Вы находитесь на странице: 1из 34

PNEUMONIA

A. Pengertian

Pneumonia adalah radang / infeksi saluran pernafasan bagian bawah / paru – paru

yang mengenai satu atau beberapa lobus paru – paru yang ditandai dengan adanya

bercak - bercak infiltrasi, dapat teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di area

parenkin paru bisa menyebar keatas sampai ke area bronckhus. (Brunner dan Suddarth,

2001).

B. Etiologi

Penyebab secara umum penyakit Pneumonia adalah :

1. Bakteri

1. Pneumococcus misalnya penyebab utama pneumonia pada anak disebabkan

oleh pneumococcus tipe I4, I, 6 dan 9 .

2. Stapilococcus aureus, penyebab pneumonia berat dan kematian terutama pada

bayi dan anak – anak .

3. Streptococcus pneumonia, dan streptococcus beta haemolitikus grup A.

4. Diplococcus pneumonia : merupakan komplikasi penyakit virus lain seperti

morbili, varicella, dan pertusis .

5. Haemofillus Influenza dan pseudomonas aeruginosa .

2. Virus

Virus “ respiratory sinctial ” , virus influenza, virus siomegalik dan virus influenza,

adeno virus, atau rhinovirus.

3. Aspirasi

Makanan, cairan lambung, benda asing, aerosol, kerosin (minyak tanah), cairan

amnion atau karena tenggelam .

4. Pneumonia Hipostatik

Penyakit ini disebabkan tidur terlentang terlalu lama, misalnya pada anak dengan

kesadaran menurun .
5. Jamur

Candida albicans, histoplasmosis capsulatum, aspergillus, koksidioidomikosis .

6. Sindrom Loeffer

Pada foto roentgent terdapat infiltrat yang didapat dari satu lobus lain yang

sebenarnya infiltrate eosinofil .

7. AKibat virus AIDS dapat menyebabkan Pneumocystis Carinii.

C. Klasifikasi

Pneumonia menurut lokasinya terbagi atas ;

1. Pneumonia Lobaris : infeksi mencakup lebih dari satu lobus pada paru – paru .

2. Pneumonia Bronckhialis: inflamasi secret mukopurulent yg berkonsolidasi dengan

lobus yang terdekat .

3. Pneumonia Intertisialis : proses inflamasi terjadi pada dinding alveolar dan

peribronchial  jaras interlobaris .

D. Patofisiologi

Bakteri, virus ataupun jamur menyerang ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi

influenza yang terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat yang mengganggu gerakan

dan difusi oksigen dan karbondioksida, sel-sel darah putih, neotrofil juga bermigrasi ke

alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya berisi udara. Area paru tidak mendapat

ventilasi yang cukup karena sekresi edema mukosa dan bronchospasme menyebabkan

okulusi partial bronki atau alveoli yang mengakibatkan penurunan tekanan oksigen

alveoli. Keadaan demikian mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen sehingga tubuh

harus meningkatkan frekuensi ke dalam bernapasnya.

Atau dapat digambarkan dalam 4 stadium berikut ini :

Stadium 1 ( Hiperemia ) : merupakan respons inflamasi awal yang berlangsung

didaerah paru yang terinfeksi, yang ditandai dengan peningkatan aliran darah dan

permeabilitas kapiler didaerah infeksi. Hiperemia terjadi akibat pelepasan mediator –

mediator peradangan dari sel – sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera

jaringan. Mediator tersebut mencakup Histamin dan Prostaglandin.


Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemenuntuk bekerja sama dengan

histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskular paru dan

meningkatkan permeabilitas kapiler. Hal ini meyebabkan perpindahan eksudat plasma

keruang intertisium sehingga terjadi pembengkakkan dan edema antara kapiler dan

alveolus. Penimbunan cairan diantara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak tempuh

O2 dan CO2 untuk berdifusi, sehingga terjadi penurunan kecepatan difusi gas – gas.

Karena O2 kurang larut dibanding CO2 maka perpindahan O2 kedalam darah paling

berpengaruh, sehingga terjadi penurunan saturasi Oksigen haemoglobin. Dalam stadium

pertama pneumonia ini, infeksi menyebar kejaringan sekitar akibat peningkatan aliran

darah dan rusaknya alveolus dan membran kapiler disekitar tempat infeksi seiring dengan

berlanjutnya proses peradangan.

Stadium 2 ( Hepatisasi merah ): terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel – sel darah

merah, eksudat, dan fibrin yang dihasilkan oleh reaksi peradangan .

Stadium 3 ( hepatisasi kelabu ) : Terjadi sewaktu sel – sel darah putih mengkolonisasi

bagian paru yang terinfeksi dan terjadi fagositosis sisa – sisa sel .

Stadium 4 ( resolusi ) : Terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,

sehingga sisa – sisa sel, fibrin, dan bakteri yang telah dicerna dari makrofag. Sel

pembersih pada reaksi peradangan , mendominasi .

E. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala yang ditimbulkan antara lain :

 Peningkatan frekuensi nafas dan suara nafas melemah, pernafasan cuping hidung.

terutama pada bayi dan anak – anak.

 Batuk, ekspetorasi sputum. Penimbunan sputum dapat mengurangi ventilasi dan

pertukaran gas.

 Demam dan menggigil akibat proses inflamasi dan batuk yang produktif dan

purulent setiap hari.

 Sakit kepala, gelisah, malaise, kurang nafsu makan, dan keluhan gastrointestinal.

 Nyeri dada akibat iritasi pleura dan edema, sangat terasa saat batuk dan bernafas.

kadang – kadang nyeri terasa sampai daerah abdomen.


 Sputum berwarna merah karat ( streptococcus Pneumoniae ), Merah muda

( Staphilococcus aureus ) dan warna kehijauan dengan bau khas ( Pseudomonas

aeruginosa ).

