Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengolahan Tanah


Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk
menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanah
adalah untuk menyiapkan tempat tumbuh, memperbaiki daerah perakaran, membenamkan
sisa tanaman, dan memberantas gulma (Arsyad, S. 2000). Kegiatan pengolahan tanah
meliputi pembukaan lahan baru dan bajak/cangkul untuk kegiatan pertanian. Selain
mempengaruhi kesuburan fisik, kimia, memungkinkan pertumbuhan mikroba tanah dan
memberikan kondisi tumbuh yang kondusif bagi akar serta aerase dan drainase yang baik
pada tanah, pengolahan tanah juga berpengaruh terhadap bersar erosi (Sosroatmodjo, 1980).
Menurut Suwardjo (1978), menyatakan bahwa pengolahan tanah dan penyiangan pada akhir
musim kemarau untuk usaha tani semusim menyebabkan tanah menjadi terbuka sehingga
butir-butir hujan langsung mengenai permukaan tanah sehingga mempercepat terjadinya
proses degradasi dan dispersi butiran-butiran tanah.

Gambar 2.1 Pengolahan tanah menurut garis kontur

Gambar 2.2 Pengolahan tanah menurut garis kontur

Bila ditinjau dari segi konservasi, pengolahan tanah lebih merugkan karena tanah
menjadi gembur sehingga lebih mudah tererosi, meskipun tanah gembur dapat lebih
menyerap air permukaan. Untuk mencegah erosi yang berlebihan dengan masih tercapainya
tujuan pengolahan tanah, maka hal-hal berikut perlu diper-hatikan, yaitu (1) tanah diolah
seperlunya, (2) penggunaan bahan kimia untuk menghindari gulma, (3) pengolahan tanah
tidak terlalu dalam, (4) pengolahan tanah menurut garis kontur (Arsyad, S. 2000).

B. Tujuan Pengolahan Tanah


Pada pembukaan tanah tanpa pengolahan (bajak/cangkul), air hujan yang jatuh
langsung mengenai tanah dengan daya hempas lebih besar dari tegangan permukaan tanah
akan merobek lapisan permukaan tanah sehingga mudah tererosi. Sedangkan pada tanah-
tanah yang dibajak/cangkul dengan tujuan memperbaiki porositas tanah, akan terjadi
penutupan pori-pori oleh partikel tanah yang terdegradasi sehingga menurunkan kapasitas
infiltrasi tanah. Dengan demikian pengolahan tanah dapat berdampak buruk terhadap
konservasi tanah dan air. Walaupun tujuan pengolahan tanah adalah untuk memberikan
lingkungan tumbuh yang baik bagi tanaman, akan tetapi pada sisi yang lain dapat
menyebabkan penurunan kualitas tanah akibat erosi sehingga dibutuhkan metode pengolahan
tanah yang sesuai terutama pada lahan kering yang rentan terhadap erosi (Jumin. 1994).
Pengolahan tanah dalam usaha budidaya pertanian bertujuan untuk menciptakan
keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara fisis, kemis, maupun biologis, sehingga
tanaman yang dibudidayakan akan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan
memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung (Agus
dan Widianto, 2004).

C. Macam-Macam Pengolahan Tanah


Faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman diantaranya adalah benih yang
digunakan, lingkungan dan teknologi budidaya yang diterapkan. Teknologi yang diterapkan
diantaranya adalah teknik pengolahan tanah. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk
menciptakan kondisi tanah yang baik yang cocok bagi pertumbuhan tanaman. Tanah menjadi
gembur remah aerasi atau tata udara tanah menjadi lebih baik (Sosroatmodjo, 1980).
Penanaman pada garis kontur dapat mencakup:
1. Pembuatan Guludan
Guludan adalah timbunan yang dibuat memanjang menurut garis kontur. Timbunan
dapat dibuat dari tanah dan atau pasangan batu. Dengan adanya guludan dapat mengurangi
atau menghentikan aliran permukaan sehingga menghentikan erosi. Tinggi guludan 50–75 cm
dengan lebar dasar 100–150 cm. Jarak antara guludan tergantung kemiringan, kepekaan tanah
terhadap erosi, dan erosivitas hujan.

