Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain. Meskipun
hidup berkecukupan, kecerdasan yang cukup dan kekuatan fisik yang cukup, ia akan
selalu membutuhkan lingkungan dimana dia bisa berbagi, saling memberi support dan
bergotong royong.Manusia tidak hanya membutuhkan agama, ilmu pengetahuan, atau
hiburan atau kesenian, tetapi juga kebersamaan. Semuanya diperlukan.
Dewasa ini, pembentukan teamwork dianggap solusi terbaik untuk mencapai
kesuksesan di organisasi perusahaan. Banyak yang meyakini, penyelenggaraan
teamwork dilakukan karena pada saat ini tekanan persaingan semakin meningkat, para
ahli menyatakan bahwa keberhasilan organisasi akan semakin bergantung pada
teamwork daripada bergantung pada individu-individu yang menonjol. Perbedaan antar
tim justru merupakan potensi yang akan membuat sebuah tim menjadi kreatif dan
inovatif. Tim yang solid akan lebih mudah menyelesaikan delegasi tugas-tugas
organisasi. Namun untuk membentuk sebuah teamwork yang solid merupakan hal yang
terbilang sulit.
Kesulitan tersebut didasari oleh kenyataan bahwa dalam teamwork terdapat
banyak kepala dengan banyak gagasan dan pendapat. Dan untuk menyatukannya
bukanlah hal yang mudah. Menurut definisi umum, teamwork merupakan sekumpulan
individu yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Kumpulan individu ini harus
memiliki aturan dan mekanisme kerja yang jelas. Di dalamnya terdapat koordinasi dan
prosedur yang harus disepakati oleh seluruh anggota teamwork. Hal ini berguna untuk
menjaga keharmonisan sebuah tim.
Jadi sebuah teamwork akan menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan
organisasi. Sebab itu sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan
tanggung jawab dalam keorganisasian.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi teamwork ?


2. Apa saja jenis teamwork ?
3. Apa saja karakteristik tim?
4. Bagaimana tahap perkembangan teamwork ?
5. Apa saja peranan anggota tim ?

1
6. Apa saja dimensi tim yang efektif dalam tim kerja ?
7. Apa saja manfaat dan kerugian tim kerja?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi teamwork.


2. Mengetahui jenis-jenis teamwork.
3. Mengetahui apa saja krakteristik tim.
4. Mengetahui tahap perkembangan teamwork.
5. Mengetahui peranan anggota tim.
6. Mengetahui dimensi tim yang efektif.
7. Mengetahui manfaat dan kerugian tim kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Teamwork

Teamwork bisa diartikan kerja tim atau kerjasama, team work atau kerja sama tim
merupakan bentuk kerja kelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi serta
berkomitmen untuk mencapai target yang sudah disepakati sebelumnya untuk mencapai
tujuan bersama secara efektif dan efisien. Harus disadari bahwa teamwork merupakan
peleburan berbagai pribadi yang menjadi satu pribadi untuk mencapai tujuan bersama.
Tujuan tersebut bukanlah tujuan pribadi, bukan tujuan ketua tim, bukan pula tujuan dari
pribadi yang paling populer di tim.

Tracy (2006) menyatakan bahwa teamwork merupakan kegiatan yang dikelola dan
dilakukan sekelompok orang yang tergabung dalam satu organisasi. Teamwork dapat
meningkatkan kerja sama dan komunikasi di dalam dan di antara bagian-bagian perusahaan.
Biasanya teamwork beranggotakan orang-orang yang memiliki perbedaan keahlian
sehingga dijadikan kekuatan dalam mencapai tujuan perusahaan.

Pernyataan di atas diperkuat Dewi (2007) kerja tim (teamwork) adalah bentuk kerja
dalam kelompok yang harus diorganisasi dan dikelola dengan baik. Tim beranggotakan
orang-orang yang memiliki keahlian yang berbeda-beda dan dikoordinasikan untuk bekerja
sama dengan pimpinan. Terjadi saling ketergantungan yang kuat satu sama lain untuk
mencapai sebuah tujuan atau menyelesaikan sebuah tugas. Dengan melakukan teamwork
diharapkan hasilnya melebihi jika dikerjakan secara perorangan.

Stephen dan Timothy (2008) menyatakan teamwork adalah kelompok yang usaha-
usaha individualnya menghasilkan kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.
Teamwork menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Hal ini memiliki
pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah tim lebih baik daripada kinerja
perindividu di suatu organisasi ataupun suatu perusahaan.

