Вы находитесь на странице: 1из 20

Check-Shot Survey

Check-Shot survey adalah survey pengukuran waktu tempuh gelombang seismik, dimana posisi sumber
gelombang diletakkan di permukaan-dekat lubang bor sementara perekam berada di dalam lubang bor.

Gambar di bawah ini adalah ilustrasi geometri Check-Shot Survey.

Courtesy Halliburton

Sumber gelombang biasanya berupa air-gun (500 cu in). Jika survey-nya di darat, air gun disimpan di
dalam sebuah bak air atau kolam. Air-gun digunakan karena lebih repeatable dibandingkan dinamit.
Sedangkan alat perekam sendiri biasanya berupa geophone accelerator 3 komponen (X,Y,Z) dan berada
pada 4 lokasi (4 shuttles) untuk satu rangkaian alat.

Perekaman dilakukan pada beberapa titik kedalaman lubang bor baik sebelum ataupun setelah
dipasang casing. Interval kedalaman biasanya sekitar 100m atau sesuai dengan kebutuhan.

Gambar di bawah ini adalah ilustrasi gelombang langsung (direct wave) yang berupa minimum phase
dengan first break (garis hitam miring) berupa waktu tempuh gelombang seismik .
Courtesy Halliburton

QC utama yang harus dilakukan pada rekaman Check-Shot adalah kejelasan first break yang bersih dari
noise baik untuk komponen X,Y ataupun Z dan peningkatan waktu tempuh sejalan dengan
penambahan kedalaman (jika posisi lubang bor vertikal atau miring). Hal ini akan berbeda jika pada
horizontal well. Kualitas data dipengaruhi oleh kesehatan alat, coupling antara alat dan lubang bor,
kehadiran gerowong yang berada dibalik casing, dll.

Produk utama dari Check-Shot adalah kurva hubungan waktu tempuh dengan kedalaman (TD Curve)
yang sangat berguna untuk konversi waktu ke kedalaman, mengkoreksi sonic-sonic corrected check-
shot *) untuk keperluan pembuatan seismogram sintetik, memperbaiki kecepatan seismic (velocity
scaling), estimasi Q, dll.

Gambar di bawah ini menunjukkan kurva waktu tempuh dan kedalaman yang di-overlay dengan first
break Check-Shot (kiri), sonic corrected checkshot (tengah), sintetik seismogram dan data seismik di
sekitar lubang bor.
Courtesy Halliburton

*) Sonic corrected checkshot (data sonic dikoreksi oleh check shot): hal ini dilakukan karena
diantaranya terjadi perbedaan orientasi ray path (jejak sinar). Jejak sinar seismik pada survey
checkshot relatif tegak lurus terhadap perlapisan batuan sedangkan sonic cenderung sejajar. Perbedaan
ini menghasilkan perbedaan waktu tempuh yang kita kenal dengan drift curve. Kalkulasi drift curve
sudah saya jelaskan di sini.
Well Seismic Tie
Adalah proses pengikatan data sumur (well) terhadap data seismik. Data sumur yang diperlukan untuk
well seismic tie adalah sonic (DT), density (RHOB), dan checkshot. Sebelum diproses, data well tersebut
harus dikoreksi terlebih dahulu untuk menghilangkan efek washout zone, cashing shoe, dan artifak-
artifak lainya.

Sebagaimana yang kita ketahui, data seismic umumnya berada dalam domain waktu (TWT) sedangkan
data well berada dalam domain kedalaman (depth). Sehingga, sebelum kita melakukan pengikatan,
langkah awal yang harus kita lakukan adalah konversi data well ke domain waktu. Untuk konversi ini,
kita memerlukan data sonic log dan checkshot.

Data sonic log dan checkshot memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Kelemahan data
sonic diantaranya adalah sangat rentan terhadap perubahan lokal di sekitar lubang bor seperti washout
zone, perubahan litologi yang tiba-tiba, serta hanya mampu mengukur formasi batuan sedalam 1-2 feet.

