Вы находитесь на странице: 1из 2

WAJAH SEPAK BOLA INDONESIA

Perjalanan sepakbola Indonesia sudah sangat panjang jika ditelusuri. Warna-warni


peristiwa ikut menambah serunya kisah perjalanan sepakbola di Indonesia. Dimasa lalu,
berdasarkan perjanjian Gentlemen’s Agreement tahun 1937, dunia sepak bola Indonesia
terbagi atas 2 (dua) organisasi yang menjadi pucuk organisasi di Hindia Belanda (Indonesia
pada saat masa penjajahan) yaitu NIVU (Nederlandsch Indische Voetbal Bond) dan PSSI
(Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia).

Ditahun 1938, Indonesia (Hindia Belanda) untuk pertama kalinya lolos ke piala dunia di
Perancis dan merupakan satu-satunya tim yang mewakili Asia pada saat itu. Tetapi Indonesia
(Hindia Belanda) pada saat itu, bertanding dibawah naungan NIVU yang membawa nama
Belanda. Hal ini yang membuat PSSI tidak mengakui timnas (tim nasional) yang berlaga di
piala dunia Perancis (1938) serta membatalkan perjanjian Gentlemen’s Agreement secara
sepihak dengan NIVU. Walaupun demikian, FIFA tetap mencatat

Setelah zaman kemerdekaan (setelah tahun 1945), prestasi demi prestasi terukir sepanjang
perjalanan sepak bola Indonesia. Tim Nasional (timnas) Indonesia dikancah Internasional
berhasil memperoleh hasil yang gemilang di setiap kompetisi, seperti : Turnamen Merdeka
(1961, 1962, 1969), Piala Emas Agha Khan (1966), Asian Games (1958, 1966), Piala Raja
(1968), Piala Pesta Sukhan (1972), Sea Games (1991), Piala Kemerdekaan (2008) dan
Kejuaraan Sepak Bola ASEAN (1998, 2000, 2002, 2004, 2010).

Namun sejumlah prestasi yang telah diukir oleh timnas Indonesia, terdapat juga permasalahan
yang terjadi sehingga mencoreng dunia persebakbolaan Indonesia. Kasus suap, dualisme
kompetisi, mafia wasit, pengaturan pertandingan masih terjadi didunia sepak bola di Indonesia.
Hal ini dapat berakibat menjadikan kualitas sepak bola Indonesia menjadi semakin menurun.

PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), sebagai induk organisasi sepak bola di
Indonesia, seharusnya mengambil peran dan juga langkah-langkah yang efektif untuk
menyelesaikan permasalahan yang terjadi di persepakbolaan Indonesia. Namun bukan
penyelesaian masalah tetapi masalah justru semakin bertambah. Yang menarik, justru masalah
tersebut berada didalam tubuh PSSI itu sendiri.
Konflik PSSI itu sendiri menjadikan kualitas sepak bola Indonesia semakin menurun di kancah
Internasional. Hal ini dapat dilihat dari peringkat FIFA, Indonesia berada pada posisi 179 dari
205 negara yang terdaftar di FIFA. Dan juga akibat konflik tersebut, Indonesia didiskualifikasi
dari turnamen internasional seperti Pala Dunia di Rusia (2018) dan Piala Asia di UAE (2019).

Tidak ikut sertanya Indonesia di kancah Internasional, seharusnya cambuk untuk


menyelesaikan konflik di tubuh PSSI. Dan juga semoga PSSI tidak dipolitisasi, semakin
berbenah untuk menjadi yang lebih baik lagi dan juga system semakin diperbaiki untuk
kemajuan sepak bola Indonesia. Terkhusus untuk Pemerintah Indonesia, alangkah baiknya juga
mendukung dan membantu persepakbolaan Indonesia untuk menjadi lebih baik.

Akan tetapi, walaupun banyak permasalahan yang terjadi di tubuh sepak bola Indonesia, angin
segar justru mengalir ke timnas Garuda Indonesia ditahun 2016. Dimana timnas Indonesia
yang berada didalam konflik, tetapi mereka masih memiliki semangat yang tinggi untuk
mengharumkan nama bangsa di kancah Internasional. Semoga Timnas Garuda Indonesia di
kompetisi kejuaraan Sepak bola ASEAN (AFF) dapat menjadi juara dan menjadi obat untuk
luka yang busuk di tubuh sepak bola Indonesia dan semoga menjadi motivasi serta langkah
awal yang baik didalam kepengurusan PSSI yang baru. Maju terus Sepak Bola Indonesia.

Вам также может понравиться