Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dini Safitri
Universitas Negeri Jakarta
Abstract
The involvement of women in politics in Indonesia has fundamental problems, namely the
minimal representation of women in public spaces. This is because women have been
stigmatized and are positioned in the domestic sphere, taking care of household problems,
without being able to develop themselves in the public sphere. In fact, there are already
rules about the 30% quota for women in parliament, but has not yet been realized. When
you glance at the historical record and the women's movement toward public spaces, has
existed since Indonesia's independence in 1945. Rights of women to choose is basically
recognized. However, the position of women in politics, very volatile in Indonesia. It is
because the democratic process in Indonesia not through means gradual (gradual) but
through jumps (leaps). Each leap democracy will produce political visions different
countries and sometimes very dramatic in seeing women's issues. This phenomenon, then
bring up the figure of Megawati's Indonesian women representing the highest ever reached
peak Indonesian leader. As a leader, Megawati is the symbolic leader. Megawati is
symbolic leader who tried to communicate how to obtain the status, prestige and
reputasinnya, or in other words, to fulfill the functions and symbols are fused.
Abstrak
49
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
(http://filsufgaul.wordpress.com/2012/03/11/perempuan-dan-politik-di-indonesia/)
Berdasarkan gambar diatas, kita menjadi jurang yang sangat sulit dilalui
mendapat gambaran mengenai peran perempuan. Sebagai contoh adalah kasus
ideal perempuan dalam politik. Perem- Indonesia.
puan di seluruh dunia berkeinginan untuk Sejak kemerdekaan Indonesia pada
mempengaruhi keputusan-keputusan tahun 1945, hak perempuan untuk
yang menyangkut keluarga, per- memilih pada dasarnya sudah diakui.
ekonomian, masyarakat, negara, serta Namun, posisi perempuan dalam politik,
struktur hubungan internasional. Mereka sangat fluktuatif. Menurut Blackburn
berangkat dari sebuah kesadaran bahwa (2004:94), hal itu disebabkan, karena
apa yang terjadi dalam dirinya, pikiran proses demokrasi di Indonesia tidak
serta tubuhnya, tidak pernah lepas dari melalui cara-cara bertahap (gradual) tapi
urusan politik. Hal ini merupakan usaha melalui lompatan-lompatan (leaps).
kemanusiaan agar semua masyarakat, Setiap lompatan demokrakrasi, akan
laki-laki dan perempuan, dari segala ras, menghasilkan visi-visi politik negara yang
etnis, bangsa, dan agama dapat menikmati berbeda, dan terkadang sangat dramatis,
hak asasinya. Walaupun begitu, ada saja dalam melihat persoalan perempuan.
faktor budaya, sistem sosial, sistem Berbagai solusi sudah banya ditawarkan,
politik, hingga masalah kemiskinan seperti memperkuat sistem politik dengan
51
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
kelompok masyarakat, yang tidak mau tersebut, Megawati sudah mampu untuk
menerima hegemoni ideologi yang merancang kesesuian peranan perempuan
menindas. sebagai pemimpin, pada posisi
Menurut Gramsci (dalam Simon, keperempuannya, yaitu sosok “ibu”. Perlu
1999), kekuasaan tidak hanya diperoleh digaris bawahi, posisi ibu, juga pemimpin
dan dipertahankan dengan cara dalam rumah tangga. Ia yang mengatur
kekerasaan, namun dapat diperoleh dan anak-anak, dan hal-hal yang berkenaan
dipertahankan dengan cara soft, yang dengan urusan rumah tangga. Walaupun,
disebutnya dengan hegemoni. Kelompok dalam posisi kepemimpinan, ibu, adalah
yang selama ini dianggap subordinat sosok wakil dari bapak. Sebagai wakil,
penguasa, atau bahkan menentang tetap memiliki kekuasaan dan wewenang.
penguasa, dapat membangun aliansi baru, Hal inilah yang akan ditelaah dalam
guna menciptakan hegemoni baru. Kelas analisa dan interpretasi, bagaimana
dominan, sebagaimana pemahaman Megawati bisa tampil menjadi fenomena
Marxis, yang dipergunakan untuk pemimpin simbolik.
