Вы находитесь на странице: 1из 28

PEMBAHASAN

PERANCANGAN PRODUK
1. Pengertian
Desain produk dapat didefinisikan sebagai generasi ide, pengembangan konsep, pengujian dan
pelaksanaan manufaktur (objek fisik) atau jasa. Desainer produk konsep dan mengevaluasi ide-
ide, membuat mereka nyata melalui produk dalam pendekatan yang lebih sistematis. Peran seorang
desainer produk meliputi berbagai karakteristik manajer pemasaran, manajer produk,
industri dandesain insinyur perancang.
Istilah ini kadang-kadang membingungkan dengan desain industri, yang mendefinisikan bidang
spektrum yang lebih luas kegiatan desain, layanan seperti desain, desain sistem, desain interaksi
serta peran design. Produk perancang menggabungkan seni, ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk menciptakan barang-barang tiga dimensi. Peran yang berubah ini telah difasilitasi oleh
perangkat digital yang memungkinkan para desainer untuk berkomunikasi, memvisualisasikan dan
menganalisa ide-ide dalam suatu cara yang akan diambil tenaga kerja lebih besar di masa lalu.
Desainer produk dilengkapi dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk membawa produk dari
konsepsi ke pasar. Mereka harus memiliki kemampuan untuk mengelola proyek desain, dan
subkontrak daerah untuk sektor lain dalam industri desain. Estetika dianggap penting dalam
Desain Produk tapi desainer juga menangani aspek-aspek penting termasuk teknologi, ergonomi,
kegunaan, stres bahan analisis dan rekayasa.
Seperti sebagian besar bidang desain ide untuk desain produk muncul dari suatu kebutuhan dan
memiliki fungsi. Ini mengikuti metode tertentu dan terkadang dapat disebabkan oleh faktor-faktor
yang lebih kompleks seperti asosiasi dan Telesis. Juga digunakan untuk menggambarkan produk
yang kompeten secara teknis perancang atau desainer industri adalah istilah Industrial Design
Engineer. The Cyclone vacuum cleaner penemu James Dyson misalnya dapat dianggap dalam
kategori ini.
Beberapa perusahaan atau individu yang memiliki perasaan yang kuat terutama untuk
mengembangkan produk-produk baru daripada yang lain. Dalam dunia modern ini termasuk
teknologi terutama perusahaan-perusahaan seperti iRobot, Google atau Nokia. Banyak desainer
produk aset strategis kepada perusahaan-perusahaan yang perlu untuk mempertahankan
keunggulan kompetitif dalam inovasi.
2. Perancangan dan Pengembangan Produk
Kesuksesan ekonomi sebuah perusahaan manufaktur tergantung pada kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara tepat menciptakan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung
jawab bagian pemasaran, bagian desain, melainkan tanggung jawab yang melibatkan banyak
fungsi dalam suatu perusahaan
3. Pengembangan Produk
Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dengan analisa persepsi dan
peluang. Pengembangan produk merupakan aktivitas lintas disiplin yang membutuhkan kontribusi
dari hampir semua fungsi yang ada di perusahaan, namun tiga fungsi yang selalu paling penting
bagi proyek pengembangan produk adalah
· Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah menjembatani interaksi antara perusahaan dengan pelanggan. Peranan
lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi peluang produk, pendefinisian segmen pasar, dan
identifikasi kebutuhan pelanggan. Bagian pemasaran juga secara khusus merancang komunikasi
antara perusahaan dengan pelanggan, menetapkan target harga dan merancang peluncuran serta
promosi produk.
· Perancangan (desain)
Fungsi perancangan memegang peranan penting dalam mendefinisikan bentuk fisik produk agar
dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam konteks tersebut tugas bagian perancangan
mencakup desain engineering (mekanik, elektrik, software, dan lain-lain) dan desain industri
(estetika, ergonomics, user interface).
· Manufaktur
Fungsi manufaktur terutama bertanggung jawab untuk merancang dan mengoperasikan system
produksi pada proses produksi produk. Fungsi ini melingkupi pembelian, instalasi, dan distribusi.
Proses pengembangan produk dalam suatu perusahaan umumnya melalui 6 tahapan proses, antara
lain adalah :
1. Fase 0 : Perencanaan Produk
Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai “zero fase” karena kegiatan ini mendahului
persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
2. Fase 1 : Pengembangan Konsep
Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep
produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan
percobaan lebih jauh.
3. Fase 2 : Perancangan Tingkat Sistem
Fase perancangan tingkat sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi
subsistem-subsistem serta komponen-komponen
4. Fase 3 : Perancangan Detail
Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material, dan toleransitoleransi
dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli
dari pemasok.
5. Fase 4 : Pengujian dan Perbaikan
Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam macam versi
produksi awal produk.
6. Fase 5 : Produksi Awal
Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya.
Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan
yang timbul pada proses produksi sesungguhnya. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi
sesungguhnya biasanya tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada masa peralihan ini, produk
diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan
4. Pengembangan Konsep
Inti dari perencanaan desain adalah terletak pada pengembangan konsep. Crawford
mengemukakan bahwa konsep desain adalah kombinasi antara lisan, tulisan, dan atau bentuk
prototipe yang akan dilakukan perbaikan dan bagaimana pelanggan menunjukkan
keuntungan/kerugiannya.
Tiga bagian penting yang ada untuk ide/perencanaan yang akan ditingkatkan dengan kondisi
konsep adalah :
1. Bentuk
Hal ini merupakan bentuk fisik suatu produk itu sendiri, material penyusunnya, dan sebagainya.
2. Teknologi
Termasuk di dalamnya antara lain : prinsip, teknik, perlengkapan, mekanika, kebijakan, dan
seterusnya yang dapat digunakan untuk menciptakan/mencapai produk yang dimaksud.
3. Keuntungan
Nilai keuntungan yang diharapkan pelanggan dari produk tersebut
Proses pengembangan konsep mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Identifikasi kebutuhan pelanggan
Sasaran kegiatan ini adalah untuk memahami kebutuhan konsumen dan mengkomunikasikannya
secara efektif kepada tim pengembangan. Output dari langkah ini adalah sekumpulan pernyataan
kebutuhan pelanggan yang tersusun rapi, diatur dalam daftar secara hierarki, dengan bobot-bobot
kepentingan untuk tiap kebutuhan.
Tujuan metode identifikasi kebutuhan pelanggan adalah :
a. Meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan konsumen.
b. Mengidentifikasikan kebutuhan konsumen yang tersembunyi dan tidak terucapkan (latent
needs) seperti halnya kebutuhan yang eksplisit.
c. Menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk.
d. Menjamin tidak adanya kebutuhan konsumen penting yang terlupakan.
e. Menanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan konsumen diantara anggota tim
pengembang.