Gambar 2.3 guludan


2. Teras
Teras adalah bangunan yang dibuat untuk mengurangi panjang lereng dan mena-han air
sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah air yang diserap masuk ke dalam tanah, sehingga
dapat mengurangi jumlah erosi. Ada dua jenis teras, yaitu (1) teras bertangga atau biasa
dikenal dengan teras bangku (bench terrace), dan (2) teras berdasar lebar (broad base terrace).
Fungsi teras adalah (1) mengurangi panjang lereng, (2) mengurangi kecepatan aliran air, (3)
menambah jumlah air yang terinfiltrasi (Sanchez, 1992).
3. Teras Bangku
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan cara memotong panjang lereng dan
meratakan tanah di bagian bawahnya, sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk
seperti tangga. Pada kegiatan usaha tani lahan kering, fungsi utama teras bangku adalah:
a) memperlambat aliran permukaan.
b) menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak sampai
merusak.
c) meningkatkan laju infiltrasi.
d) mempermudah pengolahan tanah.
Teras bangku dapat dibuat dengan bidang olah datar, membentuk sudut 0o dengan
bidang horizontal, miring ke dalam dengan bidang olah miring beberapa derajat ke arah yang
berlawanan dengan lereng asli, dan miring keluar dengan bidang olah miring ke arah lereng
asli. Teras biasanya dibangun di ekosistem lahan sawah tadah hujan, lahan tegalan, dan
berbagai sistem wanatani (Sanchez, 1992).
Gambar 2.4 Teras Berdasar Lebar
4. Teras Gulud
Teras gulud adalah guludan yang dibuat berteras. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan teras gulud, yaitu (1) teras gulud cocok diterapkan pada lahan
dengan kemiringan 10-40%, dapat juga pada lahan dengan kemiringan 40-60% namun relatif
kurang efektif. Pada tanah yang permeabilitasnya tinggi, guludan dapat dibuat menurut arah
kontur (Buckman, 1982).

Gambar 2.5 Teras Bangku


Pada tanah yang permeabilitasnya rendah, guludan dibuat miring terhadap kontur, tidak lebih
dari 1% ke arah saluran pembuangan. Hal ini ditujukan agar air yang tidak segera terinfiltrasi
ke dalam tanah dapat tersalurkan ke luar ladang dengan kecepatan rendah.

Gambar 2.6. Teras Gulud


5. Teras Kebun
Teras kebun adalah jenis teras untuk tanaman tahunan, khususnya tanaman pekebunan
dan buah-buahan. Teras dibuat dengan interval yang bervariasi menurut jarak tanam.
Pembuatan teras bertujuan untuk: (1) meningkatkan efisiensi penerapan teknik konservasi
tanah, dan (2) memfasilitasi pengelolaan lahan (land management facility), diantaranya untuk
fasilitas jalan kebun, dan penghematan tenaga kerja dalam pemeliharaan kebun (Buckman,
1982).

Gambar 2.7. Teras Kebun


6. Rorak
Rorak merupakan lubang penampungan atau peresapan air yang dibuat di bidang
olah atau saluran resapan. Pembuatan rorak bertujuan untuk memperbesar pere-sapan air ke
dalam tanah dan menampung tanah yang ererosi. Pada lahan kering beriklim kering, rorak
berfungsi sebagai tempat pemanen air hujan dan aliran permukaan. Dimensi rorak yang
disarankan sangat bervariasi, misalnya kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar
antara 50 - 200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke
samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150 cm, sedangkan jarak
horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih
curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan
bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung (Sanchez, 1992).

