Вы находитесь на странице: 1из 26

METODOLOGI PENELITIAN

“RANCANGAN PROPOSAL PENELITIAN”


PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES
TOURNAMENT) BERBANTUAN MEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA POKOK MATERI FLUIDA DINAMIS DI
MAN 1 GRESIK

Oleh

NINDI THIYAH AWIDDAH

14030184095

PENDIDIKAN FISIKA B 2014

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan suatu proses perubahan sikap dan perilaku seseorang


dalam upaya mendewasakan manusia melalui proses pembelajaran. Proses pendidikan juga
mengarah pada pembentukan sikap, pengembangan intelektual, dan pengembangan
keterampilan peserta didik sehingga arah dan tujuan pendidikan dapat tercapai (Siswati et
al., 2012). Guru merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi berhasil atau
tidaknya proses pendidikan di sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru harus
mampu mengarahkan, membimbing, memfasilitasi, dan memotivasi siswa yang
disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan serta tingkat perkembangan siswa.

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari dan menganalisis gejala atau proses
alam dan sifat zat serta penerapannya (Wospakrik, 1994: 1). Pada umumnya, kebanyakan
siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari fisika. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
pemikiran siswa yang menganggap bahwa pelajaran fisika itu rumit dan terlalu banyak
rumus yang harus dihafalkan. Sehingga mengakibatkan siswa sulit untuk mempelajari
fisika.

Berdasarkan data dari PUSPENDIK tahun 2014, rata-rata nilai Ujian Nasional
mata pelajaran fisika tingkat propinsi Jawa Timur sudah cukup baik yaitu dengan nilai 8,08.
Namun pada kenyataannya, keanyakan siswa masih menganggap mata pelajaran fisika itu
sulit. Salah satu factor yang menimbulkan anggapan tersebut yaitu penggunaan model
pemeblajaran yang kurang menarik sehingga siswa jenuh dan kurang aktif saat proses
belajar mengajar berlangsung. Secara umum model pembelajaran yang digunakan guru
adalah model pembelajaran langsung, dimana dalam model ini, pembelajaran bukan
berpusat pada siswa melainkan berpusat pada guru. Mengajar yang berpusat pada guru
cenderung menggunakan metode memberitahukan sebagai metode utama (Nasution, 2011:
44). Metode ini mendrong siswa untuk menghafal dan menggunakan daya ingatan untuk
menguasai bahan pelajaran. Sehingga secara umum fisika terkesan sebagai mata pelajaran
yang hamper secara keseluruhan menghafal rumus.
Sebagai solsinya guru harus mampu membuat siswa lebih aktif dalam
mempelajari fisika dan menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menciptakan
situasi tersebut adalah model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) yaitu jenis
pembelajaran kooperatif dengan mengadakan turnamen akademik setelah siswa belajar
kelompok, siswa akan berkompetisi sebagai wakil dari kelompoknya dengan anggota dari
kelompok lain. Model pembelajaran TGT dipilih karena pembelajaran ini melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya, mengandung unsur permainan dan penguatan yang memungkinkan siswa
dapat belajar leboh rileks selain menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,
persaingan sehat serta keterlibatan belajar. Model pembelajaran TGT juga mudah untuk
diterapkan dan dapat menjadi alternative untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang
variatif, membantu guru dalam menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran, seperti
rendahnya aktivitas proses belajar siswa, dan rendahnya hasil belajar siswa.

Model pembelajaran TGT yang dikembangkan oleh Robert Slavin dalam


pembelajaran ini, siswa dibagi dalam kelompo kecil, teknik belajar ini menggabungkan
kelompok belajar dengan kompetensi tim dan dapat digunakan untuk meningkatkan
pembelajaran beragam fakta, konsep dan keterampilan. Pembelajaran dengan model ini
akan merangsang keaktifan siswa, sebab siswa dituntut berpartisipasi dalam suatu
kelompok untuk berkompetisi menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Berdasarkan hasil peneltian Purwati et al (2013) dalam jurnal pendidikan fisika


menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran TGT mampu mencapai ketuntasan
hasil belajar dan kemampuan berfikir kreatif siswa. Penelitian ini dilakukan pada siswa
SMA/MA. Secara umum, siswa SMA/MA cenderung lebih tertarik pada suatu permainan
yang unik. Salah satu cara siswa dihadapkan pada hal-hal yang bersifat menarik dan unik
tersebut adalah dengan melakukan pembelajaran fisika yang disertai dengan permainan
akademik.

