Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NIM : 2016730101
1. Terdapat masalah pada alat pernapasan, seperti gangguan di salah satu alat
pengembangan dinding dada (apakah ada otot pernafasan pada dinding dada yang
2. Sistem saraf perifer mengirim sinyal ke saraf pusat bahwa jaringan membutuhkan
O2 lebih. Pada saat kita kekurangan O2 atau ada kerusakan pada organ. Organ yang
rusak/kekurangan O2 itu akan memberikan sinyal kepada saraf pusat lalu saraf pusat akan
mengirimkan sinyal kepada paru untuk memrintahkan paru mengambill O2 lebih banyak.
Akhirnya Paru akan bekerja lebih keras dan terjadi percepatan nafas yang akhirnya
menimbulkan sesak.
3. Kerja pernafasan akan meningkat, maka dari itu otot-otot pernafasan bekerja lebih
keras.
4. Ada yang terkompensasi dan tidak terkompensasi. Jika terjadi kompensasi maka
lambat launnafas akan normal. Tetapi jika kompensasi gagal maka O2 yang dihirup dan
masuk kedalam tubuh tidak maksimal walau nafasnya dipercepat, sehingga sel-sel yang
menghasilkan energi, tetapi dengan hasil akhir laktat yang dapat menyebabkan adanya
kerusakan sel.
CO mengikat HB lebih kuat dari pada O2. Sehingga O2 yang masuk ke jaringan
menjadi kurang, karena kita kekurangan O2, maka organ yang kurang O2 memberikan sinyal
kepada saraf pusat. Lalu saraf pusat akan memberikan sinyal kepada para untuk mengambil
O2 lebih banyak. Akhirnya paru pun mendapatkan perintah agar mempercepat nafasnya,
Jakarta. EGC. )
Nama : Nadya Lutfi
NIM : 2016730075
Pertanyaan
Jawab
Trauma
Penyakit neurologik
Kelainan tulang
Penjelasan dan Etiologinya
A. Asma Bronkial
Asma adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan akibat penyempitan saluran nafas
yang sifatnya reversible ( penyempitan dapat hilang dengan sendirinya ) yang ditandai
oleh episode obstruksi pernafasan diantara dua interval asimtomatik. Namun,
adakalanya sifat reversible ini berubah menjadi kurang reversible ( penyempitan baru
hilang setelah mendapat pengobatan ). Penyumbatan saluran nafas yang menimbulkan
manifestasi klinis asma adalah akibat broncokontriksi, pembengkakan mukosa
bronkus dan hipesekresi lender karena hiperreaktifitas saluran pernafasan terhadap
beberapa stimulus.
Hal yang selalu dapat ditemui pada penderita asma adalah saluran pernafasannya yang
hiperresponsif terhadap stimulus. Untuk setiap penderita stimulusnya tidak selalu
sama. Dalam keadaan serangan asma, sangat mudah untuk menegakkan diagnosisnya,
tetapi ketika berada dalam episode bebas gejala, tidak mudah untuk menentukan
seseorang menderita asma.
Etiologi
Walaupun prevelensi kejadian asma pada populasi tidak kecil, yaitu 3-5%, etiologic
asma belum dapat ditetapkan dengan pasti. Tampaknya terdapat hubungan antara
asma degan alergi, selain itu seragan asmanya juga sering dipicu oleh pemajanan
terhadap alergen. Pada pasien yang mempunyai komponen alergi, jika ditelusuri
ternyata sering dapat riwayat asma atau alergi ada keluarganya .hal ini menimbulkan
pendapat bahwa terdapat faktor genetik yang menyebabkan seseorang menderita
asma. Faktor genetic yang diturunkan dalah kecenderungan memproduksi antibodi
jrni IgE yang berlebihan. Seseorang yang mempunyai predisposisi memproduksi IgE
berlebihan disebut mempunyai sifat atopik, sedangkan keadaannya disebut atopi.
Namun, ada penderita asma yang tidak atopik dan juga serangan asma nya disebut
idiodinkratik; biasanya serangan asmanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas.