Gambar 2.8 Rorak


Konservasi Secara Kimiawi
Metode kimia adalah tindakan atau perlakuan kepada tanah agar terjadi pening-katan
kemantapan agregat tanah atau struktur tanah, dengan jalan memberikan preparat-preparat
kimia tertentu yang dapat memperkecil kepekaan tanah terhadap ancaman kerusakan tanah.
Salah satu cara yang digunakan dalam metode kimia adalah dengan pemakaian bahan
pemantap tanah (Soil Conditioner). Tujuanya untuk meperbaiki keadaan atau sifat fisik tanah
dengan menggunakan bahan-bahan kimia baik secara buatan atau alami (Arsyad, 2000).
Bahan pemantap tanah yang baik harus mempunya sifat-sifat sebagai berikut:
1) Mempunyai sifat yang adesif serta dapat bercampur dengan tanah secara merata.
2) Dapat merubah sifat hidrophobik atau hidrophilik tanah yang demikian dapat merubah
kurva penahanan air tanah.
3) Dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, yang berarti mempenga-ruhi
kemampuan tanah dalam menahan air.
4) Daya tahan tanah sebagai pemantap tanah cukup memadai, tidak terlalu singkat dan
tidak terlalu lama, tidak bersifat racun (phytotoxix) dan harganya terjangkau.

Beberapa cara pemakaian bahan pemantap tanah kedalam tanah adalah sebagai berikut :
a) Pemakaian di permukaan tanah, dengan cara ini larutan atau emulsi zat kimia
pemantap tanah pada pengeceran yang di kehendaki disemprotkan langsung ke atas
permukaan tanah dengan alat sprayer yang biasa digunakan untuk memberantas hama.
Cara ini dapat dilakukan untuk penelitian di laboratorium dan di lapangan.
b) Pemakaian secara dicampur, dengan cara ini larutan atau emulsi zat kimia pemantap
tanah dengan pengeceran yang dikehendaki disemprotkan ke dalam tanah, kemudian
tanah tersebut dicampur dengan bahan kimia tadi sampai merata, biasanya sampai
kedalaman 0–25 cm. Cara ini bisa dilakukan dalam penelitian di laboratorium dan di
lapangan. Dalam area yang luas biasanya menggunakan mesin penyemprot khusus
seperti traktor.
c) Pemakaian setempat, dengan cara ini pemakaian bahan kimia atau terbatas pada
lubang-lubang tanaman saja (misalnya lubang berukuran 60 x 60 x 60 cm) (Arsyad,
2000).
Cara ini biasanya dilakukan di lapangan saja pada areal yang akan ditanami tanaman
tahunan dalam rangka usaha penghijauan. Beberapa nama bahan pemantap tanah (soil
conditioner) antara lain
a. emulsi bitumen berupa cairan,
b. latex berupa cairan,
c. Polyurethane
(uresol 3-10) berupa cairan,
d. Lignosulphonate berupa cairan,
e. Polyvinylalcohol (PVA) atau Elvanol 52-22 berupa serbuk,
f. Polyvinylacetate (PV Ac) atau Curasol AE/AH/DC/70 berupa cairan,
g. Polyacrylamide (PAM) berupa cairan,
h. Plyacrylic acid (PVA) berupa cairan,
i. Humus (bahan organik), dan lain-lain

1. Pengolahan tanah untuk pembibitan


Sistem pengolahan tanah dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengolahan tanah
konvensional dan pengolahan tanah konservasi. Pengolahan tanah konvensional dikenal juga
dengan istilah Olah Tanah Intensif (OTI) yang menjadi pilar intensifikasi pertanian sejak
program Bimas dicanangkan, dan secara turun menurun masih digunakan oleh petani. Pada
pengolahan tanah intensif, tanah diolah beberapa kali baik menggunakan alat tradisional
seperti cangkul maupun dengan bajak singkal (Kartasapoetra, dkk. 1985).
Pada sistem OTI, permukaan tanah dibersihkan dari rerumputan dan mulsa, serta
lapisan olah tanah dibuat menjadi gembur agar perakaran tanaman dapat berkembang dengan
baik. Namun, pengolahan tanah yang dilakukan terus menerus dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap produktivitas lahan. Pengolahan tanah secara berlebihan dan terus menerus
juga dapat memacu emisi gas CO2 secara signifikan (Suwardjo, dkk. 1975). Pengolahan tanah
dapat mempercepat kerusakan sumber daya tanah contohnya meningkatkan laju erosi dan
kepadatan tanah. Hal tersebut dikarenakan permukaan tanah yang bersih dan gembur tidak
mampu menahan laju aliran permukaan yang mengalir deras, sehingga banyak partikel tanah
yang mengandung humus dan hara tergerus dan terbawa air ke hilir (Departemen pertanian,
1976). Sedangkan pemadatan tanah biasanya disebabkan oleh penggunaan alat berat untuk
kegiatan pertanian di lahan. Selain itu pengolahan tanah secara intensif memerlukan biaya
yang tinggi. Oleh karena itu diperlukan sistem pengolahan tanah konservasi yang dapat
membuat produktivitas lahan berlangsung lama.
Olah tanah konservasi adalah penyiapan lahan yang menyisakan sisa tanaman di atas
permukaan tanah sebagai mulsa dengan tujuan untuk mengurangi erosi dan penguapan air
dari permukaan tanah. Kartasapoetra, dkk. (1985) mendefinisikan olah tanah konservasi
sebagai suatu cara pengolahan tanah yang bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman
dapat tumbuh dan berproduksi optimum, namum tetap memperhatikan aspek konservasi
tanah dan air.