2. Penetapan spesifikasi target


Spesifikasi merupakan terjemahan dari kebutuhan konsumen menjadi kebutuhan secara teknis.
Output dari langkah ini adalah suatu daftar spesifikasi target. Proses pembuatan target spesifikasi
terdiri dari 3 langkah :
a. Menyiapkan daftar metrik kebutuhan dengan tingkat kepentingan yang diturunkan dari tingkat
kepentingan kebutuhan yang direfleksikannya.
b. Mengumpulkan informasi tentang pesaing dan mengkombinasikannya dengan tingkat kepuasan
dari pelanggan produk pesaing..
c. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap metrik.
3. Penyusunan konsep
Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi, prinsip kerja, dan
bentuk produk. Sasaran penyusunan konsep adalah menggali lebih jauh area konsepkonsep produk
yang mungkin sesuai dengan kebutuhan konsumen. Konsep produk merupakan gambaran singkat
bagaimana produk memuaskan kebutuhan konsumen.
Proses penyusunan konsep terdiri dari 4 langkah :
a. Pemaparan masalah dengan diagram fungsi
b. Pencarian eksternal
c. Pencarian internal
d. Penggalian secara sistematis dengan pohon klasifikasi dan tabel kombinasi.
4. Pemilihan konsep
Pemilihan konsep merupakan kegiatan dimana berbagai konsep dianalisis secara berturutturut,
kemudian dieliminasi untuk mengidentifikasi konsep yang paling menjanjikan.
Pemilihan konsep terdiri atas dua tahap, yaitu :
a. Penyaringan konsep
Tujuan penyaringan konsep adalah mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk
memperbaiki konsep.
b. Penilaian konsep
Pada tahap ini, tim memberikan bobot kepentingan relatif untuk setiap kriteria seleksi dan
memfokuskan pada hasil perbandingan yang lebih baik dengan penekanan pada setiap kriteria.
5. Pengujian konsep
Satu atau lebih konsep diuji untuk mengetahui apakah kebutuhan konsumen telah terpenuhi,
memperkirakan potensi pasar dari produk, dan mengidentifikasi beberapa kelemahan yang harus
diperbaiki selama proses pengembangan selanjutnya.
6. Penentuan spesifikasi akhir
Spesifikasi target yang telah ditentukan di awal proses ditinjau kembali setelah proses dipilih dan
diuji. Pada tahap ini, tim harus konsisten dengan nilai-nilai besaran spesifik yang mencerminkan
batasan-batasan pada konsep produk itu sendiri, batasan-batasan yang diidentifikasi melalui
pemodelan secara teknis, serta pilihan antara biaya dan kinerja.
7. Perencanaan proyek
Pada kegiatan akhir pengembangan konsep ini, tim membuat suatu jadwal pengembangan secara
rinci, menentukan strategi untuk meminimasi waktu pengembangan, dan mengidentifikasi sumber
daya yang digunakan untuk menyelesaikan proyek.
8. Analisis ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk memastikan kelanjutan program pengembangan menyeluruh
dan memecahkan tawar-menawar spesifik, misalnya antara biaya manufaktur dan biaya
pengembangan. Analisis ekonomi merupakan salah satu kegiatan dalam tahap pengembangan.
9. Analisa produk-produk pesaing
Pemahaman mengenai produk pesaing adalah penting untuk penentuan posisi produk baru yang
berhasil dan dapat menjadi sumber ide yang kaya untuk rancangan produk dan proses produksi.
Analisis pesaing dilakukan untuk mendukung banyak kegiatan awal sampai akhir.
10. Pemodelan dan pembuatan prototipe
Setiap tahapan dalam proses pengembangan konsep melibatkan banyak bentuk model dan
prototipe. Hal ini mencakup antara lain model pembuktian konsep yang akan membantu tim
pengembangan dalam menunjukkan kelayakan model ‘hanya bentuk’ yang ditunjukkan kepada
konsumen untuk mengevaluasi keergonomisan dan gaya, sedangkan model lembar kerja adalah
untuk pilihan teknis.

4 MENGEMBANGKAN PRODUK YANG SUKSES


Produk dikatakan sukses jika disukai pasar. Pasar menyukai suatu produk berdasarkan kualitas dan
harga. Menciptakan produk yang disukai tidak dapat dilakukan begitu saja, diperlukan konsep
pengembangan yang baik. Langkah-langkah yang perlu dilakukan suatu perusahaan yang akan
melakukan aktivitas produksi, antara lain:
- Menentukan yang dibutuhkan pasar
- Kebijakan Perusahaan
- Strategi Bisnis
- Pencarian Ide
- Mensintesis Ide – Ide
- Membuat perencanaan yang detil
- Memproduksi
- Memasarkan.
Atribut – atribut dari suatu produk yang sukses dikembangkan:
- Biaya, baik biaya memproduksi maupun biaya total
- Kualitas
- Waktu yang diperlukan untuk memproduksi
- Mengembangkan teknik produksi masal (repeat production)
Faktor-faktor kunci mengembangkan produk baru:
- Unik
- Fokus ke pelanggan dan berorientasi pasar
- Melakukan pekerjaan rumah yang penting, seperti studi pemasaran, predevelopment dan
sejenisnya.
- Ketajaman dalam mendefinisikan produk yang akan dikembangkan
- Kesinambungan pelaksanaan, tidak boleh ada fase yang terputus atau didahulukan
- Struktur Organisasi dan iklim perusahaan
- Keputusan yang tepat dalam memilih suatu proyek
- Memasarkan dengan baik produk yang kita buat
- Keputusan-keputusan yang tepat dari top management
- Meningkatkan kecepatan produksi tanpa mengorbankan kualitas
- Mampu mengikuti proses-proses terbaru dengan sistematis
- Mampu menarik perhatian pasar
- Berpengalaman dan memiliki kemampuan dasar yang baik
- Faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan
Strategi untuk Mengembangkan produk baru:
- Menentukan berapa pertumbuhan yang diharapkan dari produk baru tersebut
- Menggali informasi perihal kapabilitas, pasar dan pelanggan
- Mencari peluang-peluang yang ada
- Mengembangkan daftar pilihan produk-produk yang saat ini ada
- Mengeset kriteria-kriteria apa saja yang diperlukan oleh produk yang akan dibuat
- Menentukan portfolio produk, apakah baru, modifikasi atau tidak
- Me-manage portfolio untuk meningkatkan keuntungan

http://vercomfo.blogspot.com/2012/03/perancangan-produk-design-product.html
Penerapan QCD (Quality, Cost, & Delivery)
Warcoff barusan baca di sebuah note FB yang bercerita tentang Pak Habibie, disitu beliau salah
satunya membahas tentang suatu metode dimana dalam industri apapun kuncinya itu hanya satu
yaitu QCD.

