Вы находитесь на странице: 1из 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Luka bakar adalah cedera pada kulit dan jaringan sekitarnya, akibat suhu, bahan kimia,
listrik atau radiasi.1

2. EPIDEMIOLOGI
Luka bakar masih menjadi masalah besar yang mengancam seluruh kalangan usia. Lebih
dari 60% pasien luka bakar terjadi pada kisaran usia yang produktif, dengan kejadian pada
pria lebih banyak dari wanita. 55% disebabkan oleh api, 40% karena air mendidih dan
selebihnya dikarenakan kimia dan listrik.1
Luka bakar berat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relative tinggi di
bandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkanpun tinggi. Di Amerika
Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya. Dari angka
tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan emergency, dan sekitar 210
penderita luka bakar meninggal. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar.2
Menurut Riset Kesehatan Dasar Depkes RI 2007 prevalensi luka bakar di Indonesia
tertinggi terdapat di provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Riau sebesar 3,8%.
Data dari Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, selama tahun 2010 jumlah kasus
yang dirawat sebanyak 88 kasus dengan angka kematian 17,2%. Derajat luka bakar yang
paling banyak ditemukan yaitu derajat II a-b dengan 36 kasus atau 46,7% dari seluruh kasus
luka bakar yang didapatkan.2,3

3. ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI

Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan 2 cara: sumber penyebab dan derajat luka
bakar.1,4

3
Berdasarkan sumber penyebab dibedakan atas:

1) Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)


 Gas (mis. luka bakar karena api)
 Cairan (mis. luka bakar karena air panas)
 Bahan padat (solid)
2) Luka bakar bahan kimia (chemical burn)
 Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat asam kuat
 Luka bakar karena bahan kimia yang bersifat basa kuat
3) Luka bakar sengatan listrik atau petir (electrical burn)
4) Luka bakar radiasi (radiation injury)
5) Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)

Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar derajat I, II,
atau III1,2

4. PATOFISIOLOGI1,2

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan
produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah
delapan jam. Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring yang

4
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,
stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda
keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat
terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena
daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh
ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar,
selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas
dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat
berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari
kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif,
Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dari toksin lain yang
berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat
dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur
keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.

Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan
nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan
perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka
bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada
pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga jaringan yang
didarahinya nanti.

5
Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan terlihat
invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka bakar septik.
Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau basil Gram negatif lainnya,
dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi
di usus. Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di darah.

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh dengan
meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih
vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut.
Luka bakar derajat II yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal,
kaku dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan
mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristalsis usus
menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun
karena kekurangan ion kalium.

Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan
terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala
tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein
menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi.
Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga yang
diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh
karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun.

Pembagian zona kerusakan jaringan:1

1. Zona koagulasi, zona nekrosis


Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat
pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis
beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.

6
2. Zona statis
Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di daerah ini
terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit,
sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan permeabilitas
kapilar dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera
dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.

3. Zona hiperemi
Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa
banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan,
zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua
bahkan zona pertama.

Gambar 4. Zona Kerusakan Jaringan Akibat Luka Bakar

7
5. MANIFESTASI KLINIS
Pada anamnesis harus mencakup informasi tentang sumber luka bakar, suhu, dan
lama kontak, serta apakah ada inhalasi asap pembakaran yang berbahaya. Penting juga
diketahui lamanya dan lokasi pajanan kulit dengan sumber. Konsumsi obat-obatan atau
alkohol terakhir juga perlu ditanyakan. Mekanisme cedera yang berhubungan juga perlu
ditanyakan, misalnya ledakan, jatuh, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Anamnesis
menyeluruh mengenai luka bakar dapat memberikan informasi penting yang akan
mempengaruhi manajemen penganan pasien. Rincian yang terkait dengan lokasi cedera
(di dalam atau di luar ruangan), jenis cairan yang terlibat sebagai penyebab, durasi
terpajan dari api,
a. Menghitung Luas Luka Bakar
Penilaian awal dari area luka bakar adalah suatu hal yang penting, karena
membantu menentukan volume cairan yang dibutuhkan untuk resusitasi. Untuk orang
dewasa, aturan Wallace metode cukup dapat diandalkan untuk daerah yang luasnya
besar hingga menengah dan cepat untuk dilaksanakan. Pada anak dan bayi digunakan
rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak
kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.1,2