Patofisiologi
ma
Patologi
Informasi patologik asma didapat dari hasil otopsi. Pada asma yang berat,
ditemukan distensi paru yang berlebihan dan peutupan jalan nafas karena lender
yang tebal dan liat yang menyumbat jalan nafas. Pada kasus yang ringan dan
sedang dapat ditemukan:
Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak napas. Gejala yang
sering terlihat jelas adalah penggunaan otot napas tambahan, timbulnya pulsus
paradoksus, timbulnya kussmaul’s sign. Pasein akan mencari posisi yang enak, yaitu
duduk tegak dengan tangan berpegangan pada sesuatu agar bahu tetap stabil, biasanya
berpegangan pada lengan kursi, dengan demikian otot napas tambahan dapat berkerja
dengan baik. Takikardia akan timbul diawal serangan, kemudian diikuti sianosis
sentral.
Gejala asma dapat dibedakan dengan gejala penyakit obstruksi jalan napas
lainnya, seperti bronchitis kronik, mfsema dan fibrosis kistik. Asma terjadi pada
penderita muda yang bukan perokok ; saat berada diantara eksaserbasi akut, nilai
kapasitas residual fungsional adalah normal, daya tahan saat exercise dan parameter
spirometrik pada penderita asma tidak banyak berubah dibandingkan penderita
bronchitis kronik maupun penderita emfisema.
Sebagai ukuran sederhana, dapat dikatakan jika peak flow <120 liter atau
FEV1< 1 liter, keadaan ini disebut obstruksi saluran pernafasan berat.
Jika ke empath al ini terdapat pada pasie, diperkirakan 95% akan terjadi relaps
dan perlu perawatan di RS. Namun demikian, ternyata yang dapat digunakan sebagai
petunjuk lebih tepat adalah keberhasilan pada terapi inisial. Poto rontgen hanya
bergyna untuk menyingkirkan kemungkinan adanya pneumonia atu pneumothoraks
bukan hanya untuk menilai derajat asma, walaupun hyperplasi paru dapat menujukkan
kemungkinan adanya serangan asma akut.
Penatalaksaan
B. Bronkitis kronik
Batasan
Patologi
Batuk terus menerus yang disertai dahak dalam jumlah banyak, dan batuk
terbanyak terjadi pada pagi hari. Sebagian besar penderita bronchitis kronik tidak
mengalami obstruksi aliran pernapasan, namun 10-15% perokok merupakan golongan
yang mengalami penurunan aliran napas. Penderita batuk produktif kronik yang
mempunyai aliran napas normal disebut penderita bronchitis kronik simpleks (Simplex
chronic bronchitis), sedangkan yang disertai dengan penurunan aliran napas yang
progresif disebut penderita bronchitis kronik obstruktif.
Pemeriksaan fisik idak sensitif untuk bronkits kronik yang ringan sampai sedang,
tetapi pada penderita yang mengalami obstruksi napas, gejalanya telah tampak pada
saat inspeksi yaitu digunakannya oto pernafasan tambahan (accessory respiratory
muscle).
C. Emfisema
Batasan
Emfisema adalah keadaan paru yang abnormal, yaitu adanya pelebaran rongga udara
pada asinus yang sifatnya permanen. Pelebaran ini disebabkan karena adanya
kerusakan dinding asinus. Asinus adalah bagian paru yang terletak di bronkiolus
terminalis distal. Ketika membicarakan emfisema, penyakit ini selalu dikaitkan
dengan kebiasaan merokok. Oleh karena itu, beberapa ahli menyamakan antara
emfisema dan bronchitis kronik.
Patogenesis
Kerusakan alveoli disebabkan oleh adanya proteolysis (degradasi) elastin oleh enzim
elastase yang dibuat protease. Elastin adalah komponen jaringan ikat yang meliputi
kira-kira 25% jaringan ikat di paru. Dalam keadaan normal, terdapat keseimbangan
antara degradasi dan sintesis elastin atau keseimbangan antara protease yang
mendegradasi jaringan paru dan protease-inhibitor yang menghambat kerja protease.
Pada perokok, jumlah protease meningkat karena jumlah leukosit dan makrofag di
paru meningkat. Makrofag dan leukosit ini mengandung elastase dalam jumlah yang
tinggi. Dengan banyaknya elastase di paru, banyak jaringan paru yang didegredasi.
