Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Bab 4.
Peralatan Pemboran
4.1. Pendahuluan
Pada operasi pemboran, biasanya peralatan yang dipakai dibagi-bagi
ke dalam beberapa sistem. Pembagian sistem- sistem yang umum dilakukan
oleh orang-orang di industri perminyakan adalah sebagai berikut :
a. Sistem pengangkat (Hoisting System)
b. Sistem pemutar (Rotating System)
c. Sistem sirkulasi (Circulating System)
d. Sistem daya (Power System)
e. Sistem pencegah sembur liar (BOP System)
Sistem-sistem di atas mempunyai hubungan yang erat antara yang
satu dengan lainnya. Hubungan antar sistem tersebut saling tergantung satu
dengan lainnya.
4.2. Sistem Pengangkat (Hoisting System)
Fungsi dari hoisting system adalah untuk menyediakan fasilitas untuk
me-ngangkat, menahan dan menurunkan drillstring, casing string dan
perlengkapan bawah permukaan lainnya dari dalam sumur atau ke luar
sumur.
Komponen-komponen utama dari hoisting system (lihat Gambar 4.1)
adalah :
1. Derrick dan substructure
2. Block dan tackle
3. Drawwork
2 Peralatan Pemboran
3
Peralatan Pemboran 3
Gambar 4.4 Klasifikasi Ukuran Derrick 1)
Tabel-4.1. Dimensi Ukuran Derrick 1)
Derrick Height (A) Normal Base Pipe Total Pipe Wing
Size No Square (B) Size Length, Weight Load
10 Area
ft in ft In (in) Ft Lb/ft ft
10 80 0 20 0 2 7/8 9.2001 6.5 264
11 87 0 20 0 2 7/8 9.2001 6.5 264
12 94 0 24 0 2 7/8 9.2001 6.5 264
16 122 0 24 0 4½ 4.5002 18.5 353
18 136 0 26 0 4½ 10.8003 18.5 510
18A 136 0 30 0 5 8.9004 22.5 510
19 146 0 30 0 5 5.0005 22.5 558
20 147 0 30 0 5 5.0005 22.5 558
25 189 0 37 6 5 20.0006 22.5 810
Dimensi-dimensi umum ukuran-ukuran derricks (Courtesy API Oppsit Drilling
Engineering)
1. 132 stands 12 stands x 11 stands)
2. 48 stands (6 stands x 8 stands)
3. 110 stands (10 stands x 11 stands)
4. 90 stands (9 stands x 10 stands)
5. 160 stands
6. 148 stands
Derrick dan substruktur harus mampu menahan beban yang diberikan
oleh berat pipa pada block ditambah sebagian dari drilpipe yang disandarkan
pada derrick. Bila rangkaian casing yang berat dipasang, kemungkinan
diperlukan untuk menyingkirkan beberapa drillpipe agar kapasitas
pembebanan pada derrick sesuai dengan kemampuannya.
Total kekuatan pada derrick tidak dibagikan secara merata pada setiap
kaki dari keempat kaki derrick tersebut (lihat Gambar 4.5).
Tegangan fast line dibagikan merata antara kaki-kaki C dan D karena
drawwork diletakkan antara kaki-kaki tersebut. Tegangan dead line sering
memakai 1 kaki karena dead line anchor dekat salah satu kaki.
4 Peralatan Pemboran
5
Peralatan Pemboran 5
b. Pump Pressure e.Tong Torque
c. Rotary Torque f. Weight Indicator
6 Peralatan Pemboran
7
Peralatan Pemboran 7
Gambar 4.9. Klasifikasi Rig 1)
4.2.1.1.1. Cable tool rig
Rig jenis ini merupakan jenis rig pertama yang digunakan pertama kali
dalam sejarah pengeboran minyak bumi. Cable tool rig pernah digunakan
untuk mengebor sekitar 20 % dari sumur di Amerika Tengah sampai dengan
tahun 1961. Sekarang cable tool rig sudah jarang digunakan.
8 Peralatan Pemboran
9
Peralatan Pemboran 9
Gambar 4.11. Bit Untuk Cable Tool Rig 3)
Cable tool rig memiliki batasan sampai ke kedalaman 5000 ft.
Sekarang ini penggunaannya sudah sangat jarang, terkecuali untuk sumur-
sumur completion dan pengeboran dangkal seperti pengeboran air.
4.2.1.1.2. Land rig
Yang termasuk land rig antara lain standard rig, truck yang dilengkapi
dengan derrick, atau komponen rig.
4.2.1.1.3. Standard derrick
Tipe rotary rig yang dahulu sering digunakan adalah standard derrick.
Standard derrick dipasang pada kedudukan rig (cellar) sebelum pengeboran,
dan kemudian dapat dibongkar dan dipindahkan ke lokasi pemboran
berikutnya. Rig standar juga dapat digunakan dalam kegiatan work over.
Berbeda dengan cable tool rig, standard derrick dapat didesain
kekuatan dan ketinggiannya sesuai dengan yang diperlukan operasi
pemboran. Ketinggian derrick diperlukan dalam pemasangan joint-joint
casing ataupun pipa-pipa panjang yang terdiri atas 2, 3, atau 4 joint drill pipe.
10 Peralatan Pemboran
11
Peralatan Pemboran 11
Portable rig memiliki beberapa keuntungan, seperti :
Mudah menaikkan dan menurunkan rig
Biaya operasional yang lebih murah
Rig jenis ini biasanya digunakan dalam operasi work over. Apabila
digunakan dalam pemboran, rig dapat ini mengebor sampai kedalaman
10,000 ft , dan dapat digunakan selama 8, 12, atau 24 jam /hari.
4.2.1.1.5. Conventional rig
Rig ini memiliki komponen-komponen yang besar sehingga tidak dapat
dibawa dalam satu truck.. Conventional rig memiliki variasi kedalaman 6,000
sampai 35,000 ft serta dapat dioperasikan selama 24 jam/hari (lihat Gambar
4.14).
