Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK No. MHS : F 121 14 004
GEOLOGI
Acara 2 : Pola Aliran Sungai dan Praktek : Geomorfologi
Tipe Genetik Sungai
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah:
1. Agar praktikan dapat menentukan pola aliran sungai
2. Agar praktikan dapat menentukan tipe genetic sungai
3. Agar praktikan dapat menentukan orde sungai
b. Bahan :
1. Kalkir A3
2. Pensil Warna
3. Selotip
BAB II
DASAR TEORI
Banjir
Saluran irigasi
Pembagian Daerah Aliran Sungai berdasarkan fungsi Hulu, Tengah dan Hilir yaitu:
2. Bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola
untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang
antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana
pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.
3. Bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk
dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang
diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air,
ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta
pengelolaan air limbah.
1. DAS gemuk: DAS jenis ini memiliki daya tampung yang besar, adapun sungai
yang memiliki DAS seperti ini cenderung mengalami luapan air yang besar
apabila terjadinya hujan di daerah hulu.
2. DAS kurus: DAS jenis ini bentuknya sempit, sehingga daya tampungnya pun
kecil. Manakala hujan turun di daerah hulu, tidak terjadi luapan air yang tidak
terlalu hebat.
1. Bentuk Bulu Ayam: DAS bentuk bulu ayam memiliki debit banjir sekuensial
dan berurutan. Memerlukan waktu yang lebih pendek untuk mencapai
mainstream. Memiliki topografi yang lebih curam daripada bentuk lainnya.
2. Bentuk Kipas: DAS berbentuk kipas memiliki debit banjir yang terakumulasi
dari berbagai arah sungai dan memiliki waktu yang lebih lama daripada bentuk
bulu ayam untuk mencapai mainstream. Memiliki topografi yang relatif landai
daripada bulu ayam.
3. Bentuk parallel / Kombinasi: DAS bentuk kombinasi memiliki debit banjir yang
terakumulasi dari berbagai arah sungai di bagian hilir. Sedangkan di bagian hulu
sekuensial dan berurutan.
Para ahli hidrologi membedakan daerah aliran sungai berdasarkan pola alirannya.
Pola aliran tersebut dipengaruhi oleh geomorfologi, topografi, dan bentuk wilayah.
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1977), coraknya terdiri dari corak bulu burung,
corak radial, dan corak pararel.
Corak bulu burung, disebut bulu burung karena bentuk aliran anak sungainya
menyerupai ruas-ruas tulang dari bulu burung. Anak-anak sungai langsung
mengalir ke sungai utama. Corak seperti ini resiko banjirnya relatif kecil karena
air dari anak sungai tiba di sungai utama pada waktu yang berbeda-beda.
Corak radial, atau disebut juga menyebar. Anak sungai menyebar dan bertemu
di titik-titik tertentu. Wilayahnya berbentuk kipas atau lingkaran. Memiliki
resiko banjir yang cukup besar di titik-titik pertemuan anak sungai.
Corak pararel, memiliki dua jalur sub daerah aliran sungai yang sejajar dan
bergabung di bagian hilir. Memiliki resiko banjir yang cukup besar di titik hilir
aliran sungai.
(a) Corak bulu burung, (b) Corak radial atau menyebar, (c) Corak pararel
Pada dasarnya, ada 7 jenis pola aliran sungai. Pembagian ini didasarkan pada pola yang
dibentuk sungai tersebut. Adapun jenis-jenis yang dimaksud sebagai berikut:
BAB III
METODOLOGI
Tanggal :
TUGAS PENDAHULUAN
ACARA 3
NAMA : MEYDINA A
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2016