Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Halaman Judul..................................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
1.2.1. Tujuan Umum........................................................................................ 2
1.2.2. Tujuan Khusus....................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan.............................................................................................. 2
1.4 Metoda Penulisan............................................................................................... 2
BABII TUJUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori.......................................................................................... 3
2.1.1. Pengertian Retino Blastoma.................................................................. 3
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi........................................................................... 3
2.1.3. Etiologi.................................................................................................. 7
2.1.4. Patofisiologi........................................................................................... 7
2.1.5. Klasifikasi.............................................................................................. 8
2.1.6. Manifestasi Klinis.................................................................................. 9
2.1.7. Pencegahan............................................................................................ 9
2.1.8. Penatalaksanaan..................................................................................... 10
2.1.9. Pemeriksaan penunjang.......................................................................... 10
2.1.10. Komplikasi........................................................................................... 11
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan................................................................ 12
2.2.1. Pengkajian.............................................................................................. 12
2.2.2. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 15
2.2.3. Intervensi................................................................................................ 16
2.2.4. Implementasi.......................................................................................... 16
2.2.5. Evaluasi.................................................................................................. 16
BAB III. KASUS
3.1. Pengkajian..................................................................................................... 17
3.2. Analisa Data................................................................................................. 22
3.3. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 22
3.4. Intervensi...................................................................................................... 24
3.5 Implementasi.................................................................................................. 24
3.6 Evaluasi.......................................................................................................... 27
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 28
4.2. Saran.............................................................................................................. 28
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat menakutkan, dari orang dewasa sampai
anak-anak tidak luput dari cengkeramannya. Dan ternyata Kanker Retina Mata merupakan
penyakit kanker yang menempati urutan nomor dua terbanyak selain kanker darah atau
leukemia. Penyakit kanker retina ini ditandai dengan bercak putih. Dan ternyata kanker
retina ini menyerang anak-anak yang berumur 0-5 tahun. Dan juga berdasarkan data badan
kesehatan dunia penderita kanker ini terus meningkat dan mencapai 2-4% diseluruh dunia.
Di Indonesia 9.000 penderitanya kanker retina, ini disebut juga retino blastoma termasuk
penderita yang jumlahnya tertinggi Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau
pengaruh lingkungan dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah
mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian
kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan
juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-
tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada
kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi
penyakit retinoblastastoma
Retinoblastoma adalah kanker yang terjadi pada retina mata. Retina adalah lapisan
mata yang sensitif terhadap cahaya (yang memungkinkan mata untuk melihat).
Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam kandungan
sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia dibawah 2 tahun.
Retinoblastoma dapat disembuhkan bila terdeteksi dini. Retinoblastoma yang terjadi pada
satu mata disebut sebagai unilateral dan yang terjadi pada dua mata disebut sebagai
bilateral. 90% dari pasien penderita retinoblastoma tidak memiliki sejarah penderita
retinoblastoma dalam keluarga. Sedang 10% lainnya memiliki sejarah penderita
retinoblastoma dalam keluarga. Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih
berada dalam
kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia 2 tahun.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Konsep Teori Penyakit
2.1.1. Pengertian
Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang jarang tetapi dapat patal. (Daniel
G. Vaughan, Taylor Asbury dan Paul Riordan-Eva)
Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang berasal di jala, terang
sensitif lapisan mata yang memungkinkan mata untuk melihat dan terjadi pada anak-anak
muda. (Abramson DH, 1985)
Retinoblastoma adalah tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia dibawah 5 tahun. (Wijaya N, 1993)
Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior
yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak
putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh perbesaran
cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan intraokular
meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi
cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu
vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus.
Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke
mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel
kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia
propria,
terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan (4) endothel
(epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar
berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang
bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri
atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma
berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi
ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera anterior dan posterior, serat-serat otot iris
bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan radier.
3. Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan
luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus
vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior
membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir.
Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan
lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris
dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea,
merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk
disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea
melalui discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat
dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni
dan bacili, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada
pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh
lebih pucat dari retina di sekitarnya.
