Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1.Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
2. Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako
*
Email : destadamba@yahoo.com
ABSTRAK
Apendisitis adalah salah satu penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering ditemukan dan membutuhkan
pembedahan dengan segera. Risiko seseorang menderita apendisitis selama hidupnya mencapai 7-8%, dengan
insiden tertinggi pada usia 20-30 tahun. Suhu tubuh yang meningkat dan leukositosis menjadi bagian dalam
penegakkan diagnosis apendisitis. Nilai Platelet Distribution Width yang merupakan parameter baru memiliki
sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi untuk menunjang diagnosis apendisitis. Penelitian ini merupakan studi
analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional untuk melihat perbandingan suhu tubuh, kadar
leukosit, dan nilai Platelet Distribution Width pada apendisitis akut dan perforasi. Teknik pengambilan sampel
secara consecutive sampling dengan jumlah sampel masing-masing 36 pasien apendisitis akut dan apendisitis
perforasi yang menjalani pemeriksaan tanda vital dan laboratorium darah lengkap sebelum dilakukan
apendektomi dan laparotomi. Data penelitian dianalisis menggunakan uji univariat dan bivariat (Independent T
test dan Mann-Whitney test). Suhu tubuh rata-rata pada apendisitis akut yaitu 37° dan pada apendisitis perforasi
sebesar 37,8°C dengan nilai P 0,000. Kadar leukosit rata-rata pada apendisitis akut yaitu 11.191 sel/mm 3 dan
apendisitis perforasi sebesar 17.875 sel/mm 3 dengan nilai P 0,000. Nilai Platelet Distribution Width rata-rata
pada apendisitis akut yaitu 10,9% dan apendisitis perforasi sebesar 11,2% dengan nilai P 0,262.Terdapat
perbedaan suhu tubuh dan kadar leukosit yang signifikan dan tidak terdapat perbedaan nilai Platelet
Distribution Width yang signifikan antara apendisitis akut dan apendisitis perforasi di RSU Anutapura Palu
tahun 2014.
Kata Kunci: Apendisitis akut, apendisitis perforasi, suhu tubuh, leukosit, Platelet Distribution Width (PDW)
ABSTRACT
Appendicitis is one of the commonest cause of acute abdominal pain and it needs a surgery intervention immediately.
The lifetime risk of appendicitis is 7-8%, with highest incidence is on 20-30 years of age. The increase of body
temperature and leukocytosis are taking an important role in defining the diagnosis of appendicitis. The Platelet
Distribution Width is a new parameter which have a higher sensitivity and spesificity in defining a better diagnosis of
appendicitis. This research is an analitic study using cross sectional design to know the comparison of body
temperature, leukocyte count, and Platelet Distribution Width on acute and perforated appendicitis. Sample was
collected by consecutive sampling method with the amount of sample was 36 patients of each acute and perforated
appendicitis who have undergone vital sign and complete blood count examination before appendectomy and
laparotomy performed. The data was analyzed with univariat and bivariat test (Independent T test and Mann-
Whitney test). The average body temperature on acute appendicitis is 37°C and on perforated appendicitis is 37,8°C
with P value is 0,000. The average leukocyte count on acute appendicitis is 11.191 sel/mm3and on perforated
appendicitis is 17.875 sel/mm3with P value is 0,000. Whereas average Platelet Distribution Width of each acute and
perforated appendicitis are 10,9% and 11,2% with 0,262 of P value. There is a significant difference of body
temperature and leukocyte count, and there is no significant difference of PDW between acute and perforated
appendicitis at Anutapura General Hospital Palu by the year of 2014.
Keywords: Acute appendicitis, perforated appendicitis, body temperature, leukocyte, Platelet Distribution Width
(PDW)
yaitu suhu tubuh, kadar leukosit, dan pasien apendisitis akut dan apendisitis
nilai PDW sebagai variabel bebas dan perforasi. Data dianalisis menggunakan
apendisitis akut dan perforasi sebagai Independent T test dan Mann-Whitney
varibel terikat. Subjek dalam penelitian test.
ini adalah pasien apendisitis akut dan
apendisitis perforasi yang menjalani HASIL
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan Pada uji ini awalnya dilakukan uji
darah lengkap sebelum dilakukan normalitas untuk mengetahui distribusi
pembedahan, serta tidak memiliki hasilnya. Selanjutnya dilakukan analisis
penyakit infeksi lainnya. Pengambilan dengan 2 uji berbeda, yaitu uji
data menggunakan rekam medis pasien independent T test untuk variabel suhu
dengan teknik consecutive sampling. tubuh dan uji Mann-Whitney test untuk
Jumlah sampel masing-masing 36 variabel leukosit dan PDW.
