Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh:
Kelompok 3, Kelas E
Leni Ika Safitri 152110101122
Bagus Dwi atmoko 152110101127
Erlina Tri Rahayu Utomo 152110101130
Avisyah Damayanty 152110101134
Nur Fitriana 152110101137
Citra Al Karina 152110101138
Alya Fauziyah 152110101141
Penulis
2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Pengendalian Vektor dan Roden, juga memiliki tujuan lain
yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari kutu busuk.
2. Mengetahui pengaruh kesehatan yang disebabkan oleh kutu busuk.
3. Mengetahui cara pengendalian kutu busuk.
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom: Animalia
Filum: Arthropoda
Classis: Insecta
Ordo: Hemiptera
Family: Cimicidae
Genus : Cimex
4
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa Yunani hemi (setengah) dan
pteron (sayap) sehingga jika diartikan secara keseluruhan, Hemiptera
berarti "yang bersayap setengah". Nama itu diberikan karena serangga dari
ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras seperti kulit,
namun bagian belakangnya tipis seperti membran. Sayap depan ini pada
sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat di atas tubuhnya dan menutupi
sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan transparan, sementara pada
anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat sekalipun sedang tidak
terbang (Jumar. 2000).
Hemiptera terdiri dari 4 subordo berbeda: Auchenorrhyncha,
Coleorrhyncha, Heteroptera, dan Sternorrhyncha. Subordo penyusun
Hemiptera sendiri pada awalnya dipisahkan ke dalam 2 ordo berbeda, ordo
Homoptera dan ordo Heteroptera/Hemiptera dengan melihat perbedaan
pada kedua sayap serangga anggota penyusun kedua ordo tersebut. Kedua
ordo tersebut akhirnya dikombinasikan menjadi satu ordo, yaitu ordo
Hemiptera yang terdiri dari 4 subordo seperti yang dikenal sekarang
dengan subordo Heteroptera memiliki anggota penyusun terbanyak
(mencapai 25.000 spesies) di mana anggotanya umumnya adalah kepik-
kepik sejati besar seperti walang sangit dan kepik pembunuh (Jumar.
2000).
2.1.2 Morfologi
Kutu busuk, tubuhnya berbentuk oval, pipih, dorsoventral,
berukuran 4-6 mm, dan berwarna coklat kekuningan atau coklat gelap.
Bersegmen terdiri atas kepala, thorax, dan abdomen berwarna kuning
coklat pada larva dan coklat merah pada imago. Sayapnya tidak
berkembang (vestigial) dan abdomennya terdiri atas 9 ruas. Cimex betina
sedikit lebih besar daripada jantan. Ketika belum menghisap darah ukuran
panjang tubuh bedbug adalah 4 mm sampai 6 mm dan memiliki
permukaan atas tubuh berkerut. Dan bila sudah menghisap darah tubuhnya
memanjang dan membengkak, warnanya menjadi kusam. Telur berwaarna
5
putih dan memiliki panjang sekitar 0.7 mm. Telur baru menetas hampir
tidak berwarna. Hidup pada sela-sela perabot rumah tangga seperti kursi,
tempat tidur, dan pada sela-sela dinding. Pada sarang burung wallet juga
ada, hanya spesiesnya berbeda, kandang ayam juga ada kemungkinan
merupakan habitatnya. Penyebarannya cukup luas, banyak didaerha tropic.
Menghisap darah pada malam hari atau di ruang gelap pada siang hari
(gedung bioskop). Mempunyai bau khas (busuk) sehingga disebut kutu
busuk (Djaenudin, 2009; 330).
a. Bagian kepala.
Terdapat sepasang antenna bersegmen4 buah, sepasang mata faset
dan proboscis berbentuk penusuk dan penghisap, jika tidak
digunakan dapat dilipat ke bagian ventral. Terdiri atas segmen-
segmen, terdapat alat-alat mandibula, maxilla, labial groove,
labium, labrum epifaring, akar mandible, dan maxilla. (Djaenudin,
2009; 330).
b. Bagian thorax.
Terdiri dari prosternum, mesosternum, metasternum, mesopleuron
dan hemelytra. Terdapat 3 pasang kaki, terdiri atas coxa,
6
trochanter,femur, tibia, tarsus, kuku. Thorax segmen terakhir
terdpat stink glands yang bermuara pada coxa kaki terakhir. Stink
glands adalah ciri khas bau kutu busuk (cimex) (Djaenudin, 2009;
330).
c. Bagian abdomen.
Bentuknya pipih dan melebr. abdomennya terdiri atas 9 ruas yang
jelas. Hewan jantan dan betina dibedakan pada segmen terakhir.
