Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Ulama
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Berikut ini adalah daftar Rais Am Syuriah (Dewan Penasehat) dan Ketua
Umum Tanfidziyah (Dewan Pelaksana) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama:
1947 1952
Dr (HC). KH.
6 KH. Ali Yafie (pjs) Abdurrahman Wahid 1991 1992
2010 2014
Kategori:
Ketua Umum Tanfidziyah PBNU
Rais Aam Syuriyah PBNU
Daftar tokoh agama Indonesia
150px
Petahana
Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si.
Sejak 6 Agustus 2015
Berikut ini adalah daftar Ketua Umum Muhammadiyah:
Tempat
No. Foto Nama Awal Akhir Keterangan
Musyawarah
K.H. Ahmad Rapat Tahun
1. 1912 1923 Yogyakarta
Dahlan ke-1
Rapat Tahun
2. K.H. Ibrahim 1923 1932 Yogyakarta
ke-12
Rapat Tahun
3. K.H. Hisyam 1934 1936 Yogyakarta
ke-23
Rapat Tahun
4. K.H. Mas Mansur 1937 1942 Yogyakarta
ke-26
Ki Bagoes Muktamar
5. 1944 1953 Yogyakarta
Hadikoesoemo Darurat
Muktamar Ke–
Buya A.R. Sutan
6. 1953 1959 Purwokerto
Mansur
32
K.H. A.R.
10.
Fachruddin
Muktamar Ke–
1971 1990 Makasar
38
Sidang Tanwir
1998 2000
& Rapat Pleno
Ahmad Syafii
13.
Maarif
2000 2005 Jakarta
Muktamar Ke–
44
Muktamar Ke–
45
Prof. Dr. KH. Din
14.
Syamsuddin, MA
Muktamar Ke–
46
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Dalam tulisan ini hendak diuraikan perihal tentang organisasi Al Jam’iyatul Washliyah
(Al-Washliyah), Kemudian diuraikan perihal tentang sejarah singkat organisasi Al-washliyah, dan
beberapa riwayat para pendiri dan tokoh Al-Washliyah yang sangat berpengaruh dalam
organisasi Al-Washliyah.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari tugas ( KE
ALWASHLIYAHAN) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3
BAB II PEMBAHASAN
A. Al Jam’iyatul Washliyah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap umat manusia mempunyai tujuan pokok dalam kehidupannya, tujuan pokok
tersebut merupakan pusat pemikirannya dan sasaran segenap aktivitas serta tumpuan segala
cita-citanya yang timbul dari dalam dirinya. “nilai-nilai mulia”
Bila tujuan itu mulia, maka akan terpancar dari padanya aktivitas yang indah dan
terepuji. Sedang pribadinya akan memantulkan gambaran keindahan jiwa pemiliknya dan selalu
menuju kepada kesempurnaan, sehingga ia berhak mengecap kebahagiaan yang ditentukan
untuknya.
Agama Islam datang untuk memperbaiki, membersihkan dan mengangkut jiwa
manusia semaksimal mungkin ketempat yang paling mulia. Islam menjelaskan kepada umat
manusia akan tujuan akhir yang harus dicapainya, menuntun mereka ketujuan yang paling tinggi
yaitu keridhaan Allah SWT :
“oleh karena itu segeralah kembali kepada (mentaati)Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi
peringatan yang nyata datang dari Allah untukmu.”
B. RUMUSAN MASALAH
3. Siapa saja pendiri dan tokoh Al-Washliyah yang berpengaruh dalam organisasi tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. AL JAM’IYATUL WASHLIYAH
Ada 5 (lima) macam usaha dan kegiatan Al Washliyah yang merupakan Panca Amal Al
Washliyah, yaitu :
Sejak awal mulai berdirinya, Al-Washliyah memposisikan diri secara independen yang
tidak berafiliasi ke partai politik manapun, ormas yang bergerak dalam wilayah nonpolitik, yang
berbeda sama sekali dengan partai politik yang sesungguhnya arah dan keterlibatan kebijakan
organisasinya senantiasa bermuatan politik. Al-Washliyah tidak membatasi anggotanya secara
pribadi yang ingin men- gembangkan karirnya dalam rangka amal shalih (pendidikan, dakwah
dan sosial /ekonomi) kepada partai politik dan ormas yang sah tidak bertentangan dengan
idealogi Negara RI. Al-Washliyah tetap independen secara organisasi, tetapi luas untuk pribadi
anggotanya dalam berbagai partai politik, yang tentu saja tidak menyertakan simbol-simbol Al-
washliyah didalamnya. Al-Washliyah sama sekali tidak bergerak dalam wilayah politik. Ini tidak
berarti bahwa Al-Washliyah lalu alergi pada urusan politik, sebab politik dalam arti shiyasah
adalah juga menjadi bagian dari urat nadi perjalanan kehidupan umat manusia, sepertinya
dakwah.
