Вы находитесь на странице: 1из 25

DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2
1.2.1. Tujuan Umum........................................................................................ 2
1.2.2. Tujuan Khusus....................................................................................... 2
1.3 Manfaat Penulisan.............................................................................................. 2
1.4 Metoda Penulisan............................................................................................... 2
BABII TUJUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar Teori.......................................................................................... 3
2.1.1. Pengertian Retino Blastoma.................................................................. 3
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi........................................................................... 3
2.1.3. Etiologi.................................................................................................. 7
2.1.4. Patofisiologi........................................................................................... 7
2.1.5. Klasifikasi.............................................................................................. 8
2.1.6. Manifestasi Klinis.................................................................................. 9
2.1.7. Pencegahan............................................................................................ 9
2.1.8. Penatalaksanaan..................................................................................... 10
2.1.9. Pemeriksaan penunjang.......................................................................... 10
2.1.10. Komplikasi........................................................................................... 11
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan................................................................ 12
2.2.1. Pengkajian.............................................................................................. 12
2.2.2. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 15
2.2.3. Intervensi................................................................................................ 16
2.2.4. Implementasi.......................................................................................... 16
2.2.5. Evaluasi.................................................................................................. 16
BAB III. KASUS
3.1. Pengkajian..................................................................................................... 17
3.2. Analisa Data................................................................................................. 22
3.3. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 22
3.4. Intervensi...................................................................................................... 24
3.5 Implementasi.................................................................................................. 24
3.6 Evaluasi.......................................................................................................... 27

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 28
4.2. Saran.............................................................................................................. 28

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat menakutkan, dari orang dewasa sampai
anak-anak tidak luput dari cengkeramannya. Dan ternyata Kanker Retina Mata merupakan
penyakit kanker yang menempati urutan nomor dua terbanyak selain kanker darah atau
leukemia. Penyakit kanker retina ini ditandai dengan bercak putih. Dan ternyata kanker
retina ini menyerang anak-anak yang berumur 0-5 tahun. Dan juga berdasarkan data badan
kesehatan dunia penderita kanker ini terus meningkat dan mencapai 2-4% diseluruh dunia.
Di Indonesia 9.000 penderitanya kanker retina, ini disebut juga retino blastoma termasuk
penderita yang jumlahnya tertinggi Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau
pengaruh lingkungan dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah
mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian
kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan
juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-
tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada
kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi
penyakit retinoblastastoma
Retinoblastoma adalah kanker yang terjadi pada retina mata. Retina adalah lapisan
mata yang sensitif terhadap cahaya (yang memungkinkan mata untuk melihat).
Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam kandungan
sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia dibawah 2 tahun.
Retinoblastoma dapat disembuhkan bila terdeteksi dini. Retinoblastoma yang terjadi pada
satu mata disebut sebagai unilateral dan yang terjadi pada dua mata disebut sebagai
bilateral. 90% dari pasien penderita retinoblastoma tidak memiliki sejarah penderita
retinoblastoma dalam keluarga. Sedang 10% lainnya memiliki sejarah penderita
retinoblastoma dalam keluarga. Retinoblastoma biasanya terjadi pada anak sewaktu masih
berada dalam
kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi paling sering menyerang anak berusia 2 tahun.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1. Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
Retinoblastoma
1.2.2. Tujuan Khusus:
a.Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep teori Retino Blastoma
b. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit Retino Blastoma
c. Mahasiswa Mampu merumuskan diagnose keperawatan.
d. Mahasiswa Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada pasien Retino
Blastoma
e. Mahasiswa Mampu menerapkan rencana yang akan di susun.
f. MahasiswaMampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan

1.3 Metoda Penulisan


Dalam penyususnan makalah ini menggunakan metode study pustaka,dengan cara
mengambil referensi dari beberapa sumber yang ada hubungannya dengan Retino
Blastoma.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.Konsep Teori Penyakit
2.1.1. Pengertian
Retinoblastoma adalah tumor masa anak-anak yang jarang tetapi dapat patal. (Daniel
G. Vaughan, Taylor Asbury dan Paul Riordan-Eva)