Ada beberapa macam pengolahan tanah konservasi yaitu:


a. Olah Tanah Minimum (OTM)
Pengolahan tanah minimum, yaitu pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas
atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan. Olah tanah
minimum merupakan sistem Tanpa Olah Tanah (TOT) yang berkembang sesuai dengan
kemampuan dan kondisi lokal petani. Pada olah tanah minimum, pengendalian gulma
biasanya cukup dilakukan secara manual atau dilakukan penyemprotan herbisida ketika
pembersihan secara manual tidak berhasil. Mulsa gulma atau tanaman sebelumnya juga
diperlukan untuk menutupi permukaan lahan (Agus dan Widianto, 2004).
Pada olah tanah minimum bobot isi tanah lebih rendah dibandingkan olah tanah intensif
maupun tanpa olah tanah karena tanah hanya diolah seperlunya sehingga masih terdapat
bongkah-bongkahan tanah yang cukup besar, sehingga tanah tidak mudah hancur dan terbawa
erosi. Pengolahan tanah minimum juga memberi keuntungan dari segi pembiayaan karena
menggunakan pekerja, bahan bakar dan peralatan yang lebih sedikit (Jumin, 1994.).
Menurut Jumin (1994) selain menghemat biaya, pengolahan tanah minimum juga
bermanfaat untuk :
1) mencegah kerusakan tanah akibat aliran permukaan dan erosi :
2) mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapai produksi maksimal dalam
kurun waktu yang tidak terbatas ;
3) meningkatkan produksi lahan usahatani.

b. Olah Tanah Strip (strip tillage)


Olah Tanah Strip (OTS) adalah cara pengolahan tanah yang dilakukan hanya pada
strip-strip atau alur-alur yang akan ditanami, biasanya strip-strip tersebut dibuat mengikuti
kontur. Bagian lahan diantara 2 strip tidak terganggu/diolah. Sisa tanaman disebar sebagai
mulsa diantara 2 strip dan menyisakan zona sekitar strip tanpa adanya mulsa.
c. Tanpa Olah Tanah (TOT)
TOT adalah cara penanaman yang tidak memerlukan penyiapan tanah, kecuali
membuka lubang kecil mennggunakan tongkat kayu yang diruncingkan bagian bawahnya
(tugal) untuk meletakkan benih.
Pengolahan tanah dalam konteks konservasi pada tanah kering sebaiknya
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut (Kartasapoetra, 1985) :
a. Pengolahan tanah terbatas, yaitu pengolahan tanah hanya pada larikan tanam. Hal ini selain
bertujuan menghindari perpindahan tanah oleh air lebih jauh, dapat mempertahankan
lengas tanah alur yang dioleh serta efisien dalam pemantatan sumberdaya.
b. Pengolahan tanah dengan tujuan penyiangan sebaiknya dilakukan dengan cara mencabut
atau dengan penggunaan herbisida agar tidak terjadi perusakan permukaan tanah yang
lebih luas sehingga memungkinkan terjadi erosi.

