Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBAHASAN
Bila ditinjau dari segi konservasi, pengolahan tanah lebih merugkan karena tanah
menjadi gembur sehingga lebih mudah tererosi, meskipun tanah gembur dapat lebih
menyerap air permukaan. Untuk mencegah erosi yang berlebihan dengan masih tercapainya
tujuan pengolahan tanah, maka hal-hal berikut perlu diper-hatikan, yaitu (1) tanah diolah
seperlunya, (2) penggunaan bahan kimia untuk menghindari gulma, (3) pengolahan tanah
tidak terlalu dalam, (4) pengolahan tanah menurut garis kontur (Arsyad, S. 2000).
Beberapa cara pemakaian bahan pemantap tanah kedalam tanah adalah sebagai berikut :
a) Pemakaian di permukaan tanah, dengan cara ini larutan atau emulsi zat kimia
pemantap tanah pada pengeceran yang di kehendaki disemprotkan langsung ke atas
permukaan tanah dengan alat sprayer yang biasa digunakan untuk memberantas hama.
Cara ini dapat dilakukan untuk penelitian di laboratorium dan di lapangan.
b) Pemakaian secara dicampur, dengan cara ini larutan atau emulsi zat kimia pemantap
tanah dengan pengeceran yang dikehendaki disemprotkan ke dalam tanah, kemudian
tanah tersebut dicampur dengan bahan kimia tadi sampai merata, biasanya sampai
kedalaman 0–25 cm. Cara ini bisa dilakukan dalam penelitian di laboratorium dan di
lapangan. Dalam area yang luas biasanya menggunakan mesin penyemprot khusus
seperti traktor.
c) Pemakaian setempat, dengan cara ini pemakaian bahan kimia atau terbatas pada
lubang-lubang tanaman saja (misalnya lubang berukuran 60 x 60 x 60 cm) (Arsyad,
2000).
Cara ini biasanya dilakukan di lapangan saja pada areal yang akan ditanami tanaman
tahunan dalam rangka usaha penghijauan. Beberapa nama bahan pemantap tanah (soil
conditioner) antara lain
a. emulsi bitumen berupa cairan,
b. latex berupa cairan,
c. Polyurethane
(uresol 3-10) berupa cairan,
d. Lignosulphonate berupa cairan,
e. Polyvinylalcohol (PVA) atau Elvanol 52-22 berupa serbuk,
f. Polyvinylacetate (PV Ac) atau Curasol AE/AH/DC/70 berupa cairan,
g. Polyacrylamide (PAM) berupa cairan,
h. Plyacrylic acid (PVA) berupa cairan,
i. Humus (bahan organik), dan lain-lain
Pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Edi dan Bobihoe, 2010):
a) Pengolahan seluruh permukaan
b) Pengolahan pada barisan
c) Pengolahan pada bidang yang ditanami
Agus, F dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktis Konservasi Tanah Pertanian Lahan
Kering. Bogor : World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi Institut
Pertanian Bogor. Bogor: IPB Press.
Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982. Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya.
Departemen Pertanian. Warta Pertanian. Jakarta. No.3 Tahun 1976/1977 No. 3 Tahun XXIV.
Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2008. Standar Operasional Melati. E-book, Direktorat
Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.
Edi, S dan Bobihoe, J. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Jambi: Balai pengkajian
Teknologi Pertanian.
Jumin, H. B. 1994. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kartasapoetra A.G. dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. Jakarta: Rineka Cipta
Kartasapoetra A.G. dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. Jakarta: Rineka Cipta
Sabarnas, N. 2007. Terampil Bekreasi. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Sanchez, P. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Bandung: Penerbit ITB.
Sosroatmodjo, P. 1980. Pembukaan Lahan Dan Pengolahan Tanah. Jakarta: Leppanas.
Suwardjo, dkk. 1975. Beberapa Data Dan Masalah Percobaan Konservasi Tanah Untuk
Pencegahan Erosi. Bogor: Lembaga Penelitian Tanah.
Wiwin, S dkk. 2007. Petunjuk teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Bandung: Balai Penelitian
Tanaman Sayuran.