Standar
Variabel Rata-rata Nilai P
Deviasi
Suhu Tubuh
37°C 0,75397
Apendisitis Akut 0,000
37,8°C 0,98804
Apendisitis Perforasi
Kadar Leukosit
11.191 sel/mm3 4237,0
Apendisitis Akut 0.000
17.875 sel/mm3 5586,5
Apendisitis Perforasi
Nilai PDW
10,9 % 4,05361
Apendisitis Akut 0,262
11,2 % 2,16952
Apendisitis Perforasi
(Data Rekam Medis, 2014)
Suhu tubuh rata-rata pada berbeda yaitu 10,9% pada kasus akut
apendisitis perforasi sebesar 37,8°C, dan 11,2% pada kasus perforasi dengan
sedangkan rata-rata suhu tubuh nilai P 0,262 (P>0,05).
apendisitis akut masih dalam batas
normal yaitu 37°C dengan nilai P 0,000 PEMBAHASAN
(P<0,05). Kadar leukosit rata-rata pada Berdasarkan penelitian ini,
apendisitis akut sebesar 11.191 sel/mm3, diperoleh kelompok usia yang paling
sedangkan pada kasus perforasi sebesar banyak menderita apendisitis adalah
17.875 sel/mm3 dengan nilai P 0,000 kelompok usia 17-25 tahun (remaja
(P<0,05). Nilai rata-rata PDW pada akhir) sebanyak 38,9% pada apendisitis
kedua kelompok kasus tidak begitu jauh akut dan 27,8% pada apendisitis
perforasi. Hasil tersebut tidak jauh pada laki-laki (58,3%). Hasil ini sejalan
berbeda dengan penelitian yang dengan penelitian Marisa dkk yang
dilakukan Marisa dkk di Semarang pada memperoleh hasil pada laki-laki lebih
tahun 2011, didapatkan insiden tertinggi sering terjadi apendisitis perforasi
pada apendisitis akut dan perforasi sedangkan appendisitis akut lebih
terjadi pada usia 15-24 tahun. Pada banyak pada perempuan. Hasil
penelitian ini tidak didapatkan penderita penelitian ini juga didukung oleh
apendisitis usia 0-5 tahun dan pada usia penelitian yang dilakukan Tanveer di
lanjut >65 tahun hanya ditemukan pada Madina Teaching Hospital, Faisalabad
apendisitis perforasi. Tingginya insiden tahun 2010 dimana sebanyak 69,17%
pada usia remaja disebabkan apendisitis perforasi ditemukan pada
perkembangan jaringan limfoid laki-laki. Hubungan tingginya insiden
maksimal sehingga lebih mudah terjadi dengan jenis kelamin belum dapat
obstruksi yang menyebabkan diketahui penyebab yang jelas karena
peningkatan tekanan intraluminal [9]. secara anatomi bentuk apendiks laki-
Secara anatomi, orang dewasa memiliki laki dan perempuan sama [10]. Namun,
bentuk lumen apendiks yang menyempit perlu diketahui pada perempuan sering
di bagian proksimal dan melebar pada ditemukan kasus apendisitis akut karena
bagian distal, sedangkan pada bayi adanya positif palsu sebanyak 20%
bentuk lumen apendiks relatif lebar di terutama pada wanita usia 20-40 tahun.
bagian proksimal dan menyempit di Positif palsu adalah keadaan pasien
bagian distal. Hal ini mungkin menjadi menunjukkan apendisitis tapi hasil
penyebab rendahnya insidensi pemeriksaan patologi anatomi bukan
[10]
apendisitis akut pada bayi . Risiko apendisitis yang disebabkan masalah
perforasi meningkat pada anak kurang ginekologis mirip apendisitis. Hal itu
dari 5 tahun diakibatkan proses mungkin terjadi karena tindakan bedah
pendindingan kurang sempurna, harus dilakukan dengan cepat sementara
omentum belum berkembang, dan penegakkan diagnosis belum dilakukan
waktu diagnosis yang lama karena dengan baik [9].
