendapat “ : (Adz-Dzaariyat 51:8)
Wanita Asmat Wanita Jawa Wanita Belanda Wanita Jepang Wanita Arab
Sumber gambar : Google Images : ketik semua judul diatas.
Sebelum membahas pakaian Jilbab lebih jauh ada baiknya kita memahami dulu
konsep tentang Aurat. Aurat adalah suatu anggota badan yang tidak layak
diperilhatkan kepada orang lain ( ind : tabu , Jawa : saru). Hal ini disebabkan karena
selama ratusan tahun atau ribuan tahun yang lalu anggota badan itu tertutup.
Masyarakat jawa memandang payudara, pantat , paha atas , pusar adalah aurat ,
memang di masyarakat ini anggota badan itu selalu tertutup. Tentu saja bila
diperlihatkan yang melihat merasa risih ,malu dan orang yang terlihat pun akan malu
sekali dan ini dianggap melanggar aturan kesopanan yang berat. Kebalikannya
saudara-saudara kita , masyarakat Asmat di Papua tidak malu bila terlihat, karena
semua anggota badan ini biasa terlihat. Demikian pula di masyarakat Arab /Timur
Tengah , rambut karena biasa tertutup selama ribuan tahun , dianggap aurat dan
bila terlihat akan dianggap sebagai melanggar kesopanan. Bagi masyarakat kita
yang biasa melihat rambut wanita di TV dalam kehidupan sehari-hari , merasa aneh
bila rambut dianggap aurat , disamakan dengan payudara dan anggota tubuh
lainnya yang biasa tertutup.Firman Tuhan ini seharusnya sudah cukup jelas
mengenai sahnya perbedaan-perbedaan kita bangsa-bangsa di dunia ini :
“Katakanlah (Muhammad), " Setiap orang berbuat sesuai
dengan pembawaannya masing-masing . Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa
yang lebih benar jalannya.” (Al-Isra 17:84)
Pembawaan disini berarti adat pembawaan kita sehari-hari dari lahir yaitu
pandangan-pandangan dari suku bangsa kita berasal , hal ini bisa mengenai
pakaian, kebiasaan, perilaku ,pandangan hidup dan lain sebagainya.
Ada saudara kita yang muslim berpendapat bahwa yang terbaik adalah suku bangsa
Arab termasuk tradisi-tradisinya , termasuk cara berpakaiannya. Kalau memang
begitu, mengapa tidak diciptakan satu bangsa saja Bangsa Arab , sehingga dijamin
hanya satu budaya saja di dunia ini . Bukankah Allah swt Maha Kuasa seperti dalam
firmannya :
“Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu..”
(QS. 11:118)
Itu karena memang kita sengaja diciptakan beraneka ragam suku bangsa didunia,
agar saling mengenal , saling bertegur sapa, bukannya kita harus seperti salah satu
suku bangsa di dunia ini , seperti saudara-saudara kita orang Arab misalnya . Disini
penulis bukan anti orang Arab, Jepang, China, Korea, Amerika, Eropa tapi penulis
beranggapan semua suku bangsa di dunia ini setara . Penulis beranggapan , yang
membuat mulia seseorang, bukan bangsanya , sukunya , warna kulitnya ,
pakaiannya berjilbab atau tidak tapi perilakunya baik atau tidak. Seperti dalam
firmannya :
“ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. ...” (Al
Hujurat 13)
Taqwa : Berperilaku baik karena merasa takut akan (hukuman) Allah.
B. Perbedaan kedua.
An Nur 31:
“Katakanlah kepada pria-pria mukmin : Hendaklah mereka menahan sebagian
pandangan mereka dan memelihara kemaluan mereka, yang demikian itu adalah
lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka
perbuat. Katakanlah kepada wanita-wanita mukminah: Hendaklah mereka menahan
pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka dan janganlah mereka
menampakkan hiasan (anggota badan) mereka, kecuali yang (biasa) nampak
dari mereka danhendaklah mereka menutupkan kerudung mereka ke dada
mereka dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka atau ayah suami mereka atau putra-putra mereka
atau putra-putra suami mereka atau saudara laki-laki mereka atau putra-putra
saudara perempuan mereka atau wanita-wanita mereka atau budak-budak yang
mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat-aurat wanita dan janganlah mereka
menghentakkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan
dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah , hai orang-orang mukmin supaya
kamu beruntung.”
Sejenak kita kembali pada tulisan awal tadi, kewajiban memakai jilbab yang di
sahkan undang-undang di Kerajaan nenek moyang bangsa mereka Kerajaan
Assyria 1400an tahun sebelumnya ( 1075 SM) , menjadi pakaian tradisi bangsa
mereka sampai anak keturunan mereka yang menyebar ke Arab Saudi . Untuk hal
ini nanti, pada pembahasan selanjutnya kita dapat mengerti dan memahaminya.
Ketika ayat An Nur 31 ini turun di Arab Saudi , para sahabat (dengan
sepengetahuan Nabi Muhammad tentu) memahami aturan berpakaian wanita
muslim adalah penggalan kalimat :
“.. janganlah mereka menampakkan anggota badan (hiasan) mereka, kecuali yang
(biasa) nampak dari mereka..”
