Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Penulisam laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dokter muda mengenai kita ovarii dalam hal pelaksanaan anamnesa
dan diagnosis serta merujuk yang benar dan tepat.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Reg : 00305188
Nama : Ny.S
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suami :Tn. U
Status : Menikah
Lama menikah: 10 tahun
Kehamilan :
Alamat : Cengkrong RT 03 RW 02
Tgl periksa : 18-8-2016
2.2 Subyektif
2.2.1 Keluhan utama
Benjolan di perut
2.2.2 Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan merasa perut ada benjolan yang semakin lama
semakin besar sejak Juni. Bulan juli pasien memeriksa kan diri ke Sp.OG di
Pasuruan dan di diagnose Kista di sarabkan untuk operasi di RSUD Bangil.
Nyeri (+), Pendarahan (-) Waktu BAB tidak terasa sakit, BAK tidak terasa
sakit, Tes Kehamilan (-)
Riwayat mestruasi sebelumnya teratur, lamanya 7 hari, nyeri (-), HPHT 9
Agustus 2016. Riwayat penurunan berat badan di sangkal. Riwayat tumor di
keluarga di sangkal. BAB dan Bak normal.
2.3 Obyektif
Darah Lengkap
Jenis Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
Pemeriksaan
Neutrofil 4,43 39,3-10,1
Limfosit 3,53 18,0-48,3
Monosit 0,50 4,40-12,7
Eosinofil 0,511 0,600-7,30
Hematokrit 47,60 38-47
MCV 79,60 81,1-96,0
MCH 23,70 27,0-31,2
MCHC 29,80 31,8-35,4
Faal Hemostasis
Jenis Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
Pemeriksaan
24,60 Detik 27,4-39,3
15,60 detik 11,3-14,7
Kimia Klinik
Jenis Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
Pemeriksaan
SGOT 20,58 U/L <31
SGPT 31,74 U/L <39
Albumin 5,1 g/dl 3,5-5,1
Natrium 145,50 mmol/L 135-147
Kalium 3,94 mmol/L 3,5-5
Klorida 106,70 mmol/L 95-105
Kalsium ion 1,260 mmol/L 1,16-1,32
Gula Darah
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
Glukosa darah 117 mg/dl <200
sewaktu
Imunoserologi
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
CA 125 5,4 U/ml <35
Serologi
Jenis Hasil Satuan Nilai rujukan Keterangan
Pemeriksaan
Hepatitis Positif > 60 IU/ml Negatif
Kuantitatif
2.4 Assessment
Cystoma Ovarii
HbsAg (+)
2.5 Planning
PDx :
PTx : Pro operasi kistektomi
PMo : Vital signs, keluhan subyektif
PEd : KIE ( Komunikasi, Informasi, Edukasi) pasien dan keluarga
tentang :
1. Kondisi Pasien
2. Prosedur tindakan medis yang akan dilakukan
3. Efek samping dan komplikasi dari tindakan yang dilakukan
4. Prognosis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi
sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm.Bentuk cairan kista
ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel
lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan dan
agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat.Dapat menjadi
ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui
proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian
bawah karena torsi tangkai kista dermoid.Dinding kista dapat ruptur sehingga isi kista
keluar di rongga peritoneum.Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid
bersama seluruh ovarium.
c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan
tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik.Kista biasanya bilateral dan bisa
menjadi sebesar ukuran tinju.Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel
teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-
sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon
koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma,
ovarium mengecil spontan.
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium.Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita
yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya
secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat
waktu operasi.Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas
satu lapisan epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.
e. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput
dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang
menjadi kista.Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena
berisi darah coklat-kemerahan.Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis
yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama.Kista ini berasal dari sel-sel
selaput perut yang disebut peritoneum.Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan
menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk
kedalam selaput perut melalui saluran indung telur.Infeksi tersebut melemahkan daya
tahan selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit.Gejala kista ini sangat khas
karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan
tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut.
Kondisi ini merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit
baru yang dikenal dengan endometriosis.Karena sifat penyusupannya yang perlahan,
endometriosis sering disebut kanker jinak.
f. Kista Stein-Leventhal
Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya
licin.Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-
Leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya
pada penderita terhadap gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya
dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.