12 Peralatan Pemboran
13
Peralatan Pemboran 13
Gambar 4.15. Skema Posisi Rig 1)
4.2.1.1.5. Marine rig
Rig pemboran yang digunakan di offshore disebut marine rig. Rig-rig
marine dapat dikatagorikan sebagai berikut :
Ditunjang dari dasar
Barges
Jackups
Platform rigs
Mengapung
Semi submersible
Drillship
a. Barge
Pengeboran dengan menggunakan barge terbatas untuk
kedalaman air 8 - 20 ft (lihat Gambar 4.16). Barge ditarik ke lokasi
dan dipancangkan pada dasar air. Setelah pengeboran selesai rig
dapat dipindahkan ke lokasi berikutnya. Barge pada umumnya
dirancang selengkap mungkin, yang terdiri atas rig pengeboran,
tempat tidur untuk pekerja dengan fasilitas sebaik mungkin. Selain
itu terdapat kapal-kapal untuk mengangkut pekerja dari dan ke
pelabuhan terdekat dan untuk emergency pekerjanya. Barge tidak
dapat digunakan bila tinggi gelombang lebih dari 5 ft.
14 Peralatan Pemboran
15
Peralatan Pemboran 15
Gambar 4.17. Jack Up Rig 36)
16 Peralatan Pemboran
17
Peralatan Pemboran 17
Gambar 4.20. Menara Rig 36)
c. Platform rigs
Platform rigs adalah platform yang digunakan untuk mengebor
beberapa lubang sumur. Beberapa sumur yang dibor secara miring
dari satu platform menuju reservoir yang produktif akan lebih banyak
mengurangi biaya dibandingkan dengan satu sumur vertikal dalam
satu sumur. Gambar dari platform rigs dapat dilihat pada (Gambar
4.21).
d. Drill ship
Dalam usaha pengeboran dalam laut yang terlalu dalam, penggunaan
rig yang ditunjang dari dasar tidak bisa dilakukan. Karena itu kemudian
dilakukan pengeboran dengan menggunakan drill ship atau kapal
pengeboran. Rig ini tidak dibatasi oleh kedalaman air dalam
pengoperasiannya.
Ada dua tipe drilling ship yang memiliki perbedaan karakteristik, dan
harus diperhatikan dalam pemilihan rig tersebut.
Drillship yang memakai tipe vessel kapal sebagai struktur utama untuk
penunjang rig (lihat Gambar 4.22).
Peralatan Pemboran 19
Gambar 4.23. Rig Semisubmersible 36)
4.2.2. Block dan Tackle
Block dan tackle terdiri dari :
1. Crown block : katrol-katrol yang diam terletak di atas mast atau
derick.
2. Traveling block : katrol-katrol yang bergerak tempat melilitkan
drilling line. Hal ini memungkinkan traveling block bergerak
naik dan turun sambil tergantung di bawah crown block dan di
atas rig floor (Gambar 4.24).
Peralatan Pemboran 21
Tabel 4.3. Jenis-Jenis Ukuran dan Konstruksi Wire Rope 1)
Service and Wire Diameter WireRope Description
Well Depth Rope (mm) (Regular lay)
in
Rod and tubing pull lines
Shallow ½ - ¾ inci (13 to 19) 6 x 25 FW or 6 x 26 WS or 6 x
Intermediate ¾ - 7/8 (19, 22) 31 WS or 18 x 7 or 19 x 7
inci PF, LL, IPS or EIPS, IWRC
Deep 7/8 – 1 1/8 (22 to 29)
inci
Rod Hanger 1/4 (6.5) 6 x 19, PF, RL, IPS, FC
lines
Sand lines
Shallow ¼ , ½ inci (6.5 to
13) 6 x 7 Bright or Galv, PF, RL, PS
Intermediate ½ , 8/16 (13, 14.5) or IPS, FC
Deep 8/16 , 3/8 14.5, 16
Drilling lines-cable tool (drilling and cleanout)
Shallow 5/8 , ¾ (16.19)
Intermediate ¾ , 7/8 (19. 22) 6 x 21 FW, PF or NPF, RL or LL,
Deep 7/8 , 1 (22.26) PS or IPS, FC
Casing lines-cable tool
Shallow 3/4 , 7/8 (19.22)
Intermediate 7/8 , 1 (22.26) 6 x 25 FW, PF, RL, IPS, FC or
Deep 1 , 1 1/8 (26.29) IWRC
6 x 25 FW, PF, RL, IPS, or
EIPS, IWRC
Drilling lines-coring and slim-hole rotary rigs
Shallow 7/8 , 1 (22.26) 6 x 25 FW, PF, RL, IPS, or
Intermediate 1 , 1 1/8 (26.29) EIPS,IWRC
6 x 19 S or 6 x 26 WS, PF, RL,
IPS or EIPS, IWRC
Drilling lines-large rotary rigs
Shallow 1 , 1 1/8 (26.29)
Intermediate 1 1/8 , 1 ¼ (29.32) 6 x 19 S or 6 x 21 S or 6 x 25
Deep 1 ¼, 1 ¾ (32.45) FW, PF, RL, IPS or EIPS, IWRC
inci
Winch lines- 5/8 - 7/8 (16 to 22) 6 x 26 WS or 6 x 31 WS, PF,
heavy duty inci RL, IPS or EIPS, IWRC
7/8 – 1 1/8 22 to 29) 6 x 36 WS, PF, RL, IPS or EIPS,
inci IWRC
Horsehead pumping-unit lines
Shallow ½ - 1 1/8 (13 to 29) 6 x 19 class or 6 x 37 class or 19
inci x 7, PF, IPS, FC or IWRC
Intermediate 5/8 – 1 1/8 (16 to 29) 6 x 19 class or 6 x 37 class, PF,
inci IPS, FC or IWRC
22 Peralatan Pemboran
23
Peralatan Pemboran 23
Gambar 4.26. Jenis Konstruksi Wire Rope 28)
24 Peralatan Pemboran
25
26 Peralatan Pemboran
27
Peralatan Pemboran 27
Auxiliary Brake, suatu peralatan hidrolis yang membantu
meringankan tugas mechanical brake. Alat ini tidak dapat
memberhentikan proses pemboran seluruhnya.
3. Transmisi
4. Cat head :
Merupakan sub-bagian dari drawwork yang terdiri dari
a. Drum atau make-up cat head
b. Break out cat head.
Cat head digunakan untuk menyambung dan melepas sambungan
walaupun demikian tugas yang lebih umum adalah untuk mengangkat
peralatan yang ringan dengan catline. Pada rig moderen fungsi cat head
digantikan oleh automatic cat head dan air-powered hoist (Gambar 4.32).
28 Peralatan Pemboran
29
Peralatan Pemboran 29
1. Dari steel tanks ke mud pump
2. Dari mud pump ke high-pressure surface connection dan ke
drillstring
3. Dari drillstring ke bit
4. Dari nozzle bit ke atas ke annulus lubang dengan drillstring sampai
ke permukaan
5. Masuk ke contaminant-removal equipment dan kembali ke suction
tank.