Penulis akan menambahkan kalimat “anggota badan” agar semakin jelas :
“.. janganlah mereka menampakkan anggota badan (hiasan) mereka, kecuali
(anggota badan) yang (biasa) nampak dari mereka..”
JILBAB , ISLAMI ATAU ARABI....?
Bukti bahwa para sahabat mengacu pada penggalan An Nur 31 , pembaca dapat
menilainya sendiri dari scanning asli dari catatan yang di buat hampir 700 tahun
yang lalu, diambil dari buku Tafsir Ibnu Katsir III hal 489 (58). : penerbit Gema Insani
Press ( more info google: Ibnu Katsir wikipedia) seorang ulama besar yang menjadi
rujukan Ulama sekarang. Karyanya yang terbesar adalah Tafsir Alquran dimana
tafsir ini dipakai hampir semua negara Islam , Arab Saudi dan termasuk Alquran
yang berada di rumah anda ( terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia) .
Tentu saja pada budaya pakaian mereka , orang Arab / Timur Tengah , yang
berwujud jilbab (lihat pakaian wanita Arab diatas) menurut penggalan An Nur 31 : “
anggota badan yang biasa nampak dari mereka (wanita)” atau “yang tampak darinya
(wanita)” adalah wajah dan telapak tangan . Pada lembaran copy tafsir Ibnu Katsir
diatas , tidak heran bila Ibnu Abbas menyatakan bahwa yang boleh tampak menurut
penggalan An Nur 31 adalah wajah dan telapak tangan, karena memang Ibnu Abbas
adalah seorang pria dengan suku bangsa Arab/Timur Tengah yang para wanita
disukunya mempunyai pakaian adat seperti itu. Para sahabat lainnya seperti
Qatadah ,Miswar bin Makhzamah ( 5:71) mengartikan dengan pendapat yang sama.
Para ulama Mazhab Imam Malik bin Anas , Syafii, Hanafi, sebagai rujukan ulama
kita sekarang , adalah juga bangsa Arab /Timur Tengah dan merasa sependapat
dengan pendapat Ibnu Abbas ra. Hal ini karena mereka memang berasal dari
bangsa yang mempunyai tradisi/ budaya Jilbab , tentu saja mereka mengartikan ayat
An Nur 31 ini, berpendapat wajah . telapak tangan anggota badan yang boleh
nampak, karena pada tradisi/ budaya jilbabnya , bagian tubuh ini biasa nampak.
Sebaliknya rambut adalah anggota badan yang termasuk aurat , karena anggota
badan ini (anggota badan dikiaskan sebagai perhiasan.pen) selama ribuan tahun
pada pakaian budaya ini tidak biasa nampak. Arti Aurat pada tradisi bhs jawa : saru ,
dalam bahasa Indonesia : tabu ) . Kalimat selanjutnya pada copy tafsir Ibnu Katsir
diatas “...dan inilah pendapat yang dikenal oleh mayoritas Ulama”. Tentu saja hal ini
sangat lumrah sekali, karena ulama yang menyatakan adalah ulama orang sana,
orang Arab / Timur Tengah yang mempunyai budaya model jilbab seperti itu dan
memang mereka sudah sesuai Ajaran Alquran An Nur 31.
Sumber gambar Images google : Arab woman, one eye Veil, Hanbok,Kimono dan
pakaian wanita Belanda Pakaian tradisi Bangsa Arab/Timur Tengah dengan segala
modelnya.
Anda masih bisa mendengar dan melihat “sisa-sisa” ulama kita dulu yang sekarang
sudah sepuh Prof.DR Quraish Shihab maupun yang sudah almarhum, Prof.DR
Nurcholish Majid, Gus Dur . Perhatikan anak-anaknya yang rambutnya masih bisa
dilihat, karena menganggap rambut bukan aurat. Ketika Prof.DR.Quraish Shihab
yang ketinggian Ilmunya sudah tidak disangsikan lagi, menyatakan Jilbab tidak wajib
( ketik google : Prof.Quraish Shihab jilbab tidak wajib). Bila beliau ini di internet di
komentari mempunyai pandangan yang aneh dan nyleneh, tetapi bila anda
mengatakan rambut adalah aurat ( semacam payudara ) yang harus ditutupi
memakai jilbab ditahun 1980an kebawah, andapun akan dikatakan aneh dan
nyleneh karena andalah satu-satunya pemakai jilbab.
Bila dalam keadaan sehari-hari banyak sekali aliran keagamaan yang berbeda-beda
jilbabnya , mungkin berikut ini dapat digunakan sebagai penjelasannya. Ulama
Besar Ibnu Katsir ( ketik google : Ibnu Katsir) mempunyai pemahaman , Alquran
harus di tafsirkan dengan Alquran itu sendiri. Bila tidak ada tuntunannya, ke Hadits
Nabi Muhammad, bila tidak ada, ke pendapat para sahabat, bila tidak ada ke tabi’in (
generasi setelah sahabat) , bila tidak ada ke ulama berikutnya. Ulama sekarang di
Timur Tengah , karena mencari rincian model jilbab tidak ada di Alquran dan Hadits ,
mereka menyandarkan pada pendapat sahabat . Padahal para sahabat itu
menyandarkan pada ayat Alquran, kata-kata yang berasal dari Tuhan yaitu
penggalan An Nur 31 diatas ” ..anggota badan ( hiasan) yang biasa tampak..”.