Apakah QCD itu ?

 Q itu Quality, kita harus buat segala sesuatunya berkualitas tinggi dan konsisten.
 C adalah Cost yaitu tekan harga serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produsen sejenis.
 D itu Delivery, biasakan semua produksi dan outcome berkualitas tinggi dengan biaya paling
efisien dan disampaikan tepat waktu.
Menurut Pak Habibie “Kalau diumpamakan, Q itu nilainya 1, C nilainya juga 1 lantas D nilainya
1 pula, jika dijumlah maka menjadi 3. Tapi, cara kerja QCD tidak begitu dimana organisasi itu
bekerja saling sinergi sehingga yang namanya QCD bisa menjadi 300 atau 3000 atau bahkan
30.000 sangat tergantung bagaimana anda semua mengerjakannya, intinya bekerja harus pakai
hati!.
Apa yang Pak Habibie sampaikan tersebut bagi warcoff sangat menarik, karena QCD adalah
metode yang sederhana tapi jika ditelaah lebih jauh maka akan terkait dengan semua sisi.
Pertama soal kualitas, apapun pekerjaan dan pendidikan bahkan kehidupan harus disertai dengan
kualitas dan konsistensi agar mendapatkan hasil yang optimal.
Kedua cost adalah suatu hal yang bener-bener harus diperhitungan dan tentu saja terkait pada
semua aspek kehidupan. “Tekan harga serendah mungkin” ini menarik karena jika dikaitkan
dengan kualitas maka ada sebuah tantangan untuk membuat sesuatu yang bermutu tapi dengan
biaya yang seefisien mungkin :).
Ketiga delivery, ini secara umum terkait dengan pemasaran terutama dalam hal pelayanan dan
distribusi artinya suatu produk yang murah dan berkualitas akan menjadi sia jika pelayanan serta
distribusinya tidak berjalan dengan benar.
Dan inilah yang terjadi dinegeri ini, dimana sudah banyak karya anak bangsa yang punya mutu
serta berdaya saing tinggi tapi hanya menjadi pelengkap sejarah karena tidak ada “keseriusan”
pihak-pihak terkait untuk menjadikannya lebih baik.
Dalam hal ini Pak Habibie ingin menyampaikan suatu pesan pada kita semua, salah satunya dengan
kondisi yang terjadi saat ini. Antara lain dalam penerapan suatu metode tidak perlu yang rumit,
cukup yang sederhana tapi fleksibel (mudah diterapkan) dan jelas maksud dan tujuannya. Semoga
manfaat.

http://waroengkemanx.blogspot.com/2013/01/penerapan-qcd-quality-cost-delivery.html
Quality - Cost - Delivery
Toyota Production System (TPS) is an essential part of what makes Toyota different and makes
Toyota’s products a profitable investment for its customers’ businesses. Toyota’s customers
know what to expect when they buy from Toyota – a business partner with the strength and
flexibility to meet the needs of a changing market.

 Quality is inherent in Toyota’s products.

Thanks to the company’s constant striving for improvement (kaizen), which has direct
benefits for their customers. Toyota’s insistence on maintaining quality throughout the
production process is vital to ensuring that their finished products are of the highest
quality.

 Cost is always an issue.

By buying Toyota products their customers can be sure of having made a good choice.
Kaizen ensures that Toyota products feature the latest effective innovations, maximising
productivity. The quality of Toyota’s products allows their customers to enjoy a high
return on their investment.

 Delivery is right for each customer’s order.


Toyota’s customer-driven system ensures that production output corresponds with timely
delivery. Toyota’s smooth, continuous and optimised workflows, with carefully planned
and measured work-cycle times and on-demand movement of goods, allow them to
consistently meet their customer’s expectations.

http://www.toyota-forklifts.co.uk/EN/company/Toyota-Production-System/Pages/tps-
quality-cost-delivery.aspx
Faster delivery, higher quality and lower cost
One of the most amazing virtues of Lean is that it allows companies to combine the three
most important pay-offs for the long term continuation of their ventures: faster delivery,
higher quality and lower cost. Combined. This is also true for Lean and Agile Project
Management –and contrary to many people’s intuition or experience-. We often hear:
You want something really good? Accept to pay a premium price, good simply costs more.
You want it cheap? Accept a lower quality, lousy service or long waiting lines.
You want it fast? Accept to pay some more to get you in front of the line and by-the-way, we
won’t guarantee the same quality!
Assertions like these are easily taken for granted. They seem to make perfect sense. So much so,
that we hardly ever question them. We’re used to pay more for higher quality. We’re used to pay
more for getting served first.

Yet Lean has shown that this makes no sense at all. Why?

Because, to make something really good, we have no choice but to master how to do it. We must
deeply understand the process, which inputs are needed, what operations lead to what results,
how to avoid common mistakes. No matter if we manufacture something, or if we invent
something from scratch, such as a plan or a product. The best professionals know what they’re
doing. They know which steps to take. They know what operation leads to which results. They
also know which steps they’d better avoid. And they’re able to help others in their teams to
repeat their successful way of doing things. That’s what makes a professional.

