Вы находитесь на странице: 1из 34

MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR DAN

MENGAJAR IPA

“PENGGUNAAN MENULIS SEBAGAI STRATEGI


PEMBELAJARAN”

Oleh Kelompok 7:

I Made Arya Putra Wibisana (1513071031)

Ni Putu Anggi Putri Mijaya (1513071040)

Ni Putu Ista Arisna Putri (1513071042)

Kelas B

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Singaraja, Oktober

2016

1
ABSTRAK
Menulis sebagai strategi pembelajaran berasal dari tiga kata antara lain: strategi,
pengajaran, dan menulis. Strategi merupakan usaha untuk memberdayakan logistik
yang dimiliki. Pengajaran merupakan upaya pemanfaatan atau penggunaan ilmu
yang didapat untuk meningkatkan keterampilan, bakat, dan potensi yang dimiliki
seseorang untuk menghadapi kemajuan zaman dan sebagai bekal seseorang
bersaing di dalam kehidupan. Menulis adalah proses pembelajaran yang kompleks.
Proses yang kompleks dari penulisan mendorong penulis untuk mampu
menganalisis, untuk mengatur dan untuk mengartikulasikan berpikir logis dan jelas,
serta mendorong penulis untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik. Menulis
mendorong siswa untuk mengekspresikan pemahaman mereka dalam kata-kata
mereka sendiri daripada hanya mencoba untuk mengingat kata orang lain. Hal
tersebut menyebabkan pemahaman yang dibentuk pada siswa menjadi lebih dalam.
Tahapan-tahapan dalam menulis yaitu pencatatan, konsolidasi dan revisi, menulis
jurnal, serta penilaian. Kegiatan menulis setidaknya terdapat tiga komponen yang
harus diperhatikan oleh siswa, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan
berfungsi sebagai media tulisan; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan topik
yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu bagaimana
merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk
sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah, dan
sebagainya.

Kata Kunci: strategi, menulis, pengajaran, strategi menulis.

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses belajar dan mengajar yang dilakukan oleh dua
pelaku yaitu adanya pengajar dan pembelajar, dan dalam proses kegiatan
tersebut bertujuan untuk mencapai kegiatan tertentu. Ada banyak hal yang dapat
menjadi topik atau pokok pembahasan pada pembelajaran, salah satunya adalah
belajar menulis.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung dan secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif.
Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Pada bahasa Indonesia dikenal adanya empat keterampilan berbahasa yang
harus dimiliki oleh siswa, antara lain: menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Menyimak dan membaca merupakan keterampilan yang bersifat
reseptif, sedangkan berbicara dan menulis tergolong dalam keterampilan yang
bersifat produktif. Sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif, kegiatan menulis mempunyai beberapa manfaat, antara lain: dapat
meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas,
menumbuhkan keberanian, serta mendorong kemauan dan kemampuan
mengumpulkan informasi. Selain itu, aktivitas menulis juga membantu kita
dalam menuangkan ide dan gagasan melalui media bahasa secara tidak
langsung. Keterampilan menulis merupakan manifestasi kompetensi berbahasa
yang paling akhir yang dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kompetensi
mendengarkan, berbicara, dan membaca. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dari
ketiga kompetensi tersebut, ternyata kompetensi menulislah yang dianggap
lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli sekalipun. Menulis merupakan
keterampilan yang paling sulit dikuasai oleh pembelajar bahasa karena
keterampilan ini membutuhkan kemampuan seseorang untuk menyajikan
grafologi, struktur bahasa, dan kata-kata agar maksud penulis dapat dimengerti
oleh pembaca.

3
Keempat keterampilan berbahasa yang salah satunya adalah keterampilan
menulis adalah kemampuan yang paling sulit dikuasai dari keempat
keterampilan berbahasa. Kesulitan ini timbul karena saat menulis seseorang
harus belajar kebahasaan dan di luar bahasa itu sendiri. Menulis juga erat
kaitannya dengan mengarang dan pengalaman seseorang. Seseorang dituntut
menguasai tata bahasa dengan baik, ejaan, dan mempunyai banyak kosakata.
Selain itu, pengalaman juga mempengaruhi seseorang dalam menulis.
Permasalahan lain dalam menulis yaitu terkadang pembelajar atau siswa sulit
membedakan mana yang termasuk menulis untuk belajar dan yang hanya
sekadar menulis seperti mencatat.
Permasalahan kegiatan menulis, perlu adanya alat bantu atau strategi yang
diperlukan sebagai solusi dari permasalahan tersebut, yang dalam hal ini dikenal
sebagai strategi menulis. Strategi menulis merupakan bagian dari metode dan
model pembelajaran yang membantu pembelajar atau siswa dalam mengalami
permasalahan atau kesulitan untuk menulis, oleh sebab itu pada penulisan ini
akan membahas mengenai strategi menulis dan penggunaannya sebagai langkah
bantu permasalahan dalam menulis, tepatnya menulis untuk belajar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
a. Apakah pengertian dari menulis sebagai strategi pembelajaran?
b. Bagaimanakah penggunaan menulis sebagai strategi pembelajaran?
c. Apakah keterbatasan dari menulis sebagai strategi pembelajaran?
d. Apa sajakah langkah-langkah dari menulis sebagai strategi pembelajaran ?
e. Bagaimanakah penilaian keefektifan menulis sebagai strategi
pembelajaran?
f. Bagaimanakah proses mengaplikasikan menulis sebagai strategi
pembelajaran?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan ini yaitu
sebagai berikut :
a. mendeskripsikan pengertian menulis sebagai strategi pembelajaran

4
b. menjelaskan penggunaan menulis sebagai strategi pembelajaran
c. menjelaskan keterbatasan menulis sebagai strategi pembelajaran
d. menjelaskan langkah–langkah menulis sebagai strategi pembelajaran
e. menjelaskan penilaian keefektivan menulis sebagai strategi pembelajaran
f. menjelaskan proses pengaplikasian menulis sebagai strategi pembelajaran
1.4 Manfaat
Manfaat dari mengambil menulis sebagai strategi pembelajaran dalam
penulisan ini yaitu sebagai berikut :
a. Bagi Pembaca
Manfaat yang dapat dirasakan oleh pembaca dari menulis sebagai
strategi pembelajaran yaitu untuk mendukung proses belajar khususnya
para pelajar agar senantiasa efektif dalam proses pembelajaran
berlangsung. Menulis sebagai strategi pembelajaran dapat
meningkatkan pemahaman pembelajar menjadi lebih bermakna.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Manfaat yang dapat dirasakan oleh lembaga pendidikan khususnya yaitu
Universitas Pendidikan Ganesha, mengenai menulis sebagai strategi
pembelajaran adalah sebagai tambahan referensi strategi pengajaran dan
mendukung kegiatan akademik yang bertujuan meningkatkan prestasi
mahasiswa.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Menulis Sebagai Strategi Pembelajaran