Hewan betina segmen terakhir bilateral simetris (ada organ berlese)
pada segmen ke-8 terdapat gonopodia, sedangkan pada jantan
berssegmen abdomen terkhir (ke-9) asimetris, karena adanya
adeagus. Seluruh tubuhnya tertutup oleh rambut-rambut kasar
(seta) dan beberapa rambut halus. Tibia kaki panjang dan tarsinya
mempunyai tiga ruas. Kutu busuk dewasa mempunyai sepasang
kelenjar bau di ventral toraks, dan yang muda mempunyai kelenjar
serupa di dorsal abdomen. Labrumnya kecil dan tidak dapat
digerakkan. Labium membentuk suatu tabung yang terdiri atas 4
ruas, dan mengandung stilet maksila dan mandibula yang berguna
untuk menusuk dan mengisap (Djaenudin, 2009; 330).
7
Gambar 2. Cimex lectularis Gambar 3. Cimex hemipterus
Sumber: Sumber:
http://leopurnawanmikroteknkcimexle http://leopurnawanmikroteknkcimexlect
ctularius.blogspot.co.id/2014/07/cime ularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-
x-lectularius-kutu-busuk_14.html lectularius-kutu-busuk_14.html
8
dewasa, sambil mengalami beberapa kali penukaran kulit. Laju perkembangan
juga tergantung pada suhu dan makanan. (Wikipedia. Hemiptera. 2014).
Perkembangan sempurna dari telur menjadi dewasa membutuhkan waktu 5
bulan bahkan lebih, tergantung pada temperatur dan ketersediaannya makanan.
Setiap kali akan mengalami penukaran kulit kutu busuk itu harus menghisap darah
terlebih dahulu. Kutu busuk dewasa bisa hidup selama 6-12 bulan. Kutu busuk
betina tahan hidup tanpa makan darah selama 1 tahun dan juga terhadap suhu
rendah (0°C) untuk waktu yang lama (Yudhastuti, 2011).
9
a. Kutu busuk jantan mendekati dan menusukkan alat kelaminnya ke dinding
abdomen kutu busuk betina
b. Sperma kemudian masuk dan menembus jaringan betina
c. Kemudian sel sperma bergabung dengan sel-sel telur dalam ovarium
(George, 1999).
10
Gambar 5. Perbedaan Segmen Paling Ujung Kutu Busuk Jantan dan Betina
Sumber:
http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-
lectularius-kutu-busuk_14.html
Gambar 6. Pebedaan Bentuk dan Ukuran Kutu Busuk Jantan dan Betina
Sumber:
http://leopurnawanmikroteknkcimexlectularius.blogspot.co.id/2014/07/cimex-
lectularius-kutu-busuk_14.html
11
2.7 Proses Pengawetan
Pengawetan hewan terdiri dari 2 macam yaitu Pengawetan Hewan Vertebrata
dan Pengawetan Hewan Avertebrata.
1. Pengawetan Hewan Vertebrata (pengawetan ini dilakukan untuk hewan
yang memiliki tulang belakang). Berikut merupakan cara pengawetan
hewan vertebrata:
a. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan
ini tergantung pada apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. Ini.
Kita juga harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian
alam/lingkungan.
b. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis
hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini
prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar
bahwa hewan tersebut benar-benar mati.
c. Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita
melepaskan kulit yang melekat pada otot/menempel pada daging
hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus
dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam
sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak
ada otot/daging yang menempel pada kulit).
d. Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan
karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar
memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan
dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (boric
acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam).
Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama pengeringan
tergantung jenis hewannya.
2. Pengawetan Hewan Avertebrata (pengawetan ini dilakukan untuk hewan
yang tidak memiliki tulang belakang). Tujuannya adalah untuk
mempermudah pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika
hewan avertebrata dengan membuat media pendidikan sendiri.
12
Berikut merupakan carapengawetan hewan avertebrata:
a. Kegiatan mematikan hewan.
Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan
pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan
yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung
dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi
dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
- Menthol, dengan cara menaburkan kristal-kristal menthol
padapermukaan air tempat hewan tersebut mengembang.
- Magnesium sulfat, kristal magnesium langsung ditaburkan pada
permukaan hewan yang masih basah.
- Magnesium chlorida, larutan chlorida 7,5% (dilarutkan air yang
telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton dimasukkan ke
dalam larutan tersebut selama 30 detik.
- Chloral hydrate, digunakan untuk melakukan anastesi hewan air
tawar
- Propylene phenoxetol, dengan cara merendam hewan-hewan yang
mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene phenoxetol yang
kadarnya tidak melebihi 1%.
- Ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air tawar dengan kadar 10%.
b. Fiksasi
Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun
jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti
kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk
fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
c. Pengawetan.
Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami
pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri
dan jamur (Muarifin, 2012).
13
BAB 3 METODE KEGIATAN
3.3.1 Persiapan
1. Mencari kutu busuk, nimfa beserta telurnya.
Pencarian kutu busuk dilaksanakan beberapa hari
dikarenakan dijaman sekarang kutu busuk semakin jarang
ditemukan. Setelah mencari beberapa hari, pada hari Kamis tanggal
23 April 2017 di sebuah rumah yang beralamatkan di Desa
Purworejo, Rt.2 Rw.1, Kecamatan Wates, Kabupaten Jawa Timur.
Kutu busuk ditemukan di kasur berbahan kapuk yang berukuran
14
2x1,5 meter yang sudah lama tinggal dan berkembang biak di
kasur tersebut.
a. Wadah tertutup/toples
b. Sendok
c. Handcun
d. Senter
e. Jas hujan jika diperlukan
15
Cara mencari dan menangkap kutu busuk adalah sebagai
berikut:
a. Untuk menangkap kutu busuk kita harus memakai handcun
untuk mencari-cari kutu dibagian sela-sela kasur, pakailah
jas hujan untuk melindungi badan dari lemparan kutu busuk
karena kutu busuk yang berukuran kecil maka ditakutkan
akan merayap ditubuh dan menghisap darah kita.
b. Setelah memakai handcun dan jas hujan agar
mempermudah pencarian kutu busuk bisa menggunakan
senter atau tanpa menggunakan senter namun harus dicari
saat pagi atau siang hari
c. Setelah menemukan kutu maka kutu tersebut bisa langsung
diambil dan diletakkan di wadah yang tertutup/toples yang
telah disiapkan agar tidak merayap kemana-mana. Untuk
menggambil kutu dewasa bisa langsung menggunakan
tangan atau bisa juga dengan menggunakan sendok. Untuk
mengambil telur kutu juga bisa menggunakan sendok.
d. Kutu tersebut kemudian dikumpulkan dan diletakkan toples
yang telah di masukkan kapas /kapuk didalamnya agar kutu
dapat tinggal seperti di tempat tinggal yang sebelumnya.
e. Kemudian toples tersebut di lubangi kecil-kecil agar udara
dapat masuk ke dalam toples sehingga kutu tersebut tidak
mati.
f. Karena jarak blitar-jember sangat jauh maka kutu tersebut
dipaketkan lewat jasa pengantar dengan lama pengiriman 1
hari.
g. Pada hari Sabtu tanggal 25 April 2017 paket kutu sampai di
jember dan langsung kelompok kami melakukan
pengawetan.
2. Membeli bahan-bahan yang dibutuhkan seperti formalin, figura.
16
3. Menyiapkan alat yang dibutuhkan seperti wadah formalin,
wadah untuk pengeringan, masker, kacamata, handcun, gunting,
sendok, polpoin dan isolasi.
3.3.2 Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Memakai alat pelindung diri (masker, kacamata, handcun).
3. Kutu yang diawetkan dapat dibunuh terlebih dahulu maupun
tidak. Jika ingin mematikan kutu maka dapat dengan disemprot
dengan bahan pembunuh serangga contoh baygon.
4. Menuangkan formalin ke toples/wadah yang tadi menjadi tempat
pengumpulan kutu.
5. Rendam ± 30 menit.
6. Buang formalin dari toples/wadah, kemudian kutu busuk ditaruh
di tempat pengeringan.
7. Kemudian kutu busuk diangin-anginkan agar tidak basah dan bau
formalin hilang.
8. Biarkan hingga kering dan siap digunakan media pengawetan.
17
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Selain ukuran, jenis kelamin kutu busuk juga memiliki perbedaan sebagai
berikut:
Jantan Betina
Warna Lebih terang Warna kurang terang
abdomen
Berdasar data diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pengamatan ini
adalah untuk mempermudah pemahaman morfologi dan anatomi dari kutu busuk.
Terutama hasil yang sangat terlihat yaitu ukuran panjang kutu busuk (yang
tergantung jenis dan umurnya) dan perbedaan antara kutu busuk jantan dan betina,
Kutu busuk jantan mempunyai abdomennya lebih runcing dan ramping dibanding
kecoa betina.
18
4.2 Pembahasan
19
virus hepatitis / penderita penyakit hepatitis, kemudian kutu busuk tersebut
berpindah lagi pada objek lain dan langsung mengisap darah kembali.