Peralatan utama dari circulating system adalah :
1. Mud pumps : Berfungsi untuk memompa fluida pemboran
dengan tekanan tinggi. Ada dua macam mud pump yaitu :
Duplex dan tripleks. Perbedaan utamanya adalah dalam
jumlah torak dan cara kerjanya (Gambar 4.34).
30 Peralatan Pemboran
31
Peralatan Pemboran 31
Gambar 4.36. Pengaduk Lumpur di Pit 1)
3. Mud mixing equipment : Suatu peralatan yang berfungsi untuk
mencampurkan bahan-bahan atau material pada lumpur dengan
menggunakan mixing hopper. Mixing Hopper : Peralatan
berbentuk corong yang dipakai untuk menambahkan bahan-bahan
padat ke dalam fluida pemboran pada saat treatment di dalam
mud pit (Gambar 4.37).
32 Peralatan Pemboran
33
Peralatan Pemboran 33
4.4. Rotating System
Rotary system termasuk semua peralatan yang digunakan untuk
mentransmisikan putaran meja putar ke bit. Diagram dan rangkaian dari
rotating system dapat dilihat pada (Gambar 4.39). Bagian utama dari rotary
sistem adalah:
34 Peralatan Pemboran
35
Peralatan Pemboran 35
Gambar 6.41. Kelly 22)
Uppe Lowe
r r
LH LH
box box
Reg IF
Reg IF
Reg FH
Reg Reg
36 Peralatan Pemboran
37
Peralatan Pemboran 37
Gambar 4.43. Rotary Table 22)
38 Peralatan Pemboran
39
e. Drillpipe :
Pipa baja yang digantung di bawah kelly. Drill pipe di pasang pada
bagian atas dan tengan drill stem.Porsi utama dari drillstring terdiri
dari drillpipe. Drillpipe yang umum digunakan adalah type hot-rolled,
pierced dan seamless tubing. API telah mengembangkan spesifikasi
drillpipe yang didasarkan atas diameter luar, berat per foot, grade
material dan range panjang. Dimensi dan kekuatan drillpipe
dibedakan atas grade D,E,G dan S-135 seperti terlihat pada Tab.4.6.
Drillpipe yang dipasarkan berdasarkan standard API mempunyai
range dan panjang, seperti terlihat pada Tabel 4.6:
Tabel 4.6. Ukuran Drill Pipe
Range Lenght (ft)
1 18 sampai 22
2 27 sampai 30
3 38 sampai 45
Peralatan Pemboran 39
Beberapa ukuran dan berat drill pipe dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Dimensi Drill Pipe 40)
Size Nominal Plain End Wall ID Section
OD, Weight Weight *, Thickness, in Area Body
in Threads & lb/ft in of Pipe **
Coupling, In2 A
lb/ft
2 3/8 + 4.85 4.43 0.190 1.995 1.3042
6.65 6.26 0.280 1.815 1.8429
2 7/8 +6.85 6.16 0.217 2.441 1.8120
10.40 9.72 0.362 2.151 2.8579
3½ 9.50 8.81 0.254 2.992 2.5902
13.30 12.31 0.368 2.764 3.6209
15.50 14.63 0.449 2.602 4.3037
4 +11.85 10.46 0.262 3.476 3.0767
14.00 12.93 0.330 3.340 3.8048
+15.701 14.69 0.380 3.240 4.3216
4½ 13.75 12.24 0.271 3.958 3.6004
16.60 14.98 0.337 3.826 4.4074
20.00 18.69 0.430 3.640 5.4981
5 +16.25 14.87 0.296 4.408 4.3743
19.50 17.93 0.362 4.276 5.2746
25.60 24.03 0.500 4.000 7.0686
5 1/2 +19.20 16.87 0.304 4.892 4.9624
21.90 19.81 0.361 4.778 5.8282
6 5/8 24.70 22.54 0.415 4.670 6.6296
25.20 22.19 0.330 5.965 6.5262
* lb/ft = 3.3996 x A (col 6)
** A = 0.7854 (D2 – d2)
+ = These size and weight sre non API and are not included in
API Apec 5A or 5AX
Courtesy AmericaPetroleum Institute
f. Heavy weight drill pipe mempunyai dinding yang tebal dengan berat
2 - 3 kali lebih besar dari drill pipe standard. Gambar 4.46
memperlihatkan kekhususan dari heavy weight drill pipe. Kegunaan
penggunaan heavy weight drill pipe adalah sebagai berikut :
a. Mengurangi kerusakan pipa dengan adanya zona transisi.
b. Mengurangi penggunaan drill collar.
c. Menghemat biaya directional drilling, mengurangi torque dan
kecenderungan perubahan kemiringan.
40 Peralatan Pemboran
41
Peralatan Pemboran 43
Gambar 4.49. (Lanjutan) 37)
44 Peralatan Pemboran
45
Peralatan Pemboran 45
Tabel 4.8. Korelasi Formasi untuk IADC 9)
SERI TYPE
1 Soft formastion having low 1. very soft shale
compressive strength and high 2. soft shale
drillability 3. medium soft shale/lime
4. medium lime shale
2 Medium to medium harg 1. medium lime/shale
formation with high compressive 2. medium hard lime/sand
strength 3. medium hard lime/sand/slate
4. dolomite/hard lime/hard slaty
shale
3 Hard semi-abrassive or abrasive 1. hard lime
formation 2. hard lime/dolomite
3. hard dolomite
4. hard sandstone, cherty
limestone, quartzite, pyrite,
granite.
4 Soft formationhaving low 1. very soft shale
compressive strength and high 2. soft shale
drillability 3. medium soft shale/lime
4. sandy shale, dolomite,
medium hard shale
5 Soft to medium formation of high 1. very soft shale
compressive strength 2. soft shale
3. medium soft shale/lime
4. sandy shale, dolomite,
medium hard shale
6 Medium harg formation 1. medium lime/shale
high compressive strength 2. medium hard lime/sand
3. medium hard lime/sand/slate
4. medium hard
lime/dolomite/cemented
sandstone
7 Hard semi-abrassive and 1. hard lime/dolomite
anrassive formation 2. hard sand /dolomite
3. hard dolomite
4. hard interval of abrasive
limestone, sandstone, cherty
limestone, chert
8 Extremely hard and abrasive 1. hard chert
formation 2. very hard chert
3. very hard granite
46 Peralatan Pemboran
47
Peralatan Pemboran 47
4.5. BOP System
Blowout preventer (BOP) adalah peralatan yang diletakkan tepat di
atas permukaan sumur untuk menyediakan tenaga untuk menutup sumur bila
terjadi kenaikan tekanan dasar sumur yang tiba-tiba dan berbahaya selama
atau sedang dalam operasi pemboran. Jumlah, ukuran dan kekuatan BOP
yang digunakan tergantung dari kedalaman sumur yang akan dibor serta
antisipasi maksimum terhadap tekanan reservoir yang akan dijumpai.