Menulis sebagai strategi pembelajaran berasal dari tiga kata antara lain:
strategi, pengajaran, dan menulis. Mengetahui pengertian menulis sebagai
strategi pembelajaran dapat ditinjau dari pengertian masing-masing kata
tersebut.
Strategi merupakan usaha untuk memberdayakan logistik yang
dimiliki. Strategi ini identik dengan perang. Biasanya tentara di setiap negara
membuat strategi perang yang berbeda-beda sesuai dengan titik lemah musuh
ataupun sesuai dengan keadaan tentaranya sendiri. Logistik mengacu pada alat-
alat maupun bahan-bahan atau sesuatu yang ada yang dapat dimanfaatkan
sebagai pendukung strategi. Pada dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi
merupakan suatu cara untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran tertentu.
Pengajaran merupakan upaya pemanfaatan atau penggunaan ilmu yang
didapat untuk meningkatkan keterampilan, bakat, dan potensi yang dimiliki
seseorang untuk menghadapi kemajuan zaman dan sebagai bekal seseorang
bersaing di dalam kehidupan. Pengajaran adalah suatu cara bagaimana
mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Kata lain pengajaran
adalah suatu proses yang dilakukan guru dalam membimbing, membantu, dan
mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar.
Menulis adalah proses pembelajaran yang kompleks. Proses yang
kompleks dari penulisan mendorong penulis untuk mampu menganalisis, untuk
mengatur dan untuk mengartikulasikan berpikir logis dan jelas, serta
mendorong penulis untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik. Praktik
menulis tidak hanya meningkatkan pemahaman saja, tetapi proses penulisan
dapat meningkatkan penulis pada penemuan ide-ide dan pemahaman konsep-
konsep. Menulis memberikan siswa berlatih dalam mengatur proses dari
belajar. Menulis mendorong siswa untuk mengekspresikan pemahaman

6
mereka dalam kata-kata mereka sendiri daripada hanya mencoba untuk
mengingat kata orang lain. Hal ini menyebabkan pemahaman yang lebih
dalam. Proses menjelaskan tidak hanya membuat siswa memahami, tetapi juga
membangun pemahaman siswa dengan membuat mereka lebih sadar tentang
apa yang mereka lakukan.
Pemaparan tersebut menjelaskan bahwa strategi pengajaran menulis
adalah usaha yang dilakukan seorang guru dalam mempersiapkan dan
mengorganisasi pengalaman belajar siswa, dengan menggunakan menulis
sebagai bagian terpenting dalam proses belajar.
Pada berbagai situasi pembelaran siswa juga membutuhkan membuat
catatan atau yang disebut dengan note taking. Siswa membuat catatan kecil
dibawah pengarahan guru atau menggunakan pamahaman mereka sendiri
untuk menulis catatan kecil tersebut. Membuat note taking atau pencatatan
sepenuhnya menggunakan pengalaman belajar yang berguna, guru harus
mendorong dan memfasilitasi bukan hanya sekadar merekam. Hal ini tidak
akan terjadi jika siswa hanya menyalin informasi dari papan tanpa berpikir
tentang hal tersebut dan memprosesnya. Jika guru ingin siswa memperhatikan
dan mengambil bagian penting dari pembelajaran tersebut, guru harus
menerima bahwa menyalin informasi hanyalah sebagian kecil untuk
memfasilitasi pembelajaran. Guru harus mengikutsertakan siswa mengenai
menganalisis tujuan tentang apa yang mereka tulis. Guru juga harus
mengikutsertakan siswa dalam membuat koneksi dan melihat hubungan antara
fakta dan ide yang tampaknya tidak berhubungan, serta menghubungkan
informasi baru ke pengetahuan awal mereka dan mengaplikasikan pemahaman
baru mereka sehingga menjadi bermakna.
2.2 Penggunaan Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran Menulis Think – Talk – Write (TTW)
Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin dalam Kuswari
(http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bahasa_daerah/1959011919
86011usep_kuswari/model_pembelajaran_menulis_dengan_teknik_thik.p
df). Teknik ini pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan
menulis. Alur TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau

7
berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya
berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum menulis.
1. Think
Aktivitas berpikir siswa dapat terlihat dari proses membaca suatu teks
soal, kemudian membuat catatan kecil dari apa yang telah dibaca.
Catatan siswa tersebut dibuat dengan bahasanya sendiri, berupa apa
yang diketahui, dan tidak diketahui dari teks soal, serta bagaimana
langkah-langkah penyelesaian masalah. Menurut Wiedehold dalam
Kuswari,(http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bahasa_daerah
/195901191986011usep_kuswari/model_pembelajaran_menulis_den
gan_teknik_thik.pdf) membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi
teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Selain itu, belajar rutin
membuat/ menulis catatan setelah membaca, dapat merangsang
aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca. Membuat
catatan dapat mempertinggi pengetahuan siswa, bahkan
meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.
2. Talk
Pada tahap kedua ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Tiap
kelompok terdiri atas 3-5 orang siswa yang heterogen. Hal ini
dimaksudkan agar dalam tiap kelompok terdapat kemampuan siswa
yang berbeda-beda sehingga terdapat siswa yang membantu anggota
lain dalam menyelesaikan masalah. Selanjutnya, para siswa
berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang
mereka pahami. Siswa menyampaikan ide yang diperoleh pada tahap
think kepada teman-teman diskusi sekelompoknya yaitu dengan
membahas hal-hal yang diketahui dan tidak diketahuinya.
Pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi
diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang ada dalam
LKS. Selain itu dalam tahap ini siswa memungkinkan untuk terampil
berbicara. Diskusi yang terjadi pada tahap talk ini merupakan sarana
untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa.

8
3. Write
Tahap yang terakhir adalah write, siswa menuliskan hasil diskusi pada
Lembar Kerja Siswa (LKS). Aktivitas menulis berarti
mengkonstruksikan ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog
antarteman, kemudian siswa mengungkapkannya ke dalam bentuk
tulisan.

b. Model Pembelajaran Kontekstual


Menurut Chickering dan Gamson, (1987:3) dalam Killen, (2007:
287) menyatakan bahwa belajar bukanlah olahraga menonton, siswa tidak
belajar banyak hanya dengan duduk di kelas, mendengarkan guru,
menghafal tugas, dan menjawab pertanyaan. Tetapi mereka harus
berbicara tentang apa yang mereka pelajari, menulis tentang hal itu,
mengaitkannya dengan pengalaman masa lalu, menerapkannya ke
kehidupan sehari – hari mereka, mereka harus membuat apa yang mereka
pelajari adalah bagian dari diri mereka sendiri. Berdasarkan pernyataan
tersebut, menggambarkan bahwa model pembelajaran kontekstual cocok
untuk menerapkan strategi menulis pada pembelajaran.
Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara

9
materi yang diajarkannya dengan situai dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai angota keluarga dan
masyarakat (Nurhadi, 2002) dalam (Rusman, 2012 : 189). Siswa di dalam
pembelajaran perlu lebih banyak diberikan kesempatan untuk melakukan,
mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekadar
pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi
yang disampaikan guru. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran kontekstual,
mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan
menghafal sejumlah konsep – konsep yang sepertinya terlepas dari
kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi
siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang
mereka pelajari.
Terdapat tujuh komponen penting yang ada dalam model
pembelajaran kontesktual ini, yaitu kontruktivisme (contructivisim),
bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan
penilaian sebenarnya (authentic assesment).
2.3 Penggunaan Menulis Sebagai Strategi Pembelajaran
Alasan umum untuk menggunakan tulisan sebagai pengajaran atau
strategi belajar diringkas oleh Lindeman (1989:1) dalam Killen (2007:288)
dengan sebagai berikut:
“menulis adalah jantung dari pengalaman pendidikan. Proses penulisan yang
kompleks mendorong kita untuk menganalisis, untuk mengajar, dan untuk
mengartikulasikan, berpikir logis dan jelas, serta datang ke pemahaman yang
lebih baik dari suatu subjek, praktek secara tertulis tidak hanya meningkatkan
ketelitian dari cara berekspresi, tetapi proses penulisan dapat menyebabkan
meningkat ketelitian pada ide – ide dan konsep – konsep kita.”
Ide serupa diungkapkan oleh Mingst (1994) dalam Killen (2007:288)
yang menyarankan bahwa penggunaan tulisan sebagai pengajaran/strategi
pembelajaran digunakan karena alasan berikut:

10
a. Kemampuan untuk berpikir dan berkomunikasi merupakan pusat belajar
dan praktik dari semua disiplin ilmu sehingga logis untuk menggunakan
strategi pengajaran yang memberikan siswa berlatih dalam menggunakan
kemampuan ini.
b. Pikiran dan komunikasi berlangsung dalam bahasa (verbal, matematika,
visual) apakah lisan atau tertulis tulisan sehingga tujuan harus
meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir dan berkomunikasi.
c. Keterampilan bahasa (seperti keterampilan lainnya) meningkatkan melalui
praktik - praktik yang sistematis dan konsisten, aplikasi dan instruksi
sehingga masuk akal untuk memberikan siswa praktik sebanyak mungkin.
d. Semua kemampuan bahasa yang digunakan oleh siswa, menulis adalah
keterampilan yang paling banyak diperlukan sebagai demonstrasi
pembelajaran dan pada saat yang sama itu adalah salah satu yang paling
sulit untuk menguasai lagi untuk membuat praktek penting.
e. Siswa mengalami kesulitan menulis karena tindakan berkelanjutan
berpikir yang sekadar kerja keras. Jika kita ingin mereka menjadi lebih
baik dalam hal itu, guru harus memberi mereka banyak latihan.
Alasan lain mengapa guru harus mempertimbangkan melibatkan siswa dalam
menulis adalah:
a. Penggunaan bahasa dan produksi teks berlangsung dalam komunitas
disiplin bahasa, misalnya, terlihat berbeda, diarahkan pada khalayak yang
berbeda dan diproduksi untuk serangkaian tujuan yang berbeda daripada
yang menulis dalam ilmu. Produksi tulisan mereka sendiri adalah alat yang
sangat berguna dalam membantu siswa untuk menguasai bentuk khusus
dari bahasa Inggris yang digunakan dalam disiplin ilmu yang berbeda
karena dapat membantu siswa untuk memahami alasan perbedaan ini
(O'Toole, 1992) dalam (Killen, 2007). O'toole (2000) dalam (Killen, 2007)
menyediakan berbagai contoh bagaimana menulis dapat membantu siswa
mengatasi bahasa khusus ilmu pengetahuan yang dapat segera disesuaikan
dengan disiplin ilmu lainnya.
b. Jurnal menulis merupakan dokumen pengalaman belajar (seperti percobaan
ilmiah atau investigasi historis) membantu peserta didik untuk berlatih

11
mendokumentasikan proses dalam cara profesional dan menggunakan
proses berpikir yang profesional harus menumbuhkan.
c. Menulis membantu siswa dalam mengatur potongan terisolasi dari belajar
keseluruh bermakna. Pada proses ini, bahasa memiliki peran penting dalam
belajar, (Mings, 1994:2) dalam (Killen, 2007:289) mengatakan, menulis
tugas memberikan satu metode untuk siswa dalam memilah bahan
kompleks.
d. Belajar adalah perjalanan penemuan ide-ide barudan ide-ide penting.
Menulis dapat menjadi alat yang ampuh dalam membantu peserta didik
untuk membuat perjalanan ini, terutama ketika kegiatan menulis melibatkan
para siswa dalam konstruksi aktif dari makna konsep (Macgregor, 1993)
dalam (Killen, 2007:289). Mahasiswa menulis mereka sering
mengembangkan awarenes ide-ide baru, konsep dan hubungan yang mereka
tidak memiliki sebelum mereka mulai menulis (Albert, 2000) dalam (Killen,
2007:289).
e. Walaupun siswa sudah mampu mengkomunikasikan ide-ide mereka kepada
orang lain namun belum tentu siswa tersebut memahami (O'Toole, 1999)
dalam (Killen, 2007:289). Oleh karena itu, siswa perlu kesempatan untuk
mengatur, menafsirkan, menjelaskan, untuk membangun, dan
berkomunikasi, merencanakan, menyimpulkan, dan mencerminkan
(Countryman,1992: 12) dalam (Killen, 2007:289).
f. Menulis dapat menjadi pengantar yang sukses untuk belajar jika digunakan
secara strategis untuk melibatkan para siswa dalam cara berpikir tentang
subjek yang mengarah ke pemahaman yang lebih dalam. Menulis tidak
sekedar menulis namun bagaimana siswa berinteraksi dengan materi
melalui tulisan yang penting (Cerbin, 2001: 2) dalam (Killen, 2007:289).
g. Salah satu manfaat utama dari penulisan siswa adalah memberikan catatan
pengetahuan dan pemahaman bahwa guru dapat meninjau di waktu luang
(daripada mencoba untuk membuat penilaian ini di kelas) mereka. Guru
kemudian dapat menggunakan informasi tersebut untuk memandu
keputusan perencanaan instruksional.

12
h. Siswa memahami dan mempertahankan materi kursus jauh lebih baik ketika
mereka menulis deras tentang hal itu (Elbow, 1994: 4) dalam (Killen,
2007:289). Menulis mendorong siswa untuk mengambil lebih dalam
mengenai pendekatan pembelajaran yaitu, untuk sengaja mencari makna,
mencoba untuk berhubungan konsep baru untuk pengetahuan, tema yang
ada identitas dan kritis mengevaluasi informasi baru. Hal tersebut menjadi
cara yang sangat berguna sebagai fokus belajar siswa dalam kesulitan terus-
menerus dan kesalahpahaman.
i. Menulis mendorong siswa untuk mengekspresikan pemahaman mereka
dalam kata-kata mereka sendiri daripada hanya mencoba untuk mengingat
kata orang lain. Hal tersebut menyebabkan pemahaman yang terbentuk lebih
dalam. Proses menjelaskan tidak hanya sekedar membuat siswa memahami,
namun juga membangun pemahaman siswa dengan membuat mereka lebih
sadar apa yang mereka lakukan dan tidak tahu.
j. Jurnal menulis bisa mendorong siswa untuk mengeksplorasi pemahaman
mereka dan mengekspresikan ide-ide mereka tanpa memperhatikan
persyaratan formal penulisan (misalnya, referensi) yang akan dievaluasi
oleh guru. Hal tersebut memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada
pembelajaran mereka agak tahan pada masalah teknis yang terkait. Peserta
didik dalam mengeksplorasi pemahaman baru melalui jurnal mereka,
mereka akan lebih percaya diri dalam mengambil risiko intelektual
(Yeoman, 1995) dalam (Killen, 2007:289) mereka juga menjadi lebih sadar
keyakinan mereka, nilai-nilai dan bias.
k. Terdapat beberapa bukti bahwa menulis kegiatan belajar dapat memiliki
dampak yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa (Bangert Drown,
2004) dalam (Killen, 2007:289). Analisis mereka menyarankan bahwa
semakin lama periode waktu yang kegiatan menulis tersebar dan diulang,
semakin besar efeknya pada belajar siswa. Mereka menemukan bahwa
kegiatan menulis yang secara eksplisit diperlukan siswa untuk menjadikan
metakognitif yang sangat efektif.
Strategi menulis mempunyai kelebihan sehingga perlu digunakan dalam
menulis untuk belajar pada proses pembelajaran, antara lain :