Teori yang dikemukakan oleh Stephen dan Timothy (2008) senada dengan
teori tim yang efektif yang dikemukakan oleh Smither, Houston, McIntire (1996).
Manurut Smither, Houston, McIntire (1996), tim yang efektif adalah sebuah tim yang
memungkinkan anggotanya untuk bisa menghasilkan penyelesaian tugas yang lebih
besar jumlahnya dibandingkan dengan hasil kerja perorangan karena hasil kerjanya
merupakan hasil dari kontribusi anggota-anggota tim secara bersama-sama.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Burn (2004), yang menyatakan bahwa

3
efektifitas tim atau tim yang efektif merupakan tim kerja yang anggota-anggotanya
saling berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama dan memiliki sikap yang saling
mendukung dalam kerjasama tim.

Jadi dalam sebuah tim yang dibutuhkan adalah kemauan untuk saling bergandeng-
tangan menyelesaikan pekerjaan. Bisa jadi satu orang tidak menyelesaikan pekerjaan atau
tidak ahli dalam pekerjaan A, namun dapat dikerjakan oleh anggota tim lainnya. Inilah yang
dimaksudkan dengan kerja tim, beban dibagi untuk satu tujuan bersama.
Saling mengerti dan mendukung satu sama lain merupakan kunci kesuksesan dari
teamwork. Tim yang sukses biasanya ditandai dengan sikap akrab satu sama lain, setia
kawan, dan merasa senasib sepenanggungan. Para anggota tim saling menyukai dan
berusaha keras untuk mengembangankan dan memelihara hubungan interpersonal.
Teamwork merupakan sarana yang sangat baik dalam menggabungkan berbagai
talenta dan dapat memberikan solusi inovatif suatu pendekatan yang mapan, selain itu
ketrampilan dan pengetahuan yang beranekaragam yang dimiliki oleh anggota kelompok
juga merupakan nilai tambah yang membuat teamwork lebih menguntungkan jika
dibandingkan seorang individu yang brilian sekalipun.
Teamwork dapat didefinisikan sebagai kumpulan individu yang bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan. Kumpulan individu-individu tersebut memiliki aturan dan
mekanisme kerja yang jelas serta saling tergantung antara satu dengan yang lain. Oleh
karena itu sekumpulan orang yang bekerja dalam satu ruangan, bahkan didalam satu proyek,
belum tentu merupakan sebuah teamwork.

B. Jenis Teamwork
Menurut Daft (2000) jenis teamwork terdiri dari enam jenis, yaitu:
1. Tim Formal
Tim formal adalah sebuah tim yang dibentuk oleh organisasi sebagai bagian dari
struktur organisasi formal. Dua jenis tim formal yang paling umum adalah tim vertikal dan
tim horizontal.
2. Tim Vertikal
Tim vertikal terdiri dari seorang manajer dan para bawahannya dalam rantai
komando formal. Terkadang tim ini disebut tim fungsional atau tim komando. Setiap tim
diciptakan oleh organisasi untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu lewat aktifitas dan
interaksi bersama para anggota.
3. Tim Horizontal

4
Tim horizontal terdiri atas karyawan – karyawan dari tingkat hierarkis yang hamper
sama, tetapi dari bidang keahlian yang berbeda. Dua jenis tim horizontal yang paling umum
adalah angkatan tugas dan komite.
a) Angkatan tugas adalah kelompok karyawan dari departemen – departemen
berbeda yang dibentuk untuk menangani aktifitas tertentu dan hanya bertahan
sampai tugas itu selesai.
b) Komite biasanya berumur panjang dan mungkin merupakan bagian permanen dari
struktur organisasi. Komite memberikan keuntugan yaitu: memungkinkan para
anggota organisasi untuk bertukar informasi, menghasilkan saran – saran untuk
mengoordinasi unit – unit organisasional yang diwakilkan, mengembangkan
berbagai ide dan solusi baru untuk masalah – masalah organisasional yang ada,
dan membantu perkembangan berbagai praktik dan kebijaksanaan organisasional
yang baru.
4. Tim dengan Tujuan Khusus
Tim dengan tujuan khusus adalah tim yang diciptakan diluar organisasi formal
untuk mengerjakan proyek kepentingan atau kreatifitas khusus. Tim dengan tujuan
khusus masih merupakan bagian dari organisasi formal dan memiliki struktur laporannya
sendiri.
5. Tim dengan Kepemimpinan Mandiri
Tim yang dibentuk dalam satu departemen yang sama dan anggotanya adalah
karyawan untuk mendiskusikan cara-cara peningkatan kualitas, efisiensi dll.
Tim pemecahan masalah biasanya terdiri atas 5 sampai 12 karyawan per jam dari
departemen yang sama yang dengan sukarela bertemu untuk mendiskusikan cara – cara
peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim pemecahan masalah biasanya
merupakan langkah pertama dalam langkah perusahaan menuju partisipasi karyawan yang
lebih besar. Seiring dengan bertambah dewasanya perusahaan, tim pemecahan masalah
berangsur – angsur berkembang menjadi tim dengan kepemimpinan mandiri.
Kepemimpinan mandiri biasanya terdiri dari 5 sampai 20 pekerja dengan lebih dari
satu keterampilan yang menggilir pekerjaan untuk menghasilkan produk atau layanan yang
menyeluruh atau setidaknya satu aspek menyeluruh atau bagian dari sebuah produk atau
layanan. Ide pokoknya adalah bahwa tim – tim itu sendiri, dan bukan para manajer atau
supervisor, bertanggung jawab atas pekerjaan mereka, membuat keputusan, mengawasi
kinerja mereka sendiri, dan mengubah perilaku kerja mereka seperti yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah, mencapai tujuan, dan menyusuaikan diri terhadap kondisi – kondisi
yang berubah.
Tim dengan kepemimpinan mandiri merupakan tim permanen yang secara khusus
meliputi elemen – elemen berikut ini :