Blowout preventer (BOP) system (lihat Gambar 4.51) digunakan untuk
mencegah aliran fluida formasi yang tidak terkendali dari lubang bor. Saat bit
menembus zone permeabel dengan tekanan fluida melebihi tekanan
hidrostatik normal, maka fluida formasi akan menggantikan fluida pemboran.
Masuknya fluida formasi ke dalam lubang bor sering disebut dengan kick.
48 Peralatan Pemboran
49
Peralatan Pemboran 49
Gambar 4.53. Ram preventer40)
4.5.1.2.1. Pipe Rams
Pipe rams didesain untuk menutup annulus di sekeliling peralatan-
peralatan yang berupa drillpipe, tubing atau casing. Penutup ini berupa dua
block ram baja yang berbentuk semi-circular, yang dilengkapi dengan dua
pasang karet isolasi. Ram ini dapat menutup di sekeliling drillpipe, tubing,
drillcolar, kelly atau casing tergantung dari ukuran rams yang dipilih. Jenis
pipe ram dapat dilihat pada (Gambar 4.54).
50 Peralatan Pemboran
51
Peralatan Pemboran 51
3. Mempunya ukuran lubang vertikal paling sedikit sama dengan
maksimum lubang dari bagian atas casing head atau susunan
BOP. Gambar 4.56 mengGambarkan drilling spool yang dijepit
dengan dua sisi lubang keluar.
52 Peralatan Pemboran
53
Peralatan Pemboran 53
berputar). Adakalanya suatu peralatan membutuhkan sejumlah besar pipa
yang bergerak secara fleksibel pada tekanan yang rendah, yaitu dengan
digunakannya rotating head (Gambar 4.59).
54 Peralatan Pemboran
55
Peralatan Pemboran 55
Beberapa peralatan yang dapat menanggulangi tekanan pada drillpipe
selama terjadi kick yang utama diantaranya adalah kelly dan valve-valve
yang berhubungan seperti kelly cocks. Apabila kelly tidak digunakan, valve-
valve drillstring terpaksa harus dapat mengontrol tekanan. Valve-valve disini
dapat dikontrol secara otomatis ataupun manual dan dapat dipasang sebagai
bagian permanen dari drillstring atau dipasang bila terjadi kick.
4.5.2.1.Kelly dan Kelly Cock
Kelly memberikan gerakan berputar pada drillstring dengan peralatan
pembotan di permukaan. Valve-valve biasanya ditempatkan di atas dan di
bawah kelly untuk melindungi kelly dan semua peralatan di permukaan dari
tekanan. Valve-valve tersebut disebut dengan kelly cock, yang rate
tekanannya sesuai dengan drillstring dan mampu menahan beban hook yang
diperlukan oleh peralatan hoisting lihat Gambar 4.62.
56 Peralatan Pemboran
57
atas yang akan mengangkat valve. Lumpur tersebut akan mengalir melalui
valve selama penusukan, setelah itu valve dapat ditutup.
Valve manual mempunyai beberapa jenis, ada yang dapat dikunci
dalam posisi terbuka, ada pula yang berbentuk runcing. Penutupan dari
manual valve membutuhkan sebuah kunci yang disimpan pada lantai rig dan
dilakukan oleh rig crew lihat Gambar 4.63.
Peralatan Pemboran 57
Gambar 4.64. Power System Components22
Bagian-bagian power system:
1. Prime Mover, merupakan motor utama yang menyalurkan tenaga
ke komplek pemboran (Gambar 4.65).
58 Peralatan Pemboran
59
Peralatan Pemboran 59
Sistem-sistem Alternating current (AC) dan Silicon controlled rectifier
(SCR) sering digunakan pada instalasi ri-rig elektrik yang baru.
Motor-motor AC lebih tahan lama, lebih ringan, mudah
pemeliharaannya, dan biayanya lebih ringan dibandingkan motor DC.
Kesemua peralatan dan sistem penggerak tersebut dihubungkan
dengan penggerak hydraulic. Tenaga mekanik yang didapat dari mesin dapat
dijadikan tenaga hydraulic dengan menggunakan pompa hydraulic. Pompa
hydraulic ini digerakkan oleh power take off (PTO) yang berfungsi sebagai
clutch (perseneling) edan digerakkan oleh transmission oil pressure. Gambar
4.67 menunjukkan hydraulic system.
60 Peralatan Pemboran
61
62 Peralatan Pemboran
63
Peralatan Pemboran 63
Gambar 4.70. Penggunaan Stabilizer Pada Susunan Packed Hole 17)
4.7.2. Rotary Reamer
Peralatan yang digunakan untuk memperbesar lubang sumur yang
telah di bor (Gambar 4.71).
64 Peralatan Pemboran
65
Peralatan Pemboran 65
Gambar 4.74. Cara Kerja Badger Bit 17)
4.7.5.2. Spud bit
Spud bit adalah bit yang berbentuk baji, tanpa roller dan mempunyai
satu nozzle. Spud bit dioperasikan dengan memberikan tekanan yang tinggi
pada lumpur sehingga menimbulkan tenaga jet ditambah dengan tenaga
tumbukan. Setelah lubang dibelokkan sedalam 15 - 20 meter dari lubang
awal, barulah diganti dengan bit semula. Bit ini hanya digunakan pada
formasi-formasi yang lunak seperti sand dan shale yang lunak sampai
medium.
66 Peralatan Pemboran
67
Peralatan Pemboran 67
Gambar 4.77. Cara kerja Whipstock 17)
4.7.5.5. Turbodril
Turbodrill adalah downhole mud turbin yang dapat memutar bit tanpa
harus memutar drillstring. Kecepatan putarannya sangat tergantung pada
volume lumpur dan tekanan sirkulasi mud di permukaan. Pembelokkannya
disebabkan adanya bent sub pada turbodrill. (lihat Gambar 4.78 ).