And the bonus to it all: A detailed knowing of how to make or accomplish something, leads
inevitably to lower costs. Because she who knows how to make something, can also tell you the
order the steps should be taken. Which leads to less waiting, chasing and expediting. It means
one knows how to avoid rework, how to get it right the first time, how to avoid adding stuff that
nobody really cares for and to get only what the customer really wants. It helps to avoid making
expenses for the superfluous. Which then obviously leads to a way lower cost of the product –
and to faster delivery too-.
If we turn this thinking around, we clearly see that trying to deliver fast, forces all suppliers to
get good at what they’re doing –and thus to lower the cost of the end product-. Every supplier
who tells you otherwise, is actually saying that he doesn’t have a clue what he’s doing. He may
occasionally hit the hot spot, but won’t know how to repeat that trick. And that’s good to
remember when we have to deal with them.

http://blog.heyunka.com/2011/11/faster-delivery-higher-quality-and-lower-cost/
Business Principles

Quality, Cost, Delivery - These are our key guide lines in our group. Providing high quality based
on high cost is easy to achieve. However, key to the success of our business is to find the right
balance between quality, cost and also delivery in accordance to customer demand.

Quality - We carefully vet all our suppliers to be sure the quality of the products we supply meet
your expectations. Our long term relationships with many of the factories give us confidence in
our suppliers, and they fully understand our expectations of their products. Before we start any
supply to our customers from a new vendor, we will undergo a detailed factory audit to make
sure that the products will be produced and shipped based on standards required for our final
destinations. This enables us to stand proudly behind all of our products.
Cost - SECO strives to get you the best pricing possible, using all the tools at our disposal. We
work diligently to achieve your target pricing, so that you can be competitive in your market. In
order to reach and keep a good balance on the cost side, we are committed to focus and streamline
our product portfolio. In combination with our buying power, we can provide competitive prices
to our customers. On top of this strength, we have developed a very sophisticated logistic concept
and solution, for the purpose of reducing the freight cost ratio for each single
products. Meanwhile the logistic cost has a high impact to the total cost so that it was important
to provide our customers a door to door solution based on our know how gained in the last
decades.
Delivery - You get what you ordered, when you expect it. We understand that product
availability is an important consideration for your customers. We provide you realistic delivery
times, and communicate with you continuously throughout the process - from the order
placement to the product arrival at your door.

http://seco-international.com/kr/en/business-principles
Why Cross-functional Management?
Cross-functional management emerged from the following two needs:1
1. a need for top management to clarify its quality, cost, and delivery goals and deploy
them to all employees at every level, and
2. a need to establish a system of close coordination among different departments.
What Is Cross-functional Management?
Cross-functional management (CFM) manages business
processes across the traditional boundaries of the functional areas.
CFM relates to coordinating and synergizing the activities of different units for realizing the
superordinate cross-functional goals and policy deployment. It is concerned with building a
better system for achieving such cross-functional goals as innovation,quality, cost, and
delivery.
Case in Point Toyota

Toyota was first in Japan with cross-functional management


Toyota Production System
At Toyota, all members of the cross-functional committee are board members representing the
departments involved in a particular cross-function, such as quality or delivery. The goals and
measures defined by the committee carry almost the same weight as those coming from the
board. Each committee has about 10 members and is headed by a senior officer appointed by
the president.1
The Toyota Way: 14 Principles
Two Components of a Policy
Policy is composed of both goals and measures.
Goals are usually quantitative figures such as targets for market share, sales, and profits.
Measures, on the other hand, are the specific means or action programs to achieve these goals.
A goal that is not supported by a description of specific measures to achieve it is merely a
slogan. Thus, top management should determine both the goals and the measures and then
deploy them throughout the organization.
Two Interwoven Goal Categories
The two key management's concepts supporting the TQM strategy are cross-functional
management and policy deployment. Management's commitment to these concepts is
expressed by directions provided by top management. Top management usually formulates its
annual goals on the basis of long-range strategies and plans.
The major goal categories are:
1. Goals related to such measurable factors as products, market share, and profits. These
goals are a corporate response to external requirements such as shareholder pressures
for profits.
2. Goals relating to overall improvements in the companies
various systems and cross-functional activities such as
employee education, customer service, customer satisfaction, cost reduction, quality
assurance, delivery, and new product development. These goals is a self-generated
move for improvement in corporate culture, and competitiveness. They call for cross-
functional efforts cutting horizontally across the whole organization.
Customer Success 360
These two major goals for profit and improvement are interwoven.
Cross-functional goals should be set prior to determination of functional goals.
Cross-functional Goals are Superordinate Goals
In Total Quality Management (TQM) and Kaizen, the cross-functional goals of QCD (Quality,
Cost, Delivery) are clearly defined as superior to such line functions as planning, design,
production and sales.

Implementing Kaizen: 7 Conditions


The positioning of cross-functional goal as superordinate ones necessitates a new systems
approach to management, thinkingand decision making. To achieve this, top managers must
build their cross-functional expertise.
The goals for each cross-function of quality, cost, and delivery should be determined by either
top management or a cross-functional committee organized at the top-management level.
Strategic Cross-Functional Management
Peter Drucker likens today's executive and his or her strategic plan to the symphony
conductor with a complex musical score to direct.2 The conductor cannot hope to play each
instrument as well as the specialized symphony members can, and so those experts are left
alone to perfect their individual contributions. However, the conductor interprets the score and
communicates to the orchestra an overall vision for how the piece should sound. Without the
conductor and this shared understanding of the score, symphony becomes cacophony.
Similarly, without executive leadership and direction provided through some overall strategic
plan, decentralization and self-direction result in organizational mayhem.
Strategic cross-functional management is central to capitalizing on functional excellence, and
in order for functional specialists to make the greatest possible contribution, they must take a
broader view of their functions and understand how they fit into the web of the organizational
processes and, ultimately, into the overall strategy.

http://www.1000ventures.com/business_guide/mgmt_cross-functional.html
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam bidang manufaktur. Desain
produk yang baik akan dapat meningkatkan jumlah dan harga jual dari produk, sehingga dapat
meningkatkan keuntungan secara optimal. Akan tetapi, desain produk yang gagal mengakibatkan
produk tidak terjual di pasaran. Hal ini, akan menimbulkan kerugian tidak hanya dibidang desain
saja, bidang yang lain pun akan terkena imbasnya.
Desain produk yang baik, harus memenuhi 3 (tiga) aspek penting yang sering disebut
segitiga aspek produk, yaitu kualitas yang baik, biaya rendah, dan jadwal yang tepat. Selanjutnya
segitiga aspek produk di atas dikembangkan menjadi suatu persyaratan dalam desain, yaitu desain
harus dapat dirakit, didaur ulang, diproduksi, diperiksa hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta
waktu yang tepat. Untuk itu dalam mendesain suatu produk, harus memperhatikan secara detail
tentang fungsi-fungsi dari produk yang didesain. Guna mengetahui secara rinci tentang fungsi
produk, dapat dilakukan dengan beberapa metode pendekatan mikro (MC, MR, Equilibrium),
Linier Programming/Dualitas, dan Manajemen Keuangan (BEP).