8
Gambar 5. Luas Luka Bakar
a. Rumus 10 untuk bayi
b. Rumus 10-15-20 untuk anak
c. Rumus 9 untuk orang dewasa

b. Derajat Luka Bakar

 Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis (Superficial burn) sehingga masih menyisakan banyak
jaringan untuk dapat melakukan regenerasi . Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam
5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan
timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I
adalah sunburn.

9
Gambar 1. Luka Bakar Derajat I

 Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat epitel
vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi (Partial Thickness burn). Jaringan
tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal
rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka dapat sembuh dalam
2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat
dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.
Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul
edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi luka
bakar derajat III.

10
(a) (b)
Gambar 2. (a) Luka bakar Derajat IIa, terdapat gelembung atau bula (b) Luka bakar
Derajat IIb, luka berwarna merah muda, lunak pada penekanan, dan tampak basah.

 Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan yang
lebih dalam (Full Thickness burn). Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang
dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali
jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri
maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan
sudah tidak intak.

11
Gambar 3. Luka bakar Derajat III

c. Beratny Luka Bakar


Menurut American Burn Assosiation untuk membagi ke dalam berat ringannya luka
bakar, maka hal yang harus dipertimbangkan antara lain sebagai berikut5 :
1. Luas luka bakar
2. Kedalaman luka bakar
3. Umur Penderita luka bakar
4. Trauma yang menyertai atau bersamaan dengan luka bakar
Berdasarkan penjelasan diatas, maka berat ringannya luka bakar diklasifikasikan sebagai
berikut5:
1. Berat dan Kritis
1. Derajat II > 40%
2. Derajat III > 10 %
3. Derajat III pada tangan, kaki atau wajah

12
4. Luka Bakar disertai trauma jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas
luka bakar
5. Disertai trauma lainnya seperti trauma jaringan lunak luas atau fraktur
6. Luka Bakar akibat listrik.
2. Sedang
1. Derajat II dengan luas 15-40%
2. Derajat III < 10 %, yang tidak mengenai kaki, tangan atau wajah.
3. Luka bakar derajat II dengan luas 10-20% pada anak <10 tahun
3. Ringan
1. Derajat I
2. Derajat II < 15%
3. Derajat III < 2%
Penentuan berat-ringan luka bakar ini ditujukan untuk kepentingan prognosis, yang
berhubungan dengan angka morbiditas dan mortalitas.
Indikasi merujuk pasien luka bakar ke unit luka bakar :2
 Luka bakar derajat II > 10%
 Luka bakar yang mengenai daerah wajah,tangan,kaki,genital,perineum,persendian
utama.
 Luka bakar derajat III pada semua usia
 Luka bakar listrik
 Luka bakar akibat zat kimia
 Terdapat cedera inhalasi.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG6
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:
1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
2. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
3. Jika curiga trauma inhalasi :rotgen thorak, analisa gas darah
4. Pemeriksaan EKG/Enzim jantung dengan luka bakar listrik

13
7. PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama adalah
mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi
sistemik.1,2

Penatalaksanaan pada kasus luka bakar dibedakan berdasarkan berbagai hal, yaitu:

 Berdasarkan penyebab
 Berdasarkan berat-ringannya luka bakar
 Tindakan awal dan tindakan lanjut
Secara sistematik dapat dilakukan 6C : Clothing, Cooling, Cleaning, Chemoprophylaxis,
Covering dan Comforting (contoh: pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat
dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada fasilitas kesehatan.