anak kurang dapat menjelaskan gejala Pengukuran suhu tubuh merupakan
yang dirasakan [3,4]. Pada lansia lebih salah satu pemeriksaan yang dilakukan
sering ditemukan kasus perforasi karena pada kasus-kasus dengan kecurigaan
lumen apendiks yang sudah tertutup apendisitis. Kenaikan suhu tubuh
sepenuhnya sehingga gejala apendisitis melebihi suhu normal terjadi sebagai
akut yang dirasakan tidak begitu jelas tanda adanya infeksi seperti pada
dan baru dapat ditegakkan diagnosisnya apendisitis. Agen-agen infeksi akan
saat terjadi perforasi [10]. menghasilkan pirogen, kemudian
Berdasarkan distribusi frekuensi memasuki sirkulasi sistemik dan
menurut jenis kelamin pada penelitian meningkatkan PGE2 yang akan
ini, insidensi tertinggi apendisitis akut menghasilkan c-AMP sehingga terjadi
didapatkan pada perempuan (66,6%) peningkatan set point termoregulator di
dan perforasi paling banyak ditemukan hipotalamus dan bermanifestasi pada
peningkatan suhu inti tubuh [11]. Dari rendah, dengan hasil ukur yang lebih
hasil penelitian ini, diperoleh sebanyak rendah. Sensitivitas pengukuran suhu
27 pasien (75%) apendisitis akut tubuh per aksila hanya berkisar antara
memiliki suhu tubuh dalam batas 27,8-33%. Analisis bivariat dengan uji
normal yaitu <37,5°C dengan rata-rata independent T test diperoleh nilai P
37°C (tidak ditemukan pasien dengan sebesar 0,000 (<0,05) sehingga dapat
suhu >38,5°C). Sedangkan apendisitis disimpulkan secara statistik terdapat
perforasi memiliki rerata suhu tubuh perbedaan yang signifikan rerata suhu
37,8°C dengan rentang 37,5-38,5°C tubuh antara pasien apendisitis akut dan
sebanyak 17 pasien (47,2%) dan apendisitis perforasi di RSU Anutapura
sebanyak 8 pasien (22,2%) mencapai Palu tahun 2014 (hipotesis diterima).
suhu >38,5°C. Hasil ini sesuai dengan Pasien dengan apendisitis pada
penelitian Muhammad Shiddiq di umumnya mengalami leukositosis, yaitu
RSUD Dokter Soedarso Pontianak peningkatan jumlah leukosit diatas
tahun 2012 yang memperoleh hasil 10.000 sel/mm3. Berdasarkan penelitian
rerata suhu tubuh pada pasien yang dilakukan Andi Baso (2015)
apendisitis akut dengan massa dengan menganalisis leukosit pada
periapendikuler senilai 36,519 ± apendisitis akut dan perforasi,
0,405°C dan pada pasien apendisitis memperoleh hasil jumlah leukosit
perforasi dengan peritonitis umum 10.000-18.000 sel/mm3 banyak
senilai 37,771 ± 0,617 °C (nilai P= ditemukan pada pasien apendisitis akut
0,000), sehingga terdapat perbedaan yaitu sebesar 75,7% dan jumlah leukosit
bermakna rerata suhu tubuh antara >18.000 sel/mm3 banyak ditemukan
pasien apendisitis akut dengan massa pada pasien apendisitis perforasi sebesar
periapendikuler dan apendisitis 90,7%. Hal yang sama juga
perforasi dengan peritonitis umum. dikemukakan dalam penelitian Anggita
Suhu tubuh yang lebih tinggi pada Patrianita (2013) yang mendapatkan
apendisitis perforasi berkaitan dengan sebanyak 63,33% pasien mengalami
proses peradangan semakin parah dan leukositosis 10.000-18.000 sel/mm3
melibatkatkan area peradangan yang pada apendisitis akut dan sebanyak
lebih luas. Semakin luas area 42,5% apendisitis perforasi dengan
peradangan maka massa serta eksudat leukosit >18.000 sel/mm3. Dari hasil
peradangan yang dihasilkan akan lebih kedua penelitian tersebut sesuai dengan
banyak [11]. Hasil penelitian yang hasil yang diperoleh peneliti namun
menunjukan bahwa 75% pasien terdapat sedikit perbedaan, dimana pada
apendisitis akut tidak mengalami penelitian ini jumlah leukosit pada
demam diperkirakan karena data hasil apendisitis akut terbanyak yaitu 5.000-
pengukuran suhu tubuh pada penelitian 10.000 sel/mm3 yaitu sebanyak 47,2%
ini diperoleh melalui pengukuran per dengan rerata 11.191 sel/mm3 dan pada
aksila. Menurut El-Radhi et al (2009) apendisitis perforasi terbanyak memiliki
korelasi hasil pengukuran suhu tubuh leukosit >18.000 sel/mm3 (50% kasus)
per aksila terhadap suhu inti relatif dengan rerata 17.875 sel/mm3. Pada
tinggi daripada apendisitis akut (namun kelompok usia 17-25 tahun (remaja
masih dalam batas normal). Dari 72 awal) dan yang paling sedikit adalah
sampel, peningkatan PDW >18% hanya usia >65 tahun (manula).