B. TUJUAN PENULISAN
Pada penulisan makalah ini, tentunya mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perencanaan pengembangan produk.
2. Untuk mengetahui proses perancangan produk.
3. Untuk mengetahui strategi pengenalan dan pengembangan produk

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perencanaan Produk


Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai
produk diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila
produk gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan,
distribusi, perubahan harga dan promosi.
Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung
jawab bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian desain saja, melainkan merupakan
tanggung jawab yang melibatkan banyak fungsi yang ada di perusahaan. Metode pengembangan
produk berdasarkan kepada permintaan atau persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer
adalah metode yang cukup baik, karena dengan berbasis keinginan customer maka kemungkinan
produk tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil.
Dari sudut pandang investor pada perusahaan yang berorientasi laba, usaha pengembangan
produk dikatakan sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan menghasilkan
laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara cepat dan langsung.

Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai
kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:
1. Kualitas Produk
Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan
kebutuhan pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar dan
menentukan harga yang ingin dibayar oleh pelanggan.
2. Biaya Produk
Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut biaya
manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh
perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.
3. Waktu Pengembangan Produk
Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi,
menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya akan
menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang
dilakukan tim pengembangan.
4. Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari
investasi yang dibutuhkan untuk mencapai profit.
5. Kapabilitas Pengembangan.
Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan datang.

Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah ada merupakan
bagian yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada. Kegiatan ini didapat dari
persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan suatu konsep produk,
perancangan produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan pembuatan
dan pendistribusian produk tersebut.
Di dalam suatu produk yang akan dikembangkan, tiap - tiap elemen suatu produk
mempunyai fungsi - fungsi sendiri. Diantara fungsi - fungsi satu dengan yang lain terkadang ada
saling terkait, sehingga suatu fungsi komponen akan menentukan fungsi komponen lainnya.
Secara umum penentuan fungsi produk dapat dicari dengan dua langkah, yaitu :
Identifikasi dan penyusunan fungsi produk.
Pengelompokan fungsi produk.
Proses adalah merupakan urutan langkah-langkah pengubahan sekumpulan input menjadi
sekumpulan output. Proses Pengembangan produk adalah langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan
di mana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan mengkomersialkan suatu
produk.

B PERANCANGAN PRODUK
Kesuksesan ekonomi sebuah perusahaan manufaktur tergantung pada kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara tepat menciptakan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Untuk membuat sebuah produk biasanya
kita akan melewati tahap-tahap sebagai berikut:
1. Market Research dan Feasibility Study Market Research
dilakukan untuk mengetahui selera pasar pada umumnya. Dari market research ini bisa
didapatkan produk seperti apa yang konsumen butuhkan atau inginkan.
2. Brainstorming
Brainstorming, atau dalam bahasa Indonesia juga disebut sebagai curah pendapat, adalah
proses mengumpulkan ide-ide untuk mencari solusi/jalan keluar dari masalah yang didiskusikan.
Dari proses berdiskusi ini akan didapatkan garis besar barang yang akan dibuat, cara kerja,
komponen yang akan dipakai, dan lain sebagainya. Misalnya kita ingin membuat mesin penghisap
debu, akan terbayang untuk membuatnya dibutuhkan motor, chasing/wadah, filter/saringan,
hose/pipa, mulut pipa dan sebagainya.
3. Menentukan Tujuan dan Batasan Produk
Tujuan dan batasan diperlukan agar kita tidak berlebihan dalam merancang produk tersebut
yang akan berakibat mahalnya harga jual ke konsumen. Konsumen tentu saja menginginkan nilai
tambah yang ditawarkan dalam produk tersebut sepadan dengan biaya yang dikeluarkannya
(reasonable price). Tentu saja market research diperlukan untuk mengetahui selera pasar. Dari
menentukan tujuan dan batasan ini kita memperoleh spesifikasi komponen-komponen dan material
apa saja yang akan dipakai.
4. Menggambar Produk
Dengan menggambarkan produk berdasarkan hubungan dimensi komponen-komponen
yang sudah ditentukan dalam tahap-2 di atas, kita akan mendapatkan ilustrasi produk jadi. Produk
bisa digambar dalam 2 dimensi atau 3 dimensi, biasanya gambar 3 dimensi lebih mudah dimengerti
oleh sebagian besar orang. Merancang produk dalam 3 dimensi bisa dilakukan dengan
menggunakan software SolidWorks, Inventor, Catia dll.
5. Review Produk
Produk review dilakukan untuk mengevaluasi apakah ada kekurangan pada rancangan
yang sudah dibuat desainnya sampai tahap gambar ini. Diskusi dengan melihat gambar produk
biasanya lebih mudah berkembang daripada hanya membayangkannya saja. Pada tahap ini
kembali dilakukan brainstorming untuk mendapatkan hasil yang optimal dan meminimalisir
masalah yang akan timbul ketika produksi masal nanti. Pada tahap ini pula biasanya produk yang
sedang dirancang perlu dibenahi disana-sini.
6. Membuat Prototype/Sample
Sample barang yang akan diproduksi masal bisa dibuat dengan berbagai cara. Untuk produk-
produk dari resin bisa dimodelkan dengan mesin rapid prototyping, desain body mobil yang stylish
bisa dimodelkan dengan tanah liat khusus, kardus pembungkus produk bisa dibuat dengan tangan.
Untuk produk-produk yang sudah umum tidak perlu sampai membuat sample barangnya (produk-
produk dari besi), namun memerlukan ketelitian dalam menggambar dan tidak boleh ada kesalahan
gambar yang bisa berakibat fatal: barang reject.
7. Uji Coba
Sebelum dipasarkan tentu kita perlu menguji apakah barang yg kita buat ini benar-benar
handal atau tidak. Ada yang mengujinya berdasarkan waktu, ditekan, dijatuhkan, dan lain-lain.
Produsen telepon seluler seperti nokia memiliki mesin khusus untuk menguji ponsel-ponsel buatan
mereka supaya tahan terhadap bantingan. Jika ditemukan hal-hal yang tidak memuaskan tentu saja
produk tersebut perlu didesain ulang (kembali ke tahap 3). Hal-hal yang memuaskan tentu saja
harus dilihat dari sudut pandang konsumen, bukan produsen. Begitulah produsen-produsen besar
saat ini mengkaji terus menerus produk mereka agar nama produk yang mereka buat tetap terjaga.
8. Poduksi Masal
Dalam produksi masal perlu adanya kontrol kualitas agar konsumen tidak sampai
menerima barang yang rusak.
9. Garansi
Garansi adalah layanan purna jual yang diberikan oleh perusahaan yang membuat produk
tersebut agar konsumen tenang jika sewaktu-waktu ada kerusakan pada barang tersebut. Banyak
konsumen yang lebih memilih membayar agak lebih mahal untuk mendapatkan garansi dan
ketenangan dalam pemakaian produk.