Sedangkan kelemahan data checkshot adalah resolusinya tidak sedetail sonic. Untuk ‘menutupi’
kelemahan satu sama lain ini, maka kita melakukan koreksi dengan memproduksi ‘sonic corrected
checkshot’. Besarnya koreksi checkshot terhadap sonic disebut dengan ‘DRIFT’.

Contoh proses matematis koreksi sonic oleh chekshot adalah sbb:


Checkshot data:
Kedalaman 1 = 1000 ft, Waktu 1 = 140 msec
Kedalaman 2 = 1250 ft, Waktu 2 = 170 msec
Checkshot time = 170 - 140 = 30 msec

Jika kecepatan sonic dari 1000 sampai 1250 ft adalah 125 usec/ft, maka waktu tepuhnya (1250 - 1000)
x 0.125 = 31.25 msec
DRIFT = 30 - 31.25 = -1.25 msec.

Tahapan berikutnya adalah membuat reflectivity log (dari data sonic dan density), lalu membuat
seismogram sintetik dengan cara meng-konvolusi-kan reflectivity log dengan sebuah wavelet.

Berikut contoh nya:


Courtesy Dutch Thompson, Landmark
Graphics Corporation, 2003

Pemilihan wavelet merupakan hal yang sangat penting. Karena fasa data seismic akan berubah sejalan
dengan bertambahnya kedalaman. Pada SRD (Seismic Reference Datum) mungkin kita akan memiliki
wavelet dengan fasa nol (setelah di-zero phase kan dalam prosesing, yang sebelumnya mengikuti
signature sumber gelombang sebagai minimum phase), akan tetapi pada kedalam tertentu fasanya
dapat berubah.

Dalam membuat sintetik, untuk pertama kali kita dapat menggunakan wavelet sederhana seperti zero
phase ricker dengan frekuensi tertentu katakanlah 25Hz. Lalu dengan membandingkan trace sintetik
dan trace-trace seismic disekitar bor, kita meng-adjust apakah frekuensi wavelet lerlalu besar atau
terlalu kecil. Setelah itu lihatlah fasanya, dan perkirakan fasa wavelet di sekitar zona target.

Lalu anda dapat melakukan shifting dan mungkin (stretching atau squeezing) dari data sumur. Akan
tetapi proses shifting janganlah terlalu excessive, katakanlah ~20ms (?), demikian juga dengan proses
stretching-squeezing, janganlah melebihi 5-10% (?) dari perubahan sonic atau kecepatan interval.

Jika anda memiliki data well-tops dan seismic horizon yang diperoleh dari interpreter, anda dapat
menggunakannya sebagai guidance didalam melakukan well-seismic tie. Jadi sebelum melakukan
proses detail di atas, anda dapat melakukan korelasi well-tops terhadap horizon terlebih dahulu.
Untuk kasus sumur bor miring, prosesnya serupa dengan sumur bor vertical, akan tetapi anda harus
membandingkan sintetik seismogram dengan data seismic disepanjang sumur bor. Lebih detail lagi,
anda dapat melakukan koreksi ‘anisotropi’ terutama untuk log sonic. Ingat ‘penembakan’ sonic
dilakukan tegak lurus dengan sumur bor, jadi untuk sumur bor horizontal, kita mengukur sonic kearah
vertical. Sedangkan data seismik diasumsikan mengukur secara horizontal.

Berikut contoh hasil well-seismic tie untuk sumur bor miring (deviated). Trace synthetic ditunjukkan
dengan warna pink, perhatikan peak pada sintetik cukup berkorelasi dengan baik dengan peak seismik,
demikian juga dengan trough-nya.
VSP (Vertical Seismic Profiling)
VSP adalah operasi seismik lubang bor dimana sumber seismik diletakkan di permukaan bumi
sementara perekam (geophone) diletakkan pada level kedalaman yang berbeda di sepanjang lubang
bor.

Jika sumur bor tersebut memiliki geometri vertikal, maka lokasi sumber getar diletakkan pada posisi
yang tetap, sedangkan untuk sumur bor miring, lokasi sumber tidak tetap, lokasinya disesuaikan
dengan posisi perekam dalam lubang bor.

Walaupun geophone diletakkan disepanjang lubang bor, resolusi vertikal VSP harus dipertimbangkan
masih berada dalam resolusi seismik, sementara secara lateral, resolusinya dibatasi oleh zona Fresnel.

