Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
7. Bagaimana manajemen asuhan keperawatan pada pasien aritmia ?
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari impuls, atau
kelainan elektrofisiologi jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan system konduksi
jantung serta gangguan pembentukan atau penghantaran impuls yang menyebabkan
perubahan dalam urutan normal aktivitas atrium dan ventrikel ( H.V Huikuri, 2007 ).
Secara klinis, aritmia ventrikel dibagi atas yang benigna, yang dapat menjadi maligna
(potensi maligna) dan maligna yang dapat menyebabkan kematian yang mendadak. Aritmia
tersebut dapat timbul karena kelainan dalam pembentukan impuls, konduksi impuls, atau
keduanya (Nafrialdi, 2007).
(Nafrialdi, 2007).
3
Klasifikasi
1. Takikardia adalah suatu keadaan detak jantung terlalu cepat . Aritmia jantung saat
denyut jantung di atas 100 denyut per menit. Terdapat tiga macam aritmia jantung
jenis takikardia yaitu:
a) Sinus takikardia merupakan irama jantung teratur namun berdebar-debar ( laju
gelombang 100 X per menit).
b) Takikardia atrial atau supraventrikular (SVT) SVT terjadi ketika jantung
berdenyut cepat yang dimulai dari ruangan jantung sebelah atas.
c) Takikardia ventrikel Takikardia ventrikel terjadi ketika jantung berdenyut
cepat yang dimulai dari ruangan jantung sebelah bawah, yaitu di ventrikel
(bilik jantung).
2. Bradikardia terjadi ketika detak jantung terlalu lambat. Aritmia bradikardia terdiri
dari:
Sinus bradikardi adalah detak jantung kurang dari 60 per menit,irama teratur.
2.2 Etiologi
Aritmia jantung terjadi ketika impuls listrik di jantung yang berperan dalam mengatur
detak jantung tidak bekerja dengan baik, dan kondisi tersebut dapat disebabkan oleh banyak
hal, seperti:
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi).
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia
lainnya.
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung).
4
2.3 PATOFISIOLOGI
Ada banyak contoh aritmia yang timbul, baik karena peningktan atau kegagalan
automatisasi normal.
Nodus SA
Pada nodus ini, frekuensi impuls dapat diubah oleh aktifitas otonomik atau
penyakit intrinsik. Aktivitas vagal yang meningkat dapat memperlambat atau
menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara meningkatkan konduktansi
K+ (gK). K+ ke luar meningkat, sel pacu mengalami hiperpolarisasi, dan
memperlambat atau menghentikan depalarisai. Peningkatan aktivitas simpatis ke
nodus SA meningkatkan kecepatan depolarisasi fase4. Penyakit intrinsik di nodus SA
diduga menjadi penyebab aktivitas pacu yang salah pda sindrom sinus sakit (sick
sinus syndrome) (Nafrialdi, 2007).
Serabut Purkinje
Aritmia yang berasal dari sumber Impuls yang abnormal dapa dibagi dua,
yaitu automatisasi abnormal dan aktivitas terpicu (triggered activity). Yang
dimaksud dengan automatisasi abnormal adalah terjadinya depolarisasi diastolik
spontan pada nila Vm yang sangat rendah (lebih positif), pada sel yang dalam keadaan
5
normal mempunyai potensi yang jauh lebih negatif. Aktivitas terpicu adalah
pembentukan impuls pda fase repolasrisasi yang sudah mencapai ambang. Kedua
mekanisme ini sangat berbeda dari mekanisme pembentukan automatisasi normal. Di
samping itu kedua mekanisme ini dapat menyebabkan pembetukan impuls pada
serabut yang biasanya tidak mempunyai fungsi automatik (misalnya sel otot strium
atau ventrikel yang biasa) (Nafrialdi, 2007).
Automatisasi Abnormal
Early After-Depolarization
Delayed After-Depolarization
Ini adalah depolarisasi sekunder yang terjadi pada awal diastol, yaitu setelah
repolarisasi penuh dicapai. Delayed afterdepolarization tidak dapt tercetus dengan
sendirinya (de nova), tetapi tergantung dari adanya potensial aksi sebelumnya.
Peristiwa ini terjadi bila sel tertentu terpapar katekolamin, digitaslis tau kadar K+
ekstrasel yang rendah, atau kadar Na+ yang rendah dan Ca++ tinggi dalam perfusat.