a. Penatalaksanaan Awal

Berikut adalah beberapa prinsip dalam penatalaksanaan luka bakar secara umum, antara lain 1,2,7:

1. Hentikan proses kombusio dan Clothing


Tindakan pertolongan yang pertama dan utama dalam kasus luka bakar adalah
menghentikan kontak dengan sumber panas; tindakan ini akan mencegah terjadinya
kerusakan yang lebih parah. Tindakan yang perlu dilakukan, antara lain:1,2

 Bila sumber panas adalah api, segera hentikan proses kombusio dengan air atau bahan
yang tidak mudah terbakar (karung basah, handuk basah, dsb).
 Pakaian (khususnya yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar seperti nilon, tetoron,
dsb) segera dilepaskan sebagai upaya menghentikan kontak tubuh dengan sumber panas.
Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai
pada fase cleaning.
 Bila penyebab luka bakar tersebut adalah listrik, segera putuskan aliran listrik.

14
2. Upaya mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah (Cooling)1,7
Apapun penyebab luka bakar, segera netralisir suhu tinggi dengan upaya menurunkan
suhu dengan cara mendinginkannya dengan menggunakan kompres air dingin atau air
mengalir selama 15-20 menit. Hindari hipotermia (penurunan suhu di bawah normal,
terutama pada anak dan orang tua).

Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa dingin)
sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi. Jangan pergunakan
es karena es menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan
memperberat derajat luka dan risiko hipotermia.

Tidak benar melakukan pertolongan dengan memberikan minyak, margarine, kopi, dsb
karena akan menimbulkan reaksi dengan jaringan yang menambah derajat kerusakan
jaringan yang menambah derajat kerusakan jaringan, termasuk infeksi.

Bila penyebabnya zat kimia, ada ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu : luka bakar
yang bersifat asam kuat jangan diatasi dengan pemberian zat kimia yang bersifat basa karena
akan timbul reaksi yang justru akan memperberat kerusakan. Hal yang harus dilakukan
adalah menetralisir dengan air.

b. Penalaksanaan Lanjutan

Setelah penatalaksanaan awal dilakukan, maka seterusnya dapat dilakukan


penatalaksanaan lanjutan yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan.7

a. Cleaning
Pembersihan luka tergantung dari derajat berat luka bakar, kriteria minor cukup
dilakukan dengan zat anastesi lokal, sedangkan untuk kriteria moderate sampai major
dilakukan dengan anastesi umum di ruang operasi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan
membuang jaringan yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko
infeksi berkurang.

15
b. Chemoprophylaxis
Pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial
partial thickness. Pemberian krim silver sulvadiazin untuk penanganan infeksi, dapat
diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat
alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2
bulan.
c. Covering
Penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka
bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka
(yang dilakukan setelah pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas
yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega,
minyak, oli atau larutan lainnya, akan menghambat penyembuhan dan meningkatkan
risiko infeksi.
d. Comforting
Dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
 Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :
 Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
 Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
 Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg

c. Resusitasi Luka Bakar1,2,7

Resusitasi cairan merupakan tatalaksana utama pada saat fase awal penanganan luka
bakar terutama pada 24 jam pertama. Pemberian cairan yang adekuat akan mencegah syok
yang disebabkan karena kehilangan cairan berlebihan pada luka bakar.
Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik
disertai gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan,
maksimal terjadi setelah delapan jam. Luka bakar dapat menyebabkan berbagai perubahan
parameter anatomis, imunologis bahkan fisiologis tubuh. Luka bakar dapat menyebabkan

16
hilangnya cairan intravaskular melalui luka atau jaringan yang tidak mengalami cedera.
Hilangnya cairan umumnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah cedera. Indikasi terapi
cairan pada penderita luka bakar yaitu luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas luka >25%
dan pasien yang tidak dapat minum untuk memenuhi kebutuhan cairannya dan dihentikan
apabila intake oral dapat menggantikan parenteral.
Menurut Baxter (Parkland) pada kondisi syok yang dibutuhkan adalah mengganti cairan,
dan cairan yang diperlukan adalah larutan fisiologik (mengandung elektrolit). Sehingga
rumus ini hanya mengandalkan larutan ringer lactate. Dan ternyata pemberian ringer lactate
ini sudah mencukupi, bahkan mengurangi kebutuhan akan transfusi.