Geometri survey VSP beserta sketsa rekaman yang dihasilkan ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Rekaman VSP merupakan


komposit dari gelombang downgoing dan upgoing dari jenis gelombang kompresi (P) dan/atau
gelombang geser (S) dan juga gelombang Stoneley yang berhubungan dengan lubang bor dan fluida
sumur.

Gelombang downgoing adalah gelombang yang terekam oleh geophone tanpa terefleksikan terlebih
dahulu. Sedangkan gelombangupgoing adalah gelombang yang terefleksikan.

Pengolahan VSP
Pengolahan data VSP terbagi menjadi beberapa tahap: demultiplex, korelasi (jika sumber getarnya
vibrator), koreksi dari efek fluktuasi, koreksi rotasi alat dan sumur miring, eliminasi data yang buruk,
stacking, pemilahan komponen gelombang jika perekam yang dipakai multicomponent.
Gambar di bawah ini adalah contoh rekaman VSP setelah editing dan stacking:

Selanjutnya, jika sumber dan penerima dianggap memiliki garis yang tegak lurus dengan reflektor,
maka standar pengolahan data VSP adalah sbb:

1. Dekonvolusi gelombang upgoing dengan gelombang downgoing. Proses ini ditujukan untuk
mengeliminasi efek sinyal sumber dan multiple downgoing.
2. Flattening gelombang upgoing yang telah didekonvolusi, proses ini menjadikan gelombang
upgoing mirip dengan rekaman seismik biasa.
3. Membuat stack VSP
Gambar dibawah adalah contoh korelasi rekaman VSP (upgoing wave) dengan log lithofasies

Referensi: Jean-Luc Mari, Geophysics of Reservoir and Civil Engineering, 1999, Institut Francais
Du Petrole Publications
VSP ( VERTICAL SEISMIC PROFFLING )
Image
Vertical Seismic Profiling (VSP)
Vertical seismic profiling (VSP) adalah suatu metoda pengukuran dimana sinyal seismik
yang dibuat di permukaan direkam oleh geophone yang ditempatkan dalam sumur dengan
kedalaman yang berbeda-beda. Perbedaan yang mendasar dari VSP dan survei seismik
permukaan digambarkan oleh gambar 1. Geophone yang ditempatkan di bawah permukaan
dalam perekaman data VSP merekam baik gelombang seismik upgoing maupun downgoing,
sementara pada survei seismik permukaan hanya gelombang upgoing yang terukur. VSP
hampir sama dengan survei kecepatan karena geometri perekaman yang dipakai sama, tetapi
ada beberapa perbedaan dalam survei VSP dan kecepatan yaitu

1. Jarak antar geophone dalam survei VSP lebih rapat, antara 15 – 40 meter, sementara dalam survei
kecepatan mencapai ratusan meter.
2. Dalam survei kecepatan hanya waktu first break yang dibutuhkan, sementara dalam VSP dibutuhkan
waktu first break dan event upgoing dan downgoing.

Konfigurasi VSP
Pemisahan Gelombang Upgoing dan Downgoing

Gambar 2 menunjukkan jejak gelombang dari sumber di permukaan menuju geophone dalam
lubang bor. Baik refleksi utama maupun multipel ditunjukkan pada gambar ini. Reflektor
diasumsikan datar dan horisontal. Sumber diasumsikan dekat dengan sumur sehingga
gelombang diasumsikan merambat secara vertikal. T1, T2 dan TG adalah waktu tempuh
vertikal one-way, masing-masing untuk reflektor 1, 2 dan geophone. Dari persamaan waktu
tempuh untuk event upgoing, waktu tempuh untuk event upgoingsampai ke
kedalaman geophone (t1 atau t2) sama dengan waktu tempuh two-way ke permukaan (dua
kali T1 atau dua kali T2)dikurangi waktu tempuh one-way ke geophone (TG). Serupa dengan
itu, jejak gelombang yang menggambarkan perambatan gelombang downgoing dan multipel
bisa dilihat pada gambar 3. Dari persamaan waktu tempuh untuk event downgoing, waktu
tempuh untuk event downgoing pada kedalaman geophone (t1 atau t2) sama dengan waktu
tempuh two-way ketika gelombang dipantulkan ke bawah (dua kali T1 atau dua kali T2)
ditambah dengan waktu tempuh one-way menuju geophone (TG). Jika didefinisikan TG
sebagai waktu first break untuk trace VSP yang direkam pada posisi geophone G maka jika
kita tambahkan +TG pada kedua suku persamaan waktu tempuh upgoing dan – TG pada
kedua suku persamaan waktu tempuh
downgoing kita dapat pisahkan event upgoing dan downgoing seperti pada gambar 4.
Gelombang Up Going dan Multiple