5
 Tim mencakup para karyawan yang memiliki beberapa keterampilan dan fungsi, dan
keterampilan – keterampilan yang dikombinasikan sudah cukup untuk mengerjakan tugas
organisasional yang besar.
 Tim diberi akses menuju sumber – sumber daya seperti informasi, peralatan, mesin dan
persediaan yang dibutuhkan untuk mengerjakan seluruh tugas.
 Tim diberi kekuasaan dengan otoritas pembuatan keputusan yang berarti bahwa para
anggota memiliki kebebasan untuk memilih anggota baru, memecahkan masalah,
menghabiskan uang, mengawasi hasil, dan merencanakan masa depan.
6. Tim di Lingkungan Kerja yang Baru
Dua jenis tim yang semakin sering digunakan adalah tim virtual/maya dan tim
global
a) Tim virtual terdiri atas anggota – anggota yang tersebar secara geografis dan
organisasional yang terikat terutama oleh kemajuan teknologi informasi dan
telekomunikasi. Tim virtual sering meliputi para pekerja lepas, anggota organisasi
rekanan, pelanggan, pemasok, konsultan, atau pihak – pihak luar lainnya. Salah
satu keuntungan utama tim virtual adalah kemampuan untuk dengan cepat
mengumpulkan kelompok orang yang paling tepat untuk menyelesaikan proyek
yang kompleks, memecahkan masalah tertentu, atau mengekploitasi peluang
strategis tertentu.
b) Tim global adalah tim kerja lintas batas yang terbentuk dari anggota – anggota
dengan kebangsaan yang berbeda yang aktifitasnya menjangkau banyak Negara.
Tim global dapat dibagi dalam dua kategori yaitu tim interkultiral yang para
anggotanya berasl dari berbagai negara atau budaya yang berbeda dan bertemu
dengan berhadapan secara langsung, dan tim global virtual yang para anggotanya
tinggal di lokasi yang terpisah di seluruh penjuru dunia dan melaksanakan
pekerjaan mereka dengan bantuan teknologi elektronik.
Menurut Robbins (2008), tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya. Terdapat
empat bentuk umum dari tim yang biasa kita temukan sehari-hari yaitu :
1. Tim Problem Solving

Gambar 1. Tim Problem Solving versi Robbins


Kata tim mulai populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya serupa satu sama lain.
Mereka umumnya terdiri atas empat hingga dua belas pekerja yang dibayar per jam dari

6
departemen yang sama dan saling bertemu beberapa jam setiap minggu untuk membahas
peningkatan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Tim seperti ini disebut Tim Problem
Solving. Dalam tim jenis ini, para anggota saling berbagi gagasan dan menawarkan saran
seputar proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar produktivitas dapat
ditingkatkan.
Tim ini jarang diberikan otoritas secara unilateral (sendiri) untuk menerapkan saran
mereka ke dalam tindakan. Satu hal yang dikenal sebagai bentuk tim problem solving adalah
lingkaran kualitas. Tim problem solving merupakan tim kerja yang terdiri atas gabungan
delapan hingga sepuluh pekerja dan supervisor. Mereka saling berbagi gagasan wilayah
kewenangan dan bertemu secara teratur untuk mendiskusikan masalah kualitas pekerjaan
mereka, menyelidiki sebab masalah, dan merekomendasikan penyelesaian.
2. Tim Self-Managed Work