Pada penderita yang memiliki paru yang emfisematus ditemukan α1-antitripsin (suatu
protease) dalam jumlah rendah sehingga tidak ada yang menghambat kerja protease
tripsin. Keadaan ini merupakam kelainan kongenital α1-antitripsin adalah suatu α1-
globulin pada laki-laki.
Manifestasi Klinis
Gejala yang spesifik adalah sesak napas saat melakukan kegiatan (exertional
breathlessness) yang disertai batuk kering dan mengi. Sesak napas tampak jelas pada
penyakit yang telah parah. Penderita menunjukkan hyperinflated lung dengan
berkurangnya ekspansi dada saat inspirasi, perkusi hipersonor dan napas pendek.
D. Bronkiekstasis
Penyakit ini menyerang pria maupun wanita dan semua usia. Karena
tersedianya antibiotik untuk mengobati infeksi traktus respiratotik akut, insiden
bronkiektasis telah berkurang secara dramatis dalam kurung waktu 20 tahun terakhir.
Insidennya adalah yang tertinggi di antara Inuit Arktik dan Suku Maori di Selandia
Baru. Antibibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi, dan tindakan bedah reseksi
lobus paru yang sakit mungkin diperlukan pada kasus-kasus tertentu jika pengobatan
antibiotik tidak berhasil atau bila terdapat hemoptisis yang berlebihan. Pasien
bronkiektasis dapat memperlihatkan gejala intermiten yang berkaitan dengan infeksi
termasuk batuk-batuk, produksi sputum yang purulen serta berbau busuk dan atau
hemoptisis (batuk darah). Bentuk-bentuk yang berbeda dari bronkiektasis bisa
muncul terpisah atau secara simulutan. Penyakit ini terdiri dari tiga bentuk yaitu
silindris (fusiform), varikosa dan sakular (sistik). Pada bronkiektasis silindris
merupakan bronkiektasis yang paling ringan, bentuk ini sering dijumpai pada
bronkiektasis yang menyertai bronkitis kronik. Bronkus tampak seperti pipa
berdilatasi dan jalan napas yang lebih kecil dipenuhi mukus. Pada bronkiektasis
varikosa, merupakan bentuk intermediet, istilah ini digunakan karena perubahan
bentuk bronkus yang menyerupai varises vena. Pada bronkiektasis sakular, merupakan
bentuk bronkiektasis yang klasik ditandai dengan adanya dilatasi dan penyempitan
bronkus yang bersifat ireguler. Bentuk ini kadang berbentuk kista (Williams dan
Wilkins,2008).
Etiologi Bronkiekstasis
a. Setempat (localized), yaitu di lobus bawah, lobus tengah kanan atau lingula,
biasanya sebagai komplikasi dari pneumonia yang berat, dapat juga karena
penyumbatan oleh benda asing (misalnya kacang), tumor atau penekan dari luar
(kompresi oleh tuberkulosis kelenjar limfa). Bronkiektasis dilobus atas biasanya
disebabkan oleh tuberkolosis atau aspergilosis bronkopulmonal.
Patofisiologi Bronkiektasis
E. Pneumonia
Etiologi Pneumonia
Bakteri
Virus
Mikoplasma Mikoplasma
Faktor Anak
a. Umur
Bayi lebih mudah terkena pneumonia dibandingkan dengan anak balita. Anak
berumur kurang dari 1 tahun mengalami batuk pilek 30% lebih besar dari kelompok
anak berumur anatara 2 sampai 3 tahun. Mudahnya usia di bawah 1 tahun
mendapatkan risiko pneumonia disebabkan imunitas yang belum sempurna dan
lubang saluran pernafasan yang relatif masih sempit. Menurut Daulaire (1991), risiko
untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak berumur dibawah 2 tahun
dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak dibawah 2
tahun belum sempurna dan lumen saluran nafas yang masih sempit.
b. Jenis kelamin
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada
balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari penyakit.
Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi
untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada balita. Salah satu pencegahan
untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat pneumonia adalah dengan
pemberian imunisasi. Sekitar 43,1% - 76,6% kematian akibat ISPA yang berkembang
dapat dicegah dengan imunisasi seperti Difteri, Pertusis, dan Campak. Bila anak
sudah dilengkapi dengan imunisasi DPT dan campak, dapat diharapkan
perkembangan penyakit ISPA tidak akan menjadi berat. Sebagian besar kematian
ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi seperti Difteri, Pertusis dan Campak. Maka peningkatan
cakupan imunisasi akan berperan besar dalam pemberantasan ISPA. Dengan
imunisasi campak yang efektif, sekitar 11% kematian pneumonia balita dapat dicegah.
Dari hasil pengamatan selama 58 tahun periode penelitian di Amerika Serikat
terhadap kematian karena pneumonia balita diamati sejak tahun 1939 sampai 1996
menunjukkan vaksinasi campak berperan dalam menurunkan kematian akibat
pneumonia (Sjenileila, 2002).
Nama : Reza Ahmad Fauzi
NIM : 2016730093
Berkeringat pada malam hari atau yang dikenal dengan nocturnal hiperhidrosis
merupakan suatu kondisi umum yang sering dialami banyak orang pada keadaan normal.
Berkeringat pada malam hari pada kondisi normal dapat terjadi karena keadaan suhu
lingkungan yang sedang naik, setelah mengkonsumsi alkohol, merokok, atau bahkan terjadi
setelah makan pada malam hari karena metabolisme tubuh yang meningkat.Pada orang
dewasa yang sehatpadamalamhari, istirahatatautidur, metabolisme (BMR) menurun,
sedangkanpadakeadaansakit TB yang merupakan proses infeksiatausakit TB metabolis
memeningkat, sehingga akan timbul keringat pada malam hari.
Namun berkeringat pada malam hari juga dapat menandakan adanya suatu kelainan
medis yang perlu diwaspadai. Yang membedakan berkeringat pada malam hari karena
kondisi normal dengan karena adanya suatu gangguan adalah munculnya hot flushes atau
sengatan panas. Sengatan panas ini terjadi karena adanya suatu gangguan pada tubuh, dan
waktu munculnya bisa sangat sebentar sekitar 30 detik, atau bahkan sangat lama sampai
sepanjang malam. Hal-hal pada kelainan medis yang dapat mengakibatkan keringat
berlebihan pada malam hari adalah sebagai berikut:
1. Menopause.
Dapat terjadi pada proses mulai terjadinya menopause. Yang bersangkutan akan
merasakan mulai dari perasaan panas sampai ada yang bermandikan keringat saat tidur.
Initerjadi karena ketidak keseimbangan hormon dan fluktuasi hormon estrogen dalam tubuh
wanita saat sudah mulai menopause.
2. Infeksi.
Yang paling klasik adalah TBC. Keringat malam merupakan suatu tanda utama
seseorang mungkin terinfeksi oleh kuman TBC. Mekanismenya terjadi saat kuman TB masuk
ke dalam tubuh. Lalu sistem imun tubuh akan merespon dengan memanggil makrofag yang
ada pada peredaran darah untuk menuju kesumber infeksi. Di tempat itu, makrofag akan
mengelilingi kuman dan memfagositnya. Dari makrofag-makrofag yang telah
menghancurkan kuman TB itu akan lisis sehingga keluarlah TNF-α dan mediator-mediator
inflamasilainnya. TNF-α iniakanberedar di dalam darah dan menuju ke hipotalamus untuk
mengubah set point tubuh sehingga tubuh menjadi demam. Karena set point tubuhmeningkat,
maka tubuh akan mengkompensasinya dengan menggigil untukm enyamakan suhutubuh
dengan set point. Pada infeksi kuman TB, set point yang meninggi hanya beberapa waktu saja
dan berlangsung sebentar. Saat set point kembali turun, maka tubuh yang telah meninggikan
suhunya harus mengkompesnsasinya lagi. Caranya adalah dengan mengeluarkan panas tubuh
melalui keringat. Namun, ada beberapa sumber lain yang mengatakan bahwa berkeringat
malam hari pada infeksi TB dikarenakan toksik yang dikeluarkan oleh kuman TB membuat
kelenjar sebasea tubuh menjadi hiper ekskresi.
Tapi ada infeksi lain juga dapat menyebabkan keringat malam seperti endocarditis
(infeksi katup jantung), osteomyelitis (infeksi dalam tulang), atau terjadi abses (bisul
bernanah) pada kulit. Infeksi HIV Juga dapat menimbul kan keringat malam
.