Sangat masuk akal bila para sahabat berbeda-beda pendapatnya karena memang
sesuai dengan model jilbab di sukunya. Para sahabat Rasulullah, Ibnu Mas’ud ra.
Ibrahim an-Nakha’I, Hasan al-Bashri ra. (31:37) memahami makna ”hiasan yang
biasa nampak” itu adalah pakaian (gambar 1). Mudah ditebak karena ia memang
berasal dari budaya jilbab yang menutupi seluruh tubuh. Sahabat Rasulullah
lainnya, Abidah as-Salamani (5:63-64), mengartikan penggalan ayat tersebut
sebagai seluruh tubuh aurat kecuali mata kiri saja yang boleh terlihat (gambar 2).
karena sebelah mata yang biasa tampak. Gambar 3, kedua mata tampak
kelihatannya penggabungan dari pendapat ini dengan pendapat As-Suddi (5:64),
yaitu “..yang boleh tampak satu mata yang mana saja..”. Pada pakaian tradisi ini
rambut adalah aurat, sesuatu yang tidak layak, tabu untuk diperlihatkan ,
karena terbiasa tertutup sejak pakaian ini di ciptakan ribuan tahun yang lalu
dimasyarakatnya. Itulah sebabnya anda dapat melihat banyaknya model jilbab
seperti diatas yang di klaim pemakainya sesuai tuntunan Alquran dan Hadits,
padahal..TIDAK ADA SATUPUN RINCIAN MODEL JILBAB SEPERTI ITU DI
ALQURAN DAN HADITS. Karena memang mereka mengcopy paste pendapat para
sahabat sesuai tuntunan Ibnu Katsir. Tetapi memang boleh-boleh saja , tidak ada
yang salah memakai pakaian budaya bangsa apapun , seperti pakaian bangsa Arab,
Belanda, Korea, Jepang dll , tapi jangan lupa mengembangkan palkaian tradisi kita
sendiri
Gambar 4,5,6 : pakaian tradisional Bangsa Korea, Jepang dan Belanda. Pada
kehidupan sehari-hari pakaian-pakaian tersebut, dianggap sebagai pakaian ideal
dan sesuai dengan adat kesopanan suku bangsanya masing-masing. Pada pakaian
tradisi ini rambut biasa tampak sejak ribuan tahun sejak pakaian ini di ciptakan oleh
masyarakatnya, sehingga rambut tidak termasuk aurat . Tetapi payudara, paha
atas, ketiak, pantat dan anggota badan yang biasa tertutup termasuk aurat.
Memang kita sebagai umat manusia mempunyai pandangan atau pendapat yang
berbeda-beda tentang mana anggota badan yang sebaiknya tampak dan mana yang
sebaiknya tertutup, karena aurat adalah anggota badan yang biasa tertutup pada
pakaian yang menjadi tradisi suatu suku bangsa yang bermacam ragam itu.
PARA SAHABAT, KHALIFAH DAN ULAMA DULU MENGACU KE AN NUR
31 : JILBAB TIDAK WAJIB.ULAMA SEKARANG MENGACU KE AL AHZAB 59 :
JILBAB WAJIB
Sumber gambar : Persia ( Iran ) tahun1600an Persia (Iran ) 1501 (Ensiklopedi Islam
Untuk Pelajar, 2)
Sumber Google Images: Iran 1978 , Iranian revolution
Para sahabat Abu Bakar , Umar , Usman . Ali dan para Khalifah penggantinya yang
berasal dari Negara Arab Saudi sekarang , tidak mewajibkan jilbab ketika
menaklukkan Bangsa Persia ( lihat gambar peta diatas).Beliau-beliau itu mungkin
saja berbudaya jilbab , tapi yang jelas beliau-beliau itu tidak mewajibkan jilbab bagi
bangsa Bangsa Persia taklukkannya , yang mempunyai budaya rambut terlihat
(seperti adat budaya di bangsa kita yang biasa memperlihatkan rambut, mis :
pakaian kebaya, bajubodo, baju kurung dll). Tapi kelak 1400 tahun kemudian
tepatnya 1979 , ketika para ulama menduduki puncak pemerintahan , jilbab
diwajibkan dengan undang-undang negara keseluruh negara Persia ( Iran/Irak
sekarang).
“Tafsir kata/kalimat pada Alquran dan Hadis dapat diartikan oleh 1000 orang
dengan 1000 tafsir berbeda karena tergantung opini masing-masing orang ,
tapi Fakta ( kenyataan yang di gambarkan diatas) adalah SATU , dulu jilbab
tidak wajib.....”
“Mereka, orang-orang Arab itu sedang meninggalkan jilbab , tapi kita justru
beramai-ramai sedang menuju ke sana”.