C. JUMLAH PRODUK YANG AKAN DI PRODUKSI

1. Pendekatan Mikro

Biaya marjinal (MC) adalah satu faktor pada perubahan biaya variable rata rata(AVC) dan
otomaits biaya total rata rata (AC) ikut berubah, contoh bila nilai MC lebih kecil dari AC, maka
nilai AC juga akan turun, sebaliknya bila nilai MC lebih besar dari nilai AC, maka nilai AC juga
ikut naik.

Bila kondisi perusahaan MR = MC (pendapatan marjinal = biaya marjinal), ini


merupakan satu faktor perusahaan memperoleh keuntungan maksimal.

Penerimaan Marginal (Marginal Revenue)

Marginal Revenue merupakan Tambahan penerimaan yang diperoleh sebagai hasil dari penjualan
satu unit produk lagi.

Analisi Keseimbangan Umum (general equilibrium analysis)


Analisis Keseimbangan Umum, membahas hubungan antara pasar yang satu dengan pasar
yang lainnya,khususnya antara pasar barang dan pasar faktor sebagai satu keseluruhan(general).
karena kenyataannya harga dipasar yang satu ikut mempengaruhi harga di pasar-pasar yang lain,
baik dalam jangka panjang maupun pendek. setiap perubahan permintaan atau penawaran di pasar
yag satu berkaitan dengan dan ikut mempengaruhi permintaan dan penawaran di pasar yang lain.

2. Linear programming (LP)


atau pemrograman linear (PL) adalah suatu pendekatan matematis untuk menyelesaikan
suatu permasalahan agar didapatkan hasil yang optimal.Permasalahan yang sering diselesaikan
dengan Linear Programming adalah dalam pengalokasian factor-faktor produksi yang terbatas
jumlahnya terhadap berbagai kemungkinan produksi sehingga didapatkan manfaat yang optimal
(maksimal dan minimal).Sasaran maksimal, misalnya secara efisien sehingga manfaat yang ingin
dicapai (jumlah produksi/nilai penjualan/laba, dan lain-lain) menjadi maksimal. Sasaran minimal
misalnya, bagaimana mencari kombinasi produksi agar penggunaan faktor-faktor produksi
minimal tetapi manfaat yang dicapai (dari kombinasi produksi) tidak lebih rendah dari angka yang
diinginkan ( Tarigan, 2005).

3. Munawir (1986) menyatakan bahwa analisa break even point merupakan suatu analisa yang
ditujukan untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar
perusahaan tersebut tidak menderita kerugian (keuntungan=0). Melalui analisa BEP dapat dibuat
perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal
tidak mengalami kerugian.

Analisis break even point digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan minimum yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Jumlah penjualan minimum ini berarti juga jumlah produksi minimum yang harus
dibuat.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh laba yang telah direncanakan atau
dapat diartikan bahwa tingkat produksi harus ditetapkan untuk memperoleh laba tersebut.
3. Mengukur dan menjaga agar penjualan dan tingkat produksi tidak lebih kecil dari BEP.
4. Menganalisis perubahan harga jual, harga pokok dan besarnya hasil penjualan atau tingkat
produksi.

5. Siklus hidup produk (bahasa Inggris: Product life cycle) adalah siklus hidup suatu
produk/organisasi dengan tahapan-tahapan proses perjalanan hidupnya mulai dari peluncuran awal
(soft launching), peluncuran resmi (grand launching), perubahan dari target awal, lalu mulai
berjuang dan berkompetisi dengan produk-produk yang sejenis, hingga melewati persaingan dan
kompetisi produk memiliki tingkat penerimaan/ penjualan/ distribusi yang luas dan tersebar.

Sepanjang umur suatu produk, perusahaan biasanya memformulasikan kembali strategi


pemasarannya beberapa kali. Tidak hanya kondisi ekonomi berubah, dan pesaing melancarkan

serangan baru namun, tambahan lagi produk itu melewati tahap baru dari minat dan persyaratan
pembeli. Kosekuensinya, perusahaan harus merencanakan strategi pengganti
yang tepat untuk tiap tahap dalam siklus hidup produk tersebut. Perusahaan berharap
memperpanjang umur dan profitabilitas produk walaupun tahu bahwa produk tersebut tidak akan
bertahan selamanya. PLC (Product life Cycle) atau siklus hidup produk merupakan konsep penting
dalam pemasaran yang memberikan pemahaman tentang dinamika suatu produk yang kompetitif.

Dalam konteks organisasi siklus hidup suatu organisasi menjadi organisasi yang dihargai dan
memiliki kredibilitas yang tinggi. Siklus hidup produk menggambarkan tahap-tahap yang berbeda
dalam sejarah penjualan suatu produk. Tahap-tahap ini berhubungan dengan kesempatan dan
masalah yang berbeda mengenai strategi pemasaran dan laba potensial.