4 cc x BB x (%)Luka Bakar

Pada hari pertama, separuh jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam kemudian. Pemberian cairan tersebut dilakukan dengan pemantauan
Jumlah produksi urin 25 – 50 ml/jam (0,5 – 1 ml/KgBB/jam) dipantau melalui kateter. Bila
produksi urin < 0,5 ml/Kg/jam, maka jumlah cairan yang diberikan ditingkatkan 50% dari
jumlah yang diberikan pada jam sebelumnya. Bila produksi urin > 1 ml/Kg/jam, maka
jumlah cairan yang diberikan dikurangi 25% dari jumlah yang diberikan pada jam
sebelumnya.
Pada hari kedua, jumlah cairan yang diberikan sebanyak ½ dari jumlah cairan yang
diberikan pada hari pertama dan diberikan merata dalam 24 jam. Selanjutnya pada hari
ketiga dapat diberikan ½ jumlah cairan hari kedua. Namun jika diuresis pada hari ketiga
memuaskan dan penderita dapat minum tanpa kesulitan, infus dapat dikurangi dan diberikan
hanya sesuai dengan kebutuhan cairan harian, atau bahkan dapat dihentikan.

17
d. Penatalaksanaan Luka
Luka bakar derajat I cukup dirawat dengan vaselin atau krim pelembab, tanpa harus
memberikan antibiotic. Tidak ada ketentuan melarang luka tidak boleh kena air pada saat
mandi. Dengan membersihkan kulit saat mandi, proses penyembuhan akan berlangsung
sebagaimana mestinya.
Luka bakar derajat II superficial
a. Luka bakar yang termasuk katagori ini ditandai dengan adanya bula. Bula adalah epidermis
yang terlepas dari dasarnya (dermis), merupakan suatu proses epidermolisis, disertai
akumulasi eksudat membentuk suatu gelembung. Bila ukuran bula relative kecil, cukup
dibiarkan dan akan mengalami penyembuhan spontan. Bila menganggu, dilakukan aspirasi
pada cairan bula tanpa melakukan pembuangan lapisan epidermis yang menutupinya. Bila
ukuran bula cukup luas atau besar, lakukan insisi atatu aspirasi menggunakan semprit tanpa
membuang lapisan epidermis. Kemudian tutup dengan tulle dan kassa adsorben atatu
hidrofil. Kadang diperlukan pemberian antibiotic topical dalam bentuk sediaan krim. Kassa
yang kualitasnya kurang baik biasanya tidak memiliki efek hidrofilik yang baik sehingga
perlu dibasahi dan diperas sehingga cukup lembab (bukan basah) dan dapat menyerap
produksi eksudat. Balutan ini tidak perlu diganti bila tidak jenuh atau tidak kotor, dalam
waktu 5-7 hari biasanya epitel yang lepas dari lapisan dermis sudah melekat kembali
(sebagai graft). Bila tidak melekat, ia bertindak sebagai sarana biological dressing yang
memfasilitasi proses epitelisasi jaringan di bawahnya. Dalam perawatan luka ini upayakan
luka tetap bersih dan tidak kena air selama 5-7 hari. Setelah kurun waktu tersebut justru
dengan mandi kulit akan bersih dan segar, sehingga proses penyembuhan akan berjalan
sebagaiman mestinya.
b. Bagian tubuh terkena biasanya perlu diistirahatkan (immobilisasi) dalam tenggang waktu
tertentu untuk mempercepat proses penyembuhan.
c. Dalam hal diet, tidak ada pantangan terhadap jenis makanan apapun; bahkan diperlukan
diet tinggi kalori dan tinggi protein ditambah dengan vitamin dan mineral khususnya
vitamin A, D, E, dan C, serta zinc (Zn).