menjelaskan relasi kekuasaan di
masyarakat borjuis, adalah kelompok Metode
dominan yang menggunakan hegemoni
negara dan sumber daya ekonomi serta Metode yang digunakan adalah kualitatif
produksi, yang berakibat, terjadinya yang memfokuskan pada penelitian studi
subordinasi kekuasaan dan sumber daya kasus (case study). Studi kasus adalah
ekonomi dan produksi bagi kelas pekerja. sebuah strategi penelitian yang mengacu
pada -bentuk pertanyaan mengapa dan
Gerakan perempuan ke ruang publik bagaimana. Peneliti tidak mengontrol
dimaksudkan agar keterwakilan peristiwa yang diteliti, namun fokus pada
perempuan dalam hal kekuasaan, fenomena kontemporer dalam beberapa
menjadikan perempuan berani bicara konteks kehidupan. Menurut Yin dalam
untuk menyatakan dan memperdebatkan bukunya Case Study Desing and Method
apa yang mereka inginkan dan harapkan (1989: 13), strategi penelitian studi kasus,
terjadi. Dalam konteks ini, diperlukan dipakai untuk menguji peristiwa kon-
kemampuan perempuan untuk temporer yang berkaitan dengan prilaku,
mengoptimalkan kekuatan bahasa dalam dan hampir tidak dapat dimanipulasi
mengkonstruksi realitas, sebagaimana fakta yang ada.
dinyatakan oleh Castell (1983: 359),
kekuasaan sampai kapanpun, tetap Penelitian ini menfokuskan pada
merupakan aturan sosial yang membentuk pertanyaan penelitian, bagaimana dan
dan mendominasi kehidupan sosial itu mengapa keadaan atau realitas tersebut
sendiri. dapat berlangsung, apa sebenarnya yang
menjadi persoalan yang sesungguhnya,
Lebih lanjut Westwood (2002:5) serta bagaimana menjelaskan keadaan
menegaskan, kekuasaan adalah arsitek yang dialami Megawati. Unit analisis
dunia sosial. Kekuasaan yang merancang penelitian ini Megawati sebagai pemimpin
kesesuaian peranan dalam interaksi dan simbolik. Objek penelitian adalah tulisan
struktur sosial. Atas alasan tersebut, maka di media massa yang menuliskan
perempuan harus memiliki kekuasaan dan Megawati sebagai narasumber, baik ditulis
kesempatan menjalankan kekuasaan, secara langsung dalam kutipan wawancara
sehingga dapat memperoleh pemahaman atau dalam kutipan tidak langsung.
yang sama dan kekuasaan yang seimbang Sumber data diambil secara acak, tidak
dengan laki-laki. Dalam keterwakilan dengan penetapan periode waktu tertentu,
53
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
namun secara bertujuan. Dimana berita Akhirnya PDI terbelah menjadi dua, PDI
yang dipilih telah melalui proses seleksi Soerjadi dan PDI Mega.
yang berhubungan dengan studi kasus Pada Pemillu Tahun 1999, PDI Mega
yang diteliti, pemimpin simbolik. Berita berubah nama menjadi PDI Perjuangan
yang dipilih mulai dari tahun Megawati dan berhasil memenangkan pemilu.
terjun ke dunia politik, sampai pada berita Sayangnya, walau menjadi pimpinan
politik 2014, yang kerap menampilkan partai pemenang pemilu, Megawati tidak
Megawati dan Joko Widodo. serta merta menjadi Presiden. Sidang
Umum 1999, memutuskan Gus Dur
Analisa dan Interpretasi Megawati sebagai presiden dan Megawati sebagai
dan Pemimpin Simbolik wakilnya. Dua tahun kemudian, 23 Juli
2001, mandat MPR RI yang memutuskan
Menurut Klapp (1964), Pemimpin Gus Dur sebagai presiden dicabut.