 Bunyi crakle, bunyi nafas tambahan ketika jalan nafas terbuka dan merupakan

indikasi infeksi jalan nafas bawah .

 Bunyi mengi dan ronkhi, bunyi bernada tinggi terdengar ketika udara masuk

kedalam saluran nafas yang sempit sehingga menyumbat aliran udara.

 Keletihan, akibat reaksi inflamasi dan hipoxia.

 Respons subyektif Dyspnea akibat penurunan pertukaran gas. Bisa terjadi sianosis.

 Haemoptisis ( batuk darah ), akibat reaksi inflamasi yang menyebabkan kerusakan

kapiler .

F. Perangkat Diagnostik

 Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa

lobus yang berbercak-bercak infiltrate, dan edema pada ruang – ruang intertisial.

 Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosis antara 15000 sampai 40000 /mm 3.

kecuali apabila pasien mengalami imunodefiensi

 Pemeriksaan cairan pleura

 Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan

bronchus dan sputum atau aspirasi paru.

G. Komplikasi

 Atelektasis absorbsi

 Sianosis dan hipoxia

 Efusi pleura

 Abses kulit dan jaringan lunak.

 Otitis media, sinusitis, meningitis purulenta, perikarditis dan epiglotitis.

 Gagal nafas akibat kelelahan dan sepsis yang menyebar .


H. Penatalaksanaan

 Batuk – batuk tanpa gejala spesifik seperti diatas, cukup dengan berobat jalan,

terapi pemberian antibiotic.

 Pneumonia ringan, tidak perlu dirawat, cukup pemberian antibiotic.

 Pneumonia berat, tetapi masih bisa makan dan minum. Harus dirawat dan diberi

antibiotik.

 Antibiotik yang diberikan sesuai hasil biakan atau kuman penyebab.

 Obat – obatan lain untuk membantu mengencerkan sekresi.

 Pneumonia sangat berat, tidak sanggup makan dan minum, tanda dan gejala

sangat serius, harus dirawat. Terapy :

- pemberian O2 1 – 3 liter / mnt.

- Tehnik bernafas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan

mengurangi resiko atelektasis.

- Infus dektrose 5 : NaCl = 3 ; 1 sesuai berat badan, kenaikan suhu dan

status hidrasi.

- Inhalasi dan isap lendir jika mukus berlebihan untuk memperbaiki

transpor mukosilier.

- Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

- Antibiotik via injeksi Intravenus, misalnya Cefotaxime 100 mg / kgBB. 2x

pemberian .

 Istirahat adekuat sampai klien menunjukan tanda-tanda penyembuhan.

 Pertimbangan Khususuntuk pengobatan

a. pertimbangan pediatrik

Pada periode bayi baru lahir pneumonia dapat disebabkan oleh streptococcus

grup B yang ditularkan via uteri. Pneumonia ini memiliki efek khusus yang

sangat merusak, karena perjalanan penyakit lebih bervariasi, komplikasi dan

kematian sering terjadi. Penanganan memerlukan perawatan dirumah sakit

secara lebih adekuat.

b. Pertimbangan Geriatrik.

Pada geriatrik sering disebabkan oleh pneumococcus. Karena berhubungan

dengan penyakit lain yang diderita, nutrisi yang buruk, dan penurunan respon

imun. Sehingga perlu perawatan dan vaksinasi pneumonia untuk usia 65 tahun

keatas atau lansia yang tinggal dipanti – panti jompo.


Daftar Pustaka

1. Buku saku patofisiologi....Corwin, Elisabeth J ... 2008...Buku Kedokteran ECG ...

Jakarta .

2. Patofisiologi ... Elizabeth J Corwin, BSN, Phd ... Buku Kedokteran ECG ... Cetakan

1 ... 2001 .

3. Meubin, Halim .... 2001, Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.

4. Kapita Selekta Kedokteran ... Arif Mansjoer, DKK ... 2001 ... Media Aesculapius ...

Fakultas Kedokteran indonesia.

5. Rencana Asuhan Keperawatan ... Varilynn E.Doenges, DKK ... 2000 ... Buku

Kedokteran ECG ... Jakarta.

6. www. Google. Com...... Gangguan sistem pernafasan.

7. Infeksi saluran pernafasan Atas ……………… Google. www.wordpress.com.


I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan

secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat

didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat

adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris

terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat

juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto

rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,

perikarditis dll.

2. Pemeriksaan laboratorium

Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/mm3

dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan

tenggorokan dan 30% dari darah. Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin

terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin

J. KOMPLIKASI

Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai.. Kompli-

kasi yang dapat dijumpai ialah, empiema, otitis media akut. Komplikasi lain seperti

meningitis, perikarditis ( jarang dijumpai )

K. PENCEGAHAN

a. Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit

pneumonia atau dengan memberikan pengertian jika anak batuk, pilek disertai

demam sudah dua hari dan tidak ada perbaikan agar segera dibawa ketempat

pelaynan kesehatan terdekat

b. Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah. Misalnya semalam

dia diare anak sering batuk, janganlah dibawa keluar malam.

L. PENATALAKSANAAN MEDIK

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi pasien perlu terapi

secepatnya :

a. Penicillin 50.000 mg/kg bb/hari

b. Kloramphenicol 50 – 75 mg/kg bb/hari atau berikan antibiotic dengan spectrum

luas
c. Pemberian oksigen dan IVFD, jenis cairan yang digunakan adalah campuran

glukosa 5 % dan NaCl 0,9 % perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10

g/500 mg botol infuse

d. Karena sebagian besar pasien jatuh dalam kondisi asidosis metabolic akibat

kurang makan dan hipoksia maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil

analisa gas darah arteri

e. Manifestasi klinik

 Demam dan menggigil karena proses peradangan.

 Nyeri dada yang terasa tertusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan batuk.

 Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.

 Napas sesak dan cepat

 Tampak pernapasan cuping hidung

 Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.

 Mungkin timbul tanda-tanda sianosis.

 Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan

atelektasis absorbsi.

f. Komplikasi

 Hipotensi dan syok

 Atelektasis
 Efusi pleura

 Deliriu

 Superinfeksi

g. Perangkat Diagnostik

 Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa

lobus yang berbercak-bercak infiltrat

 Pemeriksaan laboraturium di dadapati lekositosit antara 15000 sampai 40000

/mm3.

 Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami

imunodefiensi

h. Penatalaksanan

 Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin, gentamisin.

 Inhalasi lembab dan hangat dapat menghilangkan iritasi broncia

 Istirahat adekuat sampai klien menunjukan tanda-tandapenyembuhan.

 Jika terjadi hipokscornia,berikan O2.

 Teknik bernapas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi

resiko atelektasis.

II.PROSES KEPERAWATAN.

1. Pengkajian

Pada pengkajian dengan pasien Bronkopnemonia maka harus diidentifikasi akan

adanya demam, mengigil, dan adanya nyeri dada yang dicetuskan pada saat

bernapas dan batuk,kaji akan adanya bunyi napas tambahan seperti ronchi,

whezzing, apakah napasnya sesak dan cepat, apakah dalambernapas tampak

pernapasan kuping hidung.Identifikasi akan adanya rasa lelah akibat peradeangan

dan hipoksia periksa atau tanda-tanda sianosis yang mungkin timbul.

2. Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi lendir di

jalan napas.

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan fungsi pernapasan

 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan

 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi saluran

pernapasan

 Kecemasan berhubung dengan kurangnya pengetahuan dengan penyakit

yang terjadi

3. Interfensi Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan akumulasi lendir di jalan napas.

Tujuannya : menunjukan jalan napas yang efektif atau bersih

Intervensi :

 Kaji atau pantau pernapasan klien

Rasionalnya : mengetahui frekuensi pernapasan klien sebagai

indikasi dasar gangguan pernapasan.

 Auskultasi bunyi napas tambahan

Rasionalnya : adanya bunyi napas tambahan yang menandakan

gangguan pernapasan.

 Berikan posisi yang nyaman misalnya posisi semi fowler

Rasionalnya : posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru lebih

maksimal

 Terapi inhalasi dan latihan napas dalam dan batuk efektif

Rasionalnya : mengeluarkan sekret.

 Lakukan program pengobatan

Rasionalnya : memperbaiki pernapasan.

2) Diagnosa keperawatan : pola napas tidak efektif berhubung dengan

obstruksi saluran pernapasan.

Tujuannya : pola napas efektif

Interfensinya :

 Berikan O2 sesuai program.

Rasionalnya : mempertahankan O2 arteri.

 Kaji atau pantau frekuensi pernapasan

Rasionalnya : indikasi adanya gangguan pernapasan.

 Berikan posisi semi fowler

Rasionalnya : meningkatkan pengembangan paru.

 Bantu dalam terapi inhalasi

Rasionalnya : kemungkinan terjadi kesulitan bernapas akut.

3) Diagnosa keperawatan : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

obstruksi saluran pernapasan.

Tujuannya : pertukaran gas menjadi adekuat.

Interfensi :
 Monitor / kaji tanda-tanda vital, kesulitan bernapas, retraksi

stomal.

Rasionalnya : data dasar untuk pengkajian lebih lanjut.

 Alat emergensi harus tersedia dengan baik.

Rasionalnya : persiapan emergensi terjadinya masalah akut

pernapasan.

 Suction jika ada indikasi

Rasionalnya : meningkatkan pertukaran gas.

 Berikan terapi inhalasi.

Rasionalnya : melonggarkan saluran pernapasan.

4) Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan

perubahan fungsi pernapasan.

Tujuannya : intoleransi aktivitas tertasi.

Interfensi :

 Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat beraktivitas.

Rasionalnya : merencanakan intervensi yang tepat.

 Bantu pasien dalam melakukan aktivitas.

Rasionalnya : ADL-nya dapat terpenuhi.

 Lakukan istirahat yang adekuat setelah beraktivitas.

Rasionalnya : membantu mengembalikan energi.

 Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet.

Rasionalnya : metabolisme membutuhkan energi.

5) Diagnosa keperawatan : kecemasan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang penyakit yang terjadi.

Tujuannya : kecemasannya teratasi.

Interfensi :

 Kaji tingkat kecemasan.

Rasionalnya : mengetahui sejauh mana kecemasan yang di alalmi.

 Berikan penjelasan tentang prosedur pengobatan dan

penyakit yang sedang terjadi.

Rasionalnya : menghilangkan kecemasan karena ketidaktahuan.

 Berikan ketenangan dengan memberikan lingkungan yang

nyaman.

Rasionalnya : lingkungan yang nyaman membantu memfokuskan

pikiran.

 Lakukan hubungan yang lebih akrab dengan pasien.


Rasionalnya : menimbulkan kepercayaan dan pasien merasa

nyaman.

 Membantu pasien dalam kemampuan koping.

Rasionalnya : koping yang positif dapat menurunkan kecemasan.


PENGKAJIAN FISIK

I. DATA BIOGRAFI

A. Identitas Klien

Nama : An. A

Umur : 27 hari

Pekerjaan : tidak ada

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sejiwa No. 37

Status : Dibawah umur

Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia

Diagnosa Medik : Bronchopneumonia

Tanggal Pengakajian : 08 Agustus 2005

Nomor Medik : 05 74 74

B. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umur : 18 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan dengan klien : Ayah Kandung

II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama : Sesak napas.

2. Riwayat Keluhan Utama

Klien masuk rumah sakit Labuang Baji, pada tanggal 4 agustus 2005 dengan

keluhan sulit bernapas sejak enam hari yang lalu disertai batuk. Ibu klien

mengatakan anaknya bertambah sesak ketika menangis, dan berkurang ketika

anaknya tertidur. Klien tidak mampu beraktivitas bila sesaknya timbul, keluhan ini

dirasakan secara bertahap dengan kualitas yang agak berat serta menyebar

disekitar dada klien.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


 Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah dirawat

di rumahsakit dengan keluahan yang sama.