3. Obat-Obatan.
4. Hypoglycemia.
Pada kondisi kadar gula darah yang sangat rendah dapat menimbulkan keringat dan
bila terjadi pada saat tidur malam hari, makater jadilah keringat malam. Sering terjadi pada
orang dengan DM yang menggunakan insulin tapi kemudian terjadi hypoglycemia.
5. Kelainan Hormonal.
Selain pada kasus menopause, kondis imasalah kelainan hormonal lain juga dapat
menyebabkan keringat malam. Kondisi tersebut antara lain hyperthyroid atau meningkatnya
fungsi kelenjar thyroid yang sampai dapat menyebabkan badai thyroid.
6. Kanker.
Keringat malam dapat merupakan gejala awal dari beberapa kasus kanker. Yang
paling utama dengan gejala awal keringat malama dalah lymphoma yang
termasukkedalamkankerganas. Keringatmalam yang merupakan tanda kanker biasa diikuti
juga oleh gejala lain seperti turunnya berat badan, lesu, dan sering menderitad emam.
7. KondisiNeurologis.
8. Idiopathic hyperhidrosis.
Suatu kondisi yang tidak diketahui penyebab medisnya di mana tubuh memproduksi
keringat yang sangat banyak. Biasanya juga disertai dengan kondisi yang hampir sama saat
sianghari dan terutama terjadi pada telapak tangan dan telapak kaki.
1. Vesikular, terdengar sebagai bunyi yang tenang, bernada rendah. Suara ini terdapat pada
paru yang normal, di mana suara inspirasi lebih keras dan lebih tinggi nadanya serta 3x lebih
panjang dari pada ekspirasi. Suara vesicular diproduksi oleh udara jalan nafas di alveol.
Suaranya menyerupai tiupan angin di daun-daunan. Antara inspirasi dan ekspirasi ,tidak ada
bunyi nafas tambahan. Bunyi ini normalnya terdengar di seluruh bidang paru, kecuali di atas
sternum atasdan di antara skapula. Bunyi nafas vesikular disertai ekspirasi yang memanjang
dapat terja di pada emfisema paru.Suara vesikuler melemah kemungkinan adanya cairan,
udara, jaringan padat pada rongga pleura dan keadaan patologi paru.
Ronki pada inspirasi akhir atau pan inspirasi menunjukan kemungkinan penyakit yang
mengenai alveoli dan dapat bersifat halus, sedang, atau kasar.Ronki halus di deskripsikanse
bagai bunyi rambut yang d igosok-gosok dengan jari-jari tangan.Bunyi ini secara khas
disebabkan oleh fibrosis paru.Ronki sedang biasanya akibat gagal ventrikel kiri, bila ada
cairan alveoli merusak fungsi dari surfaktan yang disekresi dalam keadaan normal.Ronki
kasar khas untuk pengumpulan sekret yang tertahan dan memiliki kualitas seperti mendeguk
yang tidak mengenakan.Bunyi ini cenderung berubah dengan batuk yang juga memiliki
kualitas yang sama. Bronkiektasis paling sering menyebabkan terjadinya ronki, tetapi setiap
penyakit yang menimbulkan retensi secret dapat menyebabkan gangguan ini.
Ronki mungkin disebabkan oleh hilangnya stabilitas jalan napas perifer yang kolaps pada
saat ekspirasi.Tekanan inspirasi yang tinggi menyebabkan terjadinya pemasukan udara cepat
ke dalam unit-unit udara distal.Hal ini menyebabkan pembukaan yang cepat dari alveoli dan
bronkus kecil atau bronkus sedang yang mengandung secret pada bagian-bagian paru yang
berdeflasi sampai volume residu.
NIM : 2016730056
beraktivitas!
Sumber : Sherwood
Nama : Utami Rizalvi
NIM : 2016730102
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks (puncak) paru.
Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan
auskultasi suara nafas bronkial. Mungkin juga didapatkan suara pernafasan rhonki basah dan
kasar serta nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura suara nafasnya
Nyeri pada dada terjadi karena adanya infiltrat yang diliputi dengan penebalan pleura.