2. Pengolahan Tanah untuk Tanaman Sayuran


Menurut Setiawati, Wiwin dkk (2007) Pengolahan tanah merupakan upaya
mengubah kondisi lahan dengan menggunakan peralatan, sehingga diperoleh kondisi
tanah yang sesuai bagi tanaman. Pengolahan tanah memberikan manfaat bagi tanaman
yang terdiri :
1) Memperbaiki struktur atau kegemburan tanah
2) Memperbaiki komposisi udara, air dan padatan tanah
3) Memperbaiki aktivitas organisme tanah
4) Mengendalikan pertumbuhan gulma
5) Mematikan hama dan penyakit yang bersumber dari tanah.

Pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Edi dan Bobihoe, 2010):
a) Pengolahan seluruh permukaan
b) Pengolahan pada barisan
c) Pengolahan pada bidang yang ditanami

1. Pengolahan seluruh permukaan


Pengolahan tanah seluruh permukaan dilakukan dengan cara :
a. Tanah dicangkul atau dibajak pada seluruh permukaan tanah sedalam ± 20 -30 cm
b. Tanah olahan dikeringkan selama 1 minggu.
c. Tanah diolah kembali dengan membuang sisa-sisa akar gulma dan tanah
digemburkan.
d. Selanjutnya tanah dibuat bedengan dengan lebar 2 m panjang menyesuaikan,
jarak antara bedengan 30-50 cm.
e. Tanah diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos, pupuk hijau), kemudian
dicampur merata.
f. Biarkan 1 minggu dengan keadaan tanah bedengan yang sudah diratakan dengan
pupuk organik.

a. Pengolahan pada barisan


Pengolahan tanah dilakukan pada barisan bertujuan untuk mengurangi tenaga kerja.
Pengolahan tanah ini umumnya dilakukan pada tanah yang gembur. Prinsip pengolahan
tanah pada barisan adalah :
1. Tentukan jarak tanam, kemudian buatlah petak-petak tanaman.
2. Pada bagian pinggir sepanjang baris dilakukan pengemburan tanah.
3. Tanah olahan dikeringkan selama 1 minggu
4. Pada barisan ditambahkan pupuk kandang, kemudian dicampur merata
5. Selanjutnya tanah campuran didiamkan selama 1 minggu.

b. Pengolahan pada bidang yang ditanami


Pengolahan tanah model ini merupakan teknik yang paling sederhana.
Pengolahan tanah dilakukan pada bagian yang akan ditanami. Pengolahan ini lebih
efisien, murah, dan hemat tenaga. Prinsip pengolahan tanah ini adalah tanah diolah hanya
pada bidang/lubang tanam saja. Pengolahan tanah dilakukan 1-2 minggu sebelum tanam.
3. Pengolahan Tanah untuk Tanaman Hias
Tanaman Hias adalah segala jenis tanaman yang memiliki nilai hias (bunga, batang,
tajuk, cabang, daun, akar, aroma dsb) yang menimbulkan kesan indah (artistik) atau kesan
seni. Tanaman hias terdiri dari tanaman hias pot, tanaman hias potong, tanaman hias daun
dan tanaman hias lansekap/taman. Manfaat dan kegunaan tanaman hias memiliki 3 aspek
kepentingan yaitu : Ekonomi, Seni dan Lingkungan (Sabarnas, 2007).
Tanaman hias biasa ditanam di pekarangan atau pada wadah, seperti pot, jembangan,
drum, atau kaleng-kaleng bekas.langkah pertama yang dilakukan adalah menyiapkan lahan,
di tanah atau di wadah. Menyiapkan lahan artinya mengolah tanah. Tanah yang digunakan
untuk ditanami harus gembur dan mengandung unsur hara yang cukup (Direktorat Budidaya
Tanaman Hias, 2008)

4. Pengolahan tanah pada pekarangan


Mengolah tanah pekarangan dilakukan dengan cara dicangkul atau digarpu. Biasanya
tanah di bagian bawah dibalikkan ke atas. Setelah itu diberi pupuk untuk menambah
kesuburan tanah. Selanjutnya tanah itu digali untuk penanaman. Besarnya lubang galian
disesuaikan dengan besarnya tanaman (Sabarnas, 2007). Tanaman hias yang di tanam di
tanah pekarangan ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai
tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di
lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong.