Visi Al-Washliyah :
Malaksanakan hablum minallah wa hablum minannas dan turut menciptakan Negara yang haldatun thoyyibatun
wa rabbun ghofur, serta terwujudnya kehidupan masyarakat Indonesia yang islami.
Misi Al-washliyah :
Membangun umat masyarakat dan bangsa Indonesia intuk bertakwa kepada Allah SWT dan berpengatahuan
luas serta berakhlak mulia.
a. Menjadikan Al-Qur’an & sunnah sebagai sumber nilai norma dalam perjuangan Al-Wasliyah.
b. Mengutamakan program kerja dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial menyantuni fakir
dan miskin.
Maksudnya disini ialah orang yang berjalan menurut sunnah Nabi Muhammad SAW dan
jama’ah (golongan orang yang banyak).
Al-Jam’iyatul Washliyah lahir sebelum Indonesia merdeka, dalam masa tertindas oleh
penjajah Belanda yang masih berkuasa. Al-Jam’iyatul Washliyah didirikan pada tanggal 30
Nopember 1930 M, bertepatan dengan tanggal 9 Rajab 1349 H, yang dipelopori oleh para
pemuda dan pelajar, guru-guru dari Magtab Islamiyah Tapanuli Medan dan para Ulama Islam di
sekitar Medan.
Dorongan untuk mendirikan organisasi ketika itu dimotivasi oleh beberapa hal :
a. Berakhirnya perang dunia pertama pada tahun 1918 yang membangkitkan semangat untuk
merdeka terutama didunia Islam termasuk Indonesia yang sebagian besar penduduknya
beragama Islam.
b. Lahirnya pergerakan kebangsaan yang dopelopori oleh Budi Utomo pada tahun 1908
mempengaruhi para pemuda dan pelajar, terutama para pelajar Maktab Islamiyah Medan untuk
bersatu dan membina kesatuan dan persatuan melawan penjajah.
Dalam sejarah kita jumpai beberapa pahlawan nasional (Islam) yang dikatagorikan
sebagai pahlawan nasioanal seperti pangeran Doponogoporo, Tuanku Imam Bonjol, Teaku
Tji’Ditiro, Sultan Hasanuddin, Sultan Banten, Pangeran Antasari, Pangeran Hidayatullah,
Pangeran Polem, Tjut Nyak Din, Teuku Umar, Tjut Mutia, dan lain-lainnya.
Almarhum Syekh H. Muhammad Yunus adalah seorang ulama Al washliyah yang selama
hidupnya mengembangkan dakwah dan pendidikan Islam. Banyak ulama-ulama terkenal yang
menuntut ilmu melalui beliau diantaranya adalah H. Abdurrahman Syihab, H. Baharuddin Ali,
OK. H. Abdul Aziz, H. Ismail Banda, Abdul Wahab dan lain-lain.
Dalam usianya ke-60 disaat terjadinya pendudukan Belanda (tahun 1948-1950) beban
tanggung jawab beliau sangat berat khususnya dalam bidang ekonomi untuk menutupi
kebutuhan keluarga. beliau mempunyai seorang istri dan sepuluh orang anak yang masih kecil.
Sampai-sampai beliau haus mengajar diberbagai tempat seperti sekolah menengah Islam Al
Washliyah Jalan Hindu Madrasah Al Washliyah di jalan Mabar, mengajar di jalan Sungai Kera
Medan, Pasar Bengkel dan Perbaungan. Inilah yang di tekuni beliau setiap harinya belum lagi
kegiatan dakwah dan pengajian lainnya. dalam usianya yang semakin lanjut di barengi dengan
pekerjaan berat dan tanggung jawab membutuhi keluarga. Beliau pun menderita sakit dari hari
ke hari penyakit tersebut semakin parah, sehingga pada tanggal 7 Juli 1950 bertepatan pada
tanggal 1 Syawal 1364 H dalam usianya ke 61 tahun beliau di panggil oleh Allah SWT ke sisi-Nya.