Retinoblastoma adalah tumor ganas elemen-elemen embrional retina. Gangguan ini


merupakan tumor ganas utama intra okuleryang terjadi pada anak-anak terutama pada
umur dibawah 5 tahun dan sebagian besar didiagnosis antara usia 6 bulan dan 2 tahun. (
Ns. Indriana N. Istiqomah, S.Kep)

Retinoblastoma adalah kanker salah satu atau kedua mata yang berasal di jala, terang
sensitif lapisan mata yang memungkinkan mata untuk melihat dan terjadi pada anak-anak
muda. (Abramson DH, 1985)

Retinoblastoma adalah tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia dibawah 5 tahun. (Wijaya N, 1993)

2.1.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI FISIOLOGI MATA


Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan. Dari
luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1) sklera/kornea, (2) koroid/badan
siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif
dan kuat di sebelah luar, sklera, yang membentuk bagian putih mata. Di anterior (ke arah
depan), lapisan luar terdiri atas kornea transparan tempat lewatnya berkas–berkas cahaya
ke interior mata. Lapisan tengah dibawah sklera adalah koroid yang sangat berpigmen dan
mengandung pembuluh-pembuluh darah untuk memberi makan retina. Lapisan paling
dalam dibawah koroid adalah retina, yang terdiri atas lapisan yang sangat berpigmen di
sebelah luar dan sebuah lapisan syaraf di dalam. Retina mengandung sel batang dan sel
kerucut, fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls syaraf.
Struktur mata manusia berfungsi utama untuk memfokuskan cahaya ke retina.
Semua komponen–komponen yang dilewati cahaya sebelum sampai ke retina mayoritas
berwarna gelap untuk meminimalisir pembentukan bayangan gelap dari cahaya. Kornea
dan lensa berguna untuk mengumpulkan cahaya yang akan difokuskan ke retina, cahaya ini
akan menyebabkan perubahan kimiawi pada sel fotosensitif di retina. Hal ini akan
merangsang impuls–impuls syaraf ini dan menjalarkannya ke otak.
Cahaya masuk ke mata dari media ekstenal seperti, udara, air, melewati kornea dan
masuk ke dalam aqueous humor. Refraksi cahaya kebanyakan terjadi di kornea dimana
terdapat pembentukan bayangan yang tepat. Aqueous humor tersebut merupakan massa
yang jernih yang menghubungkan kornea dengan lensa mata, membantu untuk
mempertahankan bentuk konveks dari kornea (penting untuk konvergensi cahaya di lensa)
dan menyediakan nutrisi untuk endothelium kornea. Iris yang berada antara lensa dan
aqueous humor, merupakan cincin berwarna dari serabut otot. Cahaya pertama kali harus
melewati pusat dari iris yaitu pupil. Ukuran pupil itu secara aktif dikendalikan oleh otot
radial dan sirkular untuk mempertahankan level yang tetap secara relatif dari cahaya yang
masuk ke mata. Terlalu banyaknya cahaya yang masuk dapat merusak retina.
Namun bila terlalu sedikit dapat menyebabkan kesulitan dalam melihat. Lensa yang
berada di belakang iris berbentuk lempeng konveks yang memfokuskan cahaya melewati
humour kedua untuk menuju ke retina.
Untuk dapat melihat dengan jelas objek yang jauh, susunan otot siliare yang teratur
secara sirkular akan akan mendorong lensa dan membuatnya lebih pipih. Tanpa otot
tersebut, lensa akan tetap menjadi lebih tebal, dan berbentuk lebih konveks. Manusia secara
perlahan akan kehilangan fleksibilitas karena usia, yang dapat mengakibatkan kesulitan
untuk memfokuskan objek yang dekat yang disebut juga presbiopi. Ada beberapa gangguan
refraksi lainnya yang mempengaruhi bantuk kornea dan lensa atau bola mata, yaitu miopi,
hipermetropi dan astigmatisma.Selain lensa, terdapat humor kedua yaitu vitreous humor
yang semua bagiannya dikelilingi oleh lensa, badan siliar, ligamentum suspensorium dan
retina. Dia membiarkan cahaya lewat tanpa refraksi dan membantu mempertahankan
bentuk mata.
Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah darinya oleh selubung
fascia bola mata.

Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan bagian anterior
yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat padat fibrosa dan tampak
putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol ke dalam bola mata oleh perbesaran
cavum subarachnoidea yang mengelilingi nervus opticus. Jika tekanan intraokular
meningkat, lamina fibrosa akan menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi
cekung bila dilihat melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait yaitu
vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya pada batas limbus.
Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama merefraksikan cahaya yang masuk ke
mata. Tersusun atas lapisan-lapisan berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel
kornea (epithelium anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia
propria,

terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan (4) endothel
(epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea (terdiri atas lapis luar
berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2) corpus ciliare (ke belakang
bersambung dengan choroidea dan ke anterior terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri
atas corona ciliaris, procesus ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma
berpigmen yang tipis dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi
ruang diantara lensa dan kornea menjadi camera anterior dan posterior, serat-serat otot iris
bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan radier.
3. Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya. Permukaan
luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya berkontak dengan corpus
vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan organ reseptornya. Ujung anterior
membentuk cincin berombak, yaitu ora serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir.
Bagian anterior retina bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan
lapisan epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus ciliaris
dan bagian belakang iris.
Di pusat bagian posterior retina terdapat daerah lonjong kekuningan, macula lutea,
merupakan daerah retina untuk penglihatan paling jelas. Bagian tengahnya berlekuk
disebut fovea sentralis.
Nervus opticus meninggalkan retina lebih kurang 3 mm medial dari macula lutea
melalui discus nervus optici. Discus nervus optici agak berlekuk di pusatnya yaitu tempat
dimana ditembus oleh a. centralis retinae. Pada discus ini sama sekali tidak ditemui coni
dan bacili, sehingga tidak peka terhadap cahaya dan disebut sebagai bintik buta. Pada
pengamatan dengan oftalmoskop, bintik buta ini tampak berwarna merah muda pucat, jauh
lebih pucat dari retina di sekitarnya.

2.1.3. ETIOLOGI
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan
protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul
karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih
akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat
kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi
kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya
dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita
retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu
maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).

2.1.4. PATOFISIOLOGI
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan
vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata, akan menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal, dan
metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak
kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca. Dipermukaan terdapat neovaskularisasi
dan perdarahan. Warna iris tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe
preaurikuler dan submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera ,
terutama hati.

WOC
Gangguan kromosom
Kehilangan kedua kromosom
Herediter
Mutasi (virus, zat kimia, sinar UV)
Peningkatan laju mutasi
Mengenal sel somatik
Retinoblastoma
Terlihat bercak kuning mengkilat
Nelivasku larisasi dan perdarahan
Warna iris tidak normal
Mengakibatkan kebutaan
Strabismus
(mata juling)
Penurunan penglihatan
Mata tidak searah memandang pada titik yang berbeda
Penglihatan ganda
Gangguan konsep diri
Masa tumor yang semakin membesar
Leukokaria
Kerusakan impuls syaraf
Refleks pupil warna putih
Terjadi disfungsi otak
Pupil agak menonjol keluar
Gangguan persepsi sensorik penglihatan
Ansietas
Anemia
Transport O2 menurun
Hb darah menurun
Sesak nafas
Lemah, sakit kepala
Intoleransi aktifitas
Nyeri
Pola nafas tidak efektif

2.1.5.Klasifikasi Retinoblastoma Menurut ( Ns. Indriana N. Istiqomah, S.Kep)


1. Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter papil.
Terdapat pada atau dibelakang ekuator
Prognosis sangat baik
2. Golongan II
Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil
Prognosis baik
3. Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
Prognosis meragukan
4. Golongan IV
Tumor multiple sampai ora serata
Prognisis tidak baik
5. Golongan V
Setengah retina terkena benih di badan kaca
Prognosis buruk
Terdapat tiga stadium dalam retinoblastoma :
a. Stadium tenang
Pupil lebar, dipupil tampak refleks kuning yang disebut “automatic cats eye”.
b. Stadium glaukoma
Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan intraokular meninggi.
c. Stadium ekstraokuler
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian
dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya

2.1.6. MANIFESTASI KLINIS


Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata.
a. Strabismus karena penurunan penglihatan dan apabila letak tumor di makula.
b. Kadang mata merah yang nyeri
c. Massa tumor yang makin membesar akan memperlihatkan leukokoria
Tanda Funduskopi dengan pupil yang dilebarkan memperlihatkan massa merah
muda keputihan yang menonjol keluar dari retina ke dalam ruang vitreous. Bila sel-sel
tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glukoma atau
tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat
menyebabkan metastasis dengan invasi tumor melalui nervus optikus ke otak melalui sklera
ke jarinngan orbita dan sinus pranasal, metastasis jauh kes sumsum tulang melalui
pembuluh darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kedalam
badan kaca. Dipermukaan terdapt neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak
normal.