68 Peralatan Pemboran
69
Peralatan Pemboran 69
Gambar 4.80. Jet Deflector Bit 22)
4.7.7. Bent Sub
Sub pendek yang sedikit bengkok dengan sudut 1 - 3 derajat . Bila
dipasang di atas Dowhole Hydraulic Turbin Motor akan membelokkan lubang
sumur (Gambar 4.81).
70 Peralatan Pemboran
71
Peralatan Pemboran 71
juga untuk menempatkan wiper plug yang biasanya dual plug heads(seperti
terlihat pada Gambar 4.83).
72 Peralatan Pemboran
73
Peralatan Pemboran 73
Gambar 4.85. Wiper Plug 24)
4.7.10.2.3 Scratcher
wall scratcher digunakan untuk melepaskan mud cake dari formasi
agar semen dapat melekat langsung ke formasi. Alat ini ada yang bertipe
rotating (diputar) dan yang bertipe reciprocating (digunakan dengan menaik
turunkan casing). Pada umumnya alat ini dilas pada casing yang mau
dipasang dan menghadap ke zone permeabel. (lihat Gambar 4.86)
74 Peralatan Pemboran
75
Peralatan Pemboran 75
Gambar 4.88. Sejarah Perkembangan Rotary Bit
4.8.1.1 Drag Bit
Design drag bit terutama meliputi jumlah,ukuran dan material dari
cutting blades. Drag bit mengebor secara fisik hampir sama seperti seorang
petani mencangkul tanah.
Tipe-tipe drag bit meliputi bit dengan cutter dari besi (Gambar.4.892),
diamond bits (Gambar.4.90) dan polycrystalline diamond (PCD) bits
(Gambar.4.91). Keuntungan dari drag bits dibandingkan dengan rolling
cutting bits adalah tidak adanya bagian yang berputar yang membutuhkan
suatu permukaan bantalan yang kuat dan bersih. Hal ini sangat penting
terutama dalam ukuran lubang sumur yang sangat kecil dimana tidak adanya
tempat untuk mendesign bearing yang kuat pada rolling cutter bit. Selain itu
karena drag bit dapat dibuat dari satu potong logam seutuhnya, hal ini
mengurangi kemungkinan untuk terjadinya pecahan dari bit yang akan
meninggalkan junk dalam lubang formasi. Pengangkatan junk harus
dilakukan trip terlebih dahulu sehingga membuang waktu rig.
76 Peralatan Pemboran
77
Peralatan Pemboran 77
formasi yang sangat lunak dan gummy maupun formasi yang keras,
penggunaan drag bit ini sekarang mulai digantikan oleh tipe bit yang lain.
Diamond bit sendiri juga termasuk ke dalam golongan drag bit.
Diamond bit dipakai terutama pada formasi yang sifatnya non-brittle (tidak
getas). Permukaan atau crown dari bit terdiri atas banyak intan yang di
tanam pada bodi bit yang terbuat dari tungsten carbide. Tabel 4.11
menunjukkan sifat-sifat dari intan dan perbandingannya dengan material lain.
Tabel 4.11. Sifat-Sifat Intan
78 Peralatan Pemboran
79
Peralatan Pemboran 79
Gambar 4.93. Water Way pada Diamond Bits
Dari percobaan yang telah dilakukan secara umumnya diperlukan 500
- 1000 psi pressure drop sepanjang permukaan bit untuk membersihkan dan
mendinginkan intan-intan di bit.
Hal lain yang penting dalam desain diamond bit adalah bentuk atau
profil dari crown. Bit dengan taper yang panjang baik untuk pemboran lubang
lurus vertikal dan memungkinkan untuk bit weight yang lebih besar.
Sedangkan bit dengan bentuk taper yang lebih pendek akan lebih mudah
untuk dibersihkan karena energi hidraulik yang tersedia akan terkonsentrasi
dalam area yang lebih kecil. Permukaan bit yang lebih cekung digunakan
dalam pemboran berarah untuk membantu meningkatkan build up rate
sewaktu kick off.
Ukuran dan jumlah intan yang digunakan dalam sebuah diamond bit
tergantung pada kekerasan dari formasi yang akan dibor. Bit untuk formasi
yang keras harus terdiri atas intan-intan yang kecil (0.07 - 0.125 karat)
sedangkan bit untuk formasi yang lunak intan yang digunakan bisa lebih
besar (0.75 - 2 karat). Contoh diamond bit untuk formasi keras dan lunak
ditunjukkan dalam Gambar 4.90. Jika intan yang digunakan terlalu besar,
berat tumpu pada permukaan intan akan besar sehingga menimbulkan
panas yang terlokalisir dan ini akan mengauskan permukaan potong dari
intan.
4.8.1.2. Polycrystalline Diamond (PCD) Bits
Diamond bit kemudian berkembang lebih lanjut dengan digunakannya
intan sintetis, polycrystalline diamond yang hanya 1/64 -in. tebalnya dan
80 Peralatan Pemboran
81
Peralatan Pemboran 81
Gambar 4.95. Cutter Orientation
Sudut back-rake yang umum digunakan untuk PCD bit dewasa ini
adalah -20o. Sudut back-rake yang lebih kecil biasanya lebih baik untuk
formasi yang lebih lunak. Sudut Side rake membantu dalam mendorong
cutting yang terbentuk ke pinggiran lubang. Cutter exposure harus
menyediakan clearance yang cukurp untuk cutting yang lepas supaya tidak
menghantam permukaan atau bodi dari bit.
Orientasi cutter harus disesuaikan dengan kekerasan formasi yang
akan dibor. Untuk formasi lunak dan tidak abrasif, pengausan dari cutter
berjalan lambat, dan orientasi cutter dapat dipilih sedemikian sehingga
memungkinkan pemotongan batuan yang lebih agresif. Namun untuk formasi
yang lebih keras dan bertemperatur tinggi, orientasi cutter yang dipilih harus
lebih tidak agresif supaya pengausan cutter tidak cepat.
4.8.1.3. Rolling Cutter Bits
Tricone rolling cutter bit adalah tipe bit yang paling sering digunakan
dalam pemboran berputar. Tipe bit ini tersedia dalam berbagai variasi desain
gigi dan bearing sehingga dapat ditemukan berbagai macam tipe sesuai
dengan formasi yang akan dibor. Gambar 4.97 & 4.97 menunjukkan contoh
rolling cutter bit beserta bagian-bagiannya. Kerucut yang jumlahnya tiga buah
(tricone ) akan berrotasi pada sumbu mereka sendiri seiring dengan rotasi bit
dalam lubang.