18
Terapi pembedahan pada luka bakar
1. Eksisi dini
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement),
dasar dari tindakan ini adalah:
a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan dibuangnya
jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan berlangsung lebih lama
dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada daerah sekitar luka bakar umumnya
terjadi edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat
mengakibatkan terjadinya iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses
penyembuhan dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin
lama juga waktu yang diperlukan untuk penyembuhan.
b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi – komplikasi
luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis yang melepaskan
“burn toxic” (lipid protein complex) yang menginduksi dilepasnya mediator-mediator
inflamasi.
c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses angiogenesis yang
terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini mengakibatkan banyaknya darah keluar
saat dilakukan tindakan operasi. Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko
kolonisasi mikro – organisme patogen yang akan menghambat pemulihan graft dan juga
eskar yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit.
Menurut Ziyad dkk dalam jurnalnya menyebutkan bahwa ada beberapa indikasi
dilakukannya debridement bedah yaitu luka bakar tingkat dua, luka bakar jenis apapun dan
sangat terkontaminasi, luka melingkar derajat tiga dengan sindroma kompartement, dan luka
bakar sirkumensensial disekitar pergelangan tangan.8
Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan melalui
infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam dan derajat
III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin grafting” (dianjurkan “split
thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien

19
luka bakar yang luas. Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu:
- Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih dari 3
minggu.
- Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.
- Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.
- Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang timbul.
Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh posterior. Eksisi
dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.
Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka lapis demi
lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah (endpoint). Adapun alat-alat
yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu pisau Goulian atau Humbly yang digunakan
pada luka bakar dengan luas permukaan luka yang kecil, sedangkan pisau Watson maupun
mesin yang dapat memotong jaringan kulit perlapis (dermatom) digunakan untuk luka bakar
yang luas. Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi 25% dari
seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil perdarahan dapat dilakukan hemostasis,
yaitu dengan tourniquet sebelum dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine
1:100.000 pada daerah yang dieksisi. Setelah dilakukan hal-hal tersebut, baru dilakukan “skin
graft”. Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan
keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan dengan jumlah yang
banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.
Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai lapisan fascia.
Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan penuh (full thickness) yang
sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam. Alat yang digunakan pada teknik ini adalah
pisau scalpel, mesin pemotong “electrocautery”. Adapun keuntungan dan kerugian dari
teknik ini adalah:
- Keuntungan : lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak, endpoint yang
lebih mudah ditentukan
- Kerugian : kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada saraf-saraf
superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian distal dari eksisi

20
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka bakar pasien.
Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit manusia yang berasal dari
tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari permukaan tubuh lain dari
pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft adalah
paha, bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan
secara split thickness skin graft atau full thickness skin graft. Bedanya dari teknik – teknik
tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor. Untuk memaksimalkan
penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat lubang
– lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1
sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting. Ketebalan dari kulit donor
tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan grafting, usia pasien, keparahan luka dan
telah dilakukannya pengambilan kulit donor sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat
dilakukan dengan mesin ‘dermatome’ ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau
Goulian. Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan
epinefrin) dan juga anestesi.
Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan dari eksisi luka
bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom setelah dilakukan eksisi, sehingga
pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya, pengendalian perdarahan sangat
diperlukan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit donor
dengan jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:
- Kulit donor setipis mungkin
- Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang dilakukan grafting), hal
ini dapat dilakukan dengan cara :
o Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut tekan)
o Drainase yang baik
o Gunakan kasa adsorben

21
8. PROGNOSIS
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak
daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan
penyembuhan.
Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar antara
lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan
kontraktur.
9. KOMPLIKASI
1. Syok hipovolemik 1,2,5
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan, cairan yang masuk ke bula pada
luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan dari kropeng pada luka bakar derajat III .
Bila luas luka bakar < 20% biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasi
tetapi bila > 20 % terjadi Syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat,
dingin , berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi perlahan lahan dan maksimal pada delapan jam.
2. Oedem laring 1,5
Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bila luka terjadi di muka,. Dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan napas karena gas , asap, uap panas yang terhisap, udem yang terjadi
dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena udem laring. Gejala yang
timbul adalah sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap karena
jelaga.
Setelah 12 – 24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi dan
penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh darah . ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.