Depolarisasi seperti ini dapat mencapai ambang dan menimbulkan depolarisasi
tunggal yang prematur. Bila depolarisasi prematur ini diikuti oleh depolasrisasi
berikutnya, maka akan terjadi sepasang ekstrasistol atau berubah menjadi takiaritmia.
Beberapa faktor dapat meningkatkan amplitudo delayed afterdepolarization dan
mencetusakan aktivitas terpicu, yaitu frekuensi denyat jantung yang meningkatk,
sistol prematur, peningkatan Ca++ ekstrasel, katekolamin dan obat lain, khususnya
digitalis (Nafrialdi, 2007).
6
A. Depolarisasi ikutan dini (early afterdepolarization). Repolarisasi di sela
oleh depolarisai sekunder. Respons ini dapat merangsang serabut di
dekatnya dan menjalar.
Aktivitast Terpicu
7
c. Aritmia yang Disebabkan Kelainan Konduksi Impuls
8
Respons Lambat dan konduksi Sangat Lambat
Potensial aksi yang lambat muncul pada serabut Purkinje yang terpapar ion
K+ ekstrasel yang tinggi dan katekolaminj. Pada rentang tegangan di mana
potensial lambat muncul, arus Na+ ke dalam sel tidak diaktifkan dan arus pacu
sama sekali berhenti, sehingga kedua aris ini tidak mempunyai peran dalam
pembentukan respons lambat. Arus yang menyebabkan potensial lambat itu adalah
arus ion Ca++ ke dalam sel (iCa). Karena arus ini relatif kecil kekuatannya, respons
lambat lebih mudah terjadi jika arus ion ke luar berkurang. Karakteristik respons
lambat adalah amplitudonya antara 40-80 mV, kecepatan depolarisasinya adalah
1-2 volt per detik, dan berlangsung selama 0,4-1 detik. Akibatnya respons lambat
menjalar sangat lambat sedemikian rupa sehingga arus-balik dapat terjadi dalam
lintasan yang sangat pendek. Di samping itu lama potensial aksi dan
refractoriness dapat sangat memendek pada daerah di pangkal tempat
penghambatan yang timbul karena adanya arus repolarisasi didekatnya (Nafrialdi,
2007).
Kemaknaan Reentry
9
ditimbulkan pada jantung yang normal dengan menggunkan stimulasi prematur
untuk memperlambat konduksi dan menghasilkan hambatan searah fungsional.
Dalam klinik, takikardia superventrikel proksimal biasanya disebabkan oleh arus-
balik. Arus-balik pada sistem His-Purjinke dianggap sebagai penyebab
depolarisasi prematur ventrikel yang berpasangan (pulsus bigeminus) dan
takikardia ventrikel pada manusia (Nafrialdi, 2007).
10
11
2.4 TANDA DAN GEJALA
Banyak dari aritmia jantung tidak menimbulkan gejala ataupun tanda. Begitu tanda atau
gejala timbul, beberapa diantaranya yang paling sering terjadi (Suci, 2011):
2.5 Komplikasi
Aritmia adaoat meningkatkan risiko pengembangan kondisi seperti:
a) Stroke
Jantung yang tidak efektif dalam memompa darah dapat menyebabkan
terbentuknya gumpalan darah yang menghambat aliran darah, sehingga
memicu stroke.
b) Gagal Jantung
Gagal jantung dapat terjadi jika jantung memompa darah secar efektif dalam
waktu lama yang disebabkan oleh bradycardia atau tachycardia seperti
fibrilasi atrium.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan penunjang diagnostik untuk melihat kondisi jantung, antara lain:
a. Elektrokardiogram (EKG), untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung
b. Holter monitor, untuk merekam aktivitas jantung pada rutinitas sehari-hari
c. Echocardiogram, untuk melihat struktur serta gerak jantung
d. CT scan atau MRI, untuk mendiagnosa masalah jantung yang dapat menyebabkan
aritmia jantung.
12
2.7 Penatalaksanaan
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
Kelas 1 A:
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B:
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel
takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C:
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan
hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
2. Terapi mekanis
a) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
b) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
c) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan
mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien
yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik
berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1) Primary survey
Airway
Apakah ada peningkatan sekret? Adakah suara nafas : krekels?