82 Peralatan Pemboran
83
Peralatan Pemboran 83
berapa besar sudut yang dibentuk oleh sumbu cones terhadap titik pusat dari
bodi bit. Offset akan menyebabkan cone untuk berhenti berrotasi secara
periodik sehingga saat bit berputar, cone akan bertindak seperti drag bit
untuk menggaruk dasar lubang. Hal ini akan memperbesar kecepatan
pemboran, namun tooth wear (keausan gigi) juga akan bertambah terutama
pada formasi yang abrasif. Sudut offset biasanya bervariasi dari 4 o untuk bit
pada formasi lunak hingga nol untuk bit pada formasi yang keras.
lubang yang telah dibuat secara mendetail pada kerucut. Milled tooth bits
yang didesain untuk formasi lunak umumnya gigi bit dilapisi dengan material
untuk membantu mencegah keausan seperti tungsten carbide, namun
pelapisan hanya pada satu sisi dari gigi bit. Alasannya ditunjukkan dalam
menyebabkan keausan yang cepat hanya pada satu sisi sehingga gigi bit
tetap tajam, terlihat pada Gambar 4.100.
Peralatan Pemboran 85
karena harganya yang tidak mahal dan terdiri atas (1) roller-type outer
bearing, (2) ball-type intermediate bearing dan (3) friction-type nose bearing.
Roller-type outer bearing adalah bantalan dengan beban kerja yang
paling besar dan paling cepat aus. Intermediate ball bearing dibebani oleh
thrust load dari cones. Bantalan ini juga berfungsi untuk memegang cone
pada tempatnya. Nose bearing didesain untuk menahan sebagian beban
thrust load dari cone jika intermediate bearing keburu aus. Nose bearing
dapat berupa friction type ataupun digantikan dengan roller bearing. Dalam
desain standard bearing, semua bantalan dilumasi oleh fluida pemboran. Jika
gas digunakan sebagai fluida pemboran, bit harus dimodifikasi dengan
membuat suatu jalur yang memungkinkan gas untuk mengalir melalui
bantalan (Gambar. 4.102b).
tertutup dan pelumasan dilakukan oleh grease dan tekanan grease dapat
menyesuaikan diri dengan tekanan fluida hidrostatik dalam lubang. Sealed
assembly ini memiliki keuntungan dimana fluida pemboran yang kadang
abrasif tidak kontak langsung dengan bola-bola bantalan sehingga
mengurangi wear dari bearing.
Rolling cutter bits dengan bearing assembly yang paling mutakhir
adalah yang menggunakan journal bearing (Gambar. 4.102d). Dalam tipe bit
ini, roller bearing diilangkan sehingga cone berotasi dengan kontak langsung
terhadap journal bearing pin. Tipe bearing ini memiliki keuntungan dimana
beban bit terdistribusi secara sempuran ke seluruh bagian cone karena
semakin luasnya daerah kontak cone. Journal bearing bits memerlukan
grease sealing yang efektif dan material khusus. Untuk membantu
mengurangi friksi pada journal biasanya dilapisi dengan perak. Walaupun
journal bearing bit lebih mahal daripada standar atau sealed bearing bits,
waktu running bit yang lebih lama dan pengurangan rig time karena operasi
trip penggantian bit.
4.8.1.4. Standard Klasifikasi Bit (IADC Classification Codes)
Tabel 4.12 menunjukkan pembagian kategori bit. Karena terdapat
berbagai macam produk bit dari perusahaan-perusahaan yang berbeda
maka diperlukan suatu standard klasifikasi bit. Oleh karena itu IADC
(International Association of Drilling Contractors) mengeluarkan suatu sistem
klasifikasi yang didasarkan atas penamaan dengan 3 digit kode.Digit pertama
dari klasifikasi disebut sebagai nomor seri bit. Huruf D selalu mendahului digit
pertama jika bit adalah diamond atau PCD drag bit. Seri D1 hingga D5
dikhususkan untuk diamond bit dan PCD bit bagi formasi soft, medium-soft,
medium, medium-hard dan formasi hard, secara berurutan. Seri D7 hingga
D9 dikhususkan untuk diamond core bit dalam formasi soft, medium dan
hard. Seri 1, 2 dan 3 digunakan untuk milled tooth bit dalam formasi soft,
medium dan hard sedangkan seri 5, 6, 7 dan 8 untuk insert bit dalam formasi
soft, medium, hard dan extreme-hard. Seri 4 disimpan untuk apa yang
disebut sebagai 'Universal Bits'.Digit kedua disebut sebagai nomor tipe bit.
Tipe 0 digunakan untuk PCD drag bit, tipe 1 hingga 4 ditujukan untuk sub
klasifikasi kekerasan formasi dari paling lunak hingga paling keras.
Digit ketiga disebut sebagai feature number. Feature number berbeda untuk
setiap tipe bit, seperti (1) diamond dan PCD drag bit, (2) diamond dan PCD
drag-type core cutting bit dan (3) rolling bits.
Peralatan Pemboran 87
Tabel 4.12 Categori Bit
88 Peralatan Pemboran
89
Tabel 4.14. Produk Diamond dan PCD Drag Bit dari 4 Perusahaan
Peralatan Pemboran 89
Tabel 4.14. Produk Diamond dan PCD Drag Bit dari 4
Perusahaan(LANJUTAN)
90 Peralatan Pemboran
91
Tabel 4.15. Produk Diamond dan PCD drag-type core-cutting bits dari 4
Perusahaan
Peralatan Pemboran 91
Sedangkan sistem klasifikasi untuk rolling cutter bit ditunjukkan dalam
Tabel 4.16 dan4.18 dimana Tabel 4.16 merupakan penjelasan digit code
klasifikasi dan Tabel 8 menunjukkan contoh produk bit dari perusahaan.
Untuk roller cutting bits terdapat digit 4 yang lebih merupakan optional karena
bukan keharusan sesuai dengan sistem IADC. Digit ke 4 tersebut merupakan
karakter/huruf dengan penjelasannya terdapat dalam Tabel 4.16.
92 Peralatan Pemboran
93
Peralatan Pemboran 93
Tabel 4.18. Produk Roller Cutting Bits dari 4 Perusahaan
94 Peralatan Pemboran
95
Desain gigi bit juga bergantung pada kelas bit, khususnya untuk roller
cutting bit. Tabel 4.19 dan Gambar 4.103 menunjukkan variasi desain gigi bit
untuk kelas dan tipe bit yang berbeda. Perhatikan bahwa dengan naiknya
nomor kelas, offset cone, tooth height dan jumlah tooth hardfacing akan
berkurang sedangkan jumlah teeth dan jumlah tooth case hardening akan
bertambah.