Gelombang Downgoing dan Multiple

Pemisahan Gelombang Upgoing dan Downgoing


Pemisahan gelombang upgoing dan downgoing sangat penting karena
gelombang upgoing mencerminkan reflektor bawah permukaan sehingga pada proses
selanjutnya dilakukan atenuasi gelombang downgoing tanpa mempengaruhi
gelombang upgoingdengan beberapa cara di antaranya
Filter kecepatan F-K

Seperti sudah dibahas pada bab sebelumnya, filter F-K adalah sebuah proses transformasi
data seismik dari domain T-Z (waktu-kedalaman) ke domain F-K (frekuensi-bilangan
gelombang). Gelombang downgoing akan muncul pada kuadran dengan nilai bilangan
gelombang positif dan gelombang upgoing akan muncul pada kuadran dengan nilai bilangan
gelombang negatif, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
P adalah gelombang downgoing primer, S adalah gelombang downgoing sekunder, P’ adalah
gelombang upgoing primer dan S’ gelombang upgoing sekunder.
Filter median

Metoda ini adalah pengurangan aritmetik trace ke trace dari perkiraan mode gelombang yang
akan diatenuasi. Filter median mengestimasi mode gelombang yang akan diatenuasi dan
hasilnya dikurangi dari tiap trace VSP.

Aplikasi VSP

Beberapa aplikasi VSP adalah sebagai berikut

1. Koefisien refleksi, karena gelombang upgoing membawa informasi bawah permukaan yang lengkap
yaitu refleksi dari bagian bawah dan atas dari batas lapisan. Koefisien refleksi sangat penting dalam
pembuatan interpretasi litologi dan stratigrafi.
2. Identifikasi reflektor seismik, karena data VSP dengan kualitas yang baik mampu mendefinisikan
kedalaman dari tiap refleksi gelombang upgoing sehingga dengan VSP interpretasi stratigrafi yang
benar dari penampang seismik refleksi bawah permukaan bisa didapatkan. Dengan menggunakan data
VSP seorang interpreter dapat menjawab beberapa pertanyaan antara lain : apakah refleksi terjadi
pada batas litostratigrafi atau kronostratigrafi ?, batas litologi mana saja yang dapat dan tidak dapat
dilihat oleh data seismik ?, seberapa reliabilitas seismogram sintetik dari data log untuk
mengidentifikasi refleksi primer dan multipel

Identifikasi Reflektor Seismik

3. Perbandingan VSP dengan seismogram sintetik, VSP lebih dapat memberikan informasi
stratigrafi dan litologi bawah permukaan lebih akurat dibandingkan dengan seismogram
sintetik yang hanya representasi sintetik dari pengukuran seismik. Dalam pengukuran VSP
digunakan perlengkapan yang sama dengan yang digunakan untuk survei seismik permukaan,
sementara seismogram sintetik hanya pendekatan dari proses tersebut.

Perbandingan VSP dan Seismogram Sintetik


4. Zona Fresnel dan resolusi horisontal VSP, data VSP memberikan resolusi lateral yang
lebih baik dibandingkan dengan pengukuran seismik permukaan karena zona Fresnel yang
ada dalam pengukuran VSP lebih kecil daripada yang ada pada survei seismik permukaan.
5. Prediksi kecepatan interval, karena salah satu output dari proses VSP adalah plot
impedansi akustik terhadap kedalaman dan kebanyakan densitas batuan berada pada kisaran
yang sempit sehingga dapat diasumsikan sebagai satu nilai konstan maka plot dari kecepatan
interval terhadap kedalaman dapat dihasilkan dari survei VSP.