Penerapan pembelajaran TGT dalam penelitian ini menggunakan sistem


permainan akademik berupa roda impian (Wheel of Fortune) yang dirancang khusus
menggunakan media flash. Dengan adanya permainan akademik ini diharapkan siswa
dapat tertarik dan tidak bosan dalam belajar fisika serta dapat mengarahkan siswa dalam
suasana kerjasama sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. John Benek dan
Vinitia E. Mathew (2004: 3) dalam jurnalnya yang berjudul ”Active Learning- Student Ask
Question” menerangkan bahwa game merupakan teknik pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa. Game memberikan kesempatan yang sama pada siswa untuk
melibatkan dirinya secara aktif dalam pembelajaran. Media flash dilengkapi LKS digunakan
pada setiap langkah TGT yaitu tahap presentasi kelas, pembelajaran tim, game dan
turnamen. Diharapkan dengan menggunakan media flash dilengkapi LKS pada setiap
tahap metode TGT, siswa lebih tertarik, termotivasi dan aktif terlibat dalam kegiatan belajar
mengajar semaksimal mungkin.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti melakukan penelitian


dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif TGT (Teams Games Tournament)
Berbantuan Media Flash untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMA Pada Pokok
Materi Fluida Dinamis di Man 1 Gresik”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan rumusan masalah dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menerapkan
model pembelajaran kooperatif TGT (Teams Games Tournaments) berbantuan media
flash dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah pada
materi pokok fluida dinamis?
2. Bagaimana aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif TGT (Teams Games Tournaments) berbantuan media
flash pada materi pokok fluida dinamis?

C. Tujuan penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui:
1. Untuk mengkaji perbedaan hasil belajar siswa yang menerapkan model
pembelajaran kooperatif TGT (Teams Games Tournaments) berbantuan media flash
dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode ceramah pada
materi pokok fluida dinamis.
2. Untuk mengkaji aktivitas belajar siswa selama mengikuti pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatif TGT (Teams Games Tournaments)
berbantuan media flash pada materi pokok fluida dinamis.

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberi informasi penerapan pembelajaran kooperatif TGT
(Teams Games Tournaments) pada materi pokok fluida dinamis.

2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini dapat dilihat dari hal-hal berikut:
a. Manfaat bagi Inovasi Pembelajaran
Meningkatkan kualitas atau memperbaiki proses pembelajaran serta dapat
meningkatkan pendekatan, metode, dan gaya pembelajaran yang sebelumnya telah
dilakukan oleh guru khususnya pada materi pokok fluida dinamis.
b. Manfaat bagi Pengembangan Kurikulum di Tingkat Sekolah/ Kelas
Hasil dari penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan salah satu masukan
penting dalam pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas. Dengan
melakukan penelitian tindakan kelas ini, guru akan memiliki pemahaman yang
lebih baik terhadap teori dan pemikiran yang melandasi reformasi kurikulum
karena ia mengalami secara empirik implementasi dari teori dan pemikiran yang
abstrak itu di dalam kelas.
c. Manfaat Bagi Pengembangan Profesi Guru
Penelitian tindakan kelas ini dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam
proses pembelajaran. Melalui penelitian ini guru dituntut untuk memiliki
keterbukaan terhadap pengalaman dan proses pembelajaran yang baru.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hakikat pembelajaran fisika

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku alam dalam berbagai bentuk
gejala untuk dapat memahami apa yang mengendalikan atau menentukan kelakukan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka belajar fisika tidak lepas dari penguasaan konsep-konsep dasar
fisika melalui pemahaman.

Pada dasarnya, fisika adalah ilmu dasar, seperti halnya kimia, biologi, astronomi, dan
geologi. Ilmu-ilmu dasar diperlukan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan terapan dan
teknik. Tanpa landasan ilmu dasar yang kuat, ilmu-ilmu terapan tidak dapat maju dengan pesat.
Teori fisika tidak hanya cukup dibaca, sebab teori fisika tidak sekedar hafalan saja akan
tetapi harus dibaca dan dipahami serta dipraktikkan, sehingga siswa mampu menjelaskan
permasalahan yang ada.
Pembelajaran Fisika adalah bagian dari pelajaran ilmu alam. Ilmu alam secara klasikal
dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang objeknya zat,
energi, dan transformasi zat dan energi, (2) ilmu-ilmu biologi (biological sciences) yang
objeknya adalah makhluk hidup dan lingkungannya. (Kemble, 1966: 7)
Belajar merupakan upaya memperoleh pengetahuan dan pemahaman melalui
serangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai unsur yang ada. Siswa yang belajar sebenarnya
di dalam otak terdapat banyak konsep, terutama konsep awal tentang alam yang ada di
sekitarnya. Melalui proses pembelajaran yang sistematis, maka konsep awal tersebut akan
menghasilkan konsep yang benar dan tepat serta terarah.