13
a. Perkembangan IPTEK semakin pesat, siswa akan lebih dimudahkan
dalam menulis. Tulisan yang dihasilkan dari pemahaman siswa mengenai
suatu konsep yang dimiliki, dapat lebih mudah dipublikasikan kepada
khalayak umum. Misalnya tulisan tersebut diunggah ke blogspot yang
ada di internet. Sehingga tulisan tersebut akan lebih mudah diakses oleh
publik. Hal ini akan memberikan kepuasaan dan kebanggaan tersendiri
kepada siswa karena tulisannya dapat dibaca oleh khalayak umum.
b. Latihan menulis yang banyak akan mempengaruhi perkembangan
pemahaman siswa terhadap suatu konsep.
c. Menulis akan menghasilkan tulisan yang berisi sebuah rekaman
mengenai pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Rekaman ini nantinya
dapat digunakan oleh siswa dalam membantunya untuk belajar lebih
banyak.
d. Menulis dapat membuat siswa mengekspresikan ide-ide yang mereka
miliki melalui sebuah tulisan yang nantinya dapat dimengerti oleh
pembaca.
e. Menulis dapat melatih otak siswa untuk berpikir kompleks, kritis, dan
kreatif mengenai suatu hal, serta melatih siswa untuk mengontruksi
pengetahuannya agar lebih bermakna.
f. Menulis dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa yaitu bahasa
tulisan.
Menulis sebagai strategi belajar bukanlah olahraga menonton. Siswa tidak
belajar banyak hanya dengan bertempat di kelas dengan mendengarkan guru,
menghafal tugas, dan menyampaikan jawaban. Mereka harus berbicara tentang
apa yang mereka pelajari, menulis tentang hal itu, mengaitkannya dengan
pengalaman masa lalu, menerapkannya ke kehidupan sehari-hari mereka.
Mereka harus membuat apa yang mereka pelajari bagian dari diri mereka
sendiri (Chickering & Gamson, 1987:3) dalam Killen (2007:287).
Menulis sebagai strategi pengajaran memiliki karakteristik yaitu
memandang menulis sebagai sebuah proses dan produk. Sebagai sebuah
proses, menulis merupakan proses berpikir, yang mana dalam kegiatan menulis
diawali dengan memikirkan ide-ide yang relevan untuk ditulis,

14
menghubungkan ide-ide tersebut untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan
yang kohesif dan koheren. Sebagai sebuah produk, menulis merupakan
penuangan gagasan dan pikiran kedalam bentuk lambang-lambang grafik yang
bermakna. Singkatnya, menulis sebagai sebuah produk adalah kegiatan
merekonstruksi pengetahuan ataupun pemahaman penulis yang diwujudkan
dalam bentuk tulisan.
Melakukan kegiatan menulis setidaknya terdapat tiga komponen yang
harus diperhatikan oleh siswa, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan
berfungsi sebagai media tulisan; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan
topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu
bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga
membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita
pendek, makalah, dan sebagainya.
Beberapa bentuk tulisan meliputi :
a. Eksposisi
Eksposisi biasa juga disebut pemaparan, yakni salah satu bentuk karangan
yang berusaha menerangkan, menguraikan atau menganalisis suatu pokok
pikiran yang dapat memperluas pengetahuan dan pandangan seseorang.
Penulis berusaha memaparkan kejadian atau masalah secara analisis dan
terperinci memberikan interpretasi terhadap fakta yang dikemukakan.
b. Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata
mengenai suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Penulis deskripsi
mengharapkan pembacanya, dapat ‘melihat’ apa yang dilihatnya, dapat
‘mendengar’ apa yang didengarnya, ‘merasakan’ apa yang dirasakanya,
serta sampai kepada ‘kesimpulan’ yang sama dengannnya melalui membaca
tulisan yang dibuat penulis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa deskripsi
merupakan hasil dari observasi melalui panca indra, yang disampaikan
dengan kata-kata.
c. Narasi
Narasi merupakan corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian
peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu

15
ke waktu. Paragraf narasi dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau
pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang dialami oleh
penulisnya. Narasi lebih menekankan pada dimensi waktu dan adanya
konflik.
d. Persuasif
Persuasif adalah karangan yang berisi paparan berdaya himbau yang dapat
membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti
himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan
kata lain, persuasi berurusan dengan masalah memengaruhi orang lain lewat
bahasa tulis.
e. Perbandingan dan Kontras
Perbandingan dan kontras adalah karangan yang berisi mengenai
pendeskripsian mengenai persamaan dan perbedaan tentang sesuatu hal.
f. Sebab dan Akibat
Sebab dan akibat adalah karangan yang berisi pemaparan mengenai
mengapa sesuatu itu dapat terjadi dan bagaimana dampak atau akibat dari
sesuatu tersebut
2.4 Keterbatasan Menulis Sebagai Strategi Pembelajaran
Menulis sebagai strategi pembelajaran ini juga mempunyai beberapa
keterbatasan yang menjadi kekurangan dalam pengajaran menulis, antara lain:
a. Perkembangan IPTEK yang semakin pesat, menyebabkan siswa malas
dalam menulis. Ketika ditugaskan untuk menulis siswa cenderung
memanfaatkan teknologi yang ada secara negatif. Misalnya, siswa hanya
copy and paste tulisan yang ada di internet tanpa melakukan revisi terlebih
dahulu.
b. Ketika ditugaskan mencatat, siswa sering menjiplak catatan temannya. Hal
ini akan menyebabkan siswa mengalami pembelajaran yang tidak
bermakna.
c. Guru sulit mengontrol siswa ketika siswa diberikan pekerjaan rumah untuk
membuat tulisan mengenai pemahaman siswa terhadap suatu konsep.
d. Banyak waktu terbuang hanya untuk mencatat/menulis, sehingga
kurangnya efesiensi waktu untuk memahami isi bacaan secara terstruktur.

16
Karena pada awal, pertengahan, dan akhir pembelajaran siswa diharapkan
menulis, yang mengakibatkan siswa belum sempat memahami isi
bacaan/catatan yang mereka tulis.
2.5 Langkah–Langkah Perencanaan
Dalam pembelajaran, penggunaan strategi menulis sebagai pengajaran
memiliki beberapa langkah. Adapun langkah-langkah pengajaran menulis yaitu
sebagai berikut:
a. Mencatat
Mencatat merupakan mengumpulkan informasi dalam bentuk tertulis.
Pada proses pembelajaran siswa diharapkan untuk membuat catatan
mengenai materi pembelajaran, baik dibawah bimbingan guru langsung
atau atas kesadaran siswa sendiri untuk menulis apa yang mereka anggap
penting. Kebanyakan siswa malas dan jarang mencatat ketika proses
pembelajaran berlangsung. Padahal membuat catatan saat proses
pembelajaran dikelas sangat diperlukan agar siswa dapat mengingat dan
mengembangkan kembali apa yang telah dibahas pada pembelajaran di
kelas bersama guru, sehingga siswa mengetahui apa yang bisa harus
dipelajari dan mampu mempersiapkan diri untuk ujian. Ketika siswa tidak
membuat catatan saat proses pembelajaran berlangsung, maka guru harus
mempunyai cara agar siswanya mau mencatat. Guru sebagai fasilitator
hendaknya dapat menyediakan waktu kepada siswa untuk mencatat, dengan
demikian siswa akan terpaksa untuk mencatat. Jika hal ini dilakukan terus-
menerus maka siswa akan terbiasa mencatat saat proses pembelajaran
walaupun tidak diperintahkan oleh guru. Selain sebagai fasilitator, guru juga
berperan sebagai motivator. Guru harus mampu mendorong siswa untuk
menulis. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara meminta siswa menulis
tentang berbagai hal menarik yang siswa temukan, mendorong siswa untuk
meninjau kembali tulisan yang dibuatnya, meyakinkan siswa bahwa
kualitas tulisan ditentukan oleh seberapa baik penulis itu memahami
tulisannya sendiri, dan sebagai seorang guru, guru harus menghargai hasil
tulisan siswa baik berupa tulisan pendek maupun panjang.