Mereka ini adalah para putri raja yang secara logika sederhana saja bila mereka tak
berjilbab akan menanggung konsekuensi yang sangat berat. Suami , Ayah dan ibu
adalah Raja dan Permaisuri atau minimal mereka keluarga kerajaan dan para ulama
dan masyarakatnya yang sangat paham Alquran dibanding kita ( karena Kitab itu
diturunkan disana memakai bahasa mereka ) akan sangat marah karena melanggar
Alquran. Marilah sekarang kita mawas diri, jangan-jangan selama 30 tahun
terakhir ini kita salah menafsirkan Alquran? Dan benar apa yang dikatakan para
ulama kita dulu seperti Prof. DR. Quraish Shihab , Gus Dur, Prof. DR. Nurcholis
Majid , yang menyatakan jilbab tidak wajib? Gambar 5 : para wanita Iran sekarang
beramai-ramai menanggalkan jilbabnya ( google Images : Iran woman 2013). Anda
dapat membuktikannya lagi, ketik google Images : Arab Woman , betapa para
wanita Arab telah mulai meninggalkan budaya jilbabnya. Karena mereka paham dan
mengerti bahwa di Alquran memang tidak ada satupun ayat yang menyatakan
larangan memperlihatkan rambut, yang lebih dikenal istilah rambut adalah aurat,
sesuatu yang tidak layak dipertontonkan kepada masyarakat umum ,seperti halnya
(ma’af) payudara. Karena selama ini para poltisi dan para ulamalah yang
mewajibkannya berdasar undang-undang keseluruh pelosok negara.
Demikianlah, BILA KESALAH PAHAMAN INI TIDAK DI AKHIRI, kita akan bertukar
budaya dengan mereka 10 tahun lagi. ULAMA KITA DULU-PUN SEBELUM 1980-
AN,TIDAK PERNAH MEWAJIBKAN JILBAB Dinamika NU dan Muhammadiyah
cerminan pendapat para Ulama kita dulu dan Ulama kita sekarang.
Sumber gambar :NU 1964 : dari buku Hadrassyaikh Hasyim Asy’ari, moderasi,
Keumatan, dan Kebangsaan (11)
Sumber gambar : dari Perpustakaan Kantor Pusat Muhammadiyah jl.Cik Di Tiro
Yogyakarta. Sumber gambar : keduanya 2011 dari koleksi pribadi.
Keterangan dari kiri –kekanan : Cut Nyak Dien 1848-1908 Cut Meutia : 1870-1910
Pakaian Adat Aceh nan Indah . Aceh , setelah undang2 wajib jilbab 2001
Sumber gambar Google Images : Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Pakaian Adat Aceh
Sumber gambar Google Images : Aceh
Forum pengkajian Islam IAIN Syarif Hidayatullah pada Maret 1988 : dalam seminar
tentang jilbab : tidak menunjukkan batas aurat yang wajib ditutup menurut
hukum Islam, dan menyerahkan kepada masing-masing menurut situasi,
kondisi dan kebutuhan (5,166).
Anda masih bisa mendengar dan melihat “sisa-sisa” ulama kita dulu yang sekarang
sudah sepuh Prof.DR Quraish Shihab maupun yang sudah almarhum, Prof.DR
Nurcholish Majid, Gus Dur . Perhatikan anak-anaknya yang rambutnya masih bisa
dilihat, karena menganggap rambut bukan aurat. Ketika Prof.DR.Quraish Shihab
yang ketinggian Ilmunya sudah tidak disangsikan lagi, menyatakan Jilbab tidak wajib
( ketik google : Prof.Quraish Shihab jilbab tidak wajib). Bila beliau ini di internet di
komentari mempunyai pandangan yang aneh dan nyleneh, tetapi bila anda
mengatakan rambut adalah aurat ( semacam payudara ) yang harus ditutupi
memakai jilbab ditahun 1980an kebawah, andapun akan dikatakan aneh dan
nyleneh karena andalah satu-satunya pemakai jilbab.
Aceh 1956 Aceh 2013
Foto diatas adalah , foto orang tua penulis di Aceh tahun 1956 , ketika para ulama
kita tidak menganggap jilbab hal yang wajib. Jilbab di wajibkan di Aceh tahun 2001.
Anda bisa mengeceknya di foto2 orang tua , kakek/nenek anda (google ketik : foto
smp sma jadul) tentu tahun 1980 kebawah. Tidak itu saja , film-film lama kita
Youtube ketik : Losmen ,Pondokan ,Cintaku di Kampus biru, film-film warkop yang
lama, film-film Rhoma Irama semuanya saja, tak seorangpun yang memakai Jilbab.
Karena saat itu para ulama mendakwahkan kejujuran (sholeh disebutkan 131 ayat) ,
kebaikan hati , berbuat baik (amal :perbuatan , sholeh : baik ,disebutkan 91 ayat )
terhadap orang lain yang muslim maupun non muslim, pentingnya ilmu pengetahuan
, adil terhadap orang lain dsb. Semua ini bersifat moral, yang bersifat isi hati, bukan
tampak luar. Karena tampak luar , pakaian misalnya sifatnya berbeda setiap suku di
dunia ini.Yang paling penting adalah kita sopan sesuai adat kita masing-masing.
Dan untuk ukuran ini , masing-masing kita sudah tahu , mana yang sopan mana
yang tidak sopan.
Alquran sebagai Rahmatan lil Alamin ditujukan untuk semua bangsa di Dunia . Bagi
bangsa Indonesia dari budaya pakaian kebaya , rambut adalah anggota badan yang
biasa nampak , oleh sebab itu menurut ayat tersebut, rambut boleh nampak dan
tidak termasuk aurat. Pendapat ini seperti pendapat kebanyakan ulama dulu
sebelum tahun 1980an, yang juga menganggap rambut bukan aurat Oleh karena itu
bolehkah ulama Indonesia sekarang mengatakan :.