Dalam belajar fisika, yang pertama dituntut adalah kemampuan untuk memahami
konsep, prinsip maupun hukum-hukum, kemudian diharapkan siswa mampu menyusun
kembali dalam bahasanya sendiri sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan
intelektualnya.

Belajar fisika yang dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan
deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik
secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. (Depdiknas, 2003: 1)

Selanjutnya secara garis besar pembelajaran Fisika seperti yang diungkapkan oleh Abu
Hamid(sulistyono,1998:12), adalah sebagai berikut:

1. Proses belajar Fisika bersifat untuk menentukan konsep, prinsip, teori, dan hukum-hukum
alam, serta untuk dapat menimbulkan reaksi, atau jawaban yang dapat dipahami dan
diterima secara objektif, jujur dan rasional.
2. Pada hakikatnya mengajar Fisika merupakan suatu usaha untuk memilih strategi mendidik
dan mengajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan upaya untuk
menyediakan kondisi-kondisi dan situasi belajar Fisika yang kondusif, agar murid secara
fisik dan psikologis dapat melakukan proses eksplorasi untuk menemukan konsep, prinsip,
teori, dan hukum-hukum alam serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pada hakikatnya hasil belajar Fisika merupakan kesadaran murid untuk memperoleh
konsep dan jaringan konsep Fisika melalui eksplorasi dan eksperimentasi, serta kesadaran
murid untuk menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya sehari-hari.

Pembelajaran merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap


baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Menurut Corey
(Yusufhadi Miarso, 1986 : 195) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah-laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu

Pembelajaran fisika dipandang sebagai suatu proses untuk mengembangkan kemampuan


memahami konsep, prinsip maupun hukum-hukum fisika sehingga dalam
proses pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang
efektif dan efisien. Pembelajaran fisika di sekolah menengah pertama merupakan salah satu
mata pelajaran IPA yang dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar.

Model pembelajaran dan unsur-unsur

Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik,antara peserta


didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu
lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat
membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian.
2. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan
belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung
(Joice&Wells). Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, mengatakan “model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.
3. Prinsi-prinsip pembelajaran meliputi: (1) peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu, (2)
peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar, (3) proses pembelajaraan
menggunakan pendekatan ilmiah, (4) pembelajaran berbasis kompetensi, (5)
pembelajaran terpadu, (6) pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen
yang memiliki kebenaran multi dimensi, (7) pembelajaran berbasis keterampilan
aplikatif, (8) peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-
skills dan soft-skills, (9)pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat, (10) pembelajaran
yang menerapkan nilai-nilai dengan memberiketeladanan (ingngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ingmadyomangunkarso), dan mengembangkan kreativitas
pesertadidik dalam proses pembelajaran (tut wurihandayani), (11) pembelajaran yang
berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, (12) pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran, (13) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik, dan (14) suasana belajar menyenangkan dan menantang.
4. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
5. Tujuan penggunaan model pembelajaran sebagai strategi bagaimana pembelajaran
yang dilaksanakan dapat membantu peserta didik mengembangkan dirinya baik berupa
informasi, gagasan, keterampilan nilai dan cara-cara berpikir dalam meningkatkan
kapasitas berpikir secara jernih, bijaksana dan membangun keterampilan sosial serta
komitmen (Joice& Wells).
6. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:
a. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Model
pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau
pengembang membuat teori dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan
sebenarnya serta tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa
yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana siswa belajar dengan
baik serta cara memecahkan suatu masalah pembelajaran.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan
dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang
diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar selama ini dapat berhasil
dalam pelaksanaannya.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model
pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga
suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang selama ini
menjadi tujuan pembelajaran. (Trianto, 2010).
7. Memilih atau menentukan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kondisi
Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat dari materi
yang akan diajarkan, dantingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu, setiap
model pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan siswa
dengan bimbingan guru.
8. Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sebagaimana yang diterapkan
pada kurikulum 2013, sebaiknya dipadukan secara sinkron denganlangkah/tahapan
kerja (syntax) model pembelajaran.