Gambar 2. Tim Self-Managed Work versi Robbins


Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar, tetetapi mereka tidak beranjak
jauh dalam hal pelibatan pekerja dalam proses pembuatan keputusan (apalagi implementasi)
yang berhubungan dengan suatu pekerjaan. Kekurangan ini mendorong eksperimen dari tim
yang benar-benar otonom yang tidak hanya bercorak problem-solving melainkan juga
menerapkan penyelesaian dan punya kewenangan penuh atas hasilnya.
Tim Self-Managed Work umumnya terdiri atas sepuluh hingga lima belas orang yang
mengambil alih tanggung jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk kendali
menyeluruh atas kecelakaan kerja, penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan masalah
organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif. Tim
ini bahkan memilih sendiri anggotanya.
3. Tim Cross-Functional,

7
Gambar 3. Tim Cross-Functional versi Robbins
Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di Minneapolis,
Amerika Serikat secara historis telah mengorganisir departemen yang bersifat fungsional,
tetetapi manajemen senior menyimpulkan bahwa departemen tersebut tidak mampu
memenuhi kebutuhan yang berubah dari klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini
menggagas dibentuknya satu tim lintas departemen yang bertujuan meningkatkan
komunikasi dan penelusuran catatan kerja, yang akan membawa pada peningkatan
produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini mencerminkan Tim Cross-Functional. Tim
ini terdiri atas pekerja dari tingkat hirarki yang serupa tetetapi beda wilayah pekerjaannya.
Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan suatu pekerjaan.
4. Tim Virtual

Gambar 4. Tim Virtual versi Robbins


Tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim Virtual menggunakan
teknologi komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah secara fisik guna
mencapai sasaran bersama. Teknik tersebut memungkinkan orang saling bekerjasama lewat
metode online, kendati mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan benua.
Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal daripada tim lainnya terutama dalam
hal berbagi informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan pekerjaan. Mereka terdiri
atas para anggota dari organisasi yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan para
pekerja dari organisasi lain semisal supplier ataupun partner perusahaan.
Terdapat tiga faktor utama yang membedakan tim virtual dengan tim lain yang face-
to-face, yaitu :
a) Ketiadaan komunikasi lisan-fisik;
b) Terbatasnya konteks sosial, dan

8
c) Kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat.
Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal seperti nada suara,
intonasi, dan volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman muka, gerak tangan,
dan bahasa tubuh lainnya. Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetetapi kini hal-hal
tersebut nihil di dalam tim virtual. Tim virtual menderita kekurangan laporan sosial yang
manusiawi akibat interaksi langsung yang kecil diantara para anggotanya.

C. Karakteristik Tim
1. Ukuran
Secara umum, ketika ukuran tim meningkat, akan lebih sulit bagi setiap anggota untuk dapat
saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Ukuran kelompok mengusulkan hal hal berikut
ini :
a) Tim kecil ( 2 sampai 4 anggota ) menunjukan lebih banyak persetujuan, mengajukan lebih
banyak pertanyaan, dan bertukar lebih banyak opini. Merek cenderung bersikap informaldan
tidak banyak menuntut pemimpin.
b) Tim besar cenderung memiliki lebih banyak perselisihan pendapat dan perbedaan opini. Karena
kurangnya kepuasan dihubungkan dengan tugas yang dispesialisasikan serta komunikasi yang
buruk, para anggota tim memiliki sedikit kesempatan untuk berpatisipasi dan merasakan
keakraban kelompok.
2. Peran Anggota
Orang – orang yang memainkan peran spesialis tugas menghabiskan waktu dan energi untuk
membantu tim meraih tujuannya. Mereka sering memperlihatkan perilaku – perilaku berikut :
 Memprakarsai ide
 Memberikan opini
 Mencari informasi
 Meringkas
 Memberi semangat
Orang – orang yang menggunakan peran sosioemosional mendukung kebutuhan emosional para
anggota tim dan membantu menguatkan kesatuan social. Mereka memperlihatkan perilaku – perilaku
berikut :
 Mendorong
 Berpadu
 Mengurangi Ketegangan
 Mengikuti
 Berkompromi
3. Kekompakan Tim
Kekompakan tim didefinisikan sebagai sejauh mana para anggota tertarik pada tim dan
termotivasi untuk tinggal didalamnya. Faktor – faktor yang menentukan kekompakan tim :
a) Interaksi tim. Hubungan yang lebih baik antara anggota tim dan semakin banyak waktu
yang dihabiskan bersama, semakin kompak tim tersebut.