2.1.3. ETIOLOGI
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan
protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul
karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih
akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat
kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi
kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya
dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita
retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu
maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).
2.1.4. PATOFISIOLOGI
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan
vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi
dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera ,
terutama hati.
WOC
Gangguan kromosom
Kehilangan kedua kromosom
Herediter
Mutasi (virus, zat kimia, sinar UV)
Peningkatan laju mutasi
Mengenal sel somatik
Retinoblastoma
Terlihat bercak kuning mengkilat
Nelivasku larisasi dan perdarahan
Warna iris tidak normal
Mengakibatkan kebutaan
Strabismus
(mata juling)
Penurunan penglihatan
Mata tidak searah memandang pada titik yang berbeda
Penglihatan ganda
Gangguan konsep diri
Masa tumor yang semakin membesar
Leukokaria
Kerusakan impuls syaraf
Refleks pupil warna putih
Terjadi disfungsi otak
Pupil agak menonjol keluar
Gangguan persepsi sensorik penglihatan
Ansietas
Anemia
Transport O2 menurun
Hb darah menurun
Sesak nafas
Lemah, sakit kepala
Intoleransi aktifitas
Nyeri
Pola nafas tidak efektif
2.1.7. PENCEGAHAN
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit retino blastoma dapat dilakukan
dengan cara terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi ini sangat
efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran Kanker yang
kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker ukuran kecil terapi
ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan ukuran kanker.
2.1.8.PENATALAKSANAAN
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakkukan terutama untuk klien dengan metastasis
keluar, misalnnya dengan gejala proptosis bola mata.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada klasifikasi tumor :
a. Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy, fotokoagulasi laser).
Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi..
b. Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi segera. Mata yang tidak
terkena dilakukan radiasi sinar-X dan kemoterapi.
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol, dilakukan
enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih terbatas di rongga orbita,
dilakukan kombinasi eksenterasi, radioteraapi dan kemoterafi. Klien harus dievaluasi
seumur hidup katena 20-90 % klien ratinnoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas
primer terutamaasteosarkoma.
2.1.10. KOMPLIKASI
Komplikasi pada retinoblastoma adalah lepasnya Retina (ablasio retina), peninggian
tekanan bola mata (glucoma)
Komplikasi lain berupa terhambatnya pematusan aqous humor sehingga timbul glaukoma
sekunder.
Metastase melalui beberapa jalan antara lain :
a. Lamina kribosa, saraf optik kemudian mengadakan infiltrasi ke arah vaginal sheat
subarachnoid untuk menuju ke intracranial
b. Jaringan choroid, dengan melalui pembuluh darah tumor menyebar ke seluruh tubuh.
c. Pembuluh emisari, tumor menyebabr ke bagian posterior orbita
2.2.3. Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri, penyebab dan hal-hal yang dapat meradakan nyeri
b. Berikan balutan mata untuk mengurangi pergerakan mata dan mengurangi nyeri yang
diakibatkannya.
c. Berikan analgetik dan antibiotik sesuai terapi yang diperintahkan
d. Bantu aktivitas klien selama sakit
e. Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan diberikan pada klien
f.Jelaskan tentang retinoblastoma, penyebab, komplikasi dan hal-hal yang memperburuk
kondisi mata
g. Bantu pasien untuk belajar melakukan koping dan menyesuaikan diri terhadap situasi
h. Dorong pasien untukbersosialisasi dengan sekitarnya
2.2.4. Implementasi
Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan
sebelumnya.
2.2.5. Evaluasi
a. Nyeri berkurang ditandai dengan klien mengurangi aktivitas mata dengan menggunakan
balutan mata yang memadai dan mengistirahatkan mata nya.
b. Klien dapat menjelaskan penyebab retinoblastoma dan pencegahannya
c. Berpartisipasi dalam aktivitas diversional dan social
BAB III
TINJAUAN KASUS
No Register :090025
Ruangan : Melati
Tgl Masuk : 20 Novenber 2010
Tgl Pengkajian : 20 November 2010
Diagnosa Medis : Retino Blastoma
1) Pengkajian
a. Identitas klien dan Keluarga
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 32 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Penanggung Jawab : Tn. Z
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Hubungan dengan Klien : Suami
3. 2 x/hari
b.BAB Kuning 2 x/hari
- Kebiasaan Lembek Kuning
- Warna Tidak ada Lembek
- Konsistensi Tidak ada
- Gangguan
4. 5-6 jam/hari
Pola Istirahat Tidur Ya 4-5 jam/hari
- Kebiasaan Ya Ya
- memakai selimut Tidak ada Ya
- memakai bantal Tidak bisa tidur dengan
- gangguan nyenyak karena gangguan
mata
5.