2.1.7. PENCEGAHAN
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit retino blastoma dapat dilakukan
dengan cara terapi
Beberapa cara terapi adalah :
1. Enukleasi mengangkat boila mata dan dioganti dengan bola mata prothese (buatan).
2. Penyinaran bola mata. Retino blastoma bersifat radiosensitif, sehingga terapi ini sangat
efelktipo. Bahayanya jaringan sekitarnya dapat rusak akibat penyinaran.
3. Photocoagulation : terapi dengan sinar Laser ini sangat efektip pada ukuran Kanker yang
kecil.
4. Cryotherapy : terapi dengan cara pendinginan (pembekuan) pada kanker ukuran kecil terapi
ini berhasil baik.
5. Chemotherapy : diberikan obat-obatan anti kanker yang dapat mengecilkan ukuran kanker.

Cara terapi mana yang dipakai tergantung dari :


1. Ukuran kanker
2. Lokasi kanker
3. Apakah sudah menjalar atauy belum
4. Bagaimana status/keadaan bola mata yang lain
5. Adanya komplikasi
6. Riwayat keluarga
7. Tersedianya fasilitas untuk terapi-terapi diatas
Pembedahan
Enukleasi : Dilakukan pada tumor yang masih terbatas pada itraokuler ialah dengan
mengangkat seluruh bola mata dan meotong saraf optik sepanjang mungkin.
Ekssentrasi Orbita : Dilakukan pada tumor yang sudah ekstensi ke jaringan orbita ialah
dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periostnya
Sesudah operasi diberikan therapi radiasi untuk membunuh sisa – sisa sel tumor
Prognosis

a. Bila masih terbatas diretina kemungkinan hidup 95 %


b. Bila metastase ke orbita kemungkinan hidup 5 %
c. Bila metastase ke tubuh kemungkinan hidup 0 %

2.1.8.PENATALAKSANAAN
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakkukan terutama untuk klien dengan metastasis
keluar, misalnnya dengan gejala proptosis bola mata.
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada klasifikasi tumor :
a. Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy, fotokoagulasi laser).
Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi..
b. Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi segera. Mata yang tidak
terkena dilakukan radiasi sinar-X dan kemoterapi.

Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai seluruh vitreus dan visus nol, dilakukan
enukleasi. Jika tumor telah keluar bulbus okuli tetapi masih terbatas di rongga orbita,
dilakukan kombinasi eksenterasi, radioteraapi dan kemoterafi. Klien harus dievaluasi
seumur hidup katena 20-90 % klien ratinnoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas
primer terutamaasteosarkoma.

2.1.9. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan pemeriksaan patologi
anatomi. Karena tindakkan biopsi merupakan kontraindikasi, maka untuk menegakkan
diagnosis digunakan bebrapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang:
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai
pembuluh darah pada permukaan ataupun didalam massa tumor tersebut dan
berbatas kabur
2. X Ray : Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi.
Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf optik foramen : Optikum melebar.
3. USG : Adanya massa intraokuler
4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila
ratsio lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler
(Normal ratsio Kurang dari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien
dengan metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

2.1.10. KOMPLIKASI
Komplikasi pada retinoblastoma adalah lepasnya Retina (ablasio retina), peninggian
tekanan bola mata (glucoma)
Komplikasi lain berupa terhambatnya pematusan aqous humor sehingga timbul glaukoma
sekunder.
Metastase melalui beberapa jalan antara lain :
a. Lamina kribosa, saraf optik kemudian mengadakan infiltrasi ke arah vaginal sheat
subarachnoid untuk menuju ke intracranial
b. Jaringan choroid, dengan melalui pembuluh darah tumor menyebar ke seluruh tubuh.
c. Pembuluh emisari, tumor menyebabr ke bagian posterior orbita