Zona Fresnel dan resolusi Horizontal

Prediksi Kecepatan Interval

6. Prediksi kedalaman reflektor seismik, pemakaian VSP untuk memprediksi kedalaman


reflektor akan sangat membantu untuk daerah-daerah dengan kualitas refleksi seismik yang
buruk. Salah satu faktor adalah dalam survei VSP geophone ditempatkan di dalam lubang bor
dimana biasanya refleksi seismik tidak begitu baik.
Prediksi Kedalaman Relektor Seismik

7. Prediksi jarak dari mata bor ke formasi yang lebih dalam, misal sebuah sumur sudah dibor
sampai kedalaman 8000 feet dan data VSP direkam dari kedalaman tersebut sampai ke atas
sehingga event refleksi dapat dilihat dan diinterpretasi. Ini artinya bahwa data harus direkam
dari dasar lubang bor sampai 2000 feet di atasnya dengan selang kedalaman konstan.
Pertanyaannya adalah, berapa jauh reflektor A dari kedalaman pemboran sekarang ? Sebagai
pendekatan pertama dapat diasumsikan bahwa gelombang downgoing primer menerus sampai
kedalaman di bawah 8000 feet dengan bentuk kurva terhadap kedalaman yang sama dengan
data yang direkam pada selang 6000 – 8000 feet. Perpotongan antara garis
perpanjangan event downgoing dengan event upgoing A adalah posisi reflektor A. Untuk
lebih jelasnya lihat gambar di bawah ini

Prediksi Kedalaman reflektor dibawah lubang bor


Checkshot surveys

Surface-recorded seismic data often comprise the largest database that must be dealt with in reservoir
development. However, seismic data have one shortcoming that can limit their usefulness—the reflection
events used to map the seismic sequences and the seismic facies that describe the areal and vertical
distributions of reservoir and sealing units are measured as functions of seismic traveltime, not as functions
of depth. To understand reservoir performance, the boundaries of these units need to be mapped in depth.
Thus, the concept of the velocity checkshot survey has been developed to establish time-depth calibration
functions at control wells so that surface-recorded seismic images can be reliably converted to the depth
images that are needed to do reservoir volumetric calculations.

Checkshot source-receiver geometry

Figure 1 The source-receiver geometry commonly used in onshore checkshot surveys.


Figure 2 The source-receiver geometry commonly used to record checkshots in deviated wells.

Figure 3 The source position (A or B) should be chosen so that the travel path to each receiver is as nearly

vertical as possible.

The purpose of a velocity survey is to produce a down-going seismic wavelet at the surface near a well and
then to measure the time required for that wavelet to travel to a known depth where a seismic receiver is
positioned in the well. This borehole receiver is locked successively at several different depth levels, and
the vertical traveltime to each level is measured.[1] Each measurement of the source-receiver traveltime is
a checkshot, and the compilation of all of the traveltime measurements into a time-depth calibration
function is referred to as a checkshot survey.

The source—receiver geometry used in onshore velocity checkshots is shown in Figure 1. If possible, the
energy source should be the same as that used to record the surface seismic data near the well. A buried
explosive charge is shown in this diagram, but other common onshore energy sources include Vibroseis or
air guns operated in a water-filled pit near a well. Offshore, essentially all checkshot surveys involve air
guns as the seismic energy source.

Ordinarily, the borehole receiver is first lowered to the deepest checkshot level, and the traveltime to this
deepest receiver position is measured for one or more surface shots. The receiver is then moved upward a
distance of 200, 500, or 1000 ft (61, 152, or 305 m) to record the checkshot, or vertical traveltime, at
successively shallower levels.

The time-depth calibration function and velocity analyses that can be calculated from checkshot
measurements are more reliable if each source-receiver travel path is a vertical straight line rather than an
oblique, refracted path.[2] Consequently, if a well is deviated, then the surface position of the source should
be readjusted each time the downhole receiver is moved to a new depth level, as shown in Figure 2, so
that the travel path always remains as vertical as possible.