17
Membuat catatan saat proses pembelajaran berlangsung tidak hanya
sebatas menyalin apa yang dituliskan guru di papan tulis, tetapi siswa harus
mampu membangun pemahamannya lewat tulisan yang dibuat. Dalam hal
ini guru diharapkan dapat melibatkan siswa untuk membuat koneksi atau
menghubungkan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan
pengetahuan baru yang diberikan sehingga proses pembelajaran yang terjadi
akan bermakna bagi siswa.
b. Konsolidasi dan Revisi
Konsolidasi adalah penggabungan. Dalam hal ini berarti
penggabungan suatu ide-ide atau kata dalam menulis. Guru dapat
memfasilitasi siswa dalam memperkuat pemahaman mengenai suatu konsep
yang diajarkan. Namun ada juga yang menyatakan bahwa konsolidasi
merupakan penguatan. Dalam hal ini, guru dapat melakukan konsolidasi
pemahaman siswa mengenai suatu konsep dengan cara mengadakan sebuah
sesi diskusi ataupun sesi tanya jawab. Siswa dapat menanyakan konsep yang
belum dipahami kepada guru. Guru nantinya menjelaskan konsep yang
ditanyakan siswa sampai siswa mengerti dengan konsep tersebut. Guru juga
dapat mengonsolidasi pemahaman siswa mengenai suatu konsep dengan
cara memberikan pelatihan. Jika hasil pelatihan yang diberikan baik dan
sesuai dengan yang diinginkan, maka guru dapat memperkuat atau
memberikan umpan balik terhadap hasil pelatihan yang sudah sesuai tujuan
yang diharapkan. Sedangkan jika hasil pelatihan tidak baik atau tidak sesuai
dengan tujuan yang diharapkan maka dalam hal ini guru dapat merevisi hasil
pelatihan siswa dan merevisi pemahaman sis wa tentang suatu konsep agar
pelaksanaan pelatihan selanjutnya dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Revisi artinya peninjauan (pemeriksaan) kembali untuk perbaikan.
Dalam menerapkan strategi pengajaran menulis, guru harus melakukan
peninjauan kembali terhadap pemahaman siswa mengenai suatu konsep
yang telah dijelaskan. Agar nantinya siswa tidak hanya sekadar menulis dan
menghafal sesuatu yang kemungkinan salah konsep. Dalam menulis siswa
dituntut memahami dan memaknai isi dari tulisannya. Ketika siswa sudah

18
memahami dan memaknai isi tulisannya maka siswa akan mudah untuk
mengomunikasikan pemahamannya baik secara lisan maupun tulisan. Peran
guru dalam tahap revisi ini adalah guru dapat melakukan peninjauan
ataupun pemeriksaan kembali terkait pemahaman siswa mengenai suatu
konsep agar nantinya terjadi perbaikan pemahaman oleh siswa.
Untuk membuat siswa belajar melalui menulis, guru harus melatih
siswa secara bertahap dalam membuat tulisan. Hal tersebut dapat dimulai
dari meminta siswa untuk melengkapi suatu kalimat. Selanjutnya siswa
diminta untuk membuat suatu paragraf. Hasil dari tulisan siswa dapat
dikonsolidasi dan direvisi oleh guru maupun siswa itu sendiri. Dengan
adanya konsolidasi dan revisi diharapkan siswa memiliki pemahaman yang
benar mengenai suatu konsep dan dapat menuangkan pemahamannya
tersebut dalam gaya tulisannya sendiri.
c. Menulis Jurnal
Jurnal merupakan buku catatan harian. Jurnal yang dimaksud dalam
langkah-langkah penerapan strategi pengajaran menulis adalah jurnal
belajar. Secara umum jurnal belajar merupakan wadah yang memuat hasil
refleksi dalam bidang pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik.
Fungsi jurnal belajar adalah untuk membantu peserta didik dalam
memahami suatu pelajaran, menghubungkan pelajaran yang didapat
sebelumnya dengan pelajaran yang baru didapat dan menghubungkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Jurnal membantu siswa dalam
mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka tentang proses belajar yang
dialami dan dapat membantu siswa dalam mengambil kendali dari proses
belajar tersebut. Countryman (1992) menggunakan menulis jurnal sebagai
cara untuk memiliki dialog berkelanjutan dengan siswa (dia komentar pada
siswa jurnal setiap minggu) dan sebagai wahana ekspresi diri siswa. Dia
menunjukkan bahwa jurnal dapat digunakan untuk:
1) Meningkatkan kepercayaan diri siswa
2) Meningkatkan partisipasi dalam belajar
3) Mendorong siswa untuk menjadi pembelajar mandiri
4) Memantau kemajuan siswa

19
5) Meningkatkan komunikasi antara guru dan siswa
6) Dokumen pertumbuhan siswa.
Selain manfaat yang telah disebutkan diatas, jurnal bermanfaat
sebagai sarana refleksi dalam hal membantu peserta didik untuk memeriksa
apa yang mereka ketahui, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka
lakukan, dan mengapa mereka melakukannya. Departemen Pendidikan
Tasmania memberikan beberapa panduan yang sangat membantu pada
penggunaan jurnal. Pedoman ini menyarankan ada lima jenis berguna
jurnal, yaitu:
1) Jurnal pribadi, dalam jurnal ini siswa dapat menulis apapun yang ia
inginkan secara teratur. Jurnal pribadi yang bisa disebut diary dapat
menjadi cara yang berguna untuk mengenalkan siswa dalam menulis
jurnal.
2) Jurnal percakapan, dalam jurnal ini guru dapat menulis respon terhadap
apa yang siswa kemukakan dalam percakapan saat pembelajaran
berlangsung. Hal ini mungkin membutuhkan waktu yang lama bagi
guru untuk menuliskan respon siswa saat pembelajaran dikelas. Namun
dengan adanya situs internet, guru dapat memanfaatkan situs tersebut
untuk menangani kasus diatas. Misalnya, membuat jurnal belajar online
yang dapat ditanggapi baik oleh siswa, guru, maupun masyarakat, dan
tidak akan memakan banyak waktu. Namun tetap bisa berbagi
pengetahuan melalui tulisan.
3) Catatan pelajaran, mencatat sangat penting dilakukan oleh siswa. Siswa
menulis/mencatat tentang apa yang mereka lakukan di dalam kelas.
Mencatat dalam setiap pertemuan pembelajaran akan memudahkan
siswa untuk memahami pelajaran tersebut. Guru harus selalu
membimbing siswa dan menanggapi catatan yang sudah dibuat siswa
secara teratur. Agar siswa lebih termotivasi untuk mencatat.
4) Catatan membaca, siswa dapat mencatat apa yang telah mereka baca
dan menganalisis teks/cerita/bacaan tersebut.
5) Catatan penulis, siswa merekam apa yang mereka amati dan rasakan
(tentang apa yang mereka minati). Selain itu siswa juga bisa membuat