2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


2.2.1 Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien meliputi nama, umur : sering terjadi padaa aanak-anakdi bawah 2 tahun,
alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa medis.
b. Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia, pendidikan,
pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
c. Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungan dengan klien, dan
status kesehatan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan saat ini juga, alasan kenapa masuk rumah sakit
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal yang muncul pada anak. Bisa berupa bintik putih pada mata tepatnya pada
retina, terjadi pembesaran, mata merah dan besar.
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan Kemungkinan memakan
makanan/minuman yang terkontaminasi, infeksi ditempat lain misal: pernapasan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada anggota keluarga
yang pernah menderita penyakit yang sama.
4. Pemberian Sistem
a. Aktivitas
Gejala: kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
biasanya.
Tanda: kelelahan otot.
Peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
b. Sirkulasi
Gejala: palpitasi.
Tanda: takikardi, mur-mur jantung.
Kulit, membran mukosa pucat.
Defisit saraf kranial dan/atau tanda perdarahan cerebral.
c. Eliminasi
Gejala: diare; nyeri tekan perianal, nyeri.
Darah merah terang pada tisu, feses hitam.
Darah pada urine, penurunan haluaran urine.
d. Integritas ego
Gejala: perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Tanda: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah terangsang.
Perubahan alam perasaan, kacau.
e. Makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah.
Perubahan rasa/penyimpangan rasa.
Penurunan berat badan.
f. Neurosensori
Gejala: kurang/penurunan koordinasi.
Perubahan alam perasaan, kacau, disorientasi, ukuran konsisten.
Pusing, kebas, kesemutan parastesi.
Tanda: otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: nyeri orbital, sakit kepala, nyeri tulang/sendi, nyeri tekan sternal, kram otot.
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus, pada diri sendiri.
h. Pernapasan
Gejala: napas pendek dengan kerja minimal.
Tanda: dispnea, takipnea, batuk.
Gemericik, ronki.
Penurunan bayi napas.
i. Keamanan
Gejala: riwayat infeksi saat ini/dahulu, jatuh..
Gangguan penglihatan/kerusakan.
Perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda: demam, infeksi.
Kemerahan, purpura, perdarahan retinal, perdarahan gusi, atau epistaksis.
Pembesaran nodus limfe, limpa, atau hati (sehubungan dengan invasi jaringan)
Papil edema dan eksoftalmus.
j. Seksualitas
Gejala: perubahan libido.
Perubahan aliran menstruasi, menoragia.
Lipopren.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat terpajan pada kimiawi, mis; benzene, fenilbutazon, dan kloramfenikol(kadar
ionisasi radiasi berlebihan, pengobatan kemoterapi sebelumnya, khususnya agen pengkilat.
Gangguan kromosom, contoh sindrom down atau anemia franconi aplastik

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


1.Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan proses penyakitnya.
(kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi),
2. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori dari organ penerima,
3. Gangguan rasa aman cemas, berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan keterbatasan lapang pandang
5. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kurangnya informasi
mengenai penyakit

2.2.3. Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri, penyebab dan hal-hal yang dapat meradakan nyeri
b. Berikan balutan mata untuk mengurangi pergerakan mata dan mengurangi nyeri yang
diakibatkannya.
c. Berikan analgetik dan antibiotik sesuai terapi yang diperintahkan
d. Bantu aktivitas klien selama sakit
e. Jelaskan semua prosedur tindakan yang akan diberikan pada klien
f.Jelaskan tentang retinoblastoma, penyebab, komplikasi dan hal-hal yang memperburuk
kondisi mata
g. Bantu pasien untuk belajar melakukan koping dan menyesuaikan diri terhadap situasi
h. Dorong pasien untukbersosialisasi dengan sekitarnya

2.2.4. Implementasi
Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan
sebelumnya.

2.2.5. Evaluasi
a. Nyeri berkurang ditandai dengan klien mengurangi aktivitas mata dengan menggunakan
balutan mata yang memadai dan mengistirahatkan mata nya.
b. Klien dapat menjelaskan penyebab retinoblastoma dan pencegahannya
c. Berpartisipasi dalam aktivitas diversional dan social
BAB III
TINJAUAN KASUS

No Register :090025
Ruangan : Melati
Tgl Masuk : 20 Novenber 2010
Tgl Pengkajian : 20 November 2010
Diagnosa Medis : Retino Blastoma