Model pembelajaran TGT (unsur-unsur dalam TGT, kelebihan dan kelemahan)

a. Pengertian TGT
Secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali satu hal: TGT menggunakan Turnamen
Akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, di mana para
siswa berlomba-lomba sebagai wakil tim meraka dengan anggota tim lain yang kinerja
akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT sangat sering digunakan dengan STAD,
dengan menambahkan turnamen tertentu pada struktur STAD yang biasanya. (Robert E.
Slavin, 2010)

Dalam TGT peserta didik memainkan permainan-permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh skor
bagi tim mereka masing-masing. Penyusunan permainan dapat disusun dalam bentuk kuis berupa pertanyaan
yang berkaitan dengan materi pelajaran. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams-Games-
Tournament (TGT), atau pertandingan permainan tim dikembangkang secara asli oleh David De Vries dan
Keath Edward (1995). Pada Model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. (Trianto, 2010)

b. Komponen TGT

1) Presentasi Kelas (Penyajian Kelas)


Sama seperti dalam STAD, yaitu: Materi dalam TGT pertama- tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam
kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang
dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi Audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan
pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada TGT. Dengan cara
ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama
presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis/game-game,
dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

2) Kelompok (tim)
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik,
jenis kelamin, ras dan etnistas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-
benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan
kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar-kegiatan
atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan
bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada
yang membuat kesalahan.

3) Game
Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerjaa tim. Game tersebut
dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing mewakili tim yang berbeda.
Kebanyakan game hanya berupa nomor-nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang
siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada
kartu tersebut. Sebuah aturan tentang penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban
masingmasing.

4) Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau
akhir unit, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok terhadap
lembar-kegiatan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen, tiga siswa
berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2, dan seterusnya. Kompetisi yang
seimbang ini, seperti halnya sistem skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan para siswa dari
semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka
melakukan yang terbaik.

5) Team Recognize (Penghargaan Kelompok)


Sama seperti dalam STAD, yaitu: Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila
skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh
persen dari peringkat mereka. (Robert E. Slavin, 2010)

c. Langkah-langkah Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)

1) Guru menyiapkan: kartu soal, lembar kerja siswa, dan alat/bahan.


2) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya lima/enam siswa).
3) Guru mengarahkan aturan permainannya.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut,
 siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat
prestasi, jenis kelamin, dan suka.
 Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
 Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.

d. Aturan (skenario)
Dalam satu permainan terdiri dari: kelompok pembaca, kelompok penantang I, kelompok penantang II, dan
seterusnya sejumlah kelompok yang ada. Kelompok pembaca, bertugas: (1) ambil kartu bernomor dan cari
pertanyaan pada lembar permainan, (2) baca pertanyaan keraskeras, dan (3) beri jawaban.
Kelompok penantang kesatu bertugas: Menyetujui pembaca atau memberi jawaban yang berbeda. Sedangkan
kelompok peantang kedua: (1) Menyetujui pembaca atau emberi jawaban yang berbeda,
dan (2) Cek lembar jawaban. Kegiatan ini dilakukan secara bergiliran. (Trianto, 2010)

Gambar Rulersnya dapat dilihat seperti dibawah ini:

Ruler Model TGT


e. Sistem Penghitungan Poin Turnamen
Skor siswa dibandingkan dengan rata-rata skor yang lalu mereka sendiri, dan poin diberikan berdasarkan pada
seberapa jauh siswa menyamai atau melampaui prestasi yang dilaluinya sendiri. Poin tiap anggota tim ini
dijumlahkan untuk mendapatkan skor tim, dan tim yang mencapai kriteria tertentu dapat diberi sertifikat atau
ganjaran (award) yang lain.

Adapun kriteria penghargaan yang disarankan adalah sebagai berikut:

Kriteria Penghargaan Tim


f. Kelebihan dan Kekurangan
Metode pembelajran Kooperatif Team Games Tournament (TGT), ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Menurut Suarjana (2000:10) dan Istiqomah (2006), yang merupakan

1. Kelebihan Metode TGT adalah:


1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas.
2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam.
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa.
5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain.
6) Motivasi belajar lebih tinggi.
7) Hasil belajar lebih baik.
8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

2. Kelemahan TGT adalah:

1) Bagi Guru
Sulitnya pengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini
akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali, teliti dalam menentukan pembagian
kelompok. Dan waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang
sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu
menguasai kelas secara menyeluruh.

2) Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa
yang lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang
mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa
yang lain.

Demikianlah Pemaparan tentang Pengertian Langkah-Langkah dan kelebihan serta kekurangan dari Model
Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) semoga bermanfaat

Media Flash sebagai media pembelajaran fisika

sintaks model pembelajaran TGT menggunakan media flash


Sintak Model pembelajaran TGT (Team Games Turnamen)
Table 04 Sintak Pembelajaran Model TGT
Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Tahap 1 Guru menyampaikan semua Mendengarkan
Menyampaikan tujuan tujuan pembelajaran secara penjelasan yang di
dan memotivasi siswa umum yang ingin di capai sampaikan guru dan
dan memotivasi siswa belajar mencatat tujuan
Tahap 2 Guru menyajikan materi Memperhatikan
Menyajikan materi pelajaran secara umum demonstrasi yang di
pembelajaran kepada siswa dengan cara lakukan guru dan
demonstrasi lewat bahan mempelajari LKPD
bacaan / LKPD
Tahap 3 Guru membagi siswa menjadi Bergabung dengan
Pembentukan kelompok secara heterogen, kelompok yang telah
kelompok heterogen masing-masing kelompok dibagikan oleh guru
terdiri dari 4-5 orang
Tahap 4 Guru membagi siswa Masing-masing
Turnamen kedalam beberapa meja kelompok masuk ke
turnamen meja turnamen
Tahap 5 Guru membagi soal-soal Masing-masing
Evaluasi tournament kepada masing- kelompok
masing kelompok turnamen mengerjakan soal
turnamen dan dalam
mengerjakan soal
tidak boleh saling
membantu
Tahap 6 Guru memberikan Mendengarkan nama-
Penghargaan penghargan kepada setiap nama kelompok yang
kelompok kelompok yang memiliki poin berhak mendapatkan
tinggi penghargaan.

aktivitas belajar

Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas proses belajar tidak mungkin
berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik,
baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah dan
benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor (Nanang Hanafiah, 2010:23).
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses belajar kedua aktivitas itu
harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak
berfikir tanpa berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011:100).

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas belajar dapat memberikan nilai
tambah (added value) bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut ini:

1. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal
untuk belajar sejati.
2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak
terhadap pembentukan pribadi yang integral.
3. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.
4. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan peserta didik.
5. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman dan
berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.
6. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik sehingga sekolah menjadi hidup,
sejalan dan serasi dengan kehidupan di masyarakat di sekitarnya.

hasil belajar

Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia
memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan
bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata
yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani
di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh
seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan
kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada
tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh
strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar
siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) adalah
keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah
yang mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar


Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan
orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk
memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar
dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap
guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun
untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang
berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses
belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila
tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu


mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa.
Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai
tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah
untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses
belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum
berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil
apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.

2. Indikator Hasil Belajar Siswa


Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
a. Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik
secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini
biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal
(KKM)
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa,
baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam
buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120) indikator yang banyak dipakai
sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.

fluida dinamis

Fluida dinamis adalah fluida (bisa berupa zat cair, gas) yang bergerak. Untuk memudahkan dalam
mempelajari, fluida disini dianggap :

a. Tidak kompresibel artinya bahwa dengan adanya perubhana tekanan ,volume fluida tidak berubah.

b. Tidak memngalami gesekan, artinya bahwa pada saat fluida mengalir,gesekan antara fluida dengan
dinding tempat mengalir dapat diabaikan.

c. Aliran stasioner, artinya tiap partikel fluida mempunyai garis alir tertentu dan untuk luas penampang
yang sama mempunyai laju aliran yang sama.

Untuk memudahkan dalam mempelajari, fluida disini dianggap steady (mempunyai kecepatan yang
konstan terhadap waktu), tak termampatkan (tidak mengalami perubahan volume), tidak kental, tidak
turbulen (tidak mengalami putaran-putaran).

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak sekali hal yang berkaitan dengan fluida dinamis ini.