Para seniwati yang diperbolehkan berekspresi , pada saat ke-Khalifahan Islam Turki
dimana saat itu pemerintahannya tidak mewajibkan jilbab . membolehkan para
wanitanya berkesenian (gambar 1 ) Gambar 2,3,4 dan 5: Lenyapnya Kebudayaan
Indonesia dan digantikan dengan budaya asing yaitu Arab/Timur Tengah, turut
menghancurkan ekonomi kebudayaan yang menyertainya. Sektor pariwisata akan
mati, tidak ada lagi turis mancanegara yang datang lantaran tidak ada lagi hal unik
dan khas yang dapat dilihat dari masyarakat kita. Semua orang berjilbab , dapatkah
anda membayangkan tarian wayang Rama Shinta , pemeran Shinta memakai jilbab?
Rusaklah semua tradisi kita. Tidak itu saja , jutaan masyarakat akan kehilangan
lapangan kerja informalnya seperti para penari, pemain musik termasuk gamelan,
,pembuat kain , penjahit pakaian, para wanita pekerja salon pemotong rambut ,
penata rambut yang berhubungan dengan tradisi dan masih banyak lagi. Penduduk
miskin yang tidak mempunyai uang untuk sekolah formal semakin miskin lantaran
lenyapnya ekonomi tradisi diatas, dan kesempatan bekerja secara halal dan
terhormat menjadi hilang. Yang tersisa bagi mereka adalah pekerjaan2 sebagai
pembantu rumah tangga , pekerja kasar ,buruh bangunan , penjual makanan kaki
lima dsb . Ini sama saja , kita sedang bunuh diri dengan cara bunuh diri dengan
tangan KITA sendiri. Seharusnya sebagai Bangsa Indonesia, bangsa non Arab ,
yang mempunyai akar budaya sendiri dan beragama Islam , kita harus mengartikan
Alquran sesuai budaya kita sendiri .
Dapatkah Pondok pesantren kita di Indonesia selain mengajarkan tradisi Arab yang
berupa Hadroh seperti yang terjadi sekarang, tapi juga mengajarkan juga seni tradisi
lokal (daerah) setempat ? Hal ini seperti Ulama-ulama besar awal kita , Walisongo
dulu , yang juga menciptakan / menggubah gamelan dan Tarian wayang Jawa .
Sebagai Misal pondok pesantren Jawa Tengah dan Yogyakarta juga mengajarkan
Gamelan dan tari Wayang , Srimpi, Bondan dsb untuk para santri wanitanya .
Pondok pesantren di Padang selain hadroh diajarkan musik khas Padang yang
terkenal itu dan tari piring bagi para santri watinya. Pondok pesantren
Makasar,Ambon,Kalimantan selain memainkan hadroh seperti sekarang, juga
memainkan musik dengan ciri khas daerahnya masing-masing. Untuk pembentukan
karakter kepahlawanan dan kesehatan jasmani para santriwan dan santriwati
diajarkan pencak silat sesuai daerahnya masing-masing dan filosofinya.
Umpamanya pondok pesantren Sumatera Barat mengajarkan Silat Sumatera Barat,
Pondok pesantren di Jakarta mengajarkan Silat Betawi , demikian pula pondok
Pesantren Jawa Barat , Aceh , dsb.
Salah satu jenis seni sastra yang berfungsi mengajarkan sukunya , untuk
membentuk kepribadian manusia secara individu maupun masyarakat secara luas
adalah peribahasa atau pepatah. Cobalah simak beberapa peribahasa atau pepatah
yang dihasilkan nenek moyang kita yang arif dan bijaksana , ratusan atau mungkin
ribuan tahun yang lalu di tanah Jawa, di
bawahini.
Ajining diri ono ing lathi : Kehormatan dirimu terletak pada lidahmu atau
ucapanmu.
Ojo adigang, adigung, adiguno : Janganlah merasa paling kuat, merasa paling
mulia, merasa paling penting.
Becik ketitik ala ketara : Berbuat baik maupun buruk akhirnya akan terlihat juga
Suro diro joyo ningrat lebur dening pangastuti : Semua angkara murka atau
tindak kejahatan akan kalah oleh Keluhuran Budi
Pepatah Melayu:
Akibat nila setitik rusak susu sebelanga : Nama baik yang di bangun bertahun2
rusak akibat perbuatan tercela.
Dikandang kambing kita mengembik, dikandang sapi kita melenguh. Yang
berarti bahwa kita harus pandai menyesuaikan diri, agar dapat selaras dengan
lingkungan dimanapun kita berada.
Pepatah bugis/Makasar:
"Ininnawa mitu denre sisappa, sipudoko, sirampe teppaja" : Hanya budi baik
yang akan saling mencari, saling menjaga, dalam kenangan tanpa akhir.
”Reso temmangingi namalomo naletei pammase dewata” : kerja keras dengan
penuh keikhlasan dan tak lupa berdoa agar tujuan kita dapat tercapai
Pepatah Padang.
Anak ikan dimakan ikan, gadang ditabek anak tenggiri. Ameh bukan perakpun
bukan, budi saketek rang haragoi : Hubungan yang erat sesama manusia bukan
karena emas dan perak, tetapi lebih diikat budi yang baik. Anjalai tumbuah
dimunggu, sugi sugi dirumpun padi.