20
kliping dari koran, majalah atau internet untuk memberikan stimulus
agar meningkatkan minat siswa untuk menulis. Dengan latihan, siswa
akan dapat fokus padahal-hal yang relevan dengan studi mereka.
Menurut Gail E. Tompkins pada bukunya yang berjudul Teaching Writing
(2008:7) menjelaskan bahwa tahapan – tahapan penggunaan strategi menulis
sebagai pengajaran yaitu sebagai berikut yaitu:
a. Tahap Pramenulis (Prewriting)
Pramenulis merupakan tahap siap menulis, Murray (1985) menyebut
tahap ini dengan tahap penemuan menulis. Aktivitas dalam tahap ini
meliputi:
1) memilih topik,
2) memikirkan tujuan, bentuk, dan audiens.
3) memanfaatkan dan mengorganisir gagasan-gagasan.
Pada tahap pramenulis siswa berusaha mengemukakan apa yang akan
mereka tulis. Dalam hal ini guru bisa menggunakan berbagai srategi
pramenulis yang diimplementasikan di kelas untuk membantu siswa
memilih tema dan menentukan lancarnya proses menulis. Bila guru
menentukan tema untuk siswa dan tema tersebut tidak sesuai dengan minat
serta skemata siswa maka kegiatan menulis siswa akan terhambat. Misalnya
saja dalam pembelajaran menulis cerita, tema cerita yang harus ditulis siswa
harus sesuai dengan minat mereka. Pada tahap ini siswa mengumpulkan
gagasan dan informasi serta mencoba membuat kerangka atau garis besar
yang akan ditulis. Di sini guru dapat melakukan kolaborasi melalui ramu
pendapat (brainstorming), membuat klaster (clustering), atau menyusun
daftar ide (listing) sehingga melahirkan tema dan topik tulisan yang sesuai
dengan minat dan keinginan mereka.
Pada tahap pramenulis, siswa mulai memcari dan menentukan arah
dan bentuk tulisannya. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan membaca
untuk menelaah satu bentuk tulisan. Selain melakukan kegiatan membaca,
khususnya dalam memilih topik, siswa juga dapat melakukan observasi,
membaca buku dan sastra, serta menggunakan chart dan gambar.

21
b. Tahap Penyusunan Draft Tulisan (Drafting)
Tahap kedua dalam proses menulis adalah menulis draft. Dalam proses
menulis, siswa menulis dan menyaring tulisan mereka melalui sejumlah
konsep. Selama tahap penyusunan konsep, siswa tefokus dalam
pengumpulan gagasan. Perlu disampaikan kepada siswa bahwa pada tahap
ini mereka tidak perlu merasa takut melakukan kesalahan. Kesempatan
dalam menuangkan ide-ide dilakukan dengan sedikit memperhatikan ejaan,
tanda baca, dan kesalahan mekanikal yng lain. Aktivitas dalam tahap ini
meliputi:
1) menulis draft kasar,
2) menulis konsep utama,
3) menekankan pada pengembangan isi.
Penyusunan konsep merupakan tahap saat siswa mengorganisasikan dan
mengembangkan ide yang telah dikumpulkannya lewat kegiatan
brainstorming dalam bentuk draft kasar. Misalnya, dalam pembelajaran
menulis cerita, selama tahap penyusunan konsep siswa terfokus pada
aktivitas menuangkan ide dan menyusun konsep cerita yang akan dibuatnya.
Untuk membantu siswa mengembangkan ide dan menyusun konsep
tulisannya, dapat dilakukan pemberian chart struktur cerita sebagai media
bagi siswa untuk menuangkan semua ide yang dimilikinya. Hal ini
diharapkan dapat memudahkan mereka untuk mengungkapkan idenya
berkaitan dengan struktur cerita secara tidak ragu-ragu, karena pada tahap
berikutnya teks yang sudah disusun akan diperbaiki dan disusun ulang.
c. Tahap Perbaikan (Revising)
Selama tahap perbaikan, penulis menyaring ide-ide dalam tulisan
mereka. Siswa biasanya mengakhiri proses menulis begitu mereka
mengakhiri dan melengkapi draf kasar, mereka percaya bahwa tulisan
mereka telah lengkap. Revisi bukan penyempurnaan tulisan, revisi adalah
mempertemukan kebutuhan pembaca dengan menambah, mengganti,
menghilangkan, dan menyusun kembali bahan tulisan. Kata revisi berarti
melihat kembali, pada tahap ini penulis dapat melihat tulisannya kembali

22
dengan teman sekelas dan guru yang membantu mereka. Aktivitas dalam
tahap ini meliputi:
1) membaca ulang draf kasar,
2) menyempurnakan draf kasar dalam proses menulis,
3) memperbaiki bagian yang mendapat balikan dari kelompok menulis.
Pada tahap perbaikan ini siswa melihat kembali tulisannya untuk
selanjutnya menambah, mengganti, atau menghilangkan sebagian ide dalam
tulisannya. Misalnya, dalam menulis cerita, berkaitan dengan penggarapan
struktur cerita yang telah disusunnya siswa dapat mengubah watak pelaku
yang semula jahat menjadi baik. Atau siswa dapat juga menyelipkan
peristiwa lain dalam rangkaian cerita yang disusunnya.
d. Tahap Pemeriksaan (Editing)
Penyutingan merupakan penyempunaan tulisan sanpai pada bentuk
akhir. Sampai tahap ini, fokus utama proses menulis adalah pada isi tulisan
siswa dengan fokus berganti pada kesalahan mekanik. Siswa
menyempurnakan tulisan mereka dengan mengoreksi ejaan dan kesalahan
mekanikal yang lain. Tujuannya membuat tulisan menjadi “siap baca secara
optimal” (optimally readable) (Smith, 1982). Cara paling efektif untuk
mengajarkan keterampilan mekanikal adalah pada saat penyutingan. Ketika
penyutingan tulisan disempurnakan melalui kegiatan membaca, siswa lebih
tertarik pada pemakaian keterampilan mekanikal secara benar karena
mereka dapat berkomunikasi secara efektif. Para peneliti menyarankan
bahwa pendekatan fungsional dalam pengajaran mekanikal tulisan lebih
efektif dari pada latihan praktis. Aktivitas dalam tahap ini meliputi:
1) mengambil jarak dari tulisan,
2) mengoreksi awal dengan menandai kesalahan, dan
3) mengoreksi kesalahan.
Sebagai contoh, dalam pembelajaran menulis cerita, proses pemeriksaan
merupakan tahap penyempurnaan tulisan cerita yang dilakukan sebelum
kegiatan publikasi cerita yang ditulis siswa. Pada tahap ini siswa menyalin
kembali draf yang telah dibuatnya ke dalam polio bergaris sehingga menjadi
sebuah karangan yang utuh. Pada saat yang sama siswa juga melakukan

23
perbaikan kesalahan yang bersifat mekanis berkaitan dengan ejaan dan
tanda baca.
e. Tahap Publikasi (Publishing)
Pada tahap akhir proses penulisan, siswa mempublikasikan tulisan
mereka dan menyempurnakannya dengan membaca pendapat dan komentar
yang diberikan teman atau siswa lain, orang tua dan komunitas mereka
sebagai penulis. Pada tahap publikasi siswa mempublikasikan hasil
penulisannya melalui kegiatan berbagi hasil tulisan (sharing). Kegiatan
berbagi hasil ini dapat dilakukan diantaranya melalui kegiatan penugasan
siswa untuk membacakan hasil karangan di depan kelas (Tompkins,1994).
Sebagai contoh dalam pembelajaran menulis cerita, kegiatan publikasi
dapat dilakukan dengan menugaskan siswa membacakan hasil cerita yang
telah ditulisnya, sementara siswa lain memberikan pendapat berkaitan
dengan cerita tersebut. Kegiatan sharing lainnya dapat dilakukan dengan
meminta orang tua siswa membaca dan memberi komentar terhadap cerita
yang telah ditulis siswa.
2.6 Penilaian Keefektifan Menulis Sebagai Strategi Pembelajaran
Evaluasi dari menulis sebagai strategi pembelajaran harus fokus pada
kedua hal yaitu produk dan proses. Kita harus menentukan apakah siswa
mencapai hasil belajar yang baik dari penerapan strategi menulis, dan apakah
aspek pengalaman belajar siswa meningkat setelah menggunakan strategi
menulis. Adapun beberapa pertanyaan yang diperlukan untuk menilai
keefektivan strategi menulis dalam pembelajaran yaitu seperti :
a. Berapa banyak siswa yang terlibat dengan menulis tugas?
Jika semakin banyak jumlah siswa yang terlibat dalam menulis tugas
ataupun menulis dengan berbagai jenis tulisan lainnya, artinya penerapan
menulis sebagai strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran efektif
untuk dilakukan atau digunakan.
b. Manakah siswa yang antusias dan yang tidak tentang menulis untuk
belajar? Mengapa ?