Tabel 9. Karakteristik Tooth Desain untuk Rolling-Cutter Bits
Peralatan Pemboran 95
Gambar 4.104. Kapasitas Bearing dan Offset Cone untuk berbagai Kelas
Bit
4.8.2. Mekanisme Kegagalan Batuan
4.8.2.1. Mekanisme Kegagalan Batuan pada Drag Bit
Desain drag bit ditujukan terutama untuk menghancurkan batuan
dengan cara mencongkel seperti memahat dengan pahat. Jika pemboran
dilakukan dengan cara ini, keausan pada cutter tidak akan cepat terjadi,
namun karena ada saatnya drag bit menggaruk batuan maka keausan cepat
terjadi. Aksi pencongkelan atau wedging batuan ditunjukkan dalam Gambar
4.105.
96 Peralatan Pemboran
97
thrust atau wedge plane dari suatu drag bit. Cutting akan terkoyak/sheared
off sepanjang bidang ini yang juga bergantung pada karakteristik batuan.
Dalamnya pemotongan tergantung pada bidang thrust serta kekuatan batuan
yang akan dibor. Kedalaman pemotongan ini sering dinyatakan dalam sudut
pemotongan, . Dimana LP adalah dalamnya pemotongan yang diinginkan
per revolusi bit dan radius r dari lubang.
LP
tan
2 r
Sudut clearance mencegah cutter menyeret cutting sehingga
mempercepat keausan bit. Sudut rake ditujukan untuk memperbesar efisiensi
mekanisme wedging namun sudut rake yang terlalu besar akan
menyebabkan kekuatan gigi bit berkurang.
Diamond drag bit didesain untuk membor dengan penetrasi yang
sangat kecil ke dalam formasi. Mekanisme penghancuran batuan pada
diamond drag bit adalah penggerusan material-material sementasi butiran
batuan formasi.
C n tan
Penjelasan mengenai mekanisme penghancuran batuan oleh drag bit
ini dapat dijelaskan melalui diagram Mohr. Kriteria Mohr menyatakan bahwa
yielding atau fracturing akan terjadi jika shear stress melebihi jumlah
cohesive resistance dari material, c dan frictional resistance dari bidang
rekahan atau secara matematis :
Dimana:
= shear stress
c = cohesive resistance dari material
n = normal stress pada bidang rekahan
= sudut internal friction
Peralatan Pemboran 97
proses penghancuran batuan oleh rolling cutter bit ini. Peralatan Maurer ini
memungkinkan untuk melakukan simulasi pada berbagai tekanan dasar
sumur, tekanan pori dan tekanan overburden dari batuan.
98 Peralatan Pemboran
99
Peralatan Pemboran 99
Tabel 4.20. Tipe Bit yang sering digunakan untuk Tipe Formasi tertentu
Dalam keadaan tidak adanya suatu bit record dari sumur sebelumnya,
pemilihan bit lebih sering dilakukan dengan rule of thumb. Namun pada
akhirnya kriteria cost per foot tetap harus dipergunakan.
Adapun rule of thumb yang dapat digunakan yaitu :
1) Tabel 4.14, 4.15 dan 4.18 dapat digunakan sebagai pegangan
dalam pemilihan bit
2) Tipe dan variasi bit yang dipilih harus didasarkan atas pertimbangan
akan biaya bit. Premium rolling cutter bit atau diamond dan PCD
drag bit yang mahal cenderung baik digunakan jika cost harian dari
operasi pemboran sangat tinggi. Harga bit seharusnya tidak
melebihi rig cost per hari.
3) Tri-cone bit adalah tipe bit yang paling mudah diperoleh dan paling
baik sebagai pilihan awal untuk bagian sumur yang dangkal
4) Ketika menggunakan rolling cutter bit :
a. Gunakan bit dengan tooth yang paling panjang (untuk formasi
lunak)
b. Patahan gigi bit (sedikit) lebih bisa ditolerir dibandingkan
dengan jika kita menggunakan bit dengan gigi yang lebih
pendek
c. Jika beban di bit tidak bisa diperbesar supaya terjadi self-
sharpening-tooth-wear, maka gunakan bit dengan gigi yang
lebih panjang
d. Jika laju keausan gigi bit lebih lama daripada laju keausan
bearing, pilih gigi bit yang lebih panjang, desain bearing yang
lebih baik atau tambahkan WOB
e. Jika laju keausan bearing lebih lambat dibandingkan dengan
laju keausan gigi bit, pilih bit dengan gigi yang lebih pendek,
desain bearing yang lebih ekonomis atau kurangi WOB
100 Peralatan Pemboran
101
5) Diamond drag bit baik digunakan untuk formasi yang tidak getas
terutama pada sumur dalam dimana biaya trip bit yang tinggi atau
ukuran lubang yang lebih kecil sehingga memerlukan disain bit
yang lebih sederhana
6) PCD drag bit baik digunakan untuk formasi karbonat atau evaporit
yang keras dan homogen
7) PCD drag bit tidak boleh digunakan pada formasi yang sifatnya
gummy sehingga memudahkan penempelan cutting ke gigi bit
Karena pemilihan bit dilakukan dengan trial and error, maka catatan
penggunaan suatu bit harus selalu ada supaya dapat digunakan sebagai
referensi untuk pemboran selanjutnya. Klasifikasi juga harus dilakukan pada
suatu bit yang telah diangkat dari suatu pemboran, dan IADC juga telah
mengadopsi suatu kode numerik untuk mengklasifikasi tingkat keausan bit
berdasarkan
1. Gigi Bit
2. Bearing
3. Structur Diameter Bit (Gauge Wear)
4.8.3.1. Mengklasifikasi Keausan Gigi Bit
Grading dari gigi bit didasarkan pada fraksi tinggi gigi bit yang telah
aus dan biasanya dilaporkan dalam satuan 1/8 terdekat. Contohnya, jika
setengah bagian dari tinggi gigi bit telah aus maka bit tersebut akan digrade
sebagai T-4 yang artinya gigi bit telah aus sebesar 4/8.
Namun mengrade suatu bit dengan gigi bit yang banyak hanya dengan
satu angka sangatlah susah karena mungkin saja ada gigi bit yang ausnya
lebih cepat dari yang lain atau ada yang patah. Gigi bit yang patah
diindikasikan dengan 'BT' (Broken Teeth). Tabel 4.21 menunjukkan beberapa
singkatan yang sering digunakan untuk klasifikasi suatu bit.