terdapat pada dua pasien apendisitis 3. Suhu tubuh penderita apendisitis akut
akut (2,77%) dan tidak ditemukan pada paling banyak ditemukan pada suhu
kasus perforasi. Ketidaksesuaian hasil <37,5°C yaitu 27 pasien (75%)
penelitian ini mungkin dipengaruhi dengan rerata 37°C dan penderita
beberapa hal seperti jumlah sampel apendistis perforasi paling banyak
yang sangat sedikit, jenis alat dan teknik pada rentang suhu 37,5-38,5°C yaitu
pengukuran yang digunakan berbeda, 17 pasien (47,2%) dengan rerata
metode analisis berbeda, serta dapat 37,8°C. Uji independent T test
dipengaruhi faktor ras dan genetik [15]. diperoleh nilai P sebesar 0,000
Berdasarkan uji statistik Mann-Whitney (P<0,05) sehingga dapat disimpulkan
test didapatkan nilai P sebesar 0,262 terdapat perbedaan yang signifikan
(P>0,05), sehingga dapat disimpulkan suhu tubuh antara apendisitis akut
secara statistik tidak terdapat perbedaan dan apendisitis perforasi.
yang signifikan nilai PDW antara 4. Kadar leukosit pada apendisitis akut
apendisitis akut dan apendisitis paling banyak ditemukan pada
perforasi di RSU Anutapura Palu tahun rentang 5.000-10.000 sel/mm3
2014 (hipotesis ditolak). Oleh karena (47,2%) dan pada apendisitis
itu, sangat dibutuhkan penelitian- perforasi paling banyak pada kadar
penelitian baru untuk mencari hubungan >18.000 sel/mm3 (50%). Uji Mann-
PDW pada apendisitis dengan Whitney test diperoleh nilai P sebesar
menggunakan desain penelitian yang 0,000 (P<0,05) sehingga dapat
berbeda dan jumlah sampel lebih disimpulkan terdapat perbedaan yang
banyak. signifikan kadar leukosit antara
apendisitis akut dan apendisitis
KESIMPULAN DAN SARAN perforasi.
Pada penelitian ini disimpulkan 5. Nilai PDW (Platelet Distribution
bahwa : Width) pada apendisitis akut paling
1. Jumlah kasus apendisitis di RSU banyak ditemukan <11% (rerata
Anutapura Palu tahun 2014 adalah 10,9%) sebanyak 63,9% dan pada
sebanyak 36 pasien apendisitis akut apendisitis perforasi paling banyak
dan 36 pasien apendisitis perforasi. pada rentang 11-18% (rerata 11,2%)
2. Frekuensi jenis kelamin yang sebanyak 53%. Uji Mann-Whitney
menderita apendisitis akut terbanyak test diperoleh nilai P sebesar 0,262
adalah perempuan (66,7%) dan (P>0,05) sehingga dapat disimpulkan
penderita apendisitis perforasi yang tidak terdapat perbedaan yang
terbanyak adalah laki-laki (41,7%). signifikan kadar leukosit antara
Berdasarkan usia, penderita apendisitis akut dan apendisitis
apendisitis akut dan apendisitis perforasi.
perforasi paling banyak adalah