24
Menilai efektif tidaknya strategi menulis diterapkan, perlu melihat
perbandingan keantusiasan siswa dalam menulis. Semakin banyak siswa
yang antusias semakin baik strategi menulis telah digunakan.
c. Teknik apa yang digunakan guru sebagai panduan yang digunakan untuk
siswa?
Keberhasilan dari penggunaan strategi menulis dalam pembelajaran juga
didukung dari teknik yang tepat yang digunakan guru. Jadi untuk
mendukung keefektifan strategi menulis dalam pembelajaran perlu
memakai teknik yang sesuai.
d. Apakah siswa benar – benar sedang menulis tentang isu – isu yang
berharga?
Seperti yang telah diulas sebelumnya, menulis bukan sekadar mencatat
atau memindahkan informasi begitu saja dari penjelasan guru ke dalam
catatan atau tulisan siswa. Tetapi menulis juga harus bermakna, dengan
tahu apa yang ditulis dan bisa mengaitkan isi tulisan dengan pemahaman
yang didapat dari pembelajaran.
e. Apa tanggapan tak terduga yang guru dapatkan dari siswa?
Pada proses pembelajaran guru terkadang juga mendapatkan tanggapan
tak terduga dari siswa. Semakin kritis pertanyaan atau tanggapan yang
diberikan siswa maka strategi menulis tersebut semakin mendukung dan
efektif dalam pembelajaran.
f. Apa keuntungan dan keterbatasan menulis untuk belajar selama latihan
ini? Bagaimana hal tersebut akan menjamin penggunaan strategi menulis
pada masa depan?
Keuntungan dan keterbatasan strategi menulis telah diuraikan dalam
penjelasan sebelumnya. Keuntungan dari strategi menulis akan
mendukung keefektivan dari penggunaan strategi tersebut.
g. Apakah kemampuan yang dimiliki siswa dari menulis untuk belajar
meningkat dalam per tahunnya? Jika tidak, mengapa tidak?
Guru perlu melihat dan mengontrol siswa dalam strategi menulis untuk
belajar agar mengetahui perkembangan siswa, tetapi dilihat dari segi
positif strategi ini perkembangan siswa yang dimiliki dari segi kemampuan

25
memahami isi materi yang dijelaskan menggunakan strategi menulis dapat
meningkat, karena dengan strategi menulis siswa akan terbisasa
memahami menggunakan pemahaman mereka sendiri.
h. Apakah guru mempraktekkan apa yang dikhotbahkannya? Seberapa sering
guru menunjukkan kepada siswa contoh dari dirinya sendiri tentang
menulis untuk belajar?
Guru sebagai tenaga kependidikan tentunya harus menjadi panutan bagi
peserta didik, dalam hal ini guru pasti memberikan contoh atau cerminan
yang baik pada dirinya kepada peserta didik, seperti memberikan motivasi
betapa pentingnya atau mudahnya strategi dengan menulis untuk belajar
selain untuk mencatat hal-hal penting dari isi materi, strategi ini juga
bermanfaat untuk mengingatkan tentang apa yang telah dipelajari.
Seberapa sering? sesering mungkin guru harus menunjukan atau
memotivasi siswa tentang menulis untuk belajar.
Jadi untuk mengetahui penilaian keefektifan menulis sebagai strategi
pembelajaran perlu dilakukan penelitian atau eksperimen langsung yang
membutuhkan sejumlah sampel siswa. Berdasarkan beberapa jurnal terdapat
beberapa jenis strategi menulis seperti strategi zigzag yang digunakan dalam
menulis narasi, strategi synergetic teaching yang digunakan dalam menulis
manuskrip jurnal ilmiah, dan strategi think talk write yang digunakan dalam
menulis deskripsi. Berdasarkan jurnal – jurnal tersebut menunjukkan bahwa
strategi menulis efektif digunakan sebagai strategi dalam pembelajaran yang
membantu menulis siswa untuk belajar. Secara umum, menilai keefektivan
strategi menulis yaitu dengan adanya tes pada seluruh sampel yang digunakan
dengan metode tertentu misalnya menggunakan metode uji – t, karena
merupakan sebuah eksperimen. Sampel yang digunakan ada yang diberikan
perlakuan dengan menggunakan strategi menulis dan ada yang tidak. Dari
perbedaan perlakuan tersebut pada akhir penelitian akan dilihat
perbandingannya. Jika sampel yang diberikan perlakuan menggunakan strategi
menulis menunjukkan hasil menulis yang lebih baik dari sampel yang tidak
diberikan perlakuan dengan strategi menulis, maka strategi menulis efektif

26
digunakan sebagai strategi pembelajaran dalam membantu siswa menulis
untuk belajar.
2.7 Aplikasi Menulis Sebagai Strategi Pembelajaran
2.7.1 Materi Pelajaran
a. Zat Aditif dan Zat Adiktif (subbab Zat Adiktif)
b. Alokasi waktu 3 jam(40 menit per jam)
c. Materi kelas 7
2.7.2 Tujuan Pembelajaran
a. Mendeskripsikan macam dan fungsi bahan-bahan adiktif dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Membedakan berbagai macam bahan aditif dan adiktif.
c. Menjelaskan kerugian penggunaan bahan adiktif narkotika dan
psikotropika terhadap kesehatan.
d. Memunculkan ide inovatif untuk memecahkan masalah peredaran
narkotika dan psikotropika.
2.7.3 Strategi Pembelajaran
a. Menulis (Teaching Writing)
2.7.4 Pendekatan Pembelajaran
a. Konstruktivisme
b. Deduktif
c. Student centered
2.7.5 Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Guru Siswa
Pendahuluan 1. Guru menyampaikan 1. Siswa menjawab salam dan
(± 15 menit) salam pembuka dan kabar dari guru. Misal
menanyakan kabar kepada “selamat pagi, sehat
siswa. Misal “selamat buk/pak”
pagi anak-anak? Sehat
semua pagi ini?