Pola Hygiene Tubuh 2x/hari
a. Mandi Ya 1-2 x/hari
- frekuensi Ya
- pakai sabun Saat mandi
b. Gosok gigi Ya Saat mandi
Ya
- frekuensi
Saat mandi
- pakai pasta gigi
Ya Saat mandi
c. Cuci rambut
mandiri Ya
- frekuensi
Dibantu
- pakai shampoo
- Pola Aktivitas
d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap seluruh system tubuh yang dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang terdiri dari :
a) Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Metis
TTV
Suhu : 380 C
Nadi : 120 x/m
TD : 130/80 mmHg
RR : 25 x/m
BB : 55 KG
TB : 154cm
b) Kepala
Inspeksi :Rambut kotor,Tidak ada ketombe dan luka di kulit kepala, Ujung rambut tidak
bercabang dan tidak kusam, Tidak ada lesi.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
c) Mata
Pemeriksaan subyektif :Proyeksi sinar kurang baik, Persepsi warna baik.
Pemeriksaan obyektif: kelopak mata normal (pasangan simetris, gerakan bebas, kulit
normal, tepi kelopak tidak ada sekret), bola mata normal (pasangan sejajar, gerakan
normal, ukuran normal), tekanan bola mata normal, konjungtiva normal, sklera (warna
merah), iris (warna coklat, pasangan simetris,)
d) Hidung
Inspeksi :Bentuk tulang hidung lurus, Tidak ada secret, Tidak ada pembesaran
chonchanasalis, Tidak ada polip.
Palpasi: Tidak ada sinus
e) Mulut
Inspeksi :Mukosa bibir lembab, Warna bibir merah muda, Warna lidah merah muda
f) Telinga
Inspeksi :Daun telinga bagian belakang bersih, Tidak ada secret yang mengeras, Tidak ada
keluhan nyeri pada telinga bagian dalam..
g) Leher
Palpasi :Tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, Tidak ada bendungan vena jugolaris, Tidak
ada pembesaran kelenjar limfe
h) System respirasi
Inspeksi :Pola nafas normal/Eupnoe, Bentuk rongga dada normal, Tidak ada retraksi otot-
otot bantu pernafasan, Frekuensi pernafasan normal (22x /menit)
Palpasi :Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
System kardiovaskuler: Frekuensi denyut jantung normal 84x /menit, TD Menurun 110/70
mmhg
System perkemihan: BAK lancer
Inspeksi :Warna urine kuning jernih, Bau urine khas
System pencernaan
Inspeksi :Frekuensi BAB 3x sehari
System persyarafan: Normal
Kulit: Turgor kulit elastic dan permukaan tidak gersang
i) Genetalia
Inspeksi :Tidak ada kotoran, Labia Mayora dan Labia Minora bersih, Tidak terdapat jamur,
Warna merah muda, Terdapat keputihan.