 Klien tidak pernah mengalamikecelakan sebelumnya.

 Klien tidak pernah dioperasi sebelumnya.

4. Informasi Kesehatan Sekarang

 Klien tidak pernah alergi terhadap makanan dan obat-obatan.

 Klien mempunyai kebiasaan minum susu.

 Klien belum mendapatkan imunisasi.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

 Genogram

X X X X

? ?
G.1 ? ? ?
35 37
3 3
5 5

G.2
? ? ? ? ? ? ? ?

1 18
8

27 hari

G.3

Keterangan :

G1 : Generasi peretama : Laki-laki

G2 : Generasi kedua : Perempuan

G3 : Generasi ketiga.
X X : Telah meninggal

? ? : Tidak diketahui umur

: Serumah

: Klien
 Riwayat keluarga

 Klien adalah anak pertama dari orangtuanya

 Klien tinggal serumah dengan bapak, ibu, nenek dan kakek serta

tantenya.

 Tidak ada riwayat keluarga klien perokok.

III. KEADAAN KESEHATAN UMUM

1. Keadaan umum : Klien nampak sesak dan batuk

2. Pemeriksaan Autropinutri

LK : 34 cm LLA : 10 cm

LD : 32 cm LLB :9 cm

LP : 30 cm TB : 50 cm

LPA :13 cm BB : 2,7 Kg

3. Tanda-tanda Vital :

Nadi : 150 x/mnt

Pernapasan : 64 x/mnt

Suhu : 37,4 ºC

IV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Kulit

 Kulit klien halus dan turgornya baik

 Tidak terdapat lesi pada kulit klien

 Warna kulit klien sawomatang.

2. Kepala Dan Leher

a. Kepala

 Inspeksi : rambut klien hitam dan penyebarannya rata, bentuk kepala mesec

hepal, rambut klien lurus, tidak terlihat luka pada kepala klien, ubun-ubun

besarbelum tertutup.

 Palpasi : Tidak teraba adanya massa, rambut tidak mudah tercabut.

b. Mata

 Inspeksi : Sklera berwarna putih, konjungtifa merah muda, bola mata dapat

bergerak kesegalah arah.

 Palpasi : tidak terdapat benjolan bola mata.

c. Telinga

 Inspeksi : telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda peradangan,

tidak memakai alat bantu.

 Palpasi : tidak teraba adanya massa.

d. Hidungan dan Sinus


 Inspeksi : hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada obstruksi peradangan dan

pendarahan, terpasang O2 ½ liter/mnt, pernapasan cuping hidung.

e. Mulut dan tenggorokan.

 Inspeksi : tidak terlihat peradangan pada gusi, gigi belum ada.

 Palpasi : tidak teraba adanya massa.

f. Leher

 Inspeksi : Tidak nampak pembesaran tiroid, tidak nampak adanya massa.

 Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba adanya

massa.

3. Payudara

 Inspeksi : Tidak terlihat lesi pada putting susu, tidak tampak adanya massa.

 Palpasi : Tidak teraba adanya massa.

4. Dada Dan Paru-Paru

 Inspeksi : Bentuk dada menyerupai pigeon chist, frekwensi napas 64 x/mnt, irama

ireguler, ekspansi dada simetris kiri dan kanan.

 Palpasi : Terdapat retraksi dinding dada, tidak teraba adanya massa.

 Auskultasi : Bunyi napas bronkofesikuler, terdengar bunyi napas tambahan yaitu

ronchi.

5. Jantung

 Inspeksi : Ictuscordis terlihat pada ICS 5.

 Palpasi :.Apeks teraba pada ICS 5 midclavicularis kiri.

 Perkusi : Suara perkusi redup (dulrus).

 Auskultasi : Bunyi jantung satu : Murni (penutupan katup mitralis dan

trihuspidalis), bunyi jantung dua :murni(terbukanya katup mitralis dan

trihuspidalis).

6. Abdomen

 Inspeksi : tidak nampak pembesaran pada abdomen, tidak tampak lesi.

 Palpasi :.tidak teraba adanya massa, hepar tidak teraba.

 Perkusi :.suaraperkusi tympani.

 Auskultasi :peristaltik 10 x/mnt.

7. Genitalia Dan Anus

 Inspeksi : tidak ada kelainan pada organ kelamin.

 Palpasi :. Tidak teraba adanya massa.

8. Ekstremitas

i. Ekstremitas atas

1. Tidak terdapat atropi ataupun hipertropi.

2. Kuku klien tumbuh dengan baik.


3. Tidak terdapat edema.

4. Kedua tangan dapat bergerak bebas.

ii. Ekstremitas bawah

1. Tidak terdapat atropi maupun hipertropi.

2. Kuku klien tumbuh dengan baik

3. Tidak terdapat edema.

4. Kedua kaki dapat bergerak bebas.

9. Status Neurologis

( Tidak Dikaji )

V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

WBC : 2.400 /mm3 (N : 5.000-10.000/ mm3)

RBC : 4.18 Jt/ mm3 (N : 4.5-5.5 Jt/ mm3)

HGB : 14,0 gr % (N : 13-16 gr %)

NCT : 43,4 % (N : 40-48 %)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI

Foto thoraks hasilnya : terdapat bercak-bercak halus pada kedua paru.

VI. POLA KEGIATAN SEHARI-HARI

VII. POLA INTERAKSI SOSIAL

Orang yang terdekat dengan klien adalah Ibunya.

VIII. KESEHATAN SOSIAL

 Status rumah milik kakek dan nenek klien.

 Tidak terkena banjir.

 Rumah klien tenang.

IX. KEGIATAN KEAGAMAAN

Klien belum dapat melakuakan kegiatan keagamaannya.