9
b) Konsep tujuan yang sama. Anggota tim sepakat dengan tujuan dan menjadikan lebih
kompak
c) ketertarikan pribadi terhadap tim. Para anggota memiliki sikap dan nilai yang serupa
dan senang berkumpul.

D. Tahap Perkembangan Teamwork


Hal yang sangat mendasar dalam mewujudkan keutuhan sebuah tim agar dapat
berkinerja dan berdaya guna adalah dengan melakukan perancangan tim yang baik.
Pentingnya perancangan tim yang baik diuraikan ke dalam 5 tahap perkembangan, yaitu:
a) Forming (pembentukan), adalah tahapan di mana para anggota setuju untuk bergabung
dalam suatu tim. Karena kelompok baru dibentuk maka setiap orang membawa nilai-nilai,
pendapat dan cara kerja sendiri-sendiri. Kelompok cenderung belum dapat memilih
pemimpin (kecuali tim yang sudah dipilih ketua kelompoknya terlebih dahulu).
b) Storming (merebut hati), adalah tahapan di mana kekacauan mulai timbul di dalam tim.
Pemimpin yang telah dipilih seringkali dipertanyakan kemampuannya dan anggota
kelompok tidak ragu-ragu untuk mengganti pemimpin yang dinilai tidak mampu. Faksi-faksi
mulai terbentuk, terjadi pertentangan karena masalah- masalah pribadi, semua bersikeras
dengan pendapat masing-masing. Komunikasi yang terjadi sangat sedikit karena masing-
masing orang tidak mau lagi menjadi pendengar.
c) Norming (penentuan norma), adalah tahapan di mana individu-individu dan subgroup
yang ada dalam tim mulai merasakan keuntungan bekerja bersama dan berjuang untuk
menghindari team tersebut dari kehancuran (bubar). Karena semangat kerjasama sudah
mulai timbul, setiap anggota mulai merasa bebas untuk mengungkapkan perasaan dan
pendapatnya kepada seluruh anggota tim.
d) Performing (pelaksanaan), adalah tahapan merupakan titik kulminasi di mana team sudah
berhasil membangun sistem yang memungkinkannya untuk dapat bekerja secara produktif
dan efisien. Pada tahap ini keberhasilan tim akan terlihat dari prestasi yang ditunjukkan.
e) Adjourning (pembubaran), adalah tahapan dimana muncul dalam komite, angkatan tugas,
dan tim yang memiliki tugas yang terbatas untuk dikerjakan dan dibubarkan setelahnya.
Tingkat perkembangan tim di mana para anggota mempersiapkan pembubaran tim.

E. Peranan Anggota Tim


Selanjutnya Williams (2008) membagi ada 5 (lima) hal yang menunjukkan peranan
anggota dalam membangun kerja tim yang efektif, yaitu:

10
1. Para anggota mengerti dengan baik tujuan tim dan hanya dapat dicapai dengan baik pula
dengan dukungan bersama, dan oleh karena itu mempunyai rasa saling ketergantungan,
rasa saling memiliki tim dalam melaksanakan tugas.
2. Para anggota menyumbang keberhasilan tim dengan menerapkan bakat dan
pengetahuannya untuk sasaran tim, dapat bekerja dengan secara terbuka, dapat
mengekspresikan gagasan, opini dan ketidaksepakatan, peranan dan pertanyaannya
disambut dengan baik.
3. Para anggota berusaha mengerti sudut pandang satu sama lain, didorong untuk
mengembangkan keterampilannya dan menerapkan pada pekerjaan, untuk itu mendapat
dukungan dari tim.
4. Para anggota mengakui bahwa konflik adalah hal yang normal, atau hal yang biasa, dan
berusaha memecahkan konflik tersebut dengan cepat dan konstruktif (bersifat
memperbaiki).
5. Para anggota berpartisipasi dalam keputusan tim, tetapi mengerti bahwa pemimpin
mereka harus membuat peraturan akhir setiap kali tim tidak berhasil membuat suatu
keputusan, dan peraturan akhir itu bukan merupakan persesuaian.