2. H. Abdurrahman Syihab
Sejak berdirinya organisasi ini secara terus menerus beliau duduk menjadi pengurusnya.
Pada tahun 1939 beliau melaksanakan ibadah haji ke Makkatul Mukarramah. Di sana beliau
menyempatkan diri untuk menuntut ilmu pengetahuan agama dan belajar kepada tuan Syekh
Ali Maliki, Umar Hamdan, Haan Masisat, Amin Al Kutubi dan Muhammad Alawy.
Dari tahun 1937-1939 beliau menjadi anggota Komite menghadapi Ordonantie Nikah
Bercatet, menjadi Anggota pengurus Wartawan Muslim Indonesia (PMWI), pengurus
Ikhwanusshofa Indonesia sebuah perkumpulan ulama intelektual Indonesia. Sejak tahun 1945-
1946 menjadi pengurus Besar Majelis Islam Tinggi Sumatra, ketua pimpinan daerah Majelis
Islam Tinggi Sumatra Timur dan wakil ketua Partai Masyumi Sumatra. Beliau pun pernah
menjadi utusan muslim Indonesia dalam rapat khusus dengan raja Arab Saudi Ibnu saud di
Mekkah dan tahun 1941 menjadi utusan PB Al Washliyah ke Kongres Muslim Indonesia di kota
Solo. Tahun 1945 menjadi utusan Sumatra Timur kongres Islam se-Sumatra di Bukit Tinggi.
Sampai akhir hayatnya (1954) beliau menjadi ketua Majelis Suro Muslimin Pusat di Jakarta.
Sebagai salah seorang anggota parlemen (DPR Pusat) H. Abdurrahman Syihab banyak
memberikan sumbangsih bagi daerah Sumatra Utara. Pada akhir tahun 1954 di Medan beliau
mendapatkan serangan penyakit mendadak sehingga harus dirawat di rumah sakit. Karena
penyakit yang tak kunjung sembuh, maka pada hari senin tanggal 7 Februari 1955 dalam usianya
yang ke-45 beliau di panggil oleh Allah SWT. Beliau meninggalkan seorang istri dan sepuluh
orang anak, lima orang laki-laki dan lima orang perempuan.
3. H. Ismail Banda
Pada tahun 1938, H. Ismail Banda berangkat ke Mesir untuk melanjutkan pendidikannya
pada fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar Kairo. Kemudian memperoleh gelar Bachelor of
Art (BA) dan pada tahun 1940 memperoleh gelar Master of Art (MA) dalam bidang ilmu filsafat.
Di negeri seribu piramid ini, H. Ismail Banda melakukan perjuangan dengan para tokoh pejuang
Islam untuk kemerdekaan bagi bangsa yang terjajah. Di mesir beliau menghimpun saudara–
saudaranya dan membuat persatuan sesama mahasiswa di luar negeri, diantaranya berjuang
dengan syekh Ismail Abdul Wahab Tanjung Balai.
Pada masa pemerintahan Jepang (tahun 1945) beliau menjadi salah satu seorang panitia
persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bertugas sebagai penghubung antara pemerintah
Mesir, partai–partai politik, surat kabar dan kedutaan asing di Kairo, melalui gerakan–gerakan
mahasiswa di Timur Tengah ini terjadilah protes dan demo menentang agresi belanda di tanah
air Indonesia. Demo ini berhasil dengan baik, sehingga lapisan masyarakat Mesir mengenal dan
membantu perjuangan rakyat Indonesia baik dalam mewujudkan kemerdekaan maupun
mempertahankan hingga terlaksananya penyerahan kedaulatan dari tangan Belanda ke
pangkuan negara kesatuan Republik Indonesia tahun 1949.
Pada tahun 1947 beliau pulang ke tanah air Indonesia, dan bekerja pada kementrian
agama dari tanggal 1 Juli sampai 1 september 1947 yang ketika itu ibukota negara RI berada di
Yogjakarta. Pada tahun 1948 beliau diangkat menjadi refrendays pada kementerian luar negri
dan menjadi misi haji yang pertama di Saudi Arabia Mekkah. Pada tahun 1950 beliau diangkat
menjadi konsulat kedutaan Indonesia di Teheran (Iran) dan selanjutnya tanggal 30 September
1951 menjadi Charge d’af fairs pada kedutaan Indonesia ke kabul (Afghanistan).