5. Pengolahan tanah pada wadah


Tanaman hias yang ditanam dalam wadah ditandai dengan sosok tanaman kecil,
tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya.
Tanah untuk wadah selain harus gembur, sebaiknya bercampur pasir. Tanah itu kemudian
dicampur pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Sebelum dimasukkan ke dalam wadah,
wadah tersebut diisi pecahan genting atau bata kira-kira 1/3 wadah. Fungsi pecahan genting
atau bata tersebut untuk menahan air agar jangan terlalu deras ke luar melalui lubang di
bagian bawah wadah.

Persiapan Media Tanam


1. Letakan beberapa pecahan batu merah (sebagai pengikat air) di dasar pot
2. Isi pot dengan campuran tanah yang ideal untuk tiap-tiap jenis
3. Campuran umum: pasir 1/3 bagian, tanah 1/3 bagian, 1/3 bagian pupuk kandang
Campuran untuk jenis suka kering: pasir ½ bagian, 1/2 bagian pupuk kandang
Campuran untuk jenis suka lembab: tanah ½ bagian, 1/2 bagian pupuk kandang
4. Media siap untuk ditanami (Sabarnas, 2007)

Kriteria Tanah Untuk Budidaya Tanaman Hias


1. Keadaan tanah : Tipe tanah yang dibutuhkan untuk budidaya secara komersial adalah
remah, porous, tidak mudah tergenang dan mempunyai pH tanah 6-7, berpasir dan kaya
akan bahan organik, agar tanaman tumbuh optimal.
2. Lahan di lokasi yang terpilih, bersih dari rumput liar (gulma), pepohonan yang tidak
berguna/batu-batuan untuk memudahkan pengelolaan tanah dan menghindari
terganggunya pertumbuhan tanaman.
3. PH tanah yang baik adalah 6-7. Bila terlalu rendah dapat ditaburkan dolomit. Bila
penggunaan dolomit secara ekonomis terlalu mahal, dapat dialihkan untuk mencari lokasi
yang lebih sesuai pHnya.
4. Kelembaban udara yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80%.
5. Stek berakar ditanam pada campuran media tanah : pupuk kandang : pasir = 1 : 1 : 1 dalam
polybag diameter 7-9 cm atau pada bedengan perbenihan dengan campuran media yang
sama. Pemberian pupuk dasar dapat ditambahkan “pembenah dan pemantap tanah”
6. Tempatkan polybag pada tempat yang terlindung dari sinar matahari, kering dan sirkulasi
udara cukup baik serta dilakukan penyiraman secara rutin
7. Bila lahan dalam kondisi kering, usahakan lahan yang akan ditanami digenangi air terlebih
dahulu untuk membasahi tanah bedengan tempat tanam sehingga benar-benar basah, tetapi
air tidak menggenang.
8. Padatkan tanah dengan tangan di sekitar tanaman sedemikian rupa sehingga tanaman
berdiri tegak dan tidak roboh. (Direktorat Budidaya Tanaman Hias, 2008)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk
menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
2. Tujuan pengolahan tanah untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam
baik secara fisis, kemis, maupun biologis, sehingga tanaman yang dibudidayakan
akan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis,
perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung.
3. Macam-macam pengolahan tanah yaitu, pengolahan tanah untuk pembibitan,
pengolahan tanah untuk tanaman sayur, pengolahan tanah untuk tanaman hias
pengolahan tanah pada pekarangan dan pengolahan tanah pada wadah.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, F dan Widianto. 2004. Petunjuk Praktis Konservasi Tanah Pertanian Lahan
Kering. Bogor : World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia.
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Lembaga Sumberdaya Informasi Institut
Pertanian Bogor. Bogor: IPB Press.
Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1982. Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Bhatara Karya.
Departemen Pertanian. Warta Pertanian. Jakarta. No.3 Tahun 1976/1977 No. 3 Tahun XXIV.
Direktorat Budidaya Tanaman Hias. 2008. Standar Operasional Melati. E-book, Direktorat
Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.
Edi, S dan Bobihoe, J. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Jambi: Balai pengkajian
Teknologi Pertanian.
Jumin, H. B. 1994. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kartasapoetra A.G. dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. Jakarta: Rineka Cipta
Kartasapoetra A.G. dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah Dan Air. Jakarta: Rineka Cipta
Sabarnas, N. 2007. Terampil Bekreasi. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Sanchez, P. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Bandung: Penerbit ITB.
Sosroatmodjo, P. 1980. Pembukaan Lahan Dan Pengolahan Tanah. Jakarta: Leppanas.
Suwardjo, dkk. 1975. Beberapa Data Dan Masalah Percobaan Konservasi Tanah Untuk
Pencegahan Erosi. Bogor: Lembaga Penelitian Tanah.
Wiwin, S dkk. 2007. Petunjuk teknis Budidaya Tanaman Sayuran. Bandung: Balai Penelitian
Tanaman Sayuran.