Offshore, the vertical traveltime to a receiver is defined relative to sea level. Since the energy source is
below sea level when it produces the down-going wavelet, an amount of time equal to the air gun depth
divided by the sound velocity in water is added to the measured time to adjust it to a sea level origin.

Onshore, an arbitrary depth coordinate is chosen as the time datum. In Figure 1, the datum is above the
shot depth, and in such a case, the vertical distance between the shot depth and the datum depth is
divided by the velocity in that interval. That time adjustment is then added to the measured traveltime to
each receiver. If the depth datum is below the shot depth, as in Figure 2, this adjustment time is subtracted
from the measured traveltime.

When a checkshot survey well penetrates formations that exhibit complicated structural dips, it is advisable
to position an energy source on both the updip and downdip sides of the well so that two different
traveltime measurements are acquired at each receiver depth. One of the travel paths is usually a better
approximation of a straight line than the other. For example, in Figure 3, source position A is preferred
when the receiver is at depth Z1 but source position B is the better choice for a receiver at depth Z2.
Usually, the traveltimes measured for sources A and B are simply averaged at each receiver depth
because the structural dips and formation velocities are rarely known with enough precision to
predetermine which travel path is the better approximation of a straight line.

In surveys where the structure is simple horizontal layering but where significant lateral velocity variation
occurs, it is also advisable to record traveltimes from shots on opposite sides of the well and average the
times so that the checkshot values are not biased with a velocity that is unrepresentative of the prospect
area.

When there is sufficient velocity and dip information and adequate presurvey preparation time to allow ray
trace modeling of the source—receiver travel path, it is helpful to calculate and display the anticipated ray
paths for several possible source and receiver locations to determine which source position produces the
best approximation of a straight line travel path to each desired receiver location.

Vertical seismic profiles

A vertical seismic profile (VSP) is recorded in essentially the same way as a checkshot survey. [3] [4] The
major difference between a VSP and a checkshot survey is that VSP data are recorded at much smaller
spatial sampling intervals than checkshots. While a receiver may be moved a vertical distance
of 200 to 1000 ft (61 to 305 m) between checkshot levels, it should be moved no more than 50 to 100 ft (15
to 30 m) when recording a VSP. Specifically, the vertical distance between successive VSP traces should
not exceed one-half of λmin, where λmin is the shortest wavelength contained in the recorded VSP wavefield.

When a seismic wave field is recorded with this small spatial sampling interval, several processing
techniques can be used to separate the down-going and up-going wave fields. Once the up-going wave
field is isolated from the more dominant down-going wave field, the up-going reflection events can be
properly analyzed and interpreted and used to produce improved imagery of the subsurface.
VSP source-receiver geometries

Figure 4 Examples of the source-receiver positions involved in (a and b) zero offset and (c and d) offset VSP recording
geometries.

Several types of VSPs can be recorded by altering the position of the energy source relative to the
receiver. The term offset is used to describe the horizontal distance between the source and receiver. If the
receiver is directly below the source, the recorded data are called a zero offset VSP. If there is a significant
horizontal distance between the source and receiver, the recorded data are referred to as an offset VSP.
Examples of offset and zero offset geometries are shown in Figure 4. A common misuse of the
term offset is in describing the horizontal position of the energy source relative to the wellhead rather than
the position of the source relative to the location of the subsurface receiver. For this reason, the geometry
in Figure 4(d) is an offset VSP, not a zero offset VSP.

In a flat-layered earth, the reflection points associated with a zero offset VSP occur close to the vertical line
passing through the source and receiver coordinates. Thus, the image made from these data will illuminate
the subsurface in only a narrow vertical corridor passing through the receiver location. However, if there is
structural dip, the reflection points associated with a zero offset VSP can occur at significant horizontal
distances from the vertical line passing through the source and receiver. When properly processed, such
data can produce high resolution images extending from the receiver position to the farthest reflection point
coordinate.

For offset VSPs, reflection points are always distributed over some horizontal distance, so offset VSP
recording geomety is often used to produce seismic images that traverse portions of a reservoir near
survey wells.

Вам также может понравиться