Pada saat menghisap darah, mulut bekas menghisap darah penderita
hepatitis B tadi akan masuk ke dalam jaringan kulit manusia dan virus
yang ada di dalamnya akan menyebar dan bercampur dengan darah orang
lain yang sehat (Djaenudin,2009).
1. Secara teknis :
Bila ditemukan masalah kutu busuk sebelum dilakukan pemeriksaan oleh
ahli dan belum dilakukan upaya pengendalian, maka yang harus dilakukan
adalah :
a. Bila terjadi di kamar hotel, rumah, asrama, jangan memindahkan
barang apapun dari kamar, bila hal ini dilakukan. kutu busuk akan
mudah menyebar ke tempat lain. Setelah pemeriksaan oleh ahli
dilakukan, semua seprei, gorden dan pakaian yang ada harus
dikeluarkan (termasuk tempat tidur, jangan memindahkan tempat
tidur ke gudang, apalagi memindahkan ke kamar lain, karena akan
menyebarkan kutu busuk ke tempat lain). Barang-barang tersebut
harus diperiksa dengan teliti sebelum dipindahkan ke tempat lain,
terlebih dahulu dimasukkan ke kantong plastik dan ditutup erat-
erat.
b. Dengan cara penjemuran, misalnya menjemur kursi, sofa, kasur
dan lain-lain.
c. Menyedot serangga, pengobatan panas atau membungkus kasur.
20
2. Secara kimiawi :
Menggunakan repellent, obat nyamuk bakar, insektisida, pestisida, jaring
nyamuk yang digunakan bersama dangan insektisida pyrethroid sangat
efektif dalam menangkis, dan membunuh kutu busuk dan generator asap
yang mengandung pyrethroid insektisida. Pengendalian dengan kimiawi
ini perlu diulang (biasanya hanya membunuh nimfa dan dewasa) sampai
semua telur kutu busuk yang ada menetas dan terkena insektisida dan mati.
Tetapi pilihan penggunaan pestisida untuk pengendalian amat terbatas,
karena dari beberapa penelitian yang dilaporkan menunjukkan banyak
kutu busuk yang sudah resisten (misalnya terhadap DDT, organofosfat dan
karbamat). Para propoxur karbamat sangat beracun untuk kutu busuk,
namun di Amerika Serikat Environtmental Protection Agency (EPA) telah
enggan menyetujui seperti penggunaan indoor karena potensi toksisitas
untuk anak – anak setelah paparan kronis.
3. Secara Biologi
Dengan ditemukannya musuh-musuh alam kutu busuk, misalnya
kecoak, semut, laba – laba (terutama Thanatus flavidus), tungau dan
kelabang ataupun binatang yang dikenal dengan nama Reduvius
personatus dapat mengurangi populasi kutu busuk, namun pengendalian
biologis sangat tidak praktis untuk menghilangkan kutu busuk di
lingkungan tempat tinggal manusia.
4. Fisika atau Mekanik termasuk kebersihan
Dengan menjaga kebersihan lingkungan, misalnya dengan memelihara
kebersihan tempat tinggal.
5. Pengendalian kutu busuk sering memerlukan kombinasi pendekatan
pestisida dan non – pestisida. Hal ini karena perlawanan terhadap
pestisida telah meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu
sehingga ada kekhawatiran efek negatif terhadap kesehata dari
penggunaan pestisida (Hadi, 2010).
21
4.2.3 Pemberantasan Kutu Busuk
Cara hidup kutu busuk sangat sulit di deteksi, oleh karena itu
pembasmian tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali perlakuan,
terutama pada keadaan yang parah. Deteksi keberadaan kutut busuk secara
mendetail (bongkar semua) dan memerlukan waktu beberapa jam untuk
melakukannya. Kutu busuk sangat rentan terhadap kelembaban yang tinggi
dan suhu 44-45C. Oleh karena itu pemberantasan dapat dilakukan dengan
menyiram air panas di tempat persembunyian kutu busuk atau menjemur
kasur, tempat tidur atau perabotan rumah lain yang terinfestasi kutu busuk
di bawah terik matahari selama beberapa jam (sekitar 4 jam) (Hadi, 2010).