Adapun peranan tim secara umum yaitu menggunakan kemampuan dan keahlian
unik mereka yang bebas dari berbagai pembelajaran akademis (misalnya kemampuan
mengkoordinasi, kreatifitas, komunikatif). Sembilan peran tim yang harus dipenuhi yaitu:
1. Pencipta-pembaharu (creator-inovator)
Orang yang mempunyai imajinatif tinggi baik dalam memprakarsai gagasan atau
konsep, dengan ciri tidak tergantung, suka bekerja sendiri, cara dan gaya kerja tersendiri,
pengaturan waktu menurut selera mereka sendiri.
2. Penjelajah-promotor (Explorer-promoter)
Orang dalam kelompok ini senang mengambil gagasan baru dan memperjuangkan
kasus, menemukan sumberdaya untuk mempromosikan gagasannya. Kelemahan orang
dalam kelompok ini: tidak selalu sabar dalam mengendalikan ketrampilan untuk
memastikan gagasan ditindaklanjuti secara rinci.
3. Penilai-pengembang (assessor-developer)
Individu dalam kelompok ini mempunyai ketrampilan analisis yang kuat, paling baik
jika mereka diberi kesempatan untuk mengevaluasi dan menganalisis sebelum diambil
suatu keputusan.
4. Pendorong-pengorganisasi (Thruster-organizer)
Individu dalam kelompok ini suka menyusun prosedur operasi untuk mengubah
gagasan menjadi kenyataan dan menyelesaikan urusan, mereka menentukan tujuan,
menegakan rencana, mengorganisasi orang, dan menegakan sistem untuk menjamin
dipatuhinya batas waktu (deadlines).
5. Penyimpul-penghasil (Concluder-producer)

11
Individu dalam kelompok ini peduli akan hasil, peran mereka memfokuskan
pada diataatinya batas waktu dan memastikan bahwa semua komitmen ditindak lanjuti.
Mereka bangga akan hasil keluaran secara teratur dan sesuai standar.
6. Pengawas-pemeriksa (controller-Inspector)
Individu dalam kelompok ini sangat mempedulikan penegakan dan mempedulikan
penegakan dan memperkuat aturan dan prosedur. Mereka menguji rincian dan memastikan
agar menghindari ketidaktepatan, mereka mengecek semua fakta dan angka, mereka
menginginkan semua hal lengkap dan sempurna.
7. Pemerkuat-penasehat (upholder-maintainer)
Pemerkuat-pemelihara penting, karena memberi kemamntapan Tim. mereka akan
membela dan bertempur demi tim melawan orang luar.
8. Pelapor-penasehat (reporter-adviser)
Individu dalam kelompok ini mendengarkan dengan baik, dan cenderung tdak
menekankan titik pandangnya kepada orang lain. Mereka cenderung mendapatkan
informasi sebelum mengambil keputusan.
9. Penaut (linker)
Peran ini tumpang tindih dengan yang lain, peran ini dapat dimainkan oleh peran-peran
sebelumnya. Penaut mencoba memahami semua pandangan, mereka sebagai koordinator
dan integrator, mereka tidak menyukai ekstriman, mereka mencoba membina kerja sama
di antara semua anggota tim, mereka memadukan sumbangan anggota tim dan aktivitas
meskipun mungkin ada perbedaan.

F. Dimensi Tim yang Efektif


Menurut Johnson dan Johnson (dalam Smither, Houston, dan Mclntire, 1996), ada
9 dimensi dalam model efektifitas tim yang dapat digunakan untuk mengevaluasi anggota
tim dan mengidentifikasikan kekuatan serta kelemahan yang ada di dalam tim, yaitu:
1. Pemahaman, relevansi, dan komitmen pada tujuan
Setiap anggota tim harus memahami tujuan tim secara jelas dan memiliki kemauan untuk
mewujudkan tujuan-tujuan tim karena tujuan tim adalah merupakan hasil dari tujuan
bersama dimana tujuan tim pada akhirnya akan mendorong terwujudnya kerjasama dalam
tim sehingga kerjasama dalam tim mampu untuk meningkatkan prestasi, produktivitas, dan
menciptakan hubungan kerja yang positif diantara sesama anggotanya.
2. Komunikasi mengenai ide dan perasaan
Komunikasi di antara anggota tim harus melibatkan penyampaian dan penerimaan informasi
tentang ide-ide dan perasaan. Dalam tim yang tidak efektif, komunikasi sering satu arah dan
memfokuskan secara eksklusif hanya pada ide saja. Dengan mengabaikan atau menekan
perasaan, maka tim berisiko kehilangan informasi yang berharga dan dapat melemahkan
kohesivitas tim.