Menurut Nugroho, klasifikasi kista terdiri dari: (Nugroho,2010)
2.4.2. Determinan
Penyebab pasti dari penyakit kista Ovarium belum diketahui secara pasti.Akan tetapi
salah satu pemicunya adalah faktor hormonal.Penyebab terjadinya kista ovarium ini
dipengaruhi oleh banyak factor yang saling berhubungan. Beberapa faktor resiko yang
mempengaruhi terjadinya kista ovarium adalah
a. Gangguan pembentukan hormoneKista ovarium disebabkan oleh 2
gangguan (pembentukan) hormon yaitu pada mekanisme umpanbalik ovarium
dan hipotalamus. Estrogen merupakan sekresi yang berperan sebagai respon
hipersekresi folikel stimulasi hormon. Dalam menggunakan obat- obatan yang
merangsang pada ovulasi atau misalkan pola hidup yang tidak sehat itu bisa
menyebabkan suatu hormone yang pada akhirnya dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormone. (Mansjoer, 2000) Gangguan keseimbangan
hormon dapat berupa peningkatan hormon Luteinizing Hormon (LH) yang
menetap sehingga dapat menyebabkan ganguan ovulasi. (Llewellyn, 2001)
b. Memiliki Riwayat kista ovarium atau keluarga memiliki riwayat kista
ovarium.(Wiknjosastro, 2005)
c. Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen)
Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional jinak yang biasanya
menyelesaikan penghentian pengobatan tersebut.(William,2007)
d. Pada pengobatan infertilitas Pasien dirawat karena infertilitas dengan
induksi ovulasi dengan gonadotropin atau agen lainnya , seperti clomiphene
citrate atau letrozole , dapat mengembangkan kista sebagai bagian dari
sindrom hiperstimulasi ovarium.(William, 2007)
e. Gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat memicu
terjadinya penyakit kista ovarium.Risiko kista ovarium fungsional meningkat
dengan merokok ,risiko dari merokok mungkin meningkat lebih lanjut dengan
indeks massa tubuh menurun.Selain dikarenakan merokok pola makan yang
tidak sehat seperti konsumsi tinggi lemak, rendah serat, konsumsi zat
tambahan pada makanan, konsumsi alcohol dapat juga meningkatka risiko
penderita kista ovarium.(Bustam,2007). Pada wanita yang sudah menopause
kista fungsional tidak terbentuk karena menurunnya aktivitas indung telur
(Manuaba,2010).
f. Gangguan siklus Haid. Gangguan siklus haid yang sangat pendek atau lebih
panjang harus diwaspadai. Menstuasi di usia dini yaitu 11 tahun atau lebih
muda merupakan faktor resiko berkembangnya kista ovarium, wanita dengan
siklus haid tidak teratur juga merupakan faktor resiko kista ovarium.
(Manuaba,2010).
g. Pemakaian alat kontrasepsi hormonal. Wanita yang menggunakan alat
kontrasepsi hormonal juga merupakan faktor resiko kista ovarium, yaitu pada
wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa implant, akan
tetapi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal berupa pil
cenderung mengurangi resiko untuk terkena kista ovarium.(Henderson, 2005)
2.6. Komplikasi
Salah satu hal yang paling ditakutkan dari penyakit kista ovarium ini ialah kista
tersebut berubah menjadi ganas dan banyak terjadi komplikasi. Komplikasi dari kista
ovarium yang dapat terjadi ialah (Prawirohardjo,2010)
1. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit- sedikit hingga berangsur- angsur menyebabkan kista
membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala- gejala klinik
yang minimal, akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak
akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri
diperut.Kista berpotensi untuk pecah, tidak ada patokan mengenai besarnya
kista yang berpotensi pecah.Pecahnya kist bisa menyebabkan pembuluh darah
robek dan menimbulkan terjadinya pendarahan. (Hakimi, 1993)
2. Infeksi pada kista jika terjadi didekat tumor ada sumber kuman patogen.
3. Torsio ( Putaran tangkai )
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5
cm atau lebih, torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau aligamentum roduntum
pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark
peritonitis dan kematian.Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista,
karsinoma TOA, masa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada
wanita usia reproduksigejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat dikuadrat
abdomen bawah, mual dan muntah dapat terjadi demam leukositosis.
4. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan kegansannya,adanya asites dalam
hal ini mencurigakan masa kista ovarium berkembang setelah masa
menapouse sehingga bisa kemungkinan untuk berubah menjadi kanker.
5. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula terjadi akibat trauma, seperti
jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu melakukan
bersetubuh, jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan bebas berlangsung keuterus ke dalam rongga peritoneum dan
menimbulkan rasa nyeri terus- menerus disertatai tanda- tanda akut.
Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui
apakah ada keganasan atau tidak.Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi
dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli
patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau tidak.Jika
terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi
bilateral.Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat
keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggung-
jawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa
radikal.
Terapi bergantung pada ukuran dan konsistensi kista dan penampakannya pada
pemeriksaan ultrasonografi.Mungkin dapat diamati kista ovarium berdiameter kurang
dari 80 mm, dan skening diulang untuk melihat apakah kista membesar.Jika
diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan aspirasi kista atau kistektomi
ovarium.Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang berukuran >80 mm dengan
dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan, setelah kehamilan minggu ke
12.Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan
lewatpembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur.Keputusan untuk melakukan
operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan pertimbangan yang cermat dengan
melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista menimbulkan obstruksi jalan lahir dan
tidak dapat digerakkan secara digital, harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi
ovarium.(Moore,2001)
BAB IV
PENUTUP
Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering
dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista ovarium adalah tumor jinak yang
diduga timbul dari bagian ovum yang normalnya menghilang saat menstruasi, asalnya
tidak teridentifikasi dan terdiri atas sel-sel embrional yang tidak berdierensiasi, kista
ini tumbuh lambat dan ditemukan selama pembedahan yang mengandung material
sebasea kental berwarna kuning yang timbul dari lapisan kulit.
Penyebab pasti dari penyakit kista Ovarium belum diketahui secara pasti.Akan
tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Faktor resiko yang lain yang
sebagai pemicu nya adalah riwayat kista pada keluarga, penderita kanker payudara,
pengobatan infertilitas, dan pemakaian alat kontrasepsi hormonal.
Tindakan operasi pada kasus ini adalah kista ovarium neoplastik yang tidak
ganas dengan pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium
yang mengandung kista.