27
2. Guru melakukan 2. Siswa memperhatikan
pengabsenan atau presensi guru.
terhadap kehadiran siswa.
3. Guru menyampaikan 3. Siswa memperhatikan dan
judul atau BAB dan tujuan mendengarkan dengan
dari materi yang akan baik.
dibahas pada saat
pertemuan tersebut.
4. Guru menyampaikan 4. Siswa memperhatikan dan
gambaran awal dan menjawab pertanyaan guru
menyatukan apersepsi dengan baik. Misal “tau
siswa, serta sekaligus buk, narkoba adalah obat –
mendorong motivasi obatan terlarang yang tidak
belajar siswa. Misal boleh dikonsumsi”
“anak-anak apakah kalian
tahu tentang narkoba?”
“mengapa orang yang
mengonsumsi narkoba
menjadi kecanduan?”
Inti 5. Guru menyampaikan dan 5. Siswa memperhatikan dan
(± 90 menit ) menjelaskan materi mencatat dengan baik.
mengenai zat aditif dan
zat adiktif.
1) Tahap Prewriting
6. Guru membagi siswa 6. Siswa mencari
menjadi beberapa kelompoknya masing-
kelompok, dimana dalam 1 masing.
kelompok terdiri dari 5-6
siswa.
7. Guru memberikan video 7. Siswa memperhatikan
pembelajaran mengenai video dengan cermat dan
dampak mengkonsumsi teliti.

28
zat adiktif khususnya
“narkoba”.
8. Guru menginstruksikan 8. Siswa mendengarkan dan
siswa untuk membuat esai melaksanakan dengan baik.
persuasif mengenai
“penanggulangan dampak
mengonsumsi zat adiktif
seperti teh, rokok, dan kopi
secara berlebihan dan terus
menerus”
9. Guru memberikan 9. Siswa bertanya mengenai
kesempatan siswa untuk hal yang belum dimengerti.
bertanya. Contoh: ada
yang belum mengerti?
10. Guru sebagai fasilitator 10. Siswa melakukan
dan mediator persiapan penulisan
dimulai dari penentuan
tema dalam kelompoknya
masing – masing.

2) Tahap Drafting
11. Guru memantau dan 11. Siswa mulai menyusun
mengevaluasi kinerja kata-kata dan menuangkan
siswa dalam kelompok. ide- ide yang telah mereka
temui. Contoh: siswa mulai
mencari refrensi dan
sumber-sumber untuk
mendukung
pernyataan/argumen dalam
laporannya.

29
3) Tahap Revising
12. Guru menjadi fasilitator 12. Siswa meninjau kembali
dan mediator dalam laporan yang telah dibuat
memantau siswa pada saat untuk memperbaiki
berdiskusi dan melakukan penggunaan kata-kata yang
kegiatan kelompoknya. kurang tepat baik itu
Contohnya: guru melihat menambahkan kata
ke setiap kelompok apakah maupun mengurangi kata.
mengalami kesulitan atau
permasalahan, jika
mengalami guru akan
langsung memberikan
solusi dalam kelompok
tersebut.

4) Tahap Editing
13. Guru menginstruksikan 13. Siswa meninjau dan
kepada siswa agar mengedit artikel yang telah
mengedit artikel mereka. diselesaikan sehingga tidak
Contoh “anak-anak yang terdapat kesalahan tanda
sudah hampir selesai baca, kesalahan ejaan dan
silahkan edit artikel kalian lain- lain.
supaya tidak terjadi
kesalahan tanda
baca/ejaan!”
14. Guru menanyakan ke 14. Siswa menjawab dan
masing-masing kelompok bertanya kepada guru
mengenai kesulitan yang mengenai kesulitan yang
ditemui. Contoh: anak- ditemui. (siswa menjawab
anak apakah ada yang ya/tidak)
menemui kesulitan?

30
15. Guru menjawab 15. Siswa memperhatikan
pertanyaan siswa. jawaban guru dengan baik.

5) Tahap Publishing
16. Guru memberitahukan 16. Siswa memperhatikan dan
kepada siswa bahwa waktu mempersiapkan hasil kerja
yang diberikan telah habis. kelompok mereka.
17. Guru menunjuk kelompok 17. Siswa mempresentasikan
secara bergiliran untuk hasil kerja kelompok
mempresentasikan hasil mereka dengan baik,
kerja kelompok mereka. kelompok yang lain
memperhatikan.
18. Guru sebagai mediator, 18. Kelompok lain
memberikan jawaban yang menanggapi pernyataan
mudah dimengerti. kelompok penyaji apabila
terdapat hal yang kurang
dimengerti.
Penutup 19. Guru mengevaluasi dan 19. Siswa memperhatikan
(±15 menit) menilai hasil belajar siswa. dengan baik.
20. Guru merangkum hasil 20. Siswa memperhatikan dan
pembelajaran. mencatat dengan baik.
21. Guru memberikan PR 21. Siswa mencatat PR yang
untuk meningkatkan diberikan
kemampuan siswa.
22. Guru memberitahukan 22. Siswa memperhatikan
mengenai materi dengan baik.
pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
23. Guru mengucapkan salam 23. Siswa menjawab salam
penutup kepada siswa. penutup kepada guru.
Misal”selamat siang” Misal”selamat siang”

31
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan materi pada penulisan tersebut mengenai
penggunaan strategi menulis dalam pembelajaran, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
a. Strategi pengajaran menulis adalah usaha yang dilakukan seorang guru
dalam mempersiapkan dan mengorganisasi pengalaman belajar siswa,
dengan menggunakan menulis sebagai bagian terpenting dalam proses
belajar.
b. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk penggunaan strategi
menulis yaitu model pembelajaran menulis Think – Talk – Write (TTW)
dan model pembelajaran kontekstual.
c. Penggunaan strategi menulis adalah sebagai strategi yang membantu
pembelajar dalam menulis untuk belajar yang tepat dan baik. Jenis –
jenis tulisan terdiri dari menulis narasi, eksposisi, sebab – akibat,
persuasif, deskripsi, perbandingan dan kontras.
d. Langkah–langkah penggunaan strategi menulis yaitu mencatat,
konsolidasi dan revisi, menulis jurnal.
e. Penilaian keefektivan penggunaan strategi menulis dapat diuji dengan
beberapa pertanyaan yang digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan
strategi pembelajaran tersebut.
f. Aplikasi dari penerapan strategi menulis menggunakan tahap – tahap
yaitu pramenulis (prewriting), penyusunan draft tulisan (drafting),
perbaikan (revising), pemeriksaan (editing) dan publikasi (publishing).
3.2 Saran
Berdasarkan dengan penggunaan strategi menulis yang telah dijelaskan
pada penulisan ini, adapun saran yang dapat disampaikan yaitu sebagai berikut:
a. Bagi pembelajar yaitu harus bisa membedakan kegiatan mencatat dan
menulis. Pembelajar dalam menulis untuk belajar harus memperhatikan
dengan seksama mengenai topik pembahasan atau objek lain yang
digunakan sebagai referensi tulisan.

32
b. Pada saat menulis, tidak sekadar menyalin informasi baru dalam sebuah
catatan tetapi juga mentransformasi pengetahuan tersebut dengan baik
sehingga tidak hanya belajar saja yang bermakna tetapi juga tulisan yang
bermakna.

33
DAFTAR PUSTAKA

Kuswari, Usep. TT. Model Pembelajaran Menulis Dengan Teknik TTW. Dalam
http://file.upi.edu/direktori/fpbs/jur._pend._bahasa_daerah/195901191986
011usep_kuswari/model_pembelajaran_menulis_dengan_teknik_thik.pdf.
Pada tanggal 22 oktober 2016 pukul 16.52.

Killen, Ray. 2007. Effective Teaching Strategies Lessons From Research And
(fourth edition) Practice. Australia : Cencage Learning.

Rusman. 2012. Model – Model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali.

Sadia, Wayan. 2014. Model –Model Pembelajaran Sains Konstruktivistik.


Yogyakarta : Graha Ilmu.

Tompkins, Gail E. 2008. Teaching Writing Balancing Process And Product (fifth
edition). New Jersey : Hamilton Printing CO.

34

Вам также может понравиться