Tabel 4.21. Singkatan-Singkatan Umum yang digunakan untuk
Klasifikasi Bit
Gambar 4.109. Guide Chart untuk Keausan Gigi Bit bagi Milled-Tooth
Bits
Grading gigi bit untuk Insert Bits agak berbeda dibandingkan dengan
Milled-Tooth bits. Karena struktur cutting elemen insert bit agak susah
terabrasif dibandingkan dengan milled-tooth bits, maka insert bits biasanya
digrade berdasarkan banyaknya tooth inserts yang hilang atau patah, bukan
aus.
Jadi suatu insert bit dengan setengah bagian insert telah patah atau
hilang akan digradekan sebagai T-4 yang artinya 4/8 bagian insert telah
hilang atau patah.
4.8.3.2. Mengklasifikasi Keausan Bearing
Mengklasifikasikan keausan bearing suatu bit agak susah dilakukan
karena bit harus dibuka terlebih dahulu kemudian dievaluasi seluruhnya.
Namun biasanya kerusakan bearing dapat mengakibatkan :
1. Kerucut terkunci dan tidak dapat berputar
2. Kerucut menjadi renggang dan terlepas sehingga bearing yang
didalamnya terekspos keluar
Bearing failure biasanya dilaporkan dengan kode B-8 yang artinya
bahwa bearing tersebut telah 8/8 rusak. Kerucut yang telah longgar
dilaporkan sebagai B-7. Jika keausan bearing tidak dapat diidentifikasi dari
luar, biasanya diestimasi berdasarkan jumlah waktu rotasi bit serta sisa
waktu rotasi bearing yang diperkirakan oleh seorang drilling engineer. Jadi
jika suatu bit dipull-out setelah 10 jam operasi dan drilling engineer memperki
rakan bahwa bearing hanya dapat bertahan sekitar 10 jam lagi maka
keausan bearing dilaporkan sebagai B-4. Hal ini ditunjukkan dalam Gambar
4.110 berikut.
SOAL 1 :
Suatu bit telah 'dull'. Penggunaan ring gauge menunjukkan bahwa diameter
bit telah aus sebesar 1 in. dari keadaan semula. Roller bearing telah
terekspos keluar dan semua kerucut sangat longgar. Tentukan Grade Bit
tersebut.
4.9 Drilling Cost Analysis
4.9.1. Metoda Cost Per Foot
Penentuan suatu biaya pemboran yang umum digunakan adalah
evaluasi efisiensi bit run dalam suatu sumur. Sebagian besar waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan suatu sumur digunakan untuk pemboran
atau melakukan trip penggantian bit. Total waktu yang diperlukan untuk
membor suatu kedalaman, DD, dapat dinyatakan sebagai jumlah dari total
waktu rotasi bit, tb, waktu karena bit tidak berrotasi, tc, dan trip time, tt.
Rumus untuk menentukan biaya pemboran tersebut menjadi :
Cb C r t p t c t t
CPF
D
Dimana CPF adalah biaya pemboran per feet, Cb adalah harga bit, dan Cr
adalah biaya operating rig per hari.
SOAL 2:
Sebuah bit program sedang disusun untuk pemboran sumur baru
dengan menggunakan record performa bit dari sumur sebelumnya. Performa
3 buah bit ditunjukkan untuk formasi limestone pada kedalaman 9000 ft.
Tentukan bit yang menghasilkan drilling cost terrendah jika operating cost
dari rig adalah $400/jam, trip time adalah 7 jam dan connection time adalah 1
menit per connection.
BIT BIT COST Rotating ConnectionTime ROP rata-
($) Time(jam) (jam) rata(ft/fr)
A 800 14.8 0.1 13.8
B 4900 57.7 0.4 12.6
C 4500 95.8 0.5 10.2
SOAL 3 :
dimana :
Af = konstanta abrassiveness formasi
a = faktor ketumpulan gigi mata bor
= 0,928125 D2 + 6D + 1
m = fungsi yang menghubungkan pengaruh WOB
terhadap laju keausan gigi mata bor
C. Faktor Laju Keausan Bantalan Mata Bor
Laju keausan bantalan mata bor (Bx) dapat ditentukan dengan
persamaan:
Tr . N Tr . N
Bx
S .L Bf .L
dimana :
S = parameter fluida pemboran
L = fungsi yang menghubungkan pengaruh WOB
terhadap laju keausan bantalan mata bor, dari Tabel 12
Bf = faktor keausan bantalan mata bor, dimana harganya
dapat ditentukan dengan persamaan:
Tr N
Bf
Bx L
dimana :
Tr = waktu rotasi, jam
Bx = kondisi bantalan (kerusakan bearing)
Dari persamaan yang terdapat di atas, kemudian ditentukan variabel-
variabel berikut sebagai pertimbangan optimasi WOB dan RPM.
Variabel tersebut adalah:
a. Waktu rotasi
b. Selang yang dibor (footage)
c. Biaya pemboran per kaki
Jika U < 3076, berarti umur mata bor ditentukan oleh bantalan,
tentuklan % D yang terjadi, dari Tabel 4.12.
Jika U = 3078, berarti umur mata bor ditentukan oleh gigi dan
bantalannya secara serentak.
- Jika U > 3078, berarti umur mata bor ditentukan oleh umur
giginya karena mata bor telah rusak terlebih dahulu.
c. Berdasarkan harga Af dari langkah (6), tentukan waktu pemborabn
(Tr), dengan persamaan:
d. Dari harga U yang didapat dari langkah 12b, tentukan z dari Tabel
17. Jika U > 3078 ambil z = 1437.
e. Tentukan selang kedalaman yang bisa dibor (F) dengan
persamaan faktor drillabillity.
f. Tentukan ongkos pemboran per kaki (CPF) dari harga yang
diperoleh dari perhitungan di atas dengan persamaan faktor
drillabillity.
g. Ulangi perhitungan di atas untuk kombinasi WOB dan RPM yang
lain sesuai perhitungan untuk WOB dan RPM yang diijinkan.
h. Dari hasil Perhitungan di atas, tentukan kombinasi WOB dan RPM
yang menghasilkan ongkos pemboran perkaki yang paling
rendah.Kombinasi WOB dan RPM ini merupakan parameter bor
yang optimum.
DAFTAR PUSTAKA