Dengan mengidentifikasitahap-tahap yang berbeda dengan tantangan yang berbeda tahap suatu
produk berada, atau tahap yang akan dicapai , perusahaan dapat memformulasikan encana
pemasaran dengan lebih baik. Mengatakan suatu produk memiliki siklus hidup adalah menegaskan
empat hal :

1. Produk memiliki umur terbatas

2. Penjualan produk melewati tahap-tahap yang berbeda, dengan tantangan yang berbeda bagi
penjual.

3. Laba naik turun pada tahap yang berbeda dalam siklus hidup produk

4. Produk membutuhkan strategi pemasaran, keuangan, produksi, pembelian dan personel yang
berbeda dalam tiap tahap siklus hidup mereka.
Gambar siklus hidup produk:

Menurut Basu Swastha (1984:127-132), daur hidup produk itu di bagi menjadi empat tahap, yaitu
:

1. Tahap perkenalan (introduction).

pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam jumlah yang besar walaupun volume penjualannya
belum tinggi. Barang yang di jual umumnya barang baru (betul-betul baru) Karena masih berada
pada tahap permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan.
Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan menitikberatkan pada merek penjual. Di
samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang diperoleh masih rendah.

2. Tahap pertumbuhan (growth).

Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba akan meningkat dengan cepat. Karena
permintaan sudah sangat meningkat dan masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka
usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di sini pesaing
sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain yang dapat
dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan menurunkan harga
jualnya.
3. Tahap kedewasaan (maturity)

Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa penjualan masih meningkat dan pada tahap
berikutnya tetap. Dalam tahap ini, laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan
harga menjadi sangat tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model
yang baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan lagi untuk
menghadapi persaingan.

4. Tahap kemunduran (decline)

Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh perusahaan selalu mengalami kekunoan atau
keusangan dan harus di ganti dengan barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah
dipasarkan untuk menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah
berkurang tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh
menurun.Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti dengan barang
baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu yang sangat terbatas' Altematif-
alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen pada saat penjualan menurun antara lain:

a. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya).

b. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm pemasaran serta program produksiny a agar lebih
efisien.

c. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang kurang baik.

d. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk mencapai laba optimum pada barang yang sudah
ada.

e. Meninggalkan sama sekali barang tersebut.

Untuk memperpanjang siklus hidup produk dapat dilakukan upaya-upaya seperti: mendidik pasar,
beriklan, menjaganya dengan penjualan dsb. Ada juga istilah daur ulang siklus produk yang
diterapkan untuk menarik proyek dari penurunan dengan memperbaiki atau dengan perubahan
lainnya, seperti pengemasan ulang dan pemotongan harga.

6. Strategi Pengenalan Dan Pengembangan Produk Baru

Hampir tidak ada perusahaan yang dapat luput dari pengaruh kemajuan teknologi dan munculnya
produk-produk baru. Cepat atau lambat, hampir semua produk yang ada sekarang akan hilang dari
pasar dan digantikan dengan produk-produk lain sehingga pertumbuhan dan keuntungan
perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung dari kebijaksanaan produk yang
didefinisikannya. Dalam kondisi saat ini, dimana perkembangan pasar sangat dinamis dan penuh
persaingan, perusahaan akan sulit mempertahankan eksistensinya jika hanya bertahan pada
produknya yang sekarang. Oleh karena itu, pengembangan produk baru merupakan suatu hal yang
penting bagi perusahaan. Pengembangan tersebut meliputi pembuatan produk yang baru atau
penyempurnaan dari produk yang sudah ada.

Proses pengembangan produk baru juga disertai dengan berbagai resiko kegagalan. Untuk
memperkecil resiko kegagalan, produk baru perlu dibuat berdasarkan konsep produk yang sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan konsumen serta dapat menciptakan kepuasan bagi konsumen.
Dalam tulisan ini akan dijelaskan konsep-konsep dan tahapan yang diperlukan dalam
pengembangan produk jasa baru pada operator telekomunikasi masa kini. Konsep - konsep yang
dijelaskan disini bukan hanya bisa diterapkan bagi operator telekomunikasi saja, tapi juga dapat
berlaku bagi perusahaan secara umum.

Transformasi dari Invention menuju Innovation

Pengembangan produk atau jasa akan melalui suatu tahap yang dikenal dengan Invention.
Inventionadalah proses menemukan suatu teknologi dari tidak ada menjadi ada. Sedangkan
Innovation adalah proses pembaharuan dari invention. Innovation melibatkan peluang yang ada di
pasar dengan penemuan teknologi dan pengetahuan tentang teknologi baru. Sebagai contoh,
temuan teknologibluetooth, yang memungkinkan pertukaran data melalui koneksi wireless dengan
daerah jangkauan sekitar 150 meter, saat ini telah diintegrasikan
dalam media telepon selular (handphone), sehingga para pengguna handphone dapat lebih mudah
saling bertukar data.

Contoh lain adalah inovasi pada perusahaan minuman ringan Coca-cola dimana inovasi adalah
salah satu kunci keberhasilan yang menjadikan Coca-Cola Indonesia semakin besar dan dikenal
luas. Melalui riset dan pengembangan (Research & Development), Coca-Cola terus berinovasi
untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang
lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri. Pada tahun 2002, Coca-Cola
Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas.
Pada tahun 2003, Fanta menghadirkan campuran dua rasa buah, orange dan mango, yang disebut
"Fanta Oranggo", setelah pada tahun sebelumnya sukses meluncurkan Fanta Nanas. Dengan
inovasi, Coca-Cola yakin bahwa produk-produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi
kebutuhan pasar di Indonesia. Pada proses inovasi ini, khususnya pada tahap inisiasi perlu
dipertimbangkan bahwa inovasi yang dihasilkan dapat diterima oleh perusahaan maupun
masyarakat. Jelas bahwa inovasi sangat diperlukan dalam pengembangan produk baru untuk
memunculkan ide dan kreatifitas munculnya produk atau jasa baru yang dapat dimanfaatkan oleh
para konsumennya.