Dalam perjalan menuju tempat tugas yang baru di Afganistan, pesawat yang di
tumpanginya kecelakaan. Sehingga pada tanggal 22 Desember 1951 telah gugur sebagai kesuma
bangsa.
4. Tokoh lainnya
Syekh H. Muh.Arsyad Thalib Lubis dilahirkan pada bulan Oktober 1908 di Stabat,
kabupaten Langkat Sumatra Utara, ia berasal dari Mandailing Kampung Tambangan kecamatn
kota Nopan. Setelah tamat di sekolah rakyat dan madrasah Ibtidiyah di Stabat tahun 1923
melanjutkan pendidikannya di madrasah Ulumul Arabiah di tanjung balai. dari tahun 1925 s/d
1930 belajar di madrasah Al Hasamah di Medan dan selanjutnya memperdalam ilmu tafsir, Al
Quran, hadist dan Ushul fiqih pada tahun Syekh Hasan Maksum.
Sejak berdirinya Al Washliyah beliau tetap menjadi anggota pengurus besar organisasi
sampai tahun 1956. Sejak 1945 ketika Majelis Islam Tinggi dilebur menjadi partai islami
Marsyumi, beliau telah berulang-ulang menjadi pimpinan wilayah dan menjadi anggota majelis
Syuro Masyumi pusat (1953-1954).
Merupakan seorang ulama besar yang banyak berjasa di tengah-tengah kaum muslimin,
Nama beliau adalah Hasanuddin salah seorang putra dari Syekh Muhammad Maksum yang
dilahirkan pada tahun 1884 di Labuhan Deli Medan. Pada umur sepuluh tahun beliau belajar
sekolah inggris sampai kelas tiga, kemudian dikirim kedua orangtuanya ke Mekkah untuk
memperdalam pendidikan agama islam disana.
Pada usia yang kedua puluh beliau berumah tangga kemudian beliau belajar kembali ke
Mekkah dan Madinah selama delapan tahun. Pada tahun 1916 beliau sepulang dari Saudi
Arabia, beliau menggantikan jabatan orangtuanya sebagai kadhi di Kesultanan Deli.
Almarhum merupakan seorang ulama terkenal yang lahir pada tahun 1900, semenjak
kecilnya belajar pada sekolah dasar Belanda kemudian belajar pada Makhtab Islamiyah Tapanuli
di Medan.
Setelah tamat pada tahun 1921 beliau mengajar di Binjai, sambil menggali ilmu
pengetahuannya beliau pindah ke kota Medan dan oleh Kesultanan deli beliau di angkat
menjadi Kadhi wilayah Percut.
Beliau juga pengarang pengarang buku-buku agama, disamping itu beliau pun menjadi
pengasuh majalah suara Islam dan banyk memberikan ulasan-ulasan dan fatwa sekitar hukum-
hukum agama dalam organisasi Al Washliyah. Disaat umat Islam dirundung duka dengan
meninggalnya Tuan Syekh Hasan Maksum, tiba-tiba pada hari Sabtu 9 Januarim1937 atau 26
Syawal 1355 H, beliau dipanggil oleh Allah SWT bertempat di kediaman di Jalan Mabar Medan
tutup usia 37 tahun, meninggalkan seorang istri dan 4 orang anak yang masih kecil-kecil.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sejarah lahir sebelum kemerdekaan di Indonesia pada tanggal 30 November 1930 yang
memiliki peran bagi umat Islam khususnya di Sumatra Utara. Yang dipelopori oleh para pemuda
dan pelajar, guru-guru dari Magtab Islamiyah Tapanuli Medan dan para Ulama Islam di sekitar
Medan.
Riwayat para tokoh dan pendiri Al Washliyah dapat di lihat bahwa sangat berperan
penting dalam organisasi Al Jam’iyatul Washliyah sejak awal berdirinya hingga sekarang,
walaupun pejuang-pejuang tersebut telah tiada tapi tetap perjuangan mereka untuk organisasi
ini akan selalu di kenang karna jasa yang mereka torehkan untuk Al Washliyah.
B. SARAN
Saran yang ingin pemakalah sampaikan kepada pembaca yaitu sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
1. http://kabarwashliyah.com/2013/02/22/hm-arsyad-thalib-lubis