22
3. Keracunan gas CO 1,5
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. Karbon monoksida akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen.
Tanda-tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan
yang berat terjadi koma. Bila > 60 % hemoglobin terikat dengan CO, penderita dapat meninggal.
4. SIRS (systemic inflammatory respone syndrome) 1,5
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit untuk
mengalami penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang mengalami
trombosis. Kuman penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri, juga dari kontaminasi kuman
dari saluran nafas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini
biasanya berbahaya karena banyak yang sudah resisten terhadap antibiotik.
Prosesnya dimulai oleh aktivasi makrofag, netrofil, dan pelepasan mediator – mediator,
yang kemudian diikuti oleh :
1. Gangguan hemodinamik berupa vasodilatasi, depresi miokardium, gangguan sirkulasi
dan redistribusi aliran.
2. Perubahan mikrovaskuler karena endotel dan edema jaringan, mikroemboli, dan
maldigesti aliran.
3. Gangguan oksigenasi jaringan. Ketiganya menyebabkan hipoksia seluler dan
menyebabkan kegagalan fungsi organ. Yang ditandai dengan meningkatnya kadar
limfokin dan sitokin dalam darah.
5. MOF (Multi Organ Failure) 1,5
Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan gangguan
sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan metabolisme. Pada tahap
awal terjadi proses perubahan metabolisme anaerob yang diikuti peningkatan produksi dan
penimbunan asam laktat menimbulkan asidosis. Dengan adanya gangguan sirkulasi dan perfusi,
sulit untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel, iskemi jaringan akan berakhir dengan
nekrosis.
Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan – jaringan organ
penting terutama otak, hepar, paru, jantung, ginjal, yang selanjutnya mengalami kegagalan
menjalankan fungsinya. Dalam mekanisme pertahanan tubuh, terjadi gangguan pada sistem

23
keseimbangan tubuh (homeostasis), maka organ yang dimaksud dalam hal ini adalah ginjal.
Dengan adanya penurunan atau disfungsi ginjal ini, beban tubuh semakin berat.
Resusitasi cairan yang inadekuat pada fase ini menyebabkan berjalannya proses
sebagaimana diuraikan diatas. Sebaliknya bila terjadi kelebihan pemberian cairan (overload)
sementara sirkulasi dan perifer tidak atau belum berjalan normal, atau pada kondisi syok; cairan
akan ditahan dalam jaringan paru yang manifestasi klinisnya tampak sebagai edema paru yang
menyebabkan kegagalan fungsi paru sebagai alat pernafasan, khususnya pertukaran oksigen
dengan karbondioksida, kadar oksigen dalam darah sangat rendah, dan jaringan hipoksik
mengalami degenerasi yang bersifat irreversible. Sel – sel otak adalah organ yang paling
sensitive; bila dalam waktu 4 menit terjadi kondisi hipoksik, maka sel – sel otak mengalami
kerusakan dan kematian; yang menyebabkan kegagalan fungsi pengaturan di tingkat sentral.
Sementara edema paru juga merupakan beban bagi jantung sebagai suatu pompa. Pada
mulanya jantung menjalankan mekanisme kompensasi, namun akhirnya terjadi dekompensasi.
6. Kontraktur 1,2,5,9
Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka, terutama luka
bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit yang sehat di sekitar luka, yang
tertarik ke sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang terkena hingga lapisan otot dan jaringan
tendon dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan.
Kontraktur fleksi dapat terjadi hanya karena kehilangan lapisan superfisial dari kulit.
Biasanya dengan dilakukan eksisi dari jaringan parut yang tidak elastik ini akan menyebabkan
sendi dapat ekstensi penuh kembali. Pada luka bakar yang lebih dalam, jaringan yang banyak
mengandung kolagen akan meliputi neurovascular bundles dan ensheathed flexor tendons, juga
permukaan volar dari sendi akan mengalami kontraksi atau perlekatan sehingga akan membatasi
range of motion. Kontraktur yang disebabkan oleh hilangnya kulit atau luka bakar derajat III
pada daerah persendian harus segera dilakukan skin grafting.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kontraktur yaitu
dengan posisi terapeutik, ROM exercise dan splinting. Posisi terapeutik yang dapat dilakukan
yaitu ekstensi leher, ekstensi pergelangan tangan,abduksi 90 derajat ketiak, ekstensi leher dengan
bantal atau gulungan, ekstensi siku 180 derajat, bidai ekstensi pergelangan tangan, abduksi paha
15- 20 derajat, ekstensi sendi paha dan lutut, posisi pergelangan kaki 90 derajat. ROM aktif dapat
dilakukan jika sudah stabil untuk mengurangi edem dan mempertahankan kekuatan dan fungsi