12
3. Kepemimpinan yang berpartisipasi
Kepemimpinan harus berpartisipasi dan mendistribusikan peran kepemimpinannya kepada
semua anggota tim.
4. Fleksibel dalam menggunakan prosedur pembuatan keputusan
Prosedur pengambilan keputusan harus sesuai dengan kebutuhan tim dan sifat keputusannya.
Keterbatasan waktu, keterampilan anggota dan implikasi dari semua keputusan tim harus
dinilai secara hati-hati. Sebagai contoh, ketika keputusan-keputusan penting dibuat maka
akan membutuhkan dukungan dari anggota tim untuk mengimplementasikan dan melakukan
strateginya dengan efektif.
5. Manajemen konflik yang konstruktif
Tim yang tidak efektif sering mencoba untuk mengabaikan atau menekan konflik,
sedangkan tim yang efektif dapat menggunakan konflik dengan cara yang konstruktif.
Ketika dikelola dengan baik, konflik dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang baik
pula yakni memecahkan masalah dengan lebih kreatif, dan jumlah partisipasi anggota tim
yang lebih tinggi.
6. Kekuasaan berdasarkan keahlian, kemampuan, dan informasi
Anggota tim harus mampu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang lain untuk
mengkoordinasikan kegiatan tim. Kekuasaan dan saling mempengaruhi ini harus
terwujudkan secara merata dalam tim. Apabila kekuasaan dan kegiatan saling
mempengaruhi ini hanya dipusatkan pada beberapa orang anggota tim saja maka
kemungkinan efektifitas tim, komunikasi dan kohesivitas tim akan menjadi berkurang.
7. Kohesi tim
Dalam tim yang kohesif, setiap anggota merasa saling menyukai antara satu sama lainnya
dan merasa puas dengan keanggotaan tim mereka. Meskipun kohesi tidak mengarah kepada
efektifitas namun ia memiliki peranan yang penting dalam mewujudkan tim yang efektif
yaitu ketika ia dikombinasikan dengan dimensi lain dari efektifitas tim maka sebuah tim
yang memiliki kohesivitas yang tinggi cenderung meningkatkan produktivitas.
8. Strategi pemecahan masalah
Tim harus mampu mengenali masalah dan menghasilkan solusi secara tepat. Setelah
solusinya diimplementasikan, tim harus mengevaluasi keefektifan dari solusi tersebut.
Ketika sebuah tim mampu untuk mengenali masalah-masalah yang sering muncul dan
menyelesaikannya dengan memberikan solusi yang tepat maka sebuah tim yang efektif juga
akan mampu untuk mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan masalah-masalah yang
akan muncul dikemudian hari serta mampu memberikan solusi yang inovatif.
9. Efektivitas interpersonal

13
Anggota tim harus mampu untuk berinteraksi dengan anggota tim lainnya secara efektif
sehingga membuat efektifitas interpersonal anggota tim menjadi meningkat. Efektifitas
interpersonal dapat diukur dengan menggabungkan konsekuensi tindakan anggota kelompok
dengan tujuan anggota tim. Kecocokan antara tujuan anggota tim dan konsekuensi dari
peningkatan perilaku mereka, maka membuat interpersonal efektifitas anggota tim juga juga
menjadi meningkat.
Michael West memaparkan, ada dua dimensi dari fungsi tim, yaitu tugas yang harus
diemban oleh tim dan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi bagaimana para anggotanya
merasakan tim sebagai sebuah unit sosial. Tugas yang harus diemban tim yaitu menjalankan
seluruh program pelayanan yang sesuai dengan aturan organisasi yang baik, di mana dalam
setiap tugas kerja selalu ada tujuan, strategi, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Semua
akan efektif jika dikerjakan dalam sebuah tim kerja. Tetetapi tim kerja merupakan satu unit
sosial yang mempengaruhi kerja tim. Dengan perkataan lain, di dalam tim terdapat interaksi
sosial yang unik dan kompak. Empat dimensi tim yang efektif :
1. Dimensi Personal
a. Tim yg efektif memiliki komitmen yg dalam satu dengan yang lain.
b. Segenap tim saling menularkan anthusiasme.
c. Setiap orang rindu memberi kontribusi demi mencapai tujuan bersama.
2. Dimensi Relational
a. Tim yang efektif berkomunikasi secara terbuka dan jujur.
b. Mereka berkolaborasi dengan kesediaan untuk saling melengkapi demi mencapai
tujuan bersama.
c. Mereka memanage konfliks secara bijak.
3. Dimensi Strategis
a. Tim yang efektif fokus kepada visi yg menjadi pendorong untuk terus maju bersama.
b. Mereka menyepakati dan mengikuti sasaran yang jelas.
4. Dimensi Proses
a. Tim yang efektif sangat terbuka terhadap perubahan.
b. Mereka memiliki kesadaran yang kuat akan keterkaitan segenap anggota tim.