1) Pengkajian
a. Identitas klien dan Keluarga
Nama Pasien : Ny. S
Umur : 32 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Penanggung Jawab : Tn. Z
Alamat : Jl.Hibrida 10 Bengkulu
Hubungan dengan Klien : Suami

b. Keluhan Utama : Nyeri Pada Mata Sebelah Kanan


c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien Ny. S masuk ke ruangan Melati RSUD M. Yunus Bengkulu pada tanggal 20
september 2012 pukul 08.00 WIB dengan keluhan klien nyeri, demam, kurang nafsu
makan, gelisah, mata merah terjadi pembesaran pada mata sebelah kanan. Pada saat
dilakukan pengkajian pada tanggal 21 september 2012 pukul 09.00 WIB didapatkan nyeri,
demam, kurang nafsu makan, gelisah, mata merah, skala nyeri 8. Nyeri dirasakan pada saat
malam hari, pada mata sebelah kanan dengan TTV, TD: 130/80 mmHg, RR: 25 x/mnt, N:
120 x/mnt, S: 38*c

2) Riwayat Kesehatan Dahulu


Sebelumnya pasienpernah masuk ke RS M. Yunus Bengkulu dengan mengalami Penyakit
malaria dan dirawat selama 2 hari dan klien tidak pernah mengalami penyakit sekarang.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan ataupun penyakit
menular lainnya.
4) Riwayat Psikososial
Klien merasa malu dengan penyakit yang dialaminya, klien tampak murung dan tidak mau
berkomunikasi dengan perawat dan lingkungan sekitar.

d. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari


No Kebiasaan Dirumah Di Rumah Sakit
1 Nutrisi
a.Makan
- Frekuensi 3 x sehari 3x sehari
- Porsi 1 porsi 1 porsi
- Jenis Nasi, sayur dan buah Nasi, sayur dan buah
Tidak ada
- Masalah Tidak ada

b.Minum 6-8 gelas per hari


- Frekuensi 1000-1200 cc/hari 5-6gelas per hari
- Jumlah Air putih, dan teh 800-1000 cc/hari
- jenis minuman Teh dan Air putih
-
2. Eliminasi
a. 4-6 x/hari
BAK Kuning Jernih 4-5 x/hari
- kebiasaan Khas Kuning jernih
- warna Khas
- bau

3. 2 x/hari
b.BAB Kuning 2 x/hari
- Kebiasaan Lembek Kuning
- Warna Tidak ada Lembek
- Konsistensi Tidak ada
- Gangguan
4. 5-6 jam/hari
Pola Istirahat Tidur Ya 4-5 jam/hari
- Kebiasaan Ya Ya
- memakai selimut Tidak ada Ya
- memakai bantal Tidak bisa tidur dengan
- gangguan nyenyak karena gangguan
mata
5.
Pola Hygiene Tubuh 2x/hari
a. Mandi Ya 1-2 x/hari
- frekuensi Ya
- pakai sabun Saat mandi
b. Gosok gigi Ya Saat mandi
Ya
- frekuensi
Saat mandi
- pakai pasta gigi
Ya Saat mandi
c. Cuci rambut
mandiri Ya
- frekuensi
Dibantu
- pakai shampoo
- Pola Aktivitas

d. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap seluruh system tubuh yang dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yang terdiri dari :
a) Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Metis
TTV
Suhu : 380 C
Nadi : 120 x/m
TD : 130/80 mmHg
RR : 25 x/m
BB : 55 KG
TB : 154cm
b) Kepala
Inspeksi :Rambut kotor,Tidak ada ketombe dan luka di kulit kepala, Ujung rambut tidak
bercabang dan tidak kusam, Tidak ada lesi.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
c) Mata
Pemeriksaan subyektif :Proyeksi sinar kurang baik, Persepsi warna baik.
Pemeriksaan obyektif: kelopak mata normal (pasangan simetris, gerakan bebas, kulit
normal, tepi kelopak tidak ada sekret), bola mata normal (pasangan sejajar, gerakan
normal, ukuran normal), tekanan bola mata normal, konjungtiva normal, sklera (warna
merah), iris (warna coklat, pasangan simetris,)
d) Hidung
Inspeksi :Bentuk tulang hidung lurus, Tidak ada secret, Tidak ada pembesaran
chonchanasalis, Tidak ada polip.
Palpasi: Tidak ada sinus
e) Mulut
Inspeksi :Mukosa bibir lembab, Warna bibir merah muda, Warna lidah merah muda
f) Telinga
Inspeksi :Daun telinga bagian belakang bersih, Tidak ada secret yang mengeras, Tidak ada
keluhan nyeri pada telinga bagian dalam..
g) Leher
Palpasi :Tidak ada pembesaran kelenjar tonsil, Tidak ada bendungan vena jugolaris, Tidak
ada pembesaran kelenjar limfe
h) System respirasi
Inspeksi :Pola nafas normal/Eupnoe, Bentuk rongga dada normal, Tidak ada retraksi otot-
otot bantu pernafasan, Frekuensi pernafasan normal (22x /menit)
Palpasi :Pergerakan dada kanan dan kiri simetris
System kardiovaskuler: Frekuensi denyut jantung normal 84x /menit, TD Menurun 110/70
mmhg
System perkemihan: BAK lancer
Inspeksi :Warna urine kuning jernih, Bau urine khas
System pencernaan
Inspeksi :Frekuensi BAB 3x sehari
System persyarafan: Normal
Kulit: Turgor kulit elastic dan permukaan tidak gersang
i) Genetalia
Inspeksi :Tidak ada kotoran, Labia Mayora dan Labia Minora bersih, Tidak terdapat jamur,
Warna merah muda, Terdapat keputihan.
Palpasi :Tidak terdapat nyeri

Pemeriksaan Penunjang
Fundus Okuli
X ray

3.2 ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025


Umur : 32 tahun Ruangan : Melati

No Data Senjang Interpretasi Data Masalah


1. DO:
Klien tampak gelisah Terlihat bercak kuning Gangguan rasa nyaman nyeri
Klien tampak meringis mengkilat
kesakitan ↓
Klien tampak lemah Neuvaskularisasi dan
TTV perdarahan
Suhu : 380 C ↓
Nadi : 120 x/m Lemah, sakit kepala
TD : 130/80 mmHg ↓
RR : 25 x/m Nyeri

DS :
Klien mengatakan nyeri
pada matanya
Klien mengatakan
peningkatan suhu tubuh
Gangguan persepsi sensorik
2. DO: penglihatan
-Klien tampak meringis Masa tumor yang
semakin membesar
kesakitan pada mata sebelah

kanan leukokoria
- mata klien tampak merah ↓
- Terlihat pembesaran mata Refleks pupil berwarna
putih
klien disebelah kanan ↓
DS : Pupil agak menonjol
- Klien mengatakan nyeri keluar
pada malam hari ↓
Gangguan persepsi
- Klien mengatakan
sensorik penglihatan
gangguan pada penglihatan

3.3. DIAGNOSA
Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025
Umur : 32 tahun Ruangan : Melati

Tgl Tgl
Paraf dan Paraf dan
No Diagnosa Keperawatan Masalah Masalah
Nama Jelas Nama Jelas
Muncul Teratasi

1. Gangguan rasa nyaman 20-09-12 Kel 8 \


nyeri b.d proses penyakit

Gangguan persepsi sensorik


2. penglihatan b.d gangguan 20-09-12 Kel 8
penerimaan sensori dari
organ penerima

3.4. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025


Umur : 32 tahun Ruangan : Melati

No Tujuan dan
Tgl/Jam Rencana Tindakan Rasional Paraf
Dx Kriteria Hasil

1 Minggu, Setelah dilakukan tindakan - Kaji lebih lanjut -dengan diketahui Kel 2
21 keperawatan selama 3 x 24 karakteristik nyeri, karakteristik dan
September jam diharapkan nyeri dapat area dan sklanya skala nyeri
2012 berkurang. mempermudah
08.00 Kriteria hasil : dan menentukan
WIB -nyeri berkurang atau tindakan
terkontrol selanjutnya
-Pasien tidak meringis lagi - Berikan kompres -agar perdarahan
TTV dingin pada mata dapat berhenti
TD: 110/70 – 120/80mmHg yang nyeri
N: 60-100 x/mnt
RR: 16-24 x/mnt - observasi TTV - Mengetahui
S: 36-37,5 *c batas normal
TTV pasien
karena
berpengaruh pada
saat cemas
- Kolaborasi dengan
tim medis dalam -Menghilangkan
pemberian analgesic nyeri, karena
memblokir syaraf
penghantar nyeri