Вам также может понравиться

  • Penyulaman 1 PDF
    Penyulaman 1 PDF
    Документ15 страниц
    Penyulaman 1 PDF
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Asam Basa
    Asam Basa
    Документ6 страниц
    Asam Basa
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Cover Demokrasi
    Cover Demokrasi
    Документ1 страница
    Cover Demokrasi
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Cover Demokrasi
    Cover Demokrasi
    Документ1 страница
    Cover Demokrasi
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Junias, M
    Junias, M
    Документ13 страниц
    Junias, M
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • ANATOMI Jantung
    ANATOMI Jantung
    Документ9 страниц
    ANATOMI Jantung
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Bal
    Bal
    Документ6 страниц
    Bal
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ2 страницы
    Bab I
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Aklimatisasi Bibit Anggrek
    Aklimatisasi Bibit Anggrek
    Документ3 страницы
    Aklimatisasi Bibit Anggrek
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Antagonisme
    Antagonisme
    Документ2 страницы
    Antagonisme
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ2 страницы
    Bab I
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Prosedur Kerja Protein
    Prosedur Kerja Protein
    Документ33 страницы
    Prosedur Kerja Protein
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Hal 81 - 96
    Hal 81 - 96
    Документ21 страница
    Hal 81 - 96
    Dewi Novitasari
    Оценок пока нет
  • ID Kandungan Total Fenol Dan Aktivitas Anti
    ID Kandungan Total Fenol Dan Aktivitas Anti
    Документ10 страниц
    ID Kandungan Total Fenol Dan Aktivitas Anti
    inggrianti wiratama
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Uji Antimikroba Tambahan
    Uji Antimikroba Tambahan
    Документ8 страниц
    Uji Antimikroba Tambahan
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Chapter II Kasturi PDF
    Chapter II Kasturi PDF
    Документ16 страниц
    Chapter II Kasturi PDF
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Mbak Mon
    Mbak Mon
    Документ1 страница
    Mbak Mon
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Lecanicillium Lecanii Ascomycotahypocreales Sebagai Agens Hayati Pengendali Hama Dan Penyakit Tanaman
    Lecanicillium Lecanii Ascomycotahypocreales Sebagai Agens Hayati Pengendali Hama Dan Penyakit Tanaman
    Документ10 страниц
    Lecanicillium Lecanii Ascomycotahypocreales Sebagai Agens Hayati Pengendali Hama Dan Penyakit Tanaman
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Cover Artikel
    Cover Artikel
    Документ1 страница
    Cover Artikel
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Jawaban LKM Homeostasis
    Jawaban LKM Homeostasis
    Документ3 страницы
    Jawaban LKM Homeostasis
    Shufi Ridho Laili Ay
    Оценок пока нет
  • Cover Biokomia
    Cover Biokomia
    Документ2 страницы
    Cover Biokomia
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Tomat 1
    Tomat 1
    Документ18 страниц
    Tomat 1
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • 654 1448 1 SM PDF
    654 1448 1 SM PDF
    Документ9 страниц
    654 1448 1 SM PDF
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Cyber Bu Lying
    Cyber Bu Lying
    Документ6 страниц
    Cyber Bu Lying
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Manajemen Waktu Untuk
    Manajemen Waktu Untuk
    Документ2 страницы
    Manajemen Waktu Untuk
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ1 страница
    Daftar Pustaka
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Cover Biokomia
    Cover Biokomia
    Документ2 страницы
    Cover Biokomia
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ4 страницы
    Cover
    Lirofiatillah
    Оценок пока нет