JENIS ALIRAN FLUIDA DINAMIS

Ada beberapa jenis aliran fluida. Lintasan yang ditempuh suatu fluida yang sedang bergerak
disebut garis alir. Berikut ini beberapa jenis aliran fluida.

a. Aliran lurus atau laminer yaitu aliran fluida mulus. Lapisan-lapisan yang bersebelahan meluncur satu
sama laindengan mulus. Pada aliran partikel fluida mengikuti lintasan yang mulus dan lintasan ini tidak
saling bersilangan. Aliran laminer dijumpai pada air yang dialirkan melalui pipa atau selang.

b. Aliran turbulen yaitu aliran yang ditandai dengan adamnya lingkaran-lingkaran tak menentu dan
menyerupai pusaran. Aliran turbulen sering dijumpai disungai-sungai dan selokan-selokan.

Besaran-besaran dalam fluida dinamis

Debit aliran (Q)

Jumlah volume fluida yang mengalir persatuan waktu, atau:


Dimana :

Q = debit aliran (m3/s)

A = luas penampang (m2)

V = laju aliran fluida (m/s)

Aliran fluida sering dinyatakan dalam debit aliran

Dimana :

Q = debit aliran (m3/s)

V = volume (m3)

t = selang waktu (s)

Persamaan Kontinuitas

Persamaaan kontinuitas adalah persamaan yang menghubungkan kecepatan fluida dalam dari suatu
tempat ke tempat lain. Air yang mengalir di dalam pipa air dianggap mempunyai debit yang sama di
sembarang titik. Atau jika ditinjau 2 tempat, maka:

Debit aliran 1 = Debit aliran 2, atau :


PENERAPAN DALAM TEKNOLOGI

a. Persamaan Kontinuitas

1). Slang penyemprotan

Ujung slang ditekan yang berarti memperkecil penampang agar diperoleh laju aliran yang lebih besar.

2). Penyempitan Pembuluh darah

Pada pembuluh darah yang mengalami penyempitan, laju aliran darah pada pembuluh yang menyempit
akan lebih besar daripada laju aliran pada pembuluh normal.

Hukum Bernoulli

Hukum Bernoulli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan energi yang dialami oleh
aliran fluida. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan (p), energi kinetik per satuan volume, dan
energi potensial per satuan volume memiliki nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis arus.
Jika dinyatakan dalam persamaan menjadi :

Dimana :

p = tekanan air (Pa)

v = kecepatan air (m/s)


g = percepatan gravitasi

h = ketinggian air

Pesawat Terbang

Gaya angkat pesawat terbang bukan karena mesin, tetapi pesawat bisa terbang karena memanfaatkan
hukum bernoulli yang membuat laju aliran udara tepat di bawah sayap, karena laju aliran di atas lebih
besar maka mengakibatkan tekanan di atas pesawat lebih kecil daripada tekanan pesawat di bawah.

Akibatnya terjadi gaya angkat pesawat dari hasil selisih antara tekanan di atas dan di bawah di kali
dengan luas efektif pesawat.

Keterangan:

ρ = massa jenis udara (kg/m3)


va= kecepatan aliran udara pada bagian atas pesawat (m/s)

vb= kecepatan aliran udara pada bagian bawah pesawat (m/s)

F = Gaya angkat pesawat (N)

Penyemprot Parfum dan Obat Nyamuk

Prinsip kerja yang dilakukan dengan menghasilkan laju yang lebih besar pada ujung atas selang botol
sehingga membuat tekanan di atas lebih kecil daripada tekanan di bawah. Akibatnya cairan dalam
wadah tersebut terdesak ke atas selang dan lama kelamaan akan menyembur keluar.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN


Tempat penelitian dilakukan di MAN 1 Gresik. Sedangkan waktu penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018
B. PENENTUAN RESPONDEN PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa kelas XI di MAN 1
Gresik. Untuk mengetahui kesamaan tingkat kemampuan awal siswa terhadap mata
pelajaran fisika dilakukan uji homogenitas terhadap populasi sebelum subjek penelitian
ditetapkan sebagai responden.
Dua kelas dengan uji homogenitas yang sama ditentukan sebagai kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan teknik
purposive sample, yaitu teknik pengambilan sampel bukan secara random, namun karena
tujuan tertentu (Arikunto, 2010:183). Selanjutnya dilakukan teknik undian untuk
menentukan kelas eksperimen sebagai kelompok siswa yang menerima pembelajaran
fisika dengan menggunakan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament)
berbantuan media Flash dan kelas kontrol sebagai kelompok siswa yang menerima
pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan
oleh guru bidang studi.
C. VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Adapun variabel-variabel yang dijadikan objek penelitian adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran
menggunakan mdel pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) berbantuan Media
Flash.
2. Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil analisis mengenai :
a. Aktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswa menggunakan model TGT (Teams Games Tournament)
berbantuan media Flash dalam hal ini yakni :
a) Mengajukan pertanyaan
b) Mengemukakan pendapat saat berdiskusi
c) Aktif mengikuti permainan
d) Membangun kerjasama tim
e) Menjawab pertanyaan
f) Menjelaskan jawaban soal
b. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalamn belajarnya. Hasil belajar yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
hasil belajar kognitif, afetif, dan psikomotor.
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan. Variabel
kontrol dalam penelitian ini adalah materi pokok, guru, dan lama tatap muka.
Materi yang diajarkan adalah fluida dinamis, guru yang mengajar adalah peneliti,
dan waktu tatap muka setiap pertemuan adalah 2x45 menit.
D. JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara memberikan perlakuan untuk mengetahui perbedaan aktivitas dan
hasil belajar kelas yang menggunakan Model Pembelajaran TGT (Teams Games
Tournament) berbantuan Media Flash dalam pembelajaran fisika di SMA. Sebagai
pembandingnya, digunakan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran yang
biasa diterapkan oleh guru mata pelajaran fisika.
b. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control
Group Only Post Test Design. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-
masing dipilih secara random (R). kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan
kelompok yang lain tidak. Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Perlakuan Posttest Kel Eksperimen

X Te
R

Posttest Kel. Pembanding

Tp
R

Keterangan:
R = kelompok yang masing-masing dipilih secara random
X = perlakuan dengan Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tornament)
berbantuan Media Flash
Te = hasil Post Test kelas eksperimen setelah diberi perlakuan
Tp = hasil Post Test kelas kontrol tanpa diberi perlakuan
( Sanjaya, 2013:104 )
E. PROSEDUR PENELITIAN
Langkah-langkah yang ditepuh dalam penelitian meliputi :
1. Menentukan daerah penelitian dengan teknik purposive sampling area
2. Menentukan populasi disertai pengambilan data sebagai dokumentasi
3. Menentukan sampel dengan cara :
a. Melakukan uji homogenitas untuk mengethaui kemampuan awal siswa yang
didasarkan pada nilai ulangan harian pokok bahasan fisika sebelumnya.
b. Memilih dua kelas diantara kelas yang homogen untuk dijadikan kelas kontrol
dan kelas eksperimen dengan teknik random sampling.
4. Melaksanakan proses pembelajaran, yaitu kelas eksperimen dengan menggunakan
Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) berbantua Media Flash dan
kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran yang biasa digunakan ole guru
bidang studi
5. Mengadakan observasi pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk menilai
aspek afektif dan psikomotor sebagai indikator aktivitas belajar siswa pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
6. Setelah melakukan pembelajaran, memberikan post test pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol
7. Mengumpulkan data Post Test
8. Menganalisis data penelitian yang diperoleh
9. Melakuka wawancara pada siswa dan guru sebagai data pendukung dalam
pembahasan penelitian di kelas eksperimen dan kelas kontrol
10. Membuat pembahasan dari data yang diperoleh
11. Menyimpulkan data yang diperoleh