Supayo pandai rajin baguru, supayo tinggi naikan budi : Pengetahuan hanya
didapat dengan berguru, kemuliaan hanya didapat dengan budi yang tinggi ( Untuk
bangsa2 lain di dunia anda dapat mencari di Google : mis. Ketik peribahasa
Korea,Jepang, China, Belanda, Inggris, Iran, Afganishtan,Rusia, Nigeria , Swedia,
Ethiopia dll semuanya mengajarkan kebaikan untuk suku bangsanya).
“Persamaan Alquran dan Kehidupan adalah berisi Firman – Firman NYA , yang
mewajibkan kita agar beriman dan berbuat kebajikan terhadap sesama........”.
C. Perbedaan Ketiga.
Perbedaan ini pada penggalan ayat An Nur 31 : Ulama sekarang mengacu pada
penggalan An-nur 31
Para ulama tekstual , yaitu ulama yang menafsirkan sebuah ayat hanya karena
melihat ayat tersebut menyebut teks kerudung, sehingga menafsirkan ayat tersebut
sebagai ayat yang mewajibkan kerudung atau jilbab ( Google ketik An Nur 31 jilbab
wajib). Tapi lain halnya dengan ulama kontekstual yaitu menafsirkan ayat tersebut
berdasarakan konteks ( sejarah , kondisi /keadaan masyarakat Arab saat itu).Imam
Qurtubi (w 1273 M , 700 tahun yang lalu ) ( more info ketik Google: Biografi Imam
Al-Qurthubi) ahli Hadist, Tafsir dan Fiqih yang sangat dihormati, menyebutkan
bahwa sebab turunnya penggalan ayat ini adalah karena wanita- wanita pada
Zaman Nabi Muhammad SAW menutup kepala mereka dengan kerudung- kerudung
dan mengulurkannya ke arah punggung mereka, sehingga bagian atas dada dan
leher dibiarkan tanpa sesuatu pun yang menutup keduanya. Maka ayat di atas
memerintahkan wanita-wanita mukminah agar mengulurkan kerudung mereka ke
arah depan sehingga menutup dada mereka. Karena itu ayat di atas bertujuan
(memerintahkan) menutup dada karena keterbukaannya, dan bukan bermaksud
memerintahkan ( mewajibkan ) pakaian (kerudung) dengan model tertentu (5:142).
Menurut hemat penulis , terlihat nya payudara melanggar adat mereka karena
menampakkan anggota badan yang tidak biasa tampak di masyarakat berpakaian
serba tertutup ini dan melanggar aturan penggalan ayat sebelumnya : “...janganlah
mereka menampakkan perhiasannya (anggota badannya) kecuali (anggota
badannya) yang (biasa) nampak dari mereka..” ( An Nur 24 : 31 )
Wanita Yaman sebelum wajib jilbab. Selanjutnya wajib jilbab seluruh tubuh di
Yaman. ,Gambar paling kanan : wanita Yaman pemrotes pemakaian jilbab
Gambar di atas diambil dari buku Fadwa El Guindi (7), seorang wanita Arab –Mesir
yang lahir 1941 dengan jabatan professor anthropology dengan PhD anthropology
dari The University of Texas at Austin (1972, meneliti tentang Jilbab di Yaman tahun
70-an ketika para ulama belum mewajibkan jilbab menjadi undang-undang negara.
Ia menduga busana yang terlihat sebagian buah dada seperti inilah yang yang
dimaksudkan Al Hafizh Ibnu Hajar (w. 852 H) (6:34). dan sejarawan
Qurtubi (w.1273) (5:142) sehingga turun ayat An-nur 31, “…….hendaklah mereka
menutupkan kerudung mereka ke dada mereka…..”. Karena itu ayat di atas
bertujuan (memerintahkan) menutup dada karena keterbukaannya, dan bukan
bermaksud memerintahkan ( mewajibkan ) pakaian (kerudung) dengan model
tertentu (5:142) . Demikian pendapat Muhammad Said al-Asymawi ( more info ketik
google) , pakar hukum dan mantan Hakim Agung asal Mesir .
Bandingkan penggalan An Nur 31 diatas , dengan kata-kata wajib jilbab pada kitab
suci saudara-saudara kita yang beragama Kristen di Injil Perjanjian Baru :
“5.Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang
tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang
dicukur rambutnya. 6. Sebab jika perempuan tidak mau menudungi (mengkerudungi)
kepalanya, maka haruslah ia juga menggunting rambutnya….” Korintius 11:5-6.
Tampak jelas, pada Injil perjanjian baru, kepala memang diharuskan bertudung,
berkerudung ( berjilbab). Sedang di An Nur 31 , susunan kata-katanya , para wanita
yang bertradisi kerudung itu diharuskan menutup dadanya, bukannya diharuskan
menutupi kepalanya dengan kerudung.