Simbolik adalah seseorang yang mencoba Barulah, akhirnya Megawati yang menjadi
mengkomunikasikan bagaimana mem- Presiden.
peroleh STATUS, PRESTISE & REPUTASI
atau dengan kata lain untuk memenuhi Masa pemerintahan Megawati
fungsi dan simbol yang menyatu. Dalam berakhir pada tahun 2004, ketika pemilu
hal ini Megawati memiliki status sebagai kembali dilangsungkan. Susilo Bambang
anak kedua Soekarno, presiden pertama Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator
Indonesia, dari Fatmawati. Ia dibesarkan pada masa pemerintahan Megawati,
dalam suasana keistanaan karena terpilih menjadi presiden. Sementara
Soekarno menjabat sebagai presiden. Megawati yang mencalonkan diri sebagai
Sebagai anak presiden, Megawati memiliki capres saat itu, gagal memimpin kembali.
prestise, ia bukan “orang biasa”. Lima tahun kemudian, 2009, Megawati
kembali maju sebagai calan presiden, dan
Tidak hanya status dan prestise yang gagal lagi. Yang menarik adalah tahun ini,
menjadi keunggulan Megawati. Ia juga 2014. Sempat sebelumnya diberitakan
berusaha memiliki reputasi sendiri, saat ingin maju kembali, namun akhirnya
mahasiswa, Megawati berkecimpung di Megawati memberikan mandat kepada
dunia politik melalui GMNI. Setelah itu, orang lain untuk maju sebagai capres.
karir politik Megawati terus melaju. Namun langkah politik ini berhasil
Tahun 1986, Mega menjadi wakil ketua membuat kekuasaan Mega menjadi lebih
PDI Cabang Jakarta Pusat. Kemudian, besar dari sebelumnya. Dalam hal ini
pada 1993, terpilih menjadi Ketua Umum media, mulai dari radio, televisi, koran
PDI. Namun, Kongres PDI di Medan sampai media baru, membentuk
tahun 1996, memutuskan untuk panggung yang luas, dimana drama publik
mengganti Megawat dengan Soerjadi diputar, menampilkan Megawati sebagai
sebagai Ketua Umum PDI. pimpinan simbolik. Respon khalayak atas
Megawati pun bereaksi, ia tidak drama ini juga luar biasa, dengan beragam
mengakui hasil kongres tersebut. komentar. Terjadi “perang iklim” opini
Kemudian, terjadi Peristiwa 27 Juli, yang publik dalam mempengaruhi khalayak
menewaskan beberapa pendukung Mega. untuk memilih calon pemimpinnya.
Pada peristiwa itu, pendukung Soerjadi Capres yang diusung Megawati,
berusaha merebut kantor DPP PDI di adalah capres yang juga tidak kalah
Jalan Diponegoro, dari tangan pendukung simbolisnya, dimana jauh sebelumnya, ia
Mega. Beberapa aktivis ditahan dan tak dikenal. Sampai kemudian, maju
dipenjarakan karena kerusuhan tersebut. sebagai gubernur DKI Jakarata, kemudian
54
Dini Safitri, Woman and Political Communication: Megawati dan Pemimpin Simbolik
55
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
56
Dini Safitri, Woman and Political Communication: Megawati dan Pemimpin Simbolik
Daftar Pustaka
57
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor 1, Oktober 2014
Jurnal http://filsufgaul.wordpress.com/2012/03
/11/perempuan-dan-politik-di-
Blackburn, Susan. 2004. Gradualism indonesia/
Versus Democratic Leaps: Political
Representation of Women In http://profil.merdeka.com/indonesia/m/
Australia and Indonesia. Jurnal megawati-soekarnoputri/
Perempuan edisi 34. Jakarta:
Yayasan Jurnal Perempuan http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/
03/14/269562244/Megawati-
Messner, Michael A. 2011. Gender Tunjukkan-Surat-Mandat-Jokowi-
Ideologies, Youth, Sports, and the Nyapres
Production of Essentialism
Sociology of Sport Journal. Vol. 28: http://www.dpr.go.id.
151-170.
58