X. PENGOBATAN DAN PERAWATAN

a. Pengobatan

Ampicilin 3 x 80 mg/IV

Gentamicin 2 x 8 mg/IV

Dexametazon 2 x 1 mg/IV

Invus Dextrose 5 % 7 tts/dtk

b. Perawatan

Pasang O2 ½ liter/detik.
PENGKAJIAN KEBUTUHAN OKSIGENASE

1. Klien tidak pernah menderita penyakit sesak napas dan batuk sebelumnya.

2. Klien menderita batuk dan sifatnya produktif.

3. Batuk klien tidak tentu waktunya.

4. Klien juga menderita sesak napas.

5. Irama pernapasan klien Ireguler, frekwensi pernapasan 64 x/mnt.

6. Terdengar ronchi, terjadi retraksi interhostal

7. Ibu klien mengatakan anaknya seasak.

8. Ibu klien mengatakan anaknya batuk berlendir.

9. Keluarga klien tidak ada yang merokok.

Pemeriksaan Laboratorium

WBC : 2.400 /mm3 (N : 5.000-10.000/ mm3)

RBC : 4.18 Jt/ mm3 (N : 4.5-5.5 Jt/ mm3)

HGB : 14,0 gr % (N : 13-16 gr %)

NCT : 43,4 % (N : 40-48 %)

Pemeriksaan Radiologi

i. Foto thoraks hasilnya : terdapat bercak-bercak halus pada kedua paru.

Manifestasi klinik

 Demam dan menggigil karena proses peradangan.

 Nyeri dada yang terasa tertusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernapas dan

batuk.

 Adanya bunyi tambahan pernapasan seperti ronchi, whezing.

 Napas sesak dan cepat

 Tampak pernapasan cuping hidung

 Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.

 Mungkin timbul tanda-tanda sianosis.

 Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan

atelektasis absorbsi.

j. Komplikasi

 Hipotensi dan syok

 Atelektasis

 Efusi pleura

 Deliriu

 Superinfeksi
k. Perangkat Diagnostik

 Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa

lobus yang berbercak-bercak infiltrat

 Pemeriksaan laboraturium di dadapati lekositosit antara 15000 sampai

40000 /mm3.

 Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami

imunodefiensi

l. Penatalaksanan

 Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicillin,

gentamisin.

 Inhalasi lembab dan hangat dapat menghilangkan iritasi broncia

 Istirahat adekuat sampai klien menunjukan tanda-tandapenyembuhan.

 Jika terjadi hipokscornia,berikan O2.

 Teknik bernapas dalam untuk meningkatkan ventilasi alveolus dan

mengurangi resiko atelektasis.

II. PROSES KEPERAWATAN.

4. Pengkajian

Pada pengkajian dengan pasien Bronkopnemonia maka harus diidentifikasi akan

adanya demam, mengigil, dan adanya nyeri dada yang dicetuskan pada saat

bernapas dan batuk,kaji akan adanya bunyi napas tambahan seperti ronchi,

whezzing, apakah napasnya sesak dan cepat, apakah dalambernapas tampak

pernapasan kuping hidung.Identifikasi akan adanya rasa lelah akibat peradeangan

dan hipoksia periksa atau tanda-tanda sianosis yang mungkin timbul.

5. Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi lendir di

jalan napas.

 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan fungsi pernapasan

 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan

 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi saluran pernapasan

 Kecemasan berhubung dengan kurangnya pengetahuan dengan penyakit yang

terjadi

6. Interfensi Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan

dengan akumulasi lendir di jalan napas.

Tujuannya : menunjukan jalan napas yang efektif atau bersih

Intervensi :

 Kaji atau pantau pernapasan klien

Rasionalnya: Mengetahui frekuensi pernapasan klien sebagai indikasi

dasar gangguan pernapasan.

 Auskultasi bunyi napas tambahan

Rasionalnya: adanya bunyi napas tambahan yang menandakan

gangguan pernapasan.

 Berikan posisi yang nyaman misalnya posisi semi fowler

Rasionalnya : posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru lebih

maksimal

 Terapi inhalasi dan latihan napas dalam dan batuk efektif

Rasionalnya : mengeluarkan sekret.

 Lakukan program pengobatan

Rasionalnya : memperbaiki pernapasan.

2) Diagnosa keperawatan : pola napas tidak efektif berhubung dengan obstruksi

saluran pernapasan.

Tujuannya : pola napas efektif

Interfensinya :

 Berikan O2 sesuai program.

Rasionalnya : mempertahankan O2 arteri.

 Kaji atau pantau frekuensi pernapasan

Rasionalnya : indikasi adanya gangguan pernapasan.

 Berikan posisi semi fowler

Rasionalnya : meningkatkan pengembangan paru.

 Bantu dalam terapi inhalasi

Rasionalnya : kemungkinan terjadi kesulitan bernapas akut.

3) Diagnosa keperawatan : gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

obstruksi saluran pernapasan.

Tujuannya : pertukaran gas menjadi adekuat.

Interfensi :

 Monitor / kaji tanda-tanda vital, kesulitan bernapas, retraksi

stomal.

Rasionalnya : data dasar untuk pengkajian lebih lanjut.


 Alat emergensi harus tersedia dengan baik.

Rasionalnya : persiapan emergensi terjadinya masalah akut

pernapasan.

 Suction jika ada indikasi

Rasionalnya : meningkatkan pertukaran gas.

 Berikan terapi inhalasi.

Rasionalnya : melonggarkan saluran pernapasan.

4) Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan

fungsi pernapasan.

Tujuannya : intoleransi aktivitas tertasi.

Interfensi :

 Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat beraktivitas.

Rasionalnya : merencanakan intervensi yang tepat.

 Bantu pasien dalam melakukan aktivitas.

Rasionalnya : ADL-nya dapat terpenuhi.

 Lakukan istirahat yang adekuat setelah beraktivitas.

Rasionalnya : membantu mengembalikan energi.

 Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet.