Minggu
2 21 Setelah dilakukan tindakan -Kaji lebih lanjut
September keperawatan selama 1 x 24 persepsi sensorik -mengetahui
09.00 jam diharapkan persepsi penglihatan klien seberapa besar
WIB penglihatan dapat teratasi tingkat persepsi
sensorik
Kriteria Hasil : -Kaji tingkat
mata klien sebelah kanan ansietas / kecemasan -Mengetahui
kembali normal seberapa besar
kecemasan yang
dialami pasien
- Beri penjelasan
tentang proses - Meningkatkan
penyakitnya. pemahaman klien
tentang proses
penyakitnya

3.5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025


Umur : 32 tahun Ruangan : Melati

No Paraf & Nama


Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon Hasil
Dx Jelas
Minggu 1 - mengkaji lebih lanjut dengan diketahui Kelompok 8
20 SEP karakteristik nyeri, area dan karakteristik dan
2012 sklanya skala nyeri
10.30 mempermudah dan
WIB menentukan
tindakan selanjutnya
-agar perdarahan
- memberikan kompres dapat berhenti
dingin pada mata yang nyeri
- mengobservasi TTV - Mengetahui batas
normal TTV pasien
karena berpengaruh
pada saat cemas
-Menghilangkan
- berkolaborasi dengan tim nyeri, karena
medis dalam pemberian memblokir syaraf
analgesic penghantar nyeri

-mengetahui
-mengkaji lebih lanjut persepsi seberapa besar
Senin 2 sensorik penglihatan klien tingkat persepsi Kelomp0k 2
21 Sep sensorik
2012
09.00 -Mengetahui
WIB -mengkaji tingkat ansietas / seberapa besar
kecemasan kecemasan yang
dialami pasien

- Meningkatkan
- memberikan penjelasan pemahaman klien
tentang proses penyakitnya. tentang proses
penyakitnya

3.6. EVALUASI KEPERAWAATAN

Nama Pasien : Ny. S No Reg. : 090025


Umur : 32 tahun Ruangan : Melati

No.
Tgl Catatan Perkembangan Paraf
Dx

22 1 S : Pasien mengatakan nyeri berkurang Kel 2


Sep O : Pasien tidak merasa nyeri pada mata sebelah kanan
2012 A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

23 2 S : Pasien mengatakan tidak ada lagi gangguan penglihatan Kel 2


SeP O : Pasien lebih baik dan merasa nyaman
2012 A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan pada anak –
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala retinoblastoma dapan menyerupai
dengan penyakit mata lainnya. Dalam proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis
dengan menanyai langsung si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan
sekarang serta keluhan pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus
untuk mata serta pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut
kita dapat menyimpulkan diagnosa keperawatannya mulai dari gangguan rasa nyaman
nyeri, gangguan persepsi sensorik penglihatan, gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi
cedera, kurangnya pengetahuan keluarga. Setelah itu perawat dapat memberikan rencana
asuhan keperawatan pada pasien. Kemudian perawat harus mengevaluasi dari hasil
intervensi dan implementasinya.

4.2. Saran
Pada orangtua yang mengalami retinoblastoma hendaknya melakukan pemeriksaan
mata terhadap anaknya, karena retinoblastoma dapat diturunkan ke anak mereka.
Sebaiknya orangtua mengetahui tanda dan gejala adanya retinoblastoma secara dini, ini
bertujuan umtuk menghindari prognosis yang sangat buruk. Retinoblastoma ini dapat
ditemukan pada usia 3th bahkan dapat juga ditemukan pad usia 10bln, maka dari itu
orangtua seharusnya lebih aktif sehingga orangtua tidak menyadarinya setelah di stadium
lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, Indriana, N., 2005, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, editor, Monica
Ester. EGC, Jakarta.

Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC, Jakarta.

Ilias S, Kedaruratan dalam ilmu penyakit mata, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1985.

Prof.dr.Sidarta Ilyas SpM dkk, 2002, sagung seto. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan
mahasiswa kedoteran edisi 2,

Suddarth & Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, 2002. EGC: Jakarta

Diposting oleh daniz fikhri di 08.26


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Faceb

Вам также может понравиться