D. Perbedaan Ke-empat.
Sumber : diambil dari buku Tafsir Ibnu Katsir III Surah An Nur hal 489 (58). Tulisan
di atas copy dari lembaran ASLI Tafsir Ibnu Katsir yang ditulis 700 tahun yang lalu,
dimana Abu Daud (lahir 817 M) sendiri , sebagai perawinya malah menyatakan
hadist tersebut Mursal, yaitu hadist yang tidak bisa diterima, tidak Shahih (mohon
dibaca lagi berulang-ulang ,agar tidak salah tafsir). Sebagai catatan , karya Ibnu
Katsir yang paling terkenal adalah tafsir Al-Quran yang menjadi pedoman (rujukan)
hampir di semua negara Islam termasuk Al-Quran terbitan Arab Saudi dan Al-Quran
terbitan Departemen Agama di Indonesia (google: Ibnu Katsir wikipedia).Hadis
inipun bersifat ahad , Tunggal, hanya satu. Bayangkan dari jutaan hadis hanya satu
thok keberadaannya. Kalau memang jilbab itu wajib dan sangat penting tentu akan
bertaburan hadis2 dengan riwayat sahabat yang banyak (hadis masyhur). Dengan
begitu, karena satu-satunya perkataan (hadis) Nabi Muhammad ini dinyatakan tidak
shahih, tidak ada lagi perkataan (hadis) untuk sandaran wajibnya jilbab. Dapat
disimpulkan bahwa Nabi Muhammad yang sangat bijaksana itu tidak memihak salah
satu budaya dan tidak pernah mengatakan “jilbab wajib” , dan itu di dukung oleh
bukti-bukti , fakta gambar-gambar ataupun lukisan-lukisan peninggalan sejarah
kekhalifahan Islam . Mengapakah seolah-olah para ulama kita menyembunyikan
informasi yang sangat penting ini. Dan dimana-mana dikabarkan seolah-olah hadis
ini hadis yang Shahih?
Selengkapnya , google ketik : Blog Dokterabimanyu : Bagi wanita Indonesia
Jilbab tidak wajib benarkah? Dan punahnya budaya Indonesia ( ringkasan
Buku).
Dapatkan segera buku ini : Penulis berpendapat karena berisi hal-hal yang
kontroversi , hasil pencarian pribadi dari literatur-literatur dalam dan luar negeri
selama hampir 5 tahun ini , amatlah tidak bijaksana bila diedarkan secara meluas di
toko-toko buku. Penulis menganggap bahwa sudah bukan saatnya lagi Bangsa
Indonesia ini untuk membuang-buang waktu dan energi untuk berbantah-bantahan
tentang keyakinan. Menurut pendapat pribadi penulis , keyakinan adalah sesuatu hal
untuk diwujudkan atau dijalankan , bukan untuk diperdebatkan. Buku dicetak sangat
terbatas setebal 320 halaman , Full color harga : Rp.50.000 . Bila anda berminat ,
hubungi atau sms : dr Abimanyu 085228443333 setiap hari kerja kecuali hari libur
dari jam 09.00-15.00 untuk mengetahui ongkos pengiriman ke daerah anda.
Ditambah untuk packing dan administrasi pegawai sebesar Rp.5.000. Kirimkan ke
rek. BCA a/n Surya Habsara : 8020194988. Bila sudah mengirimkan semua biaya ,
tolong di informasikan Nama yang sesuai dengan pembayar rekening BCA diatas
dan Alamat , ke no. HP dr Abimanyu.
Sumber penulisan :
1. Esposito ,John L (ed), Sains-sains Islam (Jakarta:Inisiasi Press, 2004).
2. V.Barus ( et.al).Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar, ( Jakarta: PT Ichtiar baru Van
Hoeve ,2002).
3, Harian KOMPAS. 4 oktober 2009 (kompas) 4. Majalah Femina no. 42/XXXVI, 23-
29 Oktober 2008. 5. Shihab,M. Quraish, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, ( Jakarta:
Lentera Hati, 2004 ) 6.Al-Albani,Muhammad Nashiruddin, Mendudukkan Polemik
Berjilbab, ( Jakarta: Pustaka Azzam, 2004) 7. El Guindi,Fadwa, Jilbab antara
kesalehan,Kesopanan dan Perlawanan. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta: 2003 )
cet. Ke 2.
8. Sholeh,K.H.Q., Dahlan,H.A.A, Asbabun Nuzul, ( Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2007) cetakan ke 10.
9. Armstrong, Karen,Sejarah Muhammad, (Magelang: Pustaka Horizona, 2007) cet.
ke1.
10. Yasid, Abu, Dr,LL.M., Nalar dan Wahyu, ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007)
11. Misrawi,Zuhairi, Hadrassyaikh Hasyim Asy’ari, moderasi, Keumatan, dan
Kebangsaan, ( Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara, 2010)
12. Refleksi pemikiran Nurcholis Majid, Menembus batas tradisi , menuju masa
depan yang membebaskan, ( Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2006) .
13. Syadid, Abu Abdillah Akira , Hikmah sang Nabi, (Yogyakarta: Nuqthoh,2006).
Cetakan pertama.
14. Razwi, Sayeds Ali Asgher, Muhammad rasulullah Saw , sejarah perjuangan Nabi
Islam menurut sejarawan timur dan barat, ( Jakarta: Pustaka Zahra,1997)
15. Bucaille, Maurice , Dr, Firaun dalam bibel dan Al-Quran, (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2007).