Rasionalnya : metabolisme membutuhkan energi.

5) Diagnosa keperawatan : kecemasan berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang penyakit yang terjadi.

Tujuannya : kecemasannya teratasi.

Interfensi :

 Kaji tingkat kecemasan.

Rasionalnya : mengetahui sejauh mana kecemasan yang di alalmi.

 Berikan penjelasan tentang prosedur pengobatan dan

penyakit yang sedang terjadi.

Rasionalnya : menghilangkan kecemasan karena ketidaktahuan.

 Berikan ketenangan dengan memberikan lingkungan yang

nyaman.

Rasionalnya: lingkungan yang nyaman membantu memfokuskan

pikiran.

 Lakukan hubungan yang lebih akrab dengan pasien.

Rasionalnya: menimbulkan kepercayaan dan pasien merasa nyaman.

 Membantu pasien dalam kemampuan koping.

Rasionalnya : koping yang positif dapat menurunkan kecemasan.

M. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
3. Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan

secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat

didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat

adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris

terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat

juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto

rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,

perikarditis dll.

4. Pemeriksaan laboratorium

Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/mm3

dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan

tenggorokan dan 30% dari darah. Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin

terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin

N. KOMPLIKASI

Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai.. Kompli-

kasi yang dapat dijumpai ialah, empiema, otitis media akut. Komplikasi lain seperti

meningitis, perikarditis ( jarang dijumpai )

O. PENCEGAHAN

a. Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit

pneumonia atau dengan memberikan pengertian jika anak batuk, pilek disertai

demam sudah dua hari dan tidak ada perbaikan agar segera dibawa ketempat

pelaynan kesehatan terdekat

b. Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah. Misalnya semalam

dia diare anak sering batuk, janganlah dibawa keluar malam.

P. PENATALAKSANAAN MEDIK

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi pasien perlu terapi

secepatnya :

a. Penicillin 50.000 mg/kg bb/hari

b. Kloramphenicol 50 – 75 mg/kg bb/hari atau berikan antibiotic dengan spectrum

luas

c. Pemberian oksigen dan IVFD, jenis cairan yang digunakan adalah campuran

glukosa 5 % dan NaCl 0,9 % perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10

g/500 mg botol infuse


d. Karena sebagian besar pasien jatuh dalam kondisi asidosis metabolic akibat

kurang makan dan hipoksia maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil

analisa gas darah arteri

Q. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

i. Anamnesis: pilek, batuk, demam dan sesak napas

ii. Pemeriksan fisik : penapasan cuping hidung, retraksi dinding dada dan

menggunakan otot Bantu pernapasan, demam, terdapat rongkhi

iii. Sistem kardiovaskuler dan pernapasan : anak gelisah, dispnu,

pernapasan cepat dan dangkal, dapat timbul cyanosis, batuk, bunyi jantung I

dan II redup bila sarang BP menjadi satu

iv. Gastro intestinal : Diare terjadi kadang-kadang, mual dan muntah,

turgor kulit jelek, bibir kering dan pecah-pecah

v. Muskuloskletal : otot dapat atropi, tonus otot menurun, pergerakan

terbatas,

vi. Hematologik : TTV meningkat, keadaan umum gelisah, warna kulit

pucat

vii. Endokrin : TB dan BB seimbang

viii. Renal : urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria

ringan karena peningkatan suhu tubuh

b. Diagnosa keperawatan

i. Bersihan jalan nafas, tak efektif, dapat berhubungan dengan : inflamasi

trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum, nyeri

fleuritik. Penurunan energi, kelemahan.

Tujuan : Menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas, menunjukkan

jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnoe.

Tindakan / intervensi :

Mandiri

1) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi

nafas, misalnya : krekels, mengi.

Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan

cairan, bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi

pada area konsolidasi. Krekels dan ronchi dan mengi terdengar pada

inspirasi dan / atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan,

secret kental dan spasme jalan nafas / obstruksi.


2) Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / Bantu pasien mempelajari

melakukan batuk, missal menekan dada dan batuk efektif sementara posisi

duduk tinggi.

Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan

nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami,

membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten.

3) Pengisapan sesuai indikasi

Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik

pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau

penurunan tingkat kesadaran.

4) Berikan cairan sedikitnya 2500 ml ml/hari ( kecuali kontraindikasi ).

Tawarkan air hangat dari pada dingin.

Rasional : Cairan kususnya yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan

sekret.

Kolaborasi

1) Bantu mengawasi efek pengobatan

Rasional : Memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret.

2) Berikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran, bronchodilator &

analgesik

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi

sekret. Analgesik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan

ketidaknyaman tapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat

menekan pernafasan.

ii. Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan dengan ; perubahan

membran alveolar – kapiler ( efek inflamasi ), gangguan kapasitas pembawa

oksigen darah.

Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA

dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan.

Tindakan / intervensi :

Mandiri :

1) Kaji frekwensi, kedalaman dan kemudahan bernafas.

Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum.

2) Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis

perifer ( kuku ) atau sianosis sentral.


Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau espon tubuh

terhadap demam / menggigil.

3) Kaji status mental

Rasional : Gelisah, mudah terangsang, bingung dan somnolen dapat

menunjukkan hipoksemia / penurunan oksigenasi serebral.

4) Awasi suhu tubuh sesuai indikasi

Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan

kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi selular.

Kolaborasi

5) Berikan terapi oksigen dengan benar.

Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60

mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman

tepat dalam toleransi pasien.

iii. Infeksi, Risiko tinggi terhadap penyebaran, Kemungkinan berhubungan

dengan : ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia,

perlengketan sekret pernafasan )., tidak adekuatnya pertahanan sekunder,

penyakit kronis, malnutrisi.

Tujuan : Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi,

mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko

infeksi.

Tindakan / intervensi :

Mandiri

1) Pantau tanda vital dengan ketat, khusus selama awal terapi.

Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat

terjadi.

2) Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan

perubahan warna, jumlah dan bau sekret.

Rasional : Pengeluaran sputum amat penting, perubahan karakteristik

sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi

sekunder.

3) Tunjukkan / dorong tehnik mencuci tangan yang baik

Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran / tambahan infeksi

4) Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik

Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi.

5) Batasi pengunjung sesuai indikasi

Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.


6) Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual

Rasional : mencegah penyebaran / melindungi pasien dari proses infeksi

lain.

7) Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktifitas sedang.

Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.

Rasional : Memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan tahanan

alamiah.

Kolaborasi :

8) Berikan antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum / darah,

misalnya penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikain, sepalosporin &

amantadin.

Rasional : untuk membunuh kebanyakan microbial. Komplikasi antiviral

dan antijamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh

organisme campuran.

iv. Intoleransi aktifitas kemungkinan berhubungan dengan : ktidak

seimbangan anatar suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum,

kelelahan.

Tujuan : Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe, kelemahan berlebihan

dan tanda vital dalam rentang normal.

Tindakan / intervensi :

Mandiri

1) Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas.

Rasional : menetapkan kemampuan n/ kebutuhan pasien dan memudahkan

pilihan intervensi.

2) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai

indikasi .

Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan

istirahat.

3) Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan

kebutuhan metabolic, menghemat energi untuk penyembuhan.

4) Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur

Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala lebih tinggi.


v. Nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan dengan ;

peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses

infeksi, anoreksi dan distensi abdomen / gas.

Tujuan : Menunjukkan peningkatan nafsu makan mempertahankan/me-

ningkatkan Berat badan.

Tindakan / intervensi :

Mandiri

1) indentifikasi factor yang menyebabkan mual / muntah misalnya : sputum

banyak, pengobatan aerosol, dispnoe berat, nyeri.

Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah

2) Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin

Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien

dan dapat menurunkan mual.

3) Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

Rasional : menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan

4) Auskultasi bunyi usus , observasi / palpasi distensi abdomen

Rasional : Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi

berat/memanjang.

5) Berikan makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering

Rasional : Tindakan ini dapat meningktkan masukan meskipun nafsu

makan mungkin lambat untuk kembali.

6) Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional : adanya kondisi kronis seperti PPOM atau keterbatasan keuangan

dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi.

vi. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan ;

kemungkinan berhubungan dengan : kurang terpajan, kesalahan interpretasi.

Tujuan : Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit, dan pengobatan,

melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan.

Tindakan / intervensi :

1) Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi

Rasional : Meningkatkan pemahaman situasi yang ada dan penting menghu

bungkan dengan program pengobatan.


2) Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan,

dan harapan kesembuhan identifikasi perawatan diri dan kebutuhan /

sumber pemeliharaan rumah

Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan menurunkan ansietas

dan masalah berlebihan. Gejala pernafasan mungkin lambat untuk

membaik, dan kelemahan dan kelelahan dapat menetap selama periode

yang panjang.

3) Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan / atau verbal

Rasional : Kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk

mengasimilasi informasi / mengikuti program medik.

4) Tekankan pentingnya melanjutkan batauk efektif / latihan pernafasan.

Rasional : selama awal 6 – 8 minggui setelah pulang, pasien beresiko besar

untuk kambuh pneumonia.

5) Tekankan pentingnya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang

dianjurkan.

Rasional : Penghentian dini antibiotik dapat mengakibatkan iritasi mukosa

bronchus, dan menghambat makrofag, alveolar, mempengaruhi pertahanan

alami tubuh melawan infeksi.

R. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

5. Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan

secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat

didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat

adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris

terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat

juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto

rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru,

perikarditis dll.

6. Pemeriksaan laboratorium

Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/mm3

dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan

tenggorokan dan 30% dari darah. Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin

terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin

S. KOMPLIKASI
Dengan penggunaan antibiotika, komplikasi hampir tidak pernah dijumpai.. Kompli-

kasi yang dapat dijumpai ialah, empiema, otitis media akut. Komplikasi lain seperti

meningitis, perikarditis ( jarang dijumpai )

T. PENCEGAHAN

a. Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit

pneumonia atau dengan memberikan pengertian jika anak batuk, pilek disertai

demam sudah dua hari dan tidak ada perbaikan agar segera dibawa ketempat

pelaynan kesehatan terdekat

b. Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah. Misalnya semalam

dia diare anak sering batuk, janganlah dibawa keluar malam.

U. PENATALAKSANAAN MEDIK

Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi pasien perlu terapi

secepatnya :

a. Penicillin 50.000 mg/kg bb/hari

b. Kloramphenicol 50 – 75 mg/kg bb/hari atau berikan antibiotic dengan spectrum

luas

c. Pemberian oksigen dan IVFD, jenis cairan yang digunakan adalah campuran

glukosa 5 % dan NaCl 0,9 % perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10

g/500 mg botol infuse

d. Karena sebagian besar pasien jatuh dalam kondisi asidosis metabolic akibat

kurang makan dan hipoksia maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil

analisa gas darah arteri

V. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian kien’

1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan umum, napas pendek karena kerja, kesulitan

tidur pada malam hari, menggigil dan/atau berkeringat, mimpi buruk

Tanda : takikardi, takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot,

nyeri dan sesak napas (tahap lanjut).

2. Integritas Ego

Gejala : adanya faktor stres lama, masalah keuangan, rumah;

perasaan tak berdaya/ tak ada harapan; populasi budaya/etnik : amerika asli atau

imigran dari Amerika Tengah, Asia Tenggara.

Tanda : menyangkal (khusus nya selama tahap dini), ansietas,

ketakutan, mudah terangsang.

3. Makanan/Cairan

Gejala : kehilangan nafsu makan, tak dapat mencerna, penurunan

BB

Tanda : turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan

otot/hilang lemak subkutan

4. Nyeri/Kenyamanan

Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang; berhati-hati

pada area yg sakit; perilaku distraksi , gelisah

5. Pernapasan

Gejala : batuk produktif atau tak produktif; nafas pendek; riwayat

tuberkulosis/terpajan pada individu terinfeksi

Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas ayau

fibrosis parenkim paru dan pleura); pengembangan pernapasan tak simetris (efusi

pleura); perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleuraatau penebalan

pleural), bunyi napas menurun/tak ada secara bilateral atau unilateral (efusi

pleura/pneumotoraks) , bunyi nafas tubuler dan /atau bisikan pektoral diatas lesi

luas. Krekels tercatat diatas apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk

pendek ; karekteristik sputum hijau, purulen, mukoid kuning atau bercak darah;

deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik); tak perhatian, mudah terangsang yang

nyata, perubahan mental (tahap lanjut)

6. Keamanan

Gejala : adanya kondisi penekanan imun mis : AIDS, kanker, tes

HIV positif

Tanda : demam randah atau sakit panas akut

7. Interaksi Sosial
Gejala : perasaan isolasi/penolakan kareana penyakit menular;

perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan karakteristik untuk

melaksanakan peran

8. Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : riwayat keluarga TB; ketidakmampuan umum/status

kesehatan buruk; gagal untuk baik/kambuhnya TB; tidak berpartisipasi dalam

terapi

9. Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6,6 hari

10. Rencana Pemulangan : memerlukan bantuan dalam terapi obat dan bantuan

perawatan diri dan pemulihan/perawatan rumah.

B. Diagnosa keperawatan dan Intervensi Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat

Tujuan : menurunkan resiko penyebaran infeksi dan menunjukkan

tehnik/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang

aman.

Intervensi :

 Kaji patologi penyakit (aktif/fase tidak aktif)

R/ membantu klien menyadari/menerima perlunya mematuhi program

pengobatan

 Identifikasi orang lain yang beresiko

R/ orang – orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah

penyebarannya/terjadinya infeksi

 Kaji tindakan kontrol sementara mis: masker/isolasi pernafasan

R/ dapat membantu menurunkan rasa terisolasi dan membuang stigma sosial

sehubungan dengan penyakit menular

 Awasi suhu sesuai indikasi

R/ reaksi demam indikator adanya penyakit infeksi lanjut

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental, kelemahan

upaya batuk buruk

Tujuan : mempertahankan jalan nafas klien; mengeluarkan sekret tanpa bantuan;

berpartisipasi dalam program pengobatan.

Intervensi :

 Kaji fungsi pernafasan, catat bunyi nafas, kecepatan irama dan kedalaman

serta penggunaan otot-otot aksesories


R/ penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronhi/mengi

menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan

nafas yang dapat menimbulkan penggunanan otot aksesoris pernafasan

 Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukus/ batuk efektif, catat

karakteristik, jumlah sputum dan adanya hemoptisis

R/ pengeluaran sulit bila sekret sangat kental. Sputum berdarah kental atau

darah cerah diakibatkan oleh kerusakan kavitas paru atau luka bronkial dan

dapat memerlukan evaluasi intervensi lanjut

 Berikan posisi semi fowler tinggi

R/ posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya

pernafasan

 Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari

R/ pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret,

membuatnya mudah dikeluarkan

 Kolaborasi dalam pemberian mukolitik

R/ agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk

memudahkan pembersihan

3. Resiko tinggi terhadap gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan

membran alveolar kapiler

R/ nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan

intervensi/perubahan program terapi

4. Kurang pengetahuan keluarga (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan

tindakan dan pencegahan berhubungan dengan kurang penjelasan informasi pada

orang tua/tak akuratnya informasi

Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit/prognosis dan kebutuhan

pengobatan

 Kaji kemampuan keluarga untuk belajar

R/ belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada

tahap individu

 Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat

R/ dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek

obat yang memerlukan evaluasi lanjut

 Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan

R/ informasi tertulis menurunkan hambatan keluarga klien untuk mengingat

sejumlah besar informasi

 Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan

pengobatan lama
R/ meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah

penghentian obat sesuai kondisi klien

Tujuan : penurunan dispnea; perbaikan ventilasi dan oksigenasi; bebas dari gejala

distres pernafasan

Intervensi :

 Kaji dispnea, takipnea tak normal/menurunnya bunyi napas, peningkatan

upaya pernapasan , terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan.

R/ TB paru menyebabkan efek luas pada paru dan bagian kecil

bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, efusi pleura dan

fibrosis luas. Efek pernafasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai

distres pernafasan

 Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan/atau perubahan

pada warna kulit termasuk membran mukosa dan kulit

R/ akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ

vital dan jaringan

 Tingkatkan Disusun
tirah Oleh :
baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan

sesuakeperluan KELOMPOK . IV
R/ menurunkan konsumsi oksigenasi/kebtuhan selama periode penurunan
Prayitno mulyani
pernafasan dapat menurunkan Nufriani
beratnya gejala.
Nindya
 Kolaborasi pemberian oksigen Nurfadilla
tambahan yang sesuai
Noor Tauhid
R/ alat dalam memperbaiki hipoksia yang dapat terjadi sekunder terhadap

penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan sering batuk,

kelemahan, dispnea

Tujuan : BB meningkat, lab. Normal dan bebas dari malnutrisi

 Catat status nutrisi klien pada penerimaan, turgor kulit dan derajat

kekurangan BB, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan

menelan, adanya tonus otot usus, riwayat mual muntah atau diare

R/ berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilih intervensi

yang tepat

 Pastikan pola diet biasa klien yang disukai/tak disukai

R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan /kekuatan khusus

pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki makanan diit

 Awasi masukan/pengeluaran dan BB secara periodik

R/ berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan

 Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet


R/ memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk

kebutuhan matabolik dan diet

 Awasi pemeriksaan laboratorium mis: BUN, protein serum dan albumin

Вам также может понравиться