24
sendi. Terdapat dua tipe spint yang sering digunakan yaitu statis dan dinamis.Statis splint
merupakan immobilisasi sendi dilakukan imobilisasi selama tidur dan pada klien yang tidak
koperatif yang tidak dapat mempertahankan posisi dengan baik. Berlainan halnya dengan
dinamis spilnt, dynamic splint dapat melatih persendian yang terkena.

25

Вам также может понравиться

  • Dokumen (133
    Dokumen (133
    Документ1 страница
    Dokumen (133
    rahmat
    Оценок пока нет
  • 3.b. Bahan Bacaan RKS 02042019
    3.b. Bahan Bacaan RKS 02042019
    Документ170 страниц
    3.b. Bahan Bacaan RKS 02042019
    rahmat
    Оценок пока нет
  • Kerangka Rumah Sehat
    Kerangka Rumah Sehat
    Документ3 страницы
    Kerangka Rumah Sehat
    abumukhlis
    100% (1)
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Документ30 страниц
    Bab Ii
    rahmat
    Оценок пока нет
  • Tak Gunay
    Tak Gunay
    Документ1 страница
    Tak Gunay
    rahmat
    Оценок пока нет
  • Acute Burn Management BIL
    Acute Burn Management BIL
    Документ76 страниц
    Acute Burn Management BIL
    Dewy Sinchan'na Abie
    Оценок пока нет
  • Pedoman TataLaksana Gagal Jantung - 2015
    Pedoman TataLaksana Gagal Jantung - 2015
    Документ56 страниц
    Pedoman TataLaksana Gagal Jantung - 2015
    novaladrian
    100% (3)
  • Semua Part 4
    Semua Part 4
    Документ1 страница
    Semua Part 4
    rahmat
    Оценок пока нет
  • SEMUA
    SEMUA
    Документ1 страница
    SEMUA
    rahmat
    Оценок пока нет
  • Boneka
    Boneka
    Документ1 страница
    Boneka
    rahmat
    Оценок пока нет
  • Boneka
    Boneka
    Документ1 страница
    Boneka
    rahmat
    Оценок пока нет
  • Catatan 1
    Catatan 1
    Документ1 страница
    Catatan 1
    rahmat
    Оценок пока нет
  • Semua Part 2
    Semua Part 2
    Документ1 страница
    Semua Part 2
    rahmat
    Оценок пока нет
  • Semua Part 1
    Semua Part 1
    Документ1 страница
    Semua Part 1
    rahmat
    Оценок пока нет
  • PENUTUP
    PENUTUP
    Документ2 страницы
    PENUTUP
    rahmat
    Оценок пока нет