F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


a. Observasi
Data yang diambil dari kegiatan observasi ini adalah tentang keaktifan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung, yaitu aktivitas fisik dan kemampuan sosial siswa
sebagai indeks aktivitas belajar fisika siswa dan penilaian kognitif proses dan
psikomotor sebagai pendukung bentuk aktivitas belajar siswa. Kegiatan observasi
aktivitas siswa yang dilakukan oleh pengamat terhadap aspek, yaitu :
a) Mengajukan pertanyaan
b) Mengemukakan pendapat saat berdiskusi
c) Aktif mengikuti permainan
d) Membangun kerjasama tim
e) Menjawab pertanyaan
f) Menjelaskan jawaban soal
b. Wawancara
Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini berisi pertanyaan-
pertanyaan tentang tanggapan guru fisika dan beberapa siswa mengenai
pembelajaran dengan menggunakan model TGT (Teams Games Tournament)
berbantuan media flash. Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan pada informan
untuk observasi awal, dan wawancara selanjutnya adalah untuk mendapatkan
tanggapan, pendapat, masukan mapun saran dari siswa dan guru tentang
pembelajaran yang diterapkan peneliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berkaitan dengan penelitian. Data penelitian yang akan diambil peneliti melalui
dokumentasi adalah data berupa daftar nama siswa yang menjadi subjek penelitian
dan nilai ulangan harian fisika pada pokok bahasan sebelumnya serta dokumen lain
yang mendukung penelitian.
d. Tes
Tes dalampenelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa.
Tes dilaksanan sesudah pembelajaran (post test) untuk mengkaji hasil belajar yang
dicapai siswa setelah diterapkan proses pembelajaran dengan model pembelajaran
TGT (Teams Games Tournament) berbantuan media flash
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Untuk mengolah data yang telah diperoleh selama penelitian, diperlukan teknik analisis
data. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat ditentukan
teknik analisis data yaitu sebagai berikut.
1. Analisis data hasil belajar
Untuk mengkaji perbedaan yang signfikan hasil belajar fisika siswa menggunakan
model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) berbantuan media flash peneliti
menganalisis data dengan menggunakan independent-sample T-Test pada SPSS 17.
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan aturan pihak kanan dengan taraf
sebesar 5%. Data diperoleh dari nilai hasil observasi berupa data inteval.
a. Hipotesis statistik :
̅̅̅̅ (skor rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen sama
̅̅̅̅ = 𝑋𝑘
Ho : 𝑋𝑒
dengan kelas kontrol)
Ha: ̅̅
𝑋𝑒̅̅ > ̅̅̅̅
𝑋𝑘 (skor rata-rata hasil belajar fisika kelas eksperimen lebih tinggi dari
kelas kontrol)
b. Kriteria pengujian
1) Jika p (signifikan) > 0,05 maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis
alternatif (Ha) ditolak
2) Jika p (signifikan) ≤ 0,05 maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima
Atau secara matematis uji independent-sample T-Test, dapat dirumuskan
sebagai berikut :
𝑋̅1− 𝑋̅2
ttes =
̅ 1)2
(∑ 𝑋 ̅ 2
̅ 12
∑𝑋 ̅ 22 (∑ 𝑋2)
+∑ 𝑋
√( 𝑛1 𝑛2 )(𝑛1+𝑛2)
(𝑛1+𝑛2 )−2 𝑛1 𝑛2

(Hasan, 2009:146)
Keterangan :
𝑋̅1 = Nilai hasil belajar (post test) fisika siswa kelas eksperimen
𝑋̅2 = Nilai hasil belajar (post test) fisika siswa kelas kontrol
∑ 𝑋̅12 = Jumlah kuadrat Nilai hasil belajar (post test) fisika siswa kelas
eksperimen
∑ 𝑋̅22 = Jumlah kuadrat Nilai hasil belajar (post test) fisika siswa kelas
kontrol
(∑ 𝑋̅1)2 = Jumlah nilai Nilai hasil belajar (post test) fisika siswa kelas
eksperimen
(∑ 𝑋̅2)2 = Jumlah nilai Nilai hasil belajar (post test) fisika siswa kelas
kontrol
n1 = Banyaknya sampel pada kelas eksperimen
n2 = Banyaknya sampel pada kelas kontrol
2. Aktivitas belajar
Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran TGT () berbantuan media flash digunakan
rumus presentase keaktifan siswa (Pa) :
∑𝑎
Pa =∑ 𝑚𝑎 𝑥 100%

Keterangan :
Pa = Presentase keaktifan siswa
∑𝑎 = Jumlah skor tiap indikator aktivitas yang diperoleh siswa
∑ 𝑚𝑎 = Jumlah skor maksimum tiap indikator aktivitas siswa

Hasil perhitungan akan dicocokkan dengan kategori keaktifan siswa yang


disajikan dalam tabel 3.1

Tabel 3.1 kriteria aktivitas siswa


Prosentase aktivitas siswa kriteria
Sangat aktif
Pa ≥ 80%

Aktif
60% ≤ Pa < 80%

Cukup aktif
40% ≤ Pa < 60%

Kurang aktif
20% ≤ Pa < 40%

Sangat kurang aktif


Pa < 20%

(Masyhud, 2014:298)

Вам также может понравиться