G. Manfaat dan Fungsi Tim Kerja

Bekerja dalam bentuk tim memiliki fungsi yaitu antara lain dapat merubah sikap , perilaku
dan nilai-nilai pribadi serta dapat turut serta dalam mendisiplinkan anggota tim. Selain itu,
bekerja dalam tim dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan , merundingkan dan
bernegoisasi. Richard Y. Chang & Mark J. Curtin (1998) menyatakan manfaat tim bagi
individu dan tim bagi organisasi, yaitu:

14
a. Manfaat tim bagi individu
1) Pekerjaan lebih bervariasi
2) Lebih banyak kebebasan untuk membuat dan menindaklanjuti keputusan yang benar
3) Meningkatkan kesempatan untuk mempelajari keahlian baru
b. Manfaat tim bagi organisasi
1) Meningkatkan komitmen terhadap keputusan yang diambil
2) Meningkatkan produktivitas tim kerja
3) Lebih fleksibel dalam operasional kerja
4) Meningkatkan rasa tanggungjawab

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa dalam dunia usaha, penggunaan
teamwork seringkali merupakan solusi terbaik untuk mencapai suatu kesuksesan. Fungsi
dari tim yaitu dapat merubah sikap, perilaku, dan nilai pribadi serta dapat turut serta dalam
mendisiplinkan anggota tim. Sedangkan manfaat bekerja dalam tim yaitu untuk pengambilan
keputusan, merundingkan, dan bernegosiasi. Tujuan bekerja dalam tim agar anggota
memiliki visi dan misi yang sama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan secara
efesiensi dan efektif. Tim yang efektif memiliki berbagai karaketiristik umum dan dalam
sebuah Tim kerja harus mempunyai Sembilan peranan yaitu :
1. Pencipta-pembaharu 6. Pengawas-Pemeriksa
2. Penjelajah-Promotor 7. Pemerkuat-Penasehat
3. Penilai-Pengembang 8. Pelapor-Penasehat
4. Pendorong-Pengorganisasi 9. Penaut
5. Penyimpul-penghasil
Teamwork yang solid akan memudahkan manajemen dalam mendelegasikan tugas-
tugas organisasi. Namun demikian untuk membentuk sebuah team yang solid dibutuhkan
komitmen tinggi dari manajemen.
Hal terpenting adalah bahwa teamwork harus dilihat sebagai suatu sumber daya yang
harus dikembangkan dan dibina sama seperti sumber daya lain yang ada dalam perusahaan.
Proses pembentukan, pemeliharaan dan pembinaan teamwork harus dilakukan atas dasar
kesadaran penuh dari team tersebut sehingga segala sesuatu berjalan secara normal sebagai
suatu aktivitas sebuah teamwork, meskipun pada kondisi tertentu manajemen dapat
melakukan intervensi.

Saran
Meskipun teamwork menjadi penentu mulus tidaknya perjalanan organisasi, namun
masih diperlukan adanya kerjasama yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab dalam
keorganisasian.

16
Teamwork tidak selalu terdiri dari sekumpulan orang dengan gaya, sikap, maupun cara
kerja yang sama. Perbedaan antar tim justru merupakan potensi yang akan membuat sebuah
tim menjadi kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, perbedaan cara kerja dalam tiap anggota
tim harus ditanggapi dengan positif.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. L.Daft, Richard. 2006. Management. Jakarta: Salemba Empat


2. http://fzhsafarina.blogspot.co.id/2013/10/bekerja-sama-dalam-kelompok-
teamwork_4208.html
3. http://www.academia.edu/5543047/MAKALAH_TEAMWORK?
4. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8
&ved=0CCAQFjABahUKEwjsks6C8YLJAhVDJqYKHYuJCGk&url=https%3A%2F%2Fik
ma10fkmua.files.wordpress.com%2F2013%2F05%2Fpop-kel-4-team-
work.docx&usg=AFQjCNFmcIqu-
cdefL1kZXwyxnP0McXrjQ&sig2=BCI2IwD_FgRxSFR-gfcbew
5. https://terories.wordpress.com/2013/12/05/makalah-team-work/
6. https://www.google.co.id/#q=contoh+makalah+tentang+teamwork
7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34112/4/Chapter%20II.pdf

18

Вам также может понравиться