Keberadaan kutu busuk dapat dideteksi dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a. Ditemukannya sisa kulit kepompong, sisa tubuh dan telur
b. Kotoran tubuh dapat juga kelihatan seperti warna coklat gelap
kecil atau tanda hitam pada seprei, kertas dinding dan pada
dinding.
c. Baunya yang menyengat.
d. Periksa adanya gigitan. Gigitan kutu busuk umumnya mirip dengan
bekas gigitan nyamuk dan terdapat pada punggung, lengan, atau
kaki
e. Saat terbangun di malam hari, coba lihat sekitar tempat tidur
dengan bantuan senter. Kutu busuk bergerak cepat dan akan segera
melarikan diri saat melihat cahaya. Jika terlihat ada serangga kecil
berlarian saat menyalakan senter, kemungkinan besar tempat tidur
sudah dikuasai kutu busuk.
f. Periksa seprai, selimut, dan kasur akan adanya bercak kemerahan,
coklat, atau hitam. Noda ini merupakan darah yang secara tidak
sengaja tercecer atau merupakan kotoran kutu busuk. Bekas rangka
luar atau telur yang biasanya berada pada lipatan kasur atau celah
rangka tempat tidur.
22
Keberadaan kutu busuk bisa pula dilacak dengan cara memasang
perangkap menggunakan selotip dua sisi (double tape) dan
menempelkannya pada sisi kasur, pada rangka tempat tidur, atau di lantai
sekitar tempat tidur.
23
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hal yang dapat disimpulkan dalam makalah ini adalah:
1. Cimex pada umumnya hidup di celah – celah kayu, tempat tidur (lipatan),
karpet, laci, kursi/sofa, lemari, gorden, hampir semua bagian ruangan
dapat merupakan tempat persembunyian Cimex (dan sulit sekali
ditemukan, karena cara hidupnya yang amat tersembunyi). Mereka akan
keluar pada malam hari/atau siang hari bisa populasinya tinggi, dan
keadaan ruang agak gelap, untuk menghisap darah manusia. Cimex dapat
berpindah dengan mudah dari satu tempat ke tempat lainnya.
2. Dampak yang ditimbulkan akibat munculnya kutu busuk antara lain dari
dampak kesehatan misal menyebabkan infeksi sekunder akibat garukan
di daerah yang digigit kutu busuk mengakibatkan anemia pada anak-anak
serta dampak dalam aspek ekonomi misalkan hotel di tuntut oleh para
tamu hotel karena banyaknya kutu busuk dalam kamar hotel sehingga
banyak hotel yang mengalami kerugian.
3. Kutu busuk dapat menularkan penyakit hepatitis B ketika mereka
menggigit penderita dan menghisap darah pada host yang sudah memiliki
virus hepatitis / penderita penyakit hepatitis, kemudian kutu busuk
tersebut berpindah lagi pada objek lain dan langsung mengisap darah
kembali. Pada saat menghisap darah, mulut bekas menghisap darah
penderita hepatitis B tadi akan masuk ke dalam jaringan kulit manusia
dan virus yang ada di dalamnya akan menyebar dan bercampur dengan
darah orang lain yang sehat. Para ilmuwan menemukan bahwa binatang
pengisap darah itu juga menyembunyikan bakteri resistan antibiotik, atau
disebut superbug.
4. Upaya-upaya pengendalian kutu busuk antara lain cara pengendalian
yang paling penting adalah menjaga kebersihan lingkungan dengan
memelihara kebersihan tempat tinggal.
24
4.2 Saran
a. Hendaknya masyarakat selalu menjaga kebersihan lingkungan serta
hygiene perorangan dengan memelihara kebersihan tempat tinggal guna
pengendalian agar kutu busuk tidak masuk ke lingkungan tempat tinggal,
sedangkan hygiene perseorangan dimaksudkan agar individu tersebut
tidak menularkan kutu busuk ke orang lain, serta dengan menjaga
menjaga kebersihan perseorangan dapat mencegah dari tertularnya kutu
busuk.
b. Kutu busuk mudah sekali menyebar melalui perpindahan (tas, koper, etc)
maka, mak dari itu perlu untuk dilakukan pemeriksaan secara rutin yang
dilakukan secara terus – menerus terutama di hotel dan sektor pariwisata.
c. Bagi pemerintah sebaiknya membuat suatu kebijakan untuk penanganan
perkembangbiakan Cimex utamanya pada sektor pariwisata dan
perhotelan. Hal ini dimaksudkan agar tidak merugikan bagi para
pengunjung yaitu munculnya masalah bagi kesehatan yang dialami, bagi
pemilik yaitu kerugian ekonomi berupa adanya tuntutan dari pengunjung
maupun berkurangnya pemasukan karena adanya kutu busuk, selain itu
adanya kutu busuk juga akan mempengaruhi nama baik tempat wisata
ataupun hotel tersebut, sehingga pengunjung menjadi enggan untuk
berkunjung karena adanya rasa cemas dan takut terkena serangan kutu
busuk.
25
DAFTAR PUSTAKA
26