16. http://pemikiranislam.wordpress.com/2007/08/05/studi-sejarah-hadis/
17. Hitti, Philip K , History of the Arabs , ( Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2008).
18. Kamus besar Bahasa Indonesia. ( Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2002)
19. Lings, Martin , Muhammad, ( Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta,2008)
20.Armstrong, Karen. Islam : A Short History , ( Surabaya : Ikonteralitera, cetakan
ke- - empat Agustus, 2004)
21. Sya’rawi , M,Mutawalli, Prof.DR, Anda bertanya Islam Menjawab, ( Jakarta : .
.Gema insani Press,cetakan ke tujuh 1991 )
22. Buletin berkala. Ulil Albab, edisi khusus Maulud Nabi Muhammad SAW , (
Yogyakarta: Pimpinan cabang Pemuda Muhammadyah Pakualaman Jogjakarta,
maret 2008 )
23. http://sy99.wordpress.com/2009/05/03/sejarah-penulisan-al-quran/
24.http://kampusislam.com/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=278
25.http://muslimsaja.wordpress.com/2010/09/04/jejak-sejarah-larangan-penulisan-
hadits/
26. Haq Vidyarthi Abdul, Ahad Dawud ‘ Abdul, “Ramalan tentang Muhammad saw.
Dalam kitab suci agama Zoroaster,Hindu, Budha dan Kristen”
27. V.Barus ( et.al).Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar, ( Jakarta: PT Ichtiar baru Van
Hoeve ,2002). 28.http://mycompilations.blogspot.com/2010/03/jilbab-antara-
kesucian-dan-resistensi.html
29.http://namakugusti.wordpress.com/2010/10/13/kerudung-dalam-tradisi-yahudi-
kristen/.
30. http://www.aliciapatterson.org/APF001970/Stern/Stern05/Stern05.html
31. Muhammad Ali, Wan Muhammad , Hijab Pakaian penutup Aurat Istri Nabi, (
Jogjakarta: Citra Risalah . cetakan pertama april 2008)
32. Utsman, Fathi , Ijtihad Pakar Islam Masa Lalu, ( Solo : CV. Pustaka Mantiq, juni
1994).
33.Utsman, Muhammad Ali , Para Seniman Muslim, (Yogyakarta, Pilar Religia, Juli
2005)
34. Chirzin, Muhammad, DR, Nabi Muhammad & Dua Wajah Islam Dari Negeri
Spinx, ( Yogyakarta, Ad-Dawa’Jogjakarta, cetakan pertama, April 2004)
35, Sucipto , Hery, The Great Muslim Scientist, ( Jakarta Selatan : Grafindo
Khazanah Ilmu , cetakan pertama 2008).
36. http://www.outlookindia.com/article.aspx?237883
37. http://uin-suka.info/ejurnal/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=24
38. http://alim-online.blogspot.com/2009/12/hadis-pada-masa-rasulullah-saw.html
39. Soelaiman , Kasim, Salman Al Farisi, ( Jakarta, : P.T. Sastra Hudaya , cetakan
kedua 1982)
40.http://pasektangkas.blogspot.com/2007/10/puasa-menurut-hindu.html
41.http://abhicom2001.multiply.com/journal/item/83/Fashion_by_Ziryab_sebuah_gay
a_hidup
42. http://en.wikipedia.org/wiki/Ziryab
43. Replubika senin, 11 April 2011.
44. http://web1.kunstkamera.ru/exhibition/kavkaz/eng/xixc.htm
45. Armstrong, Karen, Satu Kota Tiga Iman, ( Surabaya, : Risalah Gusti , cetakan
pertama 2004)
46. Selidik National geographic : Arkeologi menguak rahasia masa lampau India
kuno.( Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2011)
47. http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu
48. Alqaththan,Manna’, Syeikh, Pengantar Studi Ilmu Hadis, Jakarta Timur, :
Pustaka Al Kautsar, cetakan ke lima November 2010 )
49. Yamani ,Ja’far Khadim, Dr. “Sejarah Kedokteran Islam Dari Masa Ke Masa”,
(Bandung : Dzikra , cetakan pertama mei 2005 )
50. Al-Hasan, Muhammad Alki . Dr. Pengantar Ilmu-Ilmu Al-Quran, Bogor: Pustaka
Thariqul Izzah, 2007. 51. The World Encyclopedia no 11. Publishers Company inc.
Washington D.C. USA.1965.
52. Budiawan. Anak Bangsawan bertukar jalan. Yogyakarta, : LKiS , cetakan 1 :
November 2006.
53. Ensiklopedia Mukjizat Alquran dan Hadits Jilid 1. Penerbit : PT Sapta Sentosa
.Cetakan ke IV juni 2010.
54. http://ruangpelangi.wordpress.com/2011/05/28/kesamaan-islam-dengan-hindu/
55. Ma’ arif , Majid , Dr. “ Sejarah Hadis “ . Penerbit : Nur Al – Huda . Cetakan I
Februari 2012
56.http://news.nationalgeographic.com/news/2009/12/091209-ancient-tablets-
decoded/
57. Sheikh Saad Said Al Ghamidi . Qari CD for Digital Alquran ,
58. Tafsir Ibnu Katsir III . : penerbit Gema Insani Press .
http://dokterabimanyu.blogspot.com/2014/03/tafsir-al-ahzab-59-dan-nur-31-jilbab.html