Nyeri dada juga timbul bila infiltrasi radang sudah sampai kepleura. Sehingga menimbulkan
pleuritis. Terjadi gesekan pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.
Pada TB paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi
otot –otot interkostal. Bagian paru-paru bagian paru yang sakit jadi menciut menarik sisi
mediastinum atau jaringan paru lainnya. Bagian paru yang sehat menjadi hiperinflasi. Bila
jaringan fibrotiknya amat luas yakni > setengah jumlah semua jaringan paru semua jaringan
paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran paru dan selanjutnya meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis (hipertensi pumlonal) diikuti terjadinya kor-pulmonal dan gagal jantung kanan
seperti takipnea, takikardia, sianosis, right venticular lift, right aterial gallop, murmur graham
steel, bunyi P2 yang mengeras tekanan vena juguralis yang meningkat, hepatomegali, ascites
dan edema.
Bila TB paru yang sudah lanjut mengenai pleura akan terbentuklah efusi pleura. Paru yang
sakit agak lebih tertinggal dalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi
Sumber:
Bahar, Asril. et al. 2015. Ilmu Penyakit Dalam edisi 5 jilid 1. Jakarta: Interna
Publishing
Ward, Jeremy P.T. et al. 2008. At a glance sistem respirasi edisi 2. Jakarta: Erlangga
medical series
Nama : Ratu Manik Kencana
NIM : 2016730090
9. Diferential diagnostic 2
Bronkiektasis
1. Definisi
yangterjadi secara kronik. Kelainan yang terjadi akibat perubahan- perubahan dalam
dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis seperti otot-otot polos yang
terdapat di bronkus, pemuluh darah dan tulang rawan. Bronkus yang terserang
biasanya bronkus- bronkus kecil (medium size), dan jarang terjadi pada bronkus-
bronkus besar.
2. Epidemiologi
Di Negara barat, bronkiektasis terjadi pada kurang lebih 1,3% dari penduduk.
Angka yang lumayan besar ini kemudian menurun setelah ditekannya frekuensi
penyakit infeksi paru dengan penggunaan antibiotic. Di Indonesia sendiri belum ada
laporannya.
3. Etiologi
Penyebab dari bronkiektasis sampai saat ini belum diketahui secara pasti,
A. Congential bronchiectasis
kongential memiliki ciri yaitu mengenai hampir semua organ bronkus pada paru.
B. Acquired bronchiectasis
a. Infeksi
b. Obstruksi bronkus
disebabkan oleh kelainan kongential , patogenesis nya tidak diketahui, namun erat
hubungannya dengan factor genetika serta pertumbuhan dan perkembangan fetus dalam
kandungan. Pada bronkiektasis dengan factor yang di dapat, patogenesisnya diduga melalui
beberapa mekanisme dan beberapa factor yang berperan, antara lain : 1) factor obstruksi
bronkus 2) factor infeksi pada bronkus atau paru, 3) factor adanya beberapa penyakit paru
seperti fibrosis paru, asthmatic pulmonary eosinophilia, dan 4) factor intrinstik dalam
5. Gambaran klinis
Gejala dan tanda klinis yang timbul pada bronkiektasis tergantung pada luas dan
beratnya penyakit,lokasi kelainan nya dan ada tidaknya komplikasi lanjut. Patognomonik dari
bronkiektasis adalah adanya batuk kronik disertai dengan produksi sputum, adanya
6. Diagnosis
pemeriksaan lengkap dan kadang-kadang juga mudah diduga, yaitu hanya dengan anamnesis
saja.
dilatasi dan nekrosis dinding bronkus dengan prosedur pemeriksaan bronkografi yaitu dengan
a. Pengobatan konservatif
bronkiektasis. Meliputi :
Pengelolaan khusus.
Pengobatan pembedahan
Indikasi :
8. Prognosis
Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat ringannya serta luasnya
penyakit saat pasien berobt pertma kali. Pemilihan pengobatan yang tepat dapat
memperbaiki prognosis.
Setiati siti dkk, 2014, Buku ajar Ilmu penyakit dalam jilid II ed.6. Jakarta :
InternaPublishing
Danusantoso Halim, 2012, Buku saku ilmu penyakit paru ed.2. Jakarta: EGC