Peran Unit R&D

Hasil inovasi yang lahir dari suatu perusahaan akan ditindaklanjuti dengan proses pengembangan
produk atau jasa baru. Untuk itu perlu unit khusus yang menangani proses ini yaitu Unit
R&D,Research&Development. Unit ini akan melakukan riset penelitian dari hasil inovasi untuk
kemudian dikembangkan menjadi suatu produk atau jasa baru yang akan dilempar ke pasaran.
Perusahaan yang sudah mapan biasanya mengalokasikan resourcesnya sekitar 5-10 % dari sales
pada aktivitas R&D.Basic Research menuju kepada terciptanya invention,
sedangkan Product Development danengineering menuju kepada terciptanya Innovation.
Ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan bagi unit R&D dalam usahanya menerapkan
formulasi strategi, yaitu :
a) Kompetensi Teknis
b) Kebutuhan Pasar
c) Corporate Interest

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kompetensi teknis dari researcher diperlukan untuk
melahirkan produk jasa yang berkualitas. Di lain pihak produk jasa yang dikembangkan juga harus
memperhatikan kebutuhan pasar (memiliki commertial value) maupun kepentingan perusahaan,
keduanya harus sejalan. Untuk itu diperlukan upaya untuk mencari apa yang dibutuhkan oleh pasar
dan mencari invent-to-order bagi produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Fungsi Riset Bisnis perlu ditambahkan sebagai suatu sub unit dalam Unit R&D untuk menunjang
keberhasilan suatu produk atau jasa baru agar sukses di pasaran. Sebagai contoh, TELKOM R&D
Center telah melakukan restrukturisasi organisasi pada akhir tahun 2006 dan melahirkan satu
bidang baru yaitu Bidang Research of Business. Bidang RoB tersebut meliputi 4 laboratorium
dengan masing-masing fungsinya sebagai berikut :

1. Business Strategy, melaksanakan riset dan pengembangan bisnis


2. Business Performance, melakukan evaluasi dan identifikasi performansi bisnis
3. Business Competitiveness, menyediakan data pasar, pelanggan dan kompetitor yang
kompetitif
4. Industrial Partnership, melakukan pengembangan hubungan kemitraan yang strategis dengan
institusi yang relevan.

Inovasi Technology Push VS Need Pull

Pada tahap eksplorasi ada 3 pola proses pengenalan dan pengembangan produk/jasa baru yaitu :

1. Menarik Pasar (Need


Menurut pandangan ini, Anda harus membuat apa yang dapat dijual. Produk baru ditentukan oleh
pasar berdasarkan kebutuhan pelanggan. Jenis produk baru ditentukan melalui penelitian pasar &
umpan balik pelanggan, dgn sedikit perhatian terhadap teknologi. Need Pull akan menuju pada
terbentuknya incremental innovation.

2. Mendorong Teknologi (Technology Push)


Pandangan ini menyarankan Anda harus menjual apa yang dapat anda buat. Produk baru diperoleh
dari teknologi produksi, penggunaan teknologi yang canggih dan kemudahan operasi, dengan
sedikit perhatian terhadap pasar. Dengan kata lain suatu produk atau teknologi baru didorong atau
dijual ke pasar (potential customer) yang tidak meminta atau mengetahui perihal produk atau
teknologi baru tersebut. Technolgy Push akan menuju kepada radical innovation.

3. Antar fungsional (Interfunctional)


Produk baru memerlukan kerjasama diantara pemasaran, operasi, keterampilan teknik, dan fungsi
lainnya sehingga menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan pelanggan dengan penggunaan
teknologi yang memberikan manfaat terbaik. Untuk kesuksesan inovasi produk atau jasa baru
diperlukan kombinasi dari kedua model pertama yaitu proses technical-linking dan need-linking.
Selain itu ada tiga elemen yang menjadi konsideran dalam menciptakan peluang bisnis baru yaitu
: relevant problem, technology sources dan market demand.

Lead User Research

Lead User research adalah salah satu metodologi yang diyakini dapat memberikan kunci sukses
bagi terobosan produk/jasa baru. Dasar pemikiran metodologi ini adalah adanya Lead User yaitu
spesifik konsumen/individual yang memiliki pengalaman kebutuhan lebih dahulu/mendahului dari
konsumen/individual yang lain. Dengan melibatkan team khusus yang terdiri dari para expert pada
kelompok lead user ini, maka akan didapatkan suatu temuan inovasi yang sangat berharga.

Beberapa contoh peran serta lead user dalam suatu terobosan inovasi baru antara lain :
- Protein untuk hair conditioner ditemukan oleh seorang wanita di tahun 1950 yang mempunyai
ramuan tradisional yang terdiri dari bir atau telur untuk tubuh agar lebih bersinar.
Melalui metodologi Lead user ini akan didapatkan beberapa manfaat sebagai berikut :

1. Memperoleh akses informasi yang lebih kaya dan reliable melalui kebutuhan customer yang
dapat diperoleh melalui traditional market research. Metode Lead User melengkapi kebutuhan
untuktraditional market research bukan menggantikan.

1. Pengembangan konsep produk/jasa yang lebih baik karena berasal dari data konsumen yang
lebih baik.

3. Akselerasi proses pengembangan produk/jasa.

Tahapan Metodologi Lead User Research


Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam Lead User Research, yaitu :

Stage 1: Project Planning (4-6 minggu)


Membuat master plan
Mempelajari current market place
Merumuskan fokus projek

Stage 2: Trends/Needs Identification (5-6 minggu)


Melakukan studi literatur
Melakukan Interview kepada top expert.
Analisa data, dan menentukan kebutuhan yang lebih mengerucut

Stage 3: Preliminary Concept Generation (5-6 minggu)


Interview lead user dan expert
Pengumpulan data untuk bisnis case
Mendefinisikan kebutuhan produk/jasa baru (buat draft konsep)

Stage 4: Final Concept Development (5-6 minggu)


Perencanaan Workshop Lead user
Mengundang partisipan
Pelaksanaan workshop �> perbaikan konsep dengan melibatkan lead user/expert
Finalisasi konsep

8. Contoh Kasus dengan menggunakan Break Event Point:

Fixed Cost suatu Toko Sepatu MDA: Rp. 500.000,- Variable Cost Rp. 10.000,-/unit. Harga jual
Rp. 20.000,-/unit.

Maka BEP per unitnya adalah

BEP = Fixed Cost

Harga Jual – Variabel Cost

BEP = Rp.500.000
20.000 – 10.000

= 50 unit

Artinya perusahaan perlu menjual 50 unit sepasang sepatu agar terjadi break even point. Pada
pejualan unit ke 51, maka took itu mulai memperoleh keuntungan.

http://lestachi.blogspot.com/2013/04/perencanaan-dan-perancangan-produk.html
TUGAS PERANCANGAN TEKNIK
PERANCANGAN PRODUK DAN QCD

DISUSUN OLEH :
NAMA : BAYU TIAN PRATAMA
KELAS : ME-2D
NO :6

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


JURUSAN TEKNIK MESIN
TAHUN AJARAN 2014/2015

Вам также может понравиться