Palpasi :Tidak terdapat nyeri
Pemeriksaan Penunjang
Fundus Okuli
X ray
DS :
Klien mengatakan nyeri
pada matanya
Klien mengatakan
peningkatan suhu tubuh
Gangguan persepsi sensorik
2. DO: penglihatan
-Klien tampak meringis Masa tumor yang
semakin membesar
kesakitan pada mata sebelah
↓
kanan leukokoria
- mata klien tampak merah ↓
- Terlihat pembesaran mata Refleks pupil berwarna
putih
klien disebelah kanan ↓
DS : Pupil agak menonjol
- Klien mengatakan nyeri keluar
pada malam hari ↓
Gangguan persepsi
- Klien mengatakan
sensorik penglihatan
gangguan pada penglihatan
3.3. DIAGNOSA
Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati
Tgl Tgl
Paraf dan Paraf dan
No Diagnosa Keperawatan Masalah Masalah
Nama Jelas Nama Jelas
Muncul Teratasi
No Tujuan dan
Tgl/Jam Rencana Tindakan Rasional Paraf
Dx Kriteria Hasil
1 Minggu, Setelah dilakukan tindakan - Kaji lebih lanjut -dengan diketahui Kel 2
21 keperawatan selama 3 x 24 karakteristik nyeri, karakteristik dan
September jam diharapkan nyeri dapat area dan sklanya skala nyeri
2012 berkurang. mempermudah
08.00 Kriteria hasil : dan menentukan
WIB -nyeri berkurang atau tindakan
terkontrol selanjutnya
-Pasien tidak meringis lagi - Berikan kompres -agar perdarahan
TTV dingin pada mata dapat berhenti
TD: 110/70 – 120/80mmHg yang nyeri
N: 60-100 x/mnt
RR: 16-24 x/mnt - observasi TTV - Mengetahui
S: 36-37,5 *c batas normal
TTV pasien
karena
berpengaruh pada
saat cemas
- Kolaborasi dengan
tim medis dalam -Menghilangkan
pemberian analgesic nyeri, karena
memblokir syaraf
penghantar nyeri
Minggu
2 21 Setelah dilakukan tindakan -Kaji lebih lanjut
September keperawatan selama 1 x 24 persepsi sensorik -mengetahui
09.00 jam diharapkan persepsi penglihatan klien seberapa besar
WIB penglihatan dapat teratasi tingkat persepsi
sensorik
Kriteria Hasil : -Kaji tingkat
mata klien sebelah kanan ansietas / kecemasan -Mengetahui
kembali normal seberapa besar
kecemasan yang
dialami pasien
- Beri penjelasan
tentang proses - Meningkatkan
penyakitnya. pemahaman klien
tentang proses
penyakitnya
-mengetahui
-mengkaji lebih lanjut persepsi seberapa besar
Senin 2 sensorik penglihatan klien tingkat persepsi Kelomp0k 2
21 Sep sensorik
2012
09.00 -Mengetahui
WIB -mengkaji tingkat ansietas / seberapa besar
kecemasan kecemasan yang
dialami pasien
- Meningkatkan
- memberikan penjelasan pemahaman klien
tentang proses penyakitnya. tentang proses
penyakitnya
No.
Tgl Catatan Perkembangan Paraf
Dx
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan pada anak –
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala retinoblastoma dapan menyerupai
dengan penyakit mata lainnya. Dalam proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis
dengan menanyai langsung si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan
sekarang serta keluhan pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus
untuk mata serta pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut
kita dapat menyimpulkan diagnosa keperawatannya mulai dari gangguan rasa nyaman
nyeri, gangguan persepsi sensorik penglihatan, gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi
cedera, kurangnya pengetahuan keluarga. Setelah itu perawat dapat memberikan rencana
asuhan keperawatan pada pasien. Kemudian perawat harus mengevaluasi dari hasil
intervensi dan implementasinya.
4.2. Saran
Pada orangtua yang mengalami retinoblastoma hendaknya melakukan pemeriksaan
mata terhadap anaknya, karena retinoblastoma dapat diturunkan ke anak mereka.
Sebaiknya orangtua mengetahui tanda dan gejala adanya retinoblastoma secara dini, ini
bertujuan umtuk menghindari prognosis yang sangat buruk. Retinoblastoma ini dapat
ditemukan pada usia 3th bahkan dapat juga ditemukan pad usia 10bln, maka dari itu
orangtua seharusnya lebih aktif sehingga orangtua tidak menyadarinya setelah di stadium
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah, Indriana, N., 2005, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, editor, Monica
Ester. EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.
Ilias S, Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1985.
Prof.dr.Sidarta Ilyas SpM dkk, 2002, sagung seto. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan
mahasiswa kedoteran edisi 2,