Breathing
Adakah distress pernafasan? Adakah hipoksemia berat? Adakah retraksi otot
interkosta, dispnea, sesak nafas? Apakah ada bunyi whezing? Mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernapasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru)
atau fenomena trombo embolitik pulmonal (hemoptisis)
Sirkulasi
Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan
kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
2) Secondary survey
1. Riwayat penyakit
Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung,
hipertensi
Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan
untuk terjadinya intoksikasi
Kondisi psikososial
2. Pengkajian fisik
Aktivitas
Kelelahan umum
Integritas Ego
Perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah,
menangis.
Makanan/cairan
Hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah,
peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit.
14
Neurosensori
Pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
Nyeri/Ketidaknyamanan
Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina,
gelisah.
Keamanan
Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis
siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisiologis
3. Intolerans aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplay dan
kebutuhan oksigen
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3.3 Intervensi keperawatan
15
intake dan gangguan ritme dan konduksi jantung
output dalam 24 5.monitor status pernafasan terkait
jam (5) adanya gejala gagal jantung
d. Distrimia (5) 6.bangun hubungan saling
e. Suara jantung mendukung antara klien dan keluarga
abnormal (5) 7.berikan teknik yang efektif untuk
mengurangi stres
8.evaluasi perubahan tekanan darah
16
nyeri,berapa lama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi dari
ketidaknyaman akibat
prosedur.
g. Pilih dan implementasikan
tindakan yang beragam
(misalnya: suhu
ruangan,pencahayaan,suara
bising)
h. Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil atau jika
keluhan pasien saat ini
berubah signifakan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya.
3.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 1997).
Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi
keperawatan, antara lain:
a) Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan, menghubungkan
tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk
klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim
keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan
lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.
b) Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan
pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal,
pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi
klien, role model, dan lain lain.
c) Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit,
melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien,
17
mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan
mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.
3.5 Evaluasi
Evaluasi respon klien terhadap asuhan yang diberikan dan pencapaian hasil yang
diharapkan (yang dikembangkan dalam fase perencanaan dan di dokumentasikan dalam
rencana keperawatan) adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Fase evaluasi perlu untuk
menentukan seberapa baik rencana asuhan tersebut berjalan dan bagaimanan selama proses
terus menerus. Revisi rencana keperawatan adalah komponen penting dalam evaluasi.
Pengkajian ulang adalah proses evaluasi terus menerus yang terjadi tidak hanya hasil
yang diharapkan terjadi pada klien di tinjau ulang atau bila keputusan dibutuhkan apakah
klien siap atau tidak untuk pulang. (Doengos, 2001:15).
Evaluasi adalah proses berkelanjutan. Perawat dapat mengasumsikan perawatan
tersebut telah efektif saat hasil yang diharapkan untuk perawatan dapat terjadi. (Wong,
2002:366).
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Aritmia adalah kelainan dalam kecepatan, irama, tempat asal dari impuls, atau
kelainan elektrofisiologi jantung yang dapat disebabkan oleh gangguan system konduksi
jantung serta gangguan pembentukan atau penghantaran impuls yang menyebabkan
perubahan dalam urutan normal aktivitas atrium dan ventrikel ( H.V Huikuri, 2007 ).
Secara klinis, aritmia ventrikel dibagi atas yang benigna, yang dapat menjadi maligna
(potensi maligna) dan maligna yang dapat menyebabkan kematian yang mendadak. Aritmia
tersebut dapat timbul karena kelainan dalam pembentukan impuls, konduksi impuls, atau
keduanya (Nafrialdi, 2007).
4.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah :
a) Bagi Perawat
Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan dan dapat membantu mencegah kompleksitas masalah yang
mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap masalah yang timbul akibat Aritmia.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih banyak memberikan masukan yang berguna bagi mahasiswa saat melakukan
asuhan keperawatan baik secara konsep teori maupun teknik pengkajian fisik terfokus
persistem terutama sistem kardiovaskuler dan berorientasi pada masalah atau keluhan klien
khususnya klien dengan aritmia mengingat kondisi klien yang cukup kompleks.
19
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito J.L. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne & Brenda G. Bare, